• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

F. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Menstruasi

Menurut Nurngaini (2002) penyebab kecemasan menghadapi menstruasi

pada remaja putri meliputi:

1. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dan peran anggota keluarga terdekat khususnya

ibu sangat diperlukan dalam memberikan informasi mengenai menstruasi

pada remaja putri. Semakin cepat perkembangan yang dialami remaja putri,

maka semakin banyak perubahan yang terjadi. Banyaknya perubahan yang

terjadi membuat remaja putri mengalami kecemasan. Pada saat menstruasi

remaja putri membutuhkan pengertian atas ketidakstabilan emosi yang

dialami dan dukungan yang positif. Mendiskusikan suatu masalah dengan

orangtua merupakan suatu indikasi dari adanya sikap positif. Tidak adanya

dukungan dari keluarga membuat remaja putri mengalami kecemasan

menghadapi menstruasi.

Banyaknya efek yang terjadi baik fisiologis atau psikologis pada saat

mengalami menstruasi dapat menimbulkan kecemasan. Remaja putri perlu

mendapatkan dukungan dari keluarga salah satunya adalah dukungan

informasional yang dapat diperoleh dari orangtua. Keluarga mempunyai

pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga

merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakkan dasar-dasar

keluarga juga berpengaruh bagi remaja (Soetjiningsih, 2004). Soetjiningsih

menambahkan bahwa fenomena yang terjadi saat ini di masyarakat bahwa

sebagian masyarakat merasa tabu untuk membicarakan masalah menstruasi

dalam keluarga, sehingga remaja putri kurang memiliki pengetahuan dan

sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis

terkait menstruasi.

Remaja putri yang memperoleh dukungan sosial, secara emosional

merasa lebih lega karena diperhatikan, dan mendapatkan saran atau kesan

yang menyenangkan. Dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan,

kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan

menyayangi, Sarason (dalam Zainuddin, 2002).

Menurut House (dalam Sarafino, 1990) terdapat empat jenis dukungan

keluarga yang meliputi:

a. Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah ekspresi empati dan perhatian terhadap

individu. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian

dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan, misalnya memberikan

umpan balik dan penegasan. Dukungan emosional dapat berupa

penyediaan waktu luang untuk mendengarkan dan didengarkan, kasih

sayang yang merupakan kelanjutan dari rasa simpatik, penghargaan yang

kebersamaan dengan individu lain untuk mempertahankan semangat di

saat membutuhkan. Individu yang mendapatkan dukungan emosional

akan memiliki keyakinan bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dan

dihargai di saat individu tersebut membutuhkan.

Dukungan emosional keluarga adalah ungkapan rasa simpati,

pemberian kasih sayang, penghargaan, dan kebersamaan yang diperoleh

dari keluarga. Adanya dukungan emosional keluarga akan membuat

individu merasa tenang dalam menghadapi berbagai keadaan yang tidak

menyenangkan, termasuk kecemasan menghadapi menstruasi. Kecemasan

menghadapi menstruasi hilang apabila individu memiliki jaminan adanya

anggota keluarga yang senantiasa dapat diandalkan.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan)

positif, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan

individu, dan perbandingan positif antara satu orang dengan orang yang

lain. Dukungan penghargaan sebagai sebuah umpan balik, membimbing

dan mengarahkan indivudu dalam memecahkan permasalahan. Pada saat

remaja putri mengalami menstruasi, keluarga hendaknya mendukung

dengan memberikan semangat. Terutama bagi remaja putri yang

mengalami rasa sakit perut, mual, dan kondisi emosi yang tidak stabil

mengalami emosi yang tidak stabil, remaja putri akan lebih sensitif dan

mudah marah. Dengan kondisi mudah marah, hendaknya orangtua

memberikan penghargaan dengan mencarikan solusi, membimbing, dan

memberikan umpan balik yang positif agar kondisi emosi remaja dapat

stabil.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung seperti memberi

pinjaman atau menolong pekerjaan pada waktu mengalami stress. Bentuk

dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan

pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan

serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi kecemasan

karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya. Masalah yang

dihadapi remaja putri adalah masalah menstruasi. Pada saat menstruasi,

keluarga atau orangtua memberikan dukungan dengan menyediakan atau

memberikan uang untuk membeli pembalut. Orangtua dapat membantu

putrinya dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Misalnya pada saat remaja

putri mengalami menstruasi, hendaknya orangtua tidak memberikan tugas

pada putrinya. Tugas yang dimaksud adalah tugas membantu orangtua

seperti mencuci piring, memasak, menyapu, dan lain sebagainya. Apabila

tugas memasak, mencuci piring, menyapu, dan lain-lain merupakan tugas

orangtua tidak mewajibkan tugas tersebut. Dengan adanya dukungan ini

membuat remaja putri merasa dihargai dan mendapat perhatian khusus

dari orangtua, sehingga remaja putri tidak mengalami tekanan yang akan

menimbulkan kecemasan.

d. Dukungan informatif

Dukungan informatif mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk,

saran-saran, dan umpan balik.

Dukungan keluarga terhadap remaja putri dalam menghadapi

menstruasi sangat dibutuhkan agar remaja putri tidak mengalami kecemasan,

ketakutan, dan ketidaksiapan dalam menghadapi menstruasi. Dukungan yang

dapat diberikan oleh keluarga berupa dukungan sosial yang meliputi bantuan

emosional seperti memberikan dorongan dan informasi, instrumental, dan

finansial (Smet, 1994).

