• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Membentuk Konsep Diri

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KONSEP DI (Halaman 37-41)

KERANGKA KONSEP

2.4 Konsep Self Concept (Konsep Diri)

2.4.1 Faktor-faktor yang Membentuk Konsep Diri

Menurut Peter Berger dalam Rakhmat (2005), sosialisasi adalah suatu proses ketika seorang anak belajar menjadi anggota masyarakat. Keseluruhan kebiasaan yang dimiliki manusia tersebut dalam bidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama, politik, dan sebagainya harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi. Menurut Charles Horten Cooley, peran interaksi dalam proses sosialisasi turut mengembangkan dan mempengaruhi konsep diri seseorang. Konsep diri terjadi dengan membayangkan diri kita sebagai orang lain dalam benak kita (looking-glass self). Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita. Ketiga, kita mengalami perasaan bangga atau kecewa (dalam Rakhmat 2005).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri: 1. Orang lain

Menurut Charles H. Cooley, konsep diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini, diberi nama looking-glass-self. Seseorang akan menyukai dirinya sendiri ketika melihat dirinya berinteraksi atau mendapat perlakuan yang baik dari orang lain. Sebaliknya bila seseorang

Universitas Indonesia selalu merasa diremehkan, disalahkan, dan ditolak, maka orang tersebut akan cenderung tidak menyenangi dirinya sendiri. Dengan kata lain, seseorang mengenal dirinya sendiri melalui orang lain.

Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menerima dan menghormati diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan, dan menolak kita, kita akan cenderung tidak menyenangi diri kita.

Tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Yang paling berpengaruh adalah orang-orang yang paling dekat dengan diri kita. George Herbert Mead (1934) menyebut mereka dengan sebutan significant others atau orang lain yang sangat penting dan mempunyai ikatan emosional. Dalam perkembangannya, significant others meliputi semua orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita.

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1999 :101) menyatakan bahwa mula-mula orangtua adalah orang yang terpenting dalam kehidupan seseorang karena orang tua merupakan orang terdekat yang dimiliki seseorang dalam masa bayi atau masa paling peka dalam kehidupan seseorang. Pada masa itulah kepribadian dasar dari individu dibentuk dalam lingkungan keluarga. Beberapa waktu kemudian, ketika seseorang memasuki masa remaja, ketertarikan seksual dan kebutuhan untuk menjadi seorang individiu membuat seseorang menjauh dari orang tua dan memperkuat pengaruh dari kelompok teman dekat.

Sarlito Wirawan Sarwono (2004:167) menyatakan bahwa hubungan atau interaksi seseorang dengan orangtua berperan penting dalam menentukan perilaku seseorang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan bergesernya norma ke arah yang lebih permisif, bersumber dari hubungan yang kurang baik antara anak dengan orangtua.

Universitas Indonesia Sehingga dapat dikatakan, semakin baik hubungan seseorang dengan orang tuanya, maka semakin kecil permisivitas yang dimiliki orang tersebut.

Orangtua dan keluarga adalah salah satu significant others yang paling memiliki ikatan emosional terhadap individu. Livingston (1965) dalam Fitts (1971:31) menyatakan bahwa apabila orangtua individu memiliki konsep diri yang positif, maka individu juga akan memiliki konsep diri yang cenderung positif. Selain itu, individu yang memiliki prestasi yang baik, akan cenderung memiliki konsep diri yang lebih positif, dimana hal ini juga akan mempengaruhi orangtua individu untuk memiliki konsep diri yang juga lebih positif. Dalam hal orangtua yang memiliki konsep diri yang negatif, kecenderungan individu untuk menjadikan orangtua individu sebagai model identifikasi akan semakin berkurang. Coleman (1966) dalam Fitss (1971:34) mengatakan bahwa individu akan lebih mengadopsi konsep diri dari orangtua yang memiliki konsep diri yang lebih kuat. Maka tidak mengherankan apabila orangtua mempengaruhi jenis konsep diri yang dibangun oleh individu.Hal ini juga dapat dikatakan bahwa significant others sangat berkontribusi dalam pengembangan konsep diri seseorang. Menurut penelitian Miller (1970) dalam Fitss (1971:34) menyatakan bahwa murid yang memiliki identifikasi yang kuat dari significant others memiliki konsep diri yang lebih baik.

2. Kelompok rujukan (reference group)

Horton dan Hunt (1999:101) mengatakan bahwa cara lain untuk mengembangkan konsep diri adalah dengan membandingkan diri dengan orang lain. Sepanjang hidup seseorang, kelompok-kelompok tertentu adalah penting sebagai model untuk gagasan atau norma-norma perilaku seseorang.Kelompok semacam itu disebut kelompok rujukan (reference group).

Universitas Indonesia Sementara itu, Del I. Hawkins, Best, dan Coney (2001:226) dalam Rakhmat (2005) mendefinisikan kelompok rujukan adalah kelompok dimana perspektif dan nilai yang mereka miliki digunakan oleh seorang individu sebagai dasar dari perilakunya. Dengan kata lain, kelompok rujukan adalah sebuah kelompok yang digunakan oleh individu sebagai penunjuk dari perilaku dalam situasi tertentu.

Pengaruh kelompok rujukan terhadap seseorang berhubungan dengan kebutuhan orang menilai pendapat dan kemampuan mereka dengan membandingkan diri mereka dengan orang lain. Proses tersebut disebut dengan perbandingan sosial. Melalui perbandingan sosial kelompok rujukan mempengaruhi individu melalui norma dan informasi sehingga individu memahami apakah ia berdiri pada batas-batas yang telah ditetapkan oleh kelompok. Disini, individu memenuhi keinginan kelompok demi mendapatkan penghargaan dan menghindari pengucilan.

Individu juga menggunakan perilaku dan opini dari anggota kelompok rujukan sebagai informasi yang berguna dan dapat dipercaya. Seperti yang telah dinyatakan di atas, pada masa remaja, hubungan individu dan orangtua akan semakin merenggang sehingga teman dekat memiliki pengaruh yang besar. Maka, untuk mengetahui tentang pribadi dan seberapa kompeten dirinya, seorang remaja akan melihat ke peer group atau kelompok teman dekat. Kelompok teman dekat adalah kelompok yang anggota-anggotanya berumur kurang lebih sebaya. Pada awalnya kelompok ini hanya terdiri dari orang-orang yang berjenis kelamin sama dan menciptakan persahabatan pada masa awal remaja.Pada masa pertengahan, individu menganggap teman dekat sebagai tempat berbagi cerita, rahasia, dan merupakan informasi tentang lawan jenis. Kemudian pada masa remaja akhir, persahabatan dengan lawan jenis menjadi hal yang biasa.

Universitas Indonesia Kelompok rujukan mengikat seseorang secara emosional dan berpengaruh terhadap konsep diri.Dengan melihat kelompok ini, individu mengarahkan dan menyesuaikan dirinya dan perilakunya dengan ciri-ciri kelompoknya (Rakhmat, 2005:104).

3. Institusi pendidikan formal

Pendidikan formal mempersiapkan individu untuk penguasaan peran di kemudian hari, terutama ketika seorang anak tidak lagi bergantung pada orang tuanya. Menurut Robert Dreeben dalam Rakhmat (2005), sekolah mengajarkan nilai-nilai kemandirian, prestasi, universalisme, dan spesifitas.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KONSEP DI (Halaman 37-41)