• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa dalam Memilih Berkarir di Perbankan Syariah

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa dalam Memilih Berkarir di Perbankan Syariah

Dalam memilih karir yang akan dijalani, mahasiswa Prodi Perbankan Syariah memiliki berbagai pertimbangan untuk memilih karir yang akan dijalaninya nanti. Untuk mendukung pembahasan yang lebih mendalam, maka penulis berusaha melakukan kajian pustaka maupun karya-karya yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji, yaitu :

Pertama, pada umumnya, persepsi mahasiswa dalam pemilihan berkarir dipengaruhi oleh pengetahuan pribadi, informasi yang diperoleh dari lulusan atau alumni terdahulu, keluarga, kerabat, dosen, dan text book yang dibaca oleh mahasiswa tersebut, mengenai hal yang berkaitan dengan karir yang akan dijalaninya (Purwati & Sari, 2015 : 125). Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mashadi & Irawan (2017 : 8), menyatakan bahwa faktor persepsi mahasiswa berpengaruh secara positif dan nyata terhadap terbentuknya minat berkarir mahasiswa di Bidang Perbankan Syariah.

Kedua, religiusitas tercermin dalam setiap sisi kehidupan manusia, termasuk kegiatan bekerja. Sejalan dengan itu, dewasa ini di Indonesia mulai trend dengan gaya hidup “halal”. Bahkan hal ini pun mempengaruhi saat seseorang mulai memilih karir/profesi yang akan dijalaninya. Termasuk saat mahasiswa lebih memilih berkarir di perbankan yang berlabel halal, dimana yang dimaksut adalah bank syariah, yang merupakan lembaga keuangan yang menghindari sistem riba dalam kegiatan operasional. Riba merupakan suatu hal yang di haramkan dalam agama Islam. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurhalima & Agustini (2020 : 52), faktor religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat mahasiswa Universitas Bosowa berkarir di lembaga keuangan syariah.

Ketiga, Candraning & Muhammad (2017 : 96), mengatakan bahwa faktor pertimbangan pasar akan mempengaruhi minat mahasiswa untuk berkarir di lembaga keuangan syariah. Karena semakin tinggi angka kebutuhan tenaga kerja di lembaga keuangan syariah, maka semakin besar peluang yang terbuka untuk berkarir dalam bidang tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa dalam memilih berkarir di perbankan syariah, diantaranya yaitu :

a. Persepsi Mahasiswa

Persepsi berasal dari bahasa Latin yaitu perception, percipio, sering diarti samakan dengan istilah pandangan atau anggapan seseorang yang bersifat mutlak dalam menganalisis suatu hal (Kina, 2019 : 55). C. Wade dan C. Tarvis (dalam Arifanto & Sukanti, 2014 : 153), mengatakan persepsi adalah proses penerjemahan informasi sensorik oleh otak serta dianggap hal yang penting dalam merespon kehadiran berbagai aspek yang ada di sekitar manusia. Meskipun pada setiap individu akan sama dalam menggunakan alat untuk menerima stimulus, namun penafsirannya tentu akan berbeda sehingga bersifat subjektif dan situasional. Dikarenakan apa yang dipersepsikan pada suatu waktu tidak hanya tergantung pada stimulusnya saja, melainkan juga pada latar belakang beradanya stimulus, seperti pengalaman terdahulu, perasaan, sikap, ataupun tujuan individu pada saat itu.

Persepsi mahasiwa merupakan suatu proses dimana mahasiswa mengartikan, menerima, memberi pendapat, menguji, serta mengevaluasi suatu data dari hasil panca indera. Persepsi mahasiswa biasanya terbentuk dalam aktvitas pembelajaran di kelas baik persepsi terhadap materi, teknik, maupun media pembelajaran yang digunakan (Darmaji, et al., 2019 : 517). Setiap mahasiswa pasti mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap suatu objek sesuai dengan karakteristik kepribadian dan pengetahuan intelektual yang dimiliknya.

