• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Konsep Diri

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KONSEP DI (Halaman 41-45)

KERANGKA KONSEP

2.4 Konsep Self Concept (Konsep Diri)

2.4.2 Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri berkembang dengan setidaknya ada empat sumber yang melatarbelakanginya, yaitu :

Image yang didapat individu dari pengungkapan orang di lingkungan sekitarnya.

Perbandingan yang dibuat individu tersebut antara dirinya dengan sesama. Budaya yang mengajarkannya.

Cara bagaimana individu tersebut menginterpretasikan dan mengevaluasi pemikiran serta perilakunya.

Pentingnya konsep diri memiliki asumsi tersendiri. Menurut LaRossa dan Reitsez (1993:144), yang pertama, individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi. Asumsi ini menggambarkan bahwa manusia membangun perasaan tentang diri (sense of self) melalui interaksinya dengan sesama. Sedangkan yang kedua, konsep diri memberikan motif yang penting untuk perilaku. Asumsi ini menggambarkan bahwa perasaan dan penilaian mengenai diri memiliki efek pada perilaku.

Universitas Indonesia Konsep diri dapat berupa konsep diri yang negatif, bisa juga konsep diri yang positif. Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert (1976:42) dalam Rakhmat (2005), ada lima tanda orang yang memiliki konsep diri yang negatif. Tanda-tanda tersebut diantaranya adalah:

Individu yang peka terhadap kritik. Individu ini sangat tidak tahan pada kritik yang diterimanya dari orang lain, dan akan cenderung mudah marah. Koreksi yang diterimanya akan dipersepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya.

Individu yang sangat responsif terhadap pujian. Individu ini akan menjadi sangat antusias, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian, dan seringkali merasa senang berlebihan jika ada yang memberinya pujian.

Individu yang selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apapun dan siapapun. Individu ini tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan ataupengakuan pada kelebihan orang lain. Sifat ini disebut degan sifat hiperkritis.

Individu yang cenderung merasa dirinya tidak diperhatikan. Individu ini bereaksi untuk memenuhi orang lain, dan tidak dapat menciptakan kondisi yang hangat dan akrab pada orang lain.

Individu yang bersikap pesimis terhadap kompetisi, seperti yang terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Individu merasa tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

Menurut Weaver, hubungan antara konsep diri yang lemah dengan efektifnya komunikasi dapat didemonstrasikan dalam empat tahap, yaitu:

Konsep diri yang negatif, memperlihatkan kelemahan mereka terhadap lingkungannya, dan lingkungannya merespon pada mereka secara negatif.

Universitas Indonesia Adanya lobang dalam penyaringan persepsi yang menyimpang dari biansanya, kaku, berbentuk aneh, dan tidak beres karena lemahnya konsep diri, seluruh persepsi (informasi) yang didapat dari sekitar dan dunia telah berubah (distorted). Masalah ini merupakan imbas berkelanjutan dari tahap pertama diatas.

Saat informasi masuk tengah terdistorsi dengan beragam cara, individu tidak lagi menerima informasi dengan akurat mengenai diri. Tidak hanya itu saja, tetapi hampir seluruh informasi yang dilihat dan didapat akan nampak negatif dan tidak suportif.

Dengan konsep diri yang lemah, komunikasi menjadi tidak akurat, negatif, dan bahkan meleset dari makna sesungguhnya.

Sebaliknya, menurut Rakhmat (2005:105), orang-orang yang memiliki konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal berikut ini:

Individu yakin akan kemampuannya mengatasi masalah yang muncul dalam hidupnya

Individu merasa setara dengan orang lain. Tidak merasa lebih, atau kurang.

Individu menerima pujian tanpa rasa malu

Individu menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perlaku yang tidak seluruhnya disetujui oelah masyarakat Individu mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Loudon dan Della Bitta (1993) melihat perkembangan konsep diri menjadi empat pendekatan, yaitu :

1. Self Appraisal

Konsep diri ini terbentuk berdasarkan penilaian-penilaian yang didapatkan dari dunia luar.

Universitas Indonesia 2. Reflected Appraisal

Konsep diri terbentuk dari bagaimana individu itu sendiri memandang dirinya. Individu membentuk konsep dirinya berdasarkan pola perilakunya yang paling dominan.

3. Social Comparison

Merupakan gabungan dari dua pandangan di atas. Konsep diri terbentuk dengan membandingkan tentang apa yang dirasakan individu mengenai dirinya dengan apa yang dinilai orang lain.

4. Biased Scanning

Konsep diri terbentuk dari proses pencarian legalitas dari lingkungan. Perkembangan konsep diri dimulai dari pengenalan diri individu sebagai suatu pribadi yang terpisah dari lingkungannya. Ketika individu mulai mengenali dirinya, maka lingkungan akan mulai untuk merubahnya menjadi seorang pribadi yang memainkan peran sebagaimana individu melihat dirinya. Ketika seorang individu lahir tanpa sebuah konsep diri, individu tersebut pasti akan memainkan peran kunci dalam rangka membangun konsep diri tersebut. Meskipun individu secara konstan mengalami perubahan, tetapi sekali konsep diri tersebut terbentuk, maka teori atau gambaran yang individu miliki mengenai dirinya akan sulit untuk diubahkan lagi.

Pendapat individu mengenai dirinya berkembang lebih lagi seiring individu berkembang menjadi dewasa. Pernyataan yang individu buat mengenai dirinya, memetakan lebih akurat mengenai dirinya. Beberapa individu mampu memetakan dirinya lebih baik daripada yang dilakukan orang lain, dimana individu tipe ini memiliki gambaran mental yang lebih akurat mengenai kelebihan dan kelemahan dirinya, serta kebutuhannya dibandingkan yang dapat dipetakan oleh orang lain.

Tekanan-tekanan yang mungkin terjadi di hidup individu juga membantu individu untuk membentuk konsep dirinya. Diantaranya terdapat gambaran (image) yang dimiliki oleh orang lain mengenai diri individu, bagaimana individu

Universitas Indonesia menemukan pengalaman dan mengevaluasi dirinya, peran yang individu mainkan, pesan yang diserap dari media, ekspektasi yang individu miliki serta orang lain miliki terhadap individu, dan jenis kelamin, budaya, serta teknologi yang mempengaruhi individu secara internal. Gambaran (image) yang dimiliki oleh orang lain mengenai individu dapat mengarahkan individu dengan cara yang orang lain hubungkan dengan diri individu.

Untuk pengembangan lebih lagi, konsep diri seorang individu juga dibentuk dari lingkungan dan orang-orang sekitar individu antara lain, orang tua, relasi, guru, supervisor, teman, dan rekan kerja. Jika orang yang penting bagi individu memiliki gambaran yang baik mengenai individu, maka orang-orang tersebut akan membuat individu merasa diterima, dihargai, berarti, dicintai, dan penting. Sebagai hasilnya, individu akan mengembangkan konsep diri yang positif. Di sisi lain, jika orang yang penting bagi individu memiliki gambaran yang buruk mengenai individu, maka orang-orang tersebut akan membuat individu merasa ditinggalkan, kecil, tidak berarti, tidak dicintai, dan tidak penting. Dan hal ini akan membuat individu mengembangkan konsep diri yang negatif sebagai hasilnya.

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS KONSEP DI (Halaman 41-45)