HASIL DAN PEMBAHASAN A.Diskripsi Wilayah
2. Faktor – Faktor Pengaruh Alih Fungsi Lahan
a. Gravitasi Kota Surakarta dan Perkotaan Kabupaten Karanganyar
Kecamatan Jaten memiliki letak yang strategis sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan satu kota dan satu kabupaten lain, yaitu Kota Surakarta, dan Kabupaten Sukoharjo. Selain itu Kecamatan ini dilalui jalan nasional dan provinsi yang menghubungkan Yogyakarta dengan Surabaya dan Surakarta dengan Karanganyar.
Analisis gravitasi merupakan analisis untuk mengetahui kekuatan daya tarik-menarik antar desa dengan wilayah sekitar lainnya. Variabel yang dipakai untuk mengetahui interaksi adalah jarak dan jumlah penduduk. Mengingat letaknya yang berdekatan dengan kabupaten lain,
commit to user
interaksi ruang Kecamatan Jaten perlu dikaji untuk mengetahui kecenderungan perkembangannya yang dicerminkan dari pergerakan penduduk. Dalam perhitungan interaksi ini akan digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
: Interaksi antara wilayah 1 dan 2 : Jumlah Penduduk Wilayah 1 : Jumlah Penduduk Wilayah 2 : Jarak antara Wilayah 1 dan 2 a : Suatu Konstanta Emprik
b : Suatu Ekponen Jarak (Pada gaya gravitasi yang asli nilai b ini adalah 2)
Besarnya interaksi antar Kecamatan Jaten dengan wilayah sekitarnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.28. Skala Gravitasi Kecamatan Jaten dengan Kota Surakarta
Desa Jmlh Pndk
Kec. Jebres Kec. Pasarkliwon Jarak (Km) Jmlh Pndk Gafitasi (106) Jarak (Km) Jmlh Pndk Gafitasi (106) Urban Fringe 46369 2.47 88044 666.7 4.38 143319 347.16 Rural Fringe
sebagian Desa Sroyo
5578 3.27 88044 46 6.36 143319 19.77
Rural Fringe Sebagian Desa Brujul, Jetis dan
Dagen 4671 4.38 88044 21.4 7.13 143319 13.17 Rural Fringe Desa
Suruhkalang dan sebagian Desa Jati
9992 8.98 88044 10.9 10.26 143319 13.60
commit to user
Skala gravitasi Kecamatan dengan Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel 4.29. berikut ini :
Tabel 4.29. Skala Gravitasi Kecamatan Jaten dengan Kabupaten Karanganyar
Desa Jmlh Pndk
Kec. Karanganyar Kec. Tasikmadu Kec. Kebakkramat Jarak (Km) Jmlh Pndk Gafitasi (106) Jarak (Km) Jmlh Pndk Gafitasi (106) Jarak (Km) Jmlh Pndk Gafitasi (106) Urban Fringe 46369 9.21 76626 41.9 6.30 56283 65.83 4.98 59447 111.13 Rural Fringe sebagian Desa Sroyo 5578 9.88 76626 4.38 6.76 56283 6.87 2.23 59447 66.86 Rural Fringe Sebagian Desa Brujul, Jetis dan
Dagen 4671 7.94 76626 5.67 4.82 56283 11.30 2.51 59447 43.92 Rural Fringe Desa
Suruhkalang dan sebagian Desa Jati
9992 3.20 76626 74.92 2.23 56283 113.51 7.88 59447 9.56
Sumber: Hasil Olah Data Tahun 2011
Kecamatan Jaten yang merupakan daerah perkotaan Kota Surakarta bagian timur, adalah daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo (Kecamatan Mojolaban). Dari posisi ini akan memeberikan pola interaksi yang berbeda – beda antar wilayah di Kecamatan Jaten. Sesuai hukum gravitasi, keadaan antar suatu wilayah memperbesar interaksi diantaranya. Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat hubunngan yang spesifik antara daerah di Kecamatan Jaten dengan daerah di sekitarnya. Interaksi antar daerah cukup kuat terjadi antara wilayah-urban fringe di Kecamatan Jaten dengan Kecamatan Jebres dan Pasarkliwon. Daya tarik menarik Kecamatan Jebres dengan urban fringe area adalah sebesar 666,7 x 106 sedangkan dengan Kecamatan Pasar kliwon sebesar 347,16 x 106, hal ini menunjukkan akses penduduk di urban fringe lebih mudah dari Kota Surakarta. Kemudahan akses secara sekilas dapat dilihat dari jalan – jalan yang menghubungkan ketiga daerah tersebut, yang berupa jalan nasional
commit to user
dan provinsi dengan lebar minimal jalan 8 meter dan sudah dibagi menjadi dua lajur. Pergerakan penduduk di kedua desa tersebut ke Kota Surakarta lebih besar dibandingkan daerah lain, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan ataupun yang lain. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan penduduk di daerah urban fringe tersebut yang 78% menyatakan bahwa rerata penduduk menyekolahkan anak – anaknya pada tingkat SMA di Kota Surakarta. Selain itu di bidang kesehatan mereka juga rerata memilih berobat ke rumah sakit yang ada di Kota Surakarta jika penyakit mereka parah, dibanding berobat di rumah sakit bedah Mojosongo 2 yang berada di Desa Ngringo atau Rumah Sakit Jati Husada yang berada di Desa Jati. Alasan penduduk berobat ke Kota Surakarta adalah lebih mempertimbangkan biaya (bagi penduduk yang kurang mampu) dan kelengkapan fasilitas dan kebaikan penanganan yang ada di rumah sakit Kota Surakarta.