Gambar 2.1

Skema Pembentukan Persepsi

Rangsangan atau Sensasi Seleksi Input Rangsangan atau Sensasi Interpretasi Lingkungan

Pengalaman Proses Belajar

Sumber : Damayanti (dalam Wati & Sudibyo, 2016 : 186)

Gramling dan Wallace (dalam Abdullah dan Selamat, 2002 : 72) mengatakan persepsi menjadi masalah penting yang diharapkan sebisa mungkin dapat “dibentuk”. Dalam konteks profesi bankir, “menjaga” persepsi merupakan bagian penting yang harus diperhatikan sejak saat mahasiswa mengikuti pendidikan akademisnya. Oleh karena itu, persepsi dapat digunakan sebagai salah satu variabel penelitian untuk diperiksa, karena dapat mempengaruhi minat berkarir di lembaga keuangan Islam, khususnya bank syariah. Pinaryo (2014 : 56-57) menjelaskan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi dibagi dua, yaitu :

1) Faktor internal

• Fisiologis, perhatian, dan minat terhadap objek.

• Kebutuhan yang searah, dapat dilihat dari seberapa kuat seseorang mencari jawaban atas objek yang sesuai dengan dirinya.

• Pengalaman dan ingatan seseorang dalam mengingat kejadian-kejadian lampau atau yang telah dilalui untuk mengetahui suatu rangsang.

• Suasana hati akan mempengaruhi perilaku, seseorang akan menunjukkan bagaimana perasaannya pada saat terpengaruh, bereaksi (menerima atau menolak) lalu mengingatnya.

2) Faktor eksternal

• Ukuran dan penempatan objek, dalam hal ini dikatakan bahwa semakin besar hubungan terhadap suatu objek, maka semakin mudah untuk dipahami sehingga membentuk suatu persepsi.

• Warna objek yang cenderung lebih banyak atau cerah membuatnya menjadi lebih mudah dipahami (to be perceived).

• Intensitas, kekuatan, dan keunikan stimulus.

Gerakan (motion) dianggap lebih menarik untuk diperhatikan dibandingkan dengan objek yang diam. Menurut Walgito (2010), berikut ini dimensi yang terdapat dalam persepsi mahasiswa, yaitu :

1) Kognisi, yang berhubungan dengan apa yang diketahui oleh seseorang, meliputi pengetahuan atau informasi serta pengamatan terhadap objek persepsinya, diharapkan akan menimbulkan suatu keyakinan sehingga pada akhirnya mampu menghasilkan suatu interpretasi terhadap objek persepsikannya, yang didasari atas bukti, sugesti, otoritas pengalaman atau intuisi.

2) Emosi, yang berhubungan dengan perasaan, yaitu perasaan senang atau tidak senang, yang biasanya disertai dengan adanya ekspektasi terhadap objek yang dipersepsikannya. Apabila menimbulkan perasaan senang, maka akan memperkuat minat seseorang, dan begitupun sebaliknya apabila mengalami kegagalan akan menghilangkan minat.

3) Konasi, yang berhubungan dengan besar kecilnya suatu motif yang dimiliki seseorang untuk bertindak atau berperilaku, biasanya ditandai dengan adanya kesiapan seseorang dalam berperilaku.

Selanjutnya, menurut Rahmat (2007), dimensi yang terdapat dalam persepsi mahasiswa, yaitu :

1) Personalitas merupakan salah satu dari determinan yang potensial terhadap perilaku individu saat berhadapan dengan kondisi atau situasi tertentu. Personalitas diukur dengan kesesuaian pekerjaan dengan kepribadian yang dimiliki seseorang.

