• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paradigma Penelitian

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KONSEP DI (Halaman 51-56)

KERANGKA KONSEP

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan oriantasi dasar dalam teori dan juga riset. Pada umumnya suatu paradigma keilmuan merupakan sistem keseluruhan dari berpikir. Paradigma terdiri dari asumsi dasar, teknik yang digunakan, dan contoh seperti apa seharusnya teknik riset yang baik (Neuman, 2003:62). Paradigma dimaknai sebagai kumpulan longgar mengenai asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara perfikir dan cara penelitian (Bogdan dan Biklen, 1982 : 30, dalam Neuman).

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis yang memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural melainkan hasil dari konstruksi (Eriyanto, 2011). Paradigma ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam beragam bentuk konstruksi mental yang didasarkan kepada pengalaman sosial, bersifat lokal, spesifik dan tergantung

Universitas Indonesia kepada pihak yang melakukannya. Atas dasar pandangan filosofis ini, hubungan epistemologis antara pengamat dan obyek merupakan satu kesatuan subyektif dan merupakan perpaduan interaksi diantara keduanya.

Paradigma ini menyatakan bahwa:

1. Dasar untuk menjelaskan kehidupan, petistiwa sosial dan manusia bukan ilmu dalam kerangka positivis, tetapi justru dalam arti common sense. Menurut mereka, pengetahuan dan pemikiran awal berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari-hari, dan hal tersebutlah yang menjadi awal sebagai penelitian ilmu sosial.

2. Pendekatan yang digunakan adalah induktif, berjalan dari yang spesifik menuju yang umum, dari yang konkrit menuju yang abstrak. 3. Ilmu bersifat idiografis bukan nomotetis, karena ilmu mengungkapkan

bahwa realtias tertampilkan dalam simbol-simbol melalui bentuk-bentuk deskriptif.

4. Pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui indera karena pemahaman mengenai makna dan interpretasi adalah jauh lebih penting.

5. Ilmu tidak bebas nilai. Kondisi bebas nilai tidak menjadi sesuatu yang dianggap penting dan tidak pula mungkin dicapai.

Implikasi paradigma konstruktivis digambarkan dengan komunikasi yang berbasis pada konsep diri. Artinya, individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksikan oleh orientasi kehidupannya sendiri (orientasi subjek), dimana individu yang berbasis subjek akan menggunakan elaborasi kode yang menghargai kecenderungan, perasaan, kepentingan, dan sudut pandang orang lain. Prinsip dasar konstruktivisme menjelaskan bahwa tindakan seseorang ditentukan oleh konstruk diri dan konstruk lingkungan luar dari perspektif diri (Ardianto, 2010). Sehingga, dengan paradigma ini peneliti dapat lebih mengetahui dan memahami gambaran sesungguhnya bagaimana para peserta kontes kecantikan Miss Indonesia memahami makna sesungguhnya dari Miss Indonesia.

Universitas Indonesia 3.2 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara lainnya yang menggunakan ukuran angka. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta. Kualitas, nilai atau makna hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa, atau kata-kata. Oleh karena itu, bentuk data yang digunakan bukan berbentuk bilangan, angka, skor atau nilai; peringkat atau frekuensi; yang biasanya dianalisis dengan menggunakan perhitungan matematik atau statistik (Creswell, 2010).

Penelitian-penelitian kualitatif mencari pemahaman dari data yang kompleks dan hanya dapat ditemui dalam konteks tertentu. Menurut Moleong (2004), dalam penelitian kualitatif, desain penelitian bersifat sementara dan fleksibel, yakni desain dapat disesuaikan terus menerus sesuai kenyataan di lapangan. Sebabnya, pertama, tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan yang ada dilapangan; kedua, tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah; dan ketiga, bermacam sistem nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan. Maka dari itu, penelitian akan dapat menggambarkan realitas sosial secara lebih akurat dan mendalam karena tidak terpaku pada desain yang telah disusun peneliti pada awal penelitian. Hal-hal yang ditemukan di lapangan akan memperkaya pengetahuan peneliti dan menyumbangkan pemahaman peneliti terhadap realitas sosial.