Daya tarik – menarik antara perkotaan Kabupaten Karanganyar dengan daerah –daerah di Kecamatan Jaten mempengaruhi daerah Kecamatan Jaten di bagian timur dan utara. Pengaruh perkotaan Kabupaten Karanganyar di daerah Kecamatan Jaten bagian timur lebih dipengaruhi oleh Kecamatan Tasikmadu dari pada Kecamatan Karanganyar. Gravitasi atau daya tarik Kecamatan Tasikmadu dengan rural fringe area di sebagian Desa Jati dan Desa Suruhkalang, adalah sebesar 113,05 x 106 sedangkan gravitasi Kecamatan Karanganyar dengan rural fringe area di sebagian Desa Jati dan Desa Suruhkalang sebesar 74,92 x 106. Hal ini dapat dilihat dari fasilitas Kecamatan Tasikmadu yang sudah lengkap baik di segi fasilitas pendidikan, kesehatan, maupun industri. Dari kelengkapan fasilitas dan kemudahan akses ke Kecamatan Tasikmadu ini membuat daya tarik penduduk rural fringe area di sebagian Desa Jati, Desa Suruhkalang, dan sebagian penduduk Desa Jaten untuk menyekolahkan anaknya maupun berobat ke Kecamatan Tasikmadu. Pengaruh ini dapat dilihat
commit to user
dari hasil wawancara dengan penduduk di Desa jati yang kebanyakan menyekolahkan anaknya pada tingkat SMP maupun SMA pada sekolah – sekolah di Kecamatan Tasikmadu maupun Karanganyar karena selain lebih dekat dengan tempat tinggal juga sudah negeri (terutama SMA) karena kualitas dianggap lebih baik dan murah. Selain itu untuk pengobatan penduduk Desa Jati juga lebih memilih berobat di RSU PKU Muhamadiah Tasikmadu atau RSUD Kabupaten Karanganyar dari pada di RS Jatihusada ketika sakit mereka parah.
Gaya gravitasi Kecamatan Kebakkramat berpengaruh terhadap daerah Kecamatan Jaten bagian timur, terutama rural fringe area di sebagian Desa Sroyo dan rural fringe area di sebagian Desa Brujul, Jetis dan Dagen. Besarnya gaya gravitasi Kecamatan Kebakkramat terhadap kedua desa tersebut adalah sebesar 66,86 x 106 untuk rural fringe area di sebagian Desa Sroyo dan 43,92 x 106 untuk rural fringe area di sebagian Desa Brujul, Jetis dan Dagen. Walaupun gaya gravitasi Kecamatan Kebakramat hanya dapat terlihat pada bidang pendidikan saja, sedangkan untuk pekerjaan, kesehatan dan fasilitas lainnya cukup sedikit. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan penduduk di kedua desa tersebut, yang lebih menunjukkan pengaruh kota Surakarta terhadap kebutuhan hidup mereka baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun di bidang yang lain.