2) Kepercayaan dan Kebudayaan, dapat diartikan sebagai pikiran diskriptif yang dianut oleh seseorang mengenai suatu hal, dimana hal ini juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam

mempengaruhi sikap atau cara seseorang dalam memandang, menilai, serta memahami keadaan di dunia.

b. Tingkat Religiusitas

Kebermaknaan hidup erat hubungannya dengan tingkat religiusitas seseorang. Secara kodrati manusia merupakan makhluk religius, dimana insting yang dimilikinya akan mendorongnya untuk menemukan serta mencapai kehidupan yang lebih bermakna. Hubungan diantara keduanya hendaknya dijelaskan melalui pemahaman tentang religiusitas terlebih dahulu.

Religiusitas berasal dari kata religi atau lebih dikenal dengan istilah agama. Dalam bahasa Inggris disebut religion, dalam bahasa Belanda disebut religie, dimana semua istilah dalam berbagai bahasa tersebut berasal dari bahasa Latin yakni religio dari asal kata relagere atau religare yang berarti mengikat (Kahmad : Basri, 2017 : 62). Secara mendalam Chaplin (dalam Ritonga & Listiari, 2006 : 5) menjelaskan religi merupakan sistem yang kompleks terdiri atas kepercayaan, keyakinan, sikap, dan upacara atau ritual yang menghubungkan manusia dengan keberadaan yang bersifat ketuhanan. Sedangkan religiusitas merupakan bentuk aspek religi yang telah dihayati seseorang. Maknanya digambarkan dalam bentuk petunjuk yang harus dipahami serta ditaati mengenai tata cara menjalankan hidup dengan baik dan benar agar dapat terciptanya suatu kebahagiaan, baik di dunia dan akhirat (Ramadhani, et al., 2019 : 82).

Menurut Thouless (dalam Bawono & Oktaviani, 2016 : 39) terdapat empat faktor yang mempengaruhi tingkat religiusitas seseorang, antara lain : (1) Pendidikan, mencakup pendidikan dari orang tua, tradisi sosial yang dijalani, dan tekanan dari lingkungan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai hal yang telah disepakati. (2) Pengalaman spiritual sehingga membentuk sikap keagamaan. (3) Kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan akan keamanan atau

keselamatan, cinta dan kasih, ataupun yang timbul karena adanya ancaman kematian. (4) Intelektual yang berkaitan dengan proses penalaran atau rasionalisasi.

Glock & Stark (dalam Marliani, 2013 : 132) mengatakan terdapat lima dimensi religiusitas yang menjadi representasi komitmen individu terhadap agama atau kepercayaan yang dianut oleh individu, dapat dilihat melalui aktivitas atau perilaku. Kelima dimensi tersebut, antara lain:

1) Dimensi Keyakinan atau Ideologi

Dimensi ini berkaitan dengan sejauh mana seseorang mengakui, menerima, menyakini, dan berpegang teguh pada pandangan atau doktrin ajaran agamanya yang bersifat dogmatis, yang dipercaya akan membawa keberkahan juga keselamatan hidup baik di dunia dan di akhirat.

2) Dimensi Praktik agama atau Ritualistik

Dimensi ini menjelaskan intensitas maupun kualitas dalam menjalankan kegiatan yang bersifat ritual dan ketaatan sebagaimana yang telah diajarkan dan diperintah oleh agama yang dianut. Seperti menjalankan ibadah, pemanjatan doa, puasa, membaca kitab suci, dan lain sebagainya.

3) Dimensi Pengetahuan Agama atau Intelektual

Dimensi ini menunjukkan tingkat pemahaman mengenai ajaran agamanya sebagaimana termuat dalam kitab sucinya yang dijadikan sebagai pedoman hidup sekaligus sumber pengetahuan yang harus diimani serta dilaksanakan. Ilmu yang dimiliki akan menjadikan seseorang lebih luas dalam berfikir, sehingga perilaku keberagamaan akan lebih terarah.