Metode penelitian kualitatif, sebagai metode penelitian, memiliki enam belas ciri sebagai berikut (Nasution, 1992 : 9):

1. Sumber data adalah situasi yang wajar atau natural setting.

2. Peneliti sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah key instrument, alat penelitian utama.

3. Sangat deskriptif.

4. Mementingkan proses maupun produk, jadi juga memerhatikan bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu.

Universitas Indonesia 5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan sehingga dapat

memahami masalah dan situasi.

6. Mengutamakan data langsung atau first hand.

7. Triangulasi. Maksudnya, data atau informasi dari satu pihak harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain.

8. Menonjolkan rincian kontekstual.

9. Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti sehingga tidak sebagai objek atau yang lebih rendah kedudukannya, tetapi sebagai manusia yang setara.

10.Mengutamakan perspektif emic, maksudnya mementingkan pandangan responden, yaitu bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya.

11.Verifikasi, antara lain melakukan kasus yang bertentangan atau kasus negatif.

12. Contoh yang purposif.

13.Penggunaan audit trail untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.

14.Partisipasi tanpa mengganggu dengan kehadiran peneliti yang tidak merusak situasi yang natural atau wajar.

15.Mengadakan analisis sejak awal penelitian dan selanjutnya sepanjang melakukan penelitian tersebut.

16. Desain penelitian tampil dalam proses penelitian.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti ingin mendapatkan gambaran sesungguhnya dan mendalam tentang konsep diri, yang mungkin tidak akan direpresentasikan dengan angka-angka seperti dalam penelitian kuantitatif. 3.3Strategi Penelitian

Penelitian ini menggunakan strategi fenomenologi. Menurut Orleans (Dimyati, 2000:70), fenomenologi adalah instrumen untuk memahami lebih jauh hubungan antara kesadaran individu dan kehidupan sosialnya. Fenomenologi berupaya mengungkap bagaimana aksi sosial, situasi sosial, dan masyarakat

Universitas Indonesia sebagai produk kesadaran manusia. Fenomenologi juga beranggapan bahwa masyarakat adalah hasil konstruksi manusia.

Dalam pandangan fenomenologi, peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti. Strategi fenomenologi berusaha masuk ke dalam dunia konseptual subyek yang diteliti sehingga peneliti menegerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari (Ardianto, 2010:65). Para fenomenolog percaya bahwa mahluk hidup memiliki berbagai cara untuk menginterpretasikan pengalaman melalui interaksi dengan orang lain, dan bahwa pengertian pengalaman kita yang membentuk kenyataan.

Fenomenologi adalah filosofi sekaligus pendekatan metodologis yang mencakup berbagai metode. Kunci kekuatan fenomenologi adalah pada kemampuannya memasuki bidang persepsi orang lain untuk memandang kehidupan seperti apa yang dipandang oleh orang tersebut, bukan seperti kita memandangnya. (Daymon dan Holloway, 2008:228).

Fenomenologi memiliki beberapa sifat-sifat dasar dari penelitian kualitatif yang mempertegas posisinya sebagai sebuah metodologi, dan membedakannya dengan metode-metode penelitian kualitatif lainnya, yaitu:

a. menggali nilai-nilai dalam pengalaman dan kehidupan manusia; b. fokus penelitiannya adalah seluruh bagian, dan sebagian yang

membentuk keseluruhan;

c. tujuan penelitiannya adalah menemukan makna dan hakikat dari pengalaman, bukan hanya mencari penjelasan atau mencari ukuran dari realitas;

d. memperoleh gambaran kehidupan dari sudut pandang orang pertama melalui wawancara formal dan informal;

e. data yang diperoleh adalah dasar bagi pengetahuan ilmiah untuk memahami perilaku manusia;

f. pertanyaan yang dibuat merefleksikan kepentingan dan komitmen pribadi dari peneliti;

Universitas Indonesia g. melihat pengalaman dan perilaku sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, baik sebagai kesatuan obyek dan subyek, maupun antara bagian dan keseluruhannya (Kuswarno, 2009: 36-37).

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha masuk kedalam persepsi peserta kontes kecantikan Miss Indonesia untuk mendapatkan gambaran bagaimana dan sejauh mana kesadaran mereka dalam memandang diri mereka sendiri sebagai Miss Indonesia.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KONSEP DI (Halaman 51-56)