Lokasi dan besarnya gaya gravitasi Kota Surakarta dan Perkotaan Karanganyar terhadap Kecamatan Jaten dapat dilihat pada peta gaya gravitasi berikut ini :
commit to user b. Aksesbilitas Lahan Kecamatan Jaten
Aksesbilitas atau tingkat kemudahan untuk mencapai fasilitas antara lain administrasi pemerintahan, perekonomian, pendidikan, maupun kesehatan, menjadi pertimbangan bagi manusia dalam pemilihan lokasi. Parameter aksesbilitas mempunyai ragam yang bervariasi, Parameter aksesbilitas lahan antara lain mempertimbangkan faktor jarak. Untuk tujuan penelitian maka dilakukan pemilihan parameter yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan karakteristik daerah penelitian yaitu Kecamatan Jaten. Parameter aksesbilitas yang dipakai antara lain jarak terhadap jalan kolektor, jarak terhadap jalur transportasi umum, jarak terhadap pusat perdagangan (pasar), jarak terhadap tempat pelayanan kesehatan, jarak terhadap pusat pendidikan, jarak terhadap tempat ibadah, serta jarak terhadap pusat pemerintahan. Masing – masing mempunyai nilai yang nantinya digunakan untuk penentuan nilai akhir, penilaian tiap parameter berdasarkan tabel parameter akasesbilitas lahan berikut ini :
Tabel 4.30. Parameter Akasesbilitas Lahan
No Parameter aksesbilitas lahan Kelas Keterangan Nilai 1 Jarak terhadap jalan kolektor I
II III < 200 m 200 – 500 m > 500 m 3 2 1 2 Jarak terhadap jalur
transportasi umum I II III < 200 m 200 – 500 m > 500 m 3 2 1 3 Jarak tehadap pusat
perdagangan (Pasar) I II < 500 m > 500 m 2 1 4 Jarak terhadap tempat
pelayanan kesehatan I II < 500 m > 500 m 2 1 5 Jarak terhadap tempat
pendidikan I II < 500 m > 500 m 2 1 6 Jarak terhadap tempat ibadah I
II
< 500 m > 500 m
2 1 7 Jarak terhadap pusat
pemerintahan I II < 500 m > 500 m 2 1 Sumber : Meyliana (1996 ; 20) dalam Rulianto 2011 : 35
commit to user
Nilai dari tiap parameter aksesbiltas lahan selanjutnya dijumlahkan untuk mendapatkan skor aksesbilitas dan dikelaskan dalam tiga kelas. Besarnya lebar interval untuk tiap kelas digunakan rumus sebagai berikut :
X =
Di mana :
X : Interval
R : Jarak pengukuran (skor tertinggi – skor terendah)
Jumlah interval : Jumlah kelas yang dicari ………(Hadi, 2002 : 12)
Berdasarkan hasil perhitungan tabel nilai parameter diatas skor tertinggi adalah 16 dan skor terendah adalah 7, kemudian dikelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.31. Kelas Skor Aksesbilitas Lahan
No. Kelas Skor Aksesbilitas Lahan Keterangan
1 Kelas 1 14 – 16 Tinggi
2 Kelas 2 11 – 13 Sedang
3 Kelas 3 7 – 10 Rendah
Sumber : Analisis data.
Parameter dipetakan melalui proses buffer. Buffer merupakan salah satu dari fungsi analisis spasial dalam SIG yang menghasilkan data spasial baru yang berbentuk polygon atau zone dengan jarak tertentu dari data spatial yang menjadi masukannya. Data spasial titik akan menghasilkan data spasial baru yang berupa lingkaran –
lingkaran yang mengelilingi titik – titik pusatnya. Untuk data spasial garis akan menghasilkan polygon yang mengelilingi garis – garis.
commit to user
Demikian pula untuk data spasial polygon, akan menghasilkan data spatial baru yang berupa polygon – poligon baru yang lebih besar dan konsentris.
Buffer merupakan alat yang mudah untuk analisis karena mampu mendapatkan data sptial baru sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kelemahan penggunaan analisis buffer adalah menganggap tiap daerah atau tiap satuan mempunyai nilai yang sama.