4) Dimensi Pengalaman atau Eksperiensial

Dimensi ini merujuk pada seluruh keterlibatan hal-hal yang dianggap suci dari suatu agama, meliputi pengalaman serta perasaan yang pernah dialami. Seperti merasa bahwa dekat

dengan Tuhan, doanya sering dikabulkan, merasakan ketenangan hidup, dan lainnya. Kondisi ini menjadikan aktivitas keagamaan menjadi lebih bermakna dan terasa nikmat untuk dijalankan sehingga dapat menambah intensitas ibadah.

5) Dimensi Konsekuensi

Dimensi ini mengacu pada identifikasi segala akibat yang timbul dari keyakinan, praktik, pengalaman dan pengetahuan agama, berupa perasaan, persepsi atau sensasi yang dirasakan seseorang dari hari ke hari. Hal ini berkaitan dengan komitmen dan konsistensi seorang muslim dalam beribadah di segala kondisi. Seperti melakukan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya yang mengandung nilai-nilai kemanusiaan (bersifat anthropocentric) yakni selalu berbuat jujur, suka menolong, bersedekah, menjalankan norma-norma Islam dalam aspek berbudaya, bermasyarakat, berpolitik, dan berekonomi.

c. Pertimbangan Pasar Kerja

Pertimbangan pasar kerja selalu dijadikan pertimbangan mahasiswa dalam pemilihan berkarir, karena terpuruknya keadaan ekonomi, keterbatasan informasi pekerjaan bagi sebagian kalangan atau sulitnya mencari pekerjaan dimana setiap pekerjaan tentunya memiliki sebuah peluang dan kesempatan yang berbeda-beda. Pekerjaan yang memiliki pasar kerja yang lebih luas cenderung lebih diminati dibandingkan pekerjaan yang pasar kerjanya kecil. Hal ini dikarenakan peluang pengembangan dari pekerjaan, imbalan, dan kesempatan promosi yang diperoleh akan lebih banyak, maka motivasi seseorang untuk berkarir dalam profesi tersebut semakin bertambah (Talamaosandi & Wirakusuma, 2017 : 6).

Menurut Suindari & Purnama Sari (2018 : 36), pasar kerja merupakan sarana atau wadah dalam mengkoordinasikan pertemuan antara pencari pekerjaan dengan perusahaan yang memerlukan tenaga

kerja. Sedangkan Suroto (1990 : 147) menambahkan bahwa pasar kerja adalah tempat adanya permintaan dan penawaran dalam masyarakat dengan seluruh mekanisme yang memungkinkan adanya transaksi produksi antara orang yang menjual jasanya dengan pihak yang membutuhkan. Jadi, pertimbangan pasar kerja dapat diartikan sebagai tersedianya lapangan pekerjaan serta kemudahan mengakses lowongan kerja.

Menurut Wheeler (dalam Setiyani, 2005 : 30), indikator pertimbangan pasar kerja (job market consideration) meliputi :

1) Tersedianya lapangan pekerjaan

2) Keamanan kerja merupakan rasa aman dari profesi yang dipilih yang diharapkan bukan profesi sementara, dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, jauh dari kasus PHK, dan terus berlanjut sampai tiba waktu pensiun serta adanya jaminan di hari tua pada saat sudah tidak lagi bekerja.

3) Pekerjaan yang ditawarkan mudah diketahui dan didapatkan, karena mahasiswa biasanya memilih berdasarkan informasi lowongan pekerjaan yang mereka peroleh, sehingga semakin mudah diakses informasi tersebut, semakin banyak diminati oleh mahasiswa

4) Kesempatan promosi atau peningkatan posisi ke arah yang lebih tinggi, disertai dengan adanya kenaikan tanggung jawab dan imbalan tentu merupakan impian semua orang. Dalam hal ini, membutuhkan pengetahuan dan pelatihan yang harus terus diperbaharui untuk membantu karyawan agar tidak berada pada situasi yang stagnasi, secara tidak langsung dapat mendorong peningkatan kualitas kerja individu, dimana mewakili aspek penting dari sistem seleksi serta mengurangi turnover.

Dokumen terkait