Pada umumnya remaja putri akan memberitahu ibunya saat menstruasi

pertama kali (Santrock, 2003). Sayangnya tidak semua ibu memberikan

informasi yang memadai kepada putrinya. Sebagian ibu enggan, malu, dan

tidak memiliki pengetahuan tentang menstruasi. Kondisi ini akan

menimbulkan kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri.

2. Gaya hidup

Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan

pada remaja putri terjadi karena pola makan tidak menentu. Kekurangan gizi

pada remaja putri mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap

penyakit, mengalami pertumbuhan tidak normal, tingkat kecerdasan rendah,

produktivitas rendah dan terhambatnya perumbuhan organ reproduksi.

Terhambatnya organ reproduksi pada remaja putri mengakibatkan

menstruasi tidak lancar dan gangguan kesuburan (Soekirman, 2002). Remaja

putri hendaknya mengetahui bagaimana gaya hidup sehat seperti, jangan

lupa sarapan setiap pagi, banyak mengkonsumsi air putih, banyak melakukan

olah raga, mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 3-4 porsi perhari

(Muniroh 2002). Kurang minum air putih dan kurang mengkonsumsi buah

dan sayur menyebabkan menstruasi tidak lancar, mengalami sakit perut saat

menstruasi, dan mual menjelang menstruasi. Kurang minum dan kurang

makan buah dan sayur adalah gaya hidup yang tidak sehat. Sehingga gaya

hidup dapat menyebabkan kecemasan. Misalnya remaja putri cemas karena

setiap menstruasi akan mengalami rasa sakit perut. Padahal rasa sakit perut

yang dialami disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat.

3. Pengetahuan

Pengetahuan remaja putri tentang suatu obyek mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap remaja putri terhadap obyek tertentu. Semakin banyak

makin positif terhadap obyek tersebut. Jadi, semakin banyak pengetahuan

yang dimiliki remaja putri tentang menstruasi maka diharapkan akan

semakin positif sikap remaja putri dalam menghadapi menstruasi.

Remaja putri yang memiliki pengetahuan baik maka akan lebih

mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya. Sedangkan yang memiliki

pengetahuan kurang cenderung mengalami kecemasan berat. Kecemasan

bukan hanya sakit secara emosional tapi karena ada kesalahan dalam

pengetahuan, semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya maka

kecemasan akan lebih mudah untuk diatasi. Setiap remaja putri yang akan

memasuki masa menstruasi harus memiliki pengetahuan yang memadai

tentang menstruasi agar dapat menjalani masa tersebut dengan lebih tenang

sehingga remaja putri tersebut tidak mengalami kecemasan. Kurangnya

pengetahuan remaja putri dan pengetahuan orangtua mengenai menstruasi

menyebabkan kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor internal

dan eksternal. Faktor internal meliputi jasmani dan rohani. Remaja putri

yang mempunyai tubuh yang sehat akan mempunyai semangat untuk belajar,

dan akan aktif mencari informasi untuk menambah pengetahuan. Keadaan

psikis yang stabil dan kepribadian yang kuat akan mempermudah remaja

tingkat pengetahuan adalah pendidikan, paparan media massa, ekonomi,

hubungan sosial, dan pengalaman.

Remaja putri dapat memperoleh berbagai informasi mengenai

menstruasi melalui berbagai media, baik media cetak maupun elektronik,

seperti majalah, koran, televisi, radio, atau pamflet. Remaja putri yang lebih

sering mencari informasi di media massa akan memperoleh

pengetahuan/informasi lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak pernah

mencari informasi di media massa. Pengetahuan remaja putri tentang

menstruasi juga bisa diperoleh dari lingkungan sekitar, misalnya sering

mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik seperti seminar. Selain

kegiatan-kegiatan yang mendidik, pengetahuan tentang menstruasi juga

dapat diperoleh berdasarkan pengalaman khusus dari orang-orang tertentu

seperti, ibu, kakak, teman, atau guru, sehingga akan banyak informasi yang

diperoleh untuk meningkatkan pengetahuan.

4. Sikap

Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu

terhadap suatu hal. Sikap dapat berupa positif dan negatif. Yang termasuk

dalam sikap positif adalah mendekati, menyayangi, mengharapkan.

Sedangkan yang termasuk sikap negatif adalah menjauhi, menghindari, dan

Sikap positif terhadap menstruasi akan membantu remaja putri dalam

mengelola gejala menstruasi. Tidak adanya pengalaman sama sekali

terhadap suatu masalah maka secara psikologis akan cenderung membentuk

sikap negatif terhadap masalah tersebut. Oleh karena itu sangat diperlukan

upaya untuk mengurangi atau mengatasi kecemasan menghadapi menstruasi.

Hal ini dapat diperoleh dengan mencari informasi tentang menstruasi dari

berbagai sumber sehingga remaja putri yang mengalami menstruasi akan

lebih siap dan lebih tenang dalam menghadapi masa menstruasi. Sikap yang

ditunjukkan dalam menjalani masa menstruasi sebagai bagian dari

kehidupan normal setiap remaja putri juga berpengaruh dalam mengurangi

atau mengatasi kecemasan yang dialaminya.

Sikap terhadap menstruasi mempengaruhi pengalaman pribadi remaja

putri terhadap menstruasi dan dapat merefleksikan bagaimana menjadi

seorang wanita pada umumnya. Kadang kala terjadi, sikap mengenai