Setelah masing – masing parameter aksesbilitas melalui proses buffer kemudian nilainya digabungkan menjadi satu dengan cara ovelay. Hasil buffer dan penggabungan nilai – nilai masing – masing parameter aksesbilitas lahan berdasarkan hasil buffer dapat dilihat dalam peta buffer dan peta aksesbilitas lahan Kecamatan Jaten tahun 2011 berikut:
commit to user Peta buffer jalan arteri dan kolektor
commit to user Peta buffer angkutan
commit to user
commit to user Peta buffer pelayanan kesehatan
commit to user Buffer tempat pendidikan
commit to user Buffer tempat ibadah
commit to user Buffer pusat pemerintahan
commit to user Peta aksesbilitas lahan
commit to user
Dari peta aksesbilitas lahan dapat diperoleh luas aksesbilitas lahan sebagai berikut :
Table 4.32. Aksesbilitas Lahan Kecamatan Jaten Tahun 2011
No Skor Kelas Luas Luas
Perkelas Prosentase 1 7 Rendah 120.83 1379.52 51.41 2 8 Rendah 511.16 3 9 Rendah 332.78 4 10 Rendah 414.75 5 11 Sedang 446.87 1078.76 40.20 6 12 Sedang 372.99 7 13 Sedang 258.90 8 14 Tinggi 115.63 225.20 8.39 9 15 Tinggi 104.47 10 16 Tinggi 5.11 Jumlah 2683.49 2683.485 100
Sumber : Analisis Data Dengan Arc View
Bedasarkan tabel diatas maka dapat dilihat, bahwa lahan di Kecamatan Jaten, yang mempunyai aksesbilitas tinggi hanya 225,20 Ha atau 8,39 % dari luas keseluruhan Kecamatan Jaten. Untuk lahan yang mempunyai aksesbilitas sedang yaitu 1078,76 Ha (40,20%), sedangkan untuk lahan yang mempunyai aksesbilitas rendah adalah 1379,52 Ha (51,41%) atau sekitar separuh dari luas keseluruhan Kecamatan Jaten. Berdasarkan data ini maka dapat disimpulkan bahwa aksesbilitas di Kecamatan Jaten secara keseluruahan masih dalam taraf rendah. Hal ini dikarenakan rendahnya transportasi umum yang masuk ke desa – desa di Kecamatan Jaten, sehingga hanya daerah yang mempunyai aksesbilitas tinggi hanya berada di dekat jalan – jalan arteri dan kolektor, dengan mode trasportasi jarak jauh sampai menengah.
commit to user c. Utilitas umum Kecamatan Jaten
Utilitas umum merupakan salah satu faktor penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari, utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan yang mencakup jaringan listrik, jaringan air bersih (PDAM), jaringan telepon kabel, jaringan telephone celluler dan jaringan pembuangan limbah.
Pemberian nilai untuk parameter utilitas umum dalam penelitian ini berdasarkan tabel berikut ini :
Tabel 4.33. kelas dan nilai parameter utilitas umum.
No Kelas Kelengkapan Utilitas Umum Keterangan
1 Kelas 1 7 - 8 Buah Tinggi
2 Kelas 2 4 - 6 Buah Sedang
3 Kelas 3 1 - 3 Buah Rendah
Sumber : Meyliana (1996 : 20) dalam Rulianto, 2011 : 37 Berdasarkan survei di lapangan, sarana pelayanan jaringan listrik merupakan sarana yang paling luas jangkauannya. Jaringan listik di Kecamatan Jaten telah tersebar secara merata dan hampir tidak ada lahan terbangun yang tidak ada jaringan listriknya. Sarana pelayanan jaringan air juga sudah tersebar di seluruh Desa di Kecamatan Jaten, tetapi penyebarannya belum bisa tersebar secara menyeluruh seperti jaringan listrik. Pengguna air bersih (PDAM) ini, baru terpasang di daerah urban fringe sedangkan daerah rural fringe baru sebagian daerahnya di lalui oleh jaringan PDAM. Hal ini dikarenakan daerah rural fringe air sumurnya masih bagus, sehingga penduduk jarang yang menggunakan air PDAM.
Jaringan telepon kabel, sudah ada di delapan desa terutama di daerah urban fringe. Penggunaan telepon kabel ini sudah mulai dikalahkan oleh telepon selular yang bisa dibawa kemana saja dan relatif lebih murah. Jaringan telepon selular ini, sudah lebih baik di
commit to user
banding dengan jaringan telepon kabel, karena hampir di setiap tempat di Kecamatan Jaten sudah tidak ada blank spot.
Jaringan gas yang merupakan jalur distribusi gas ke konsumen, sekarang jaringan distribusi gas sudah tersebar seperti halnya jaringan listrik, hal ini dikarena adanya program konversi minyak tanah ke gas oleh pemerintah pusat, sehingga masyarakat miskin yang tidak mampu membeli kompor maupun tabung gas diberi secara cuma –
cuma oleh pemerintah. Dengan adanya program tersebut, pemerintah juga telah mengimbangi dengan peningkatan industri – industri tabung gas dan pengisian tabung gas yang tersebar di setiap kabupaten. Selain itu distribusi ke masyarakat terutama di Kecamatan Jaten sudah cukup bagus, hal ini dapat dilihat hampir semua toko / warung menjual isi ulang gas LPG.
Jaringan transportasi angkutan umum yang ada di Kecamatan Jaten tergolong cukup sulit, karena jalur transportasi angkutan umum yang ada hanya 5 jalur yaitu, jalur Surabaya – Jogjakarta, Palur –
Tasikmadu, Ring road, Tawangmangu – Surakarta, dan Palur –
Perumnas. Angkutan umum yang mudah diperoleh oleh penduduk Jaten hanya jalur Surabaya – Jogjakarta yang ada angkutan umum selama 24 jam, jalur Tawangmangu – Surakarta yang hanya beroperasi mulai jam 05.00 – 19.00, sedangkan untuk jalur lainnya angkutan umum cukup sulit diperoleh selain jam trayeknya pendek, waktu sirkulasinya juga lama, dan tidak pasti.
Di Kecamatan Jaten sarana pemadam kebakaran yang berupa hidran air, sama sekali belum tersedia, baik itu di pasar atau pusat perdagangan maupun di permukiman yang padat penduduk di daerah urban fringe. Sehingga jika terjadi kebakaran, penduduk hanya bisa mengandalkan mobil pemadam kebakaran saja. Selain itu terdapat beberapa permukiman di Desa Ngringo yang tidak bisa dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran, karena jalan untuk menuju permukiman
commit to user
tersebut terlalu sempit sebab ukurannya jalannya hanya bisa dilalui oleh dua sepeda motor saja.
Sarana penerangan jasa umum, merupakan sarana penerangan jalan di sepanjang jalan, mulai jalan arteri sampai jalan lingkungan. Penerangan jasa umum ini, sudah tersebar di seluruh daerah di Kecamatan Jaten baik pengadaannya dilakukan oleh pemerintah maupun dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.
Kebersihan / pembuangan sampah (TPA/TPS) yang diusahakan oleh pemerintah (DPU) hanya berada di Desa Jaten, Dagen dan Ngringo saja, karena kedua daerah ini merupakan daerah yang perumahan dan juga daerah yang padat penduduk, sehingga tidak ada lahan untuk menampung sampah rumah tangga yang ada. Sedangkan untuk Desa Sroyo, Jetis, dan Jati, penyediaan TPS (tempat pembuangan sampah) dilakukan oleh pemerintah desa, dengan memberikan tanah kas desa untuk dijadikan TPS, yang dikelola oleh masyarakat secara swadaya. Penyebaran TPA / TPS ini, hanya sebatas daerah di urban fringe sedangkan di daerah rural fringe, pengelolaan sampah masih mandiri oleh setiap rumah dengan membuat lubang sebagai tempat pembuangan sampah.
Pemberian nilai untuk parameter utilitas umum di Kecamatan Jaten secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.34. Perhitungan utilitas umum
No Utilitas umum Desa Brujul Desa Dagen Desa Jaten Desa Jati Desa Jetis
Desa Ngringo
Desa Sroyo Desa
Suruhkalang UF RF UF RF UF RF UF RF UF RF UF UF RF RF
1 jaringan air bersih √ - √ - √ - √ √ √ - √ √ - √
2 jaringan listrik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 jaringan telepon √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 jaringan gas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 jaringan transportasi √ √ √ √ √ √ √ - √ - √ √ √ √
6 pemadam kebakaran - - - - - - - - - - - - - -
7 sarana penerangan jasa umum √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Kebersihan / pembuangan sampah
√ - √ - √ - √ √ √ √ √ √ √ -
Jumlah 7 5 7 - 7 5 7 6 6 5 7 7 6 6
Sumber : Survei Lapangan tahun 2011 Keterangan :
√ : Terdapat utilitas umum - : Tidak terdapat utilitas umum
UF : Urban Fringe RF : Rural Fringe
commit to user
Dari tabel diatas maka dapat diperoleh kelas utilitas umum di Kecamatan sebagai berikut:
Tabel 4.46. Kelas Utilitas Umum Kecamatan Jaten Tahun 2011 No Daerah / Area Jumlah
Utilitas
Kelas Keterangan
1 Urban fringe 7 I Tinggi
2 Rural Fringe Sebagian Desa Sroyo
6 II Sedang
3 Rural Fringe Sebagian Desa Brujul, Jetis, Dagen dan Jaten
5 II Sedang
4 Rural Fringe Desa Jati dan Sebagian Desa Suruhkalang
6 II Sedang
Sumber : Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis tabel diatas maka perebaran utilitas umum di Kecamatan Jaten dapat di lihat pada peta utilitas umum Kecamatan Jaten tahun 2011 berikut ini:
commit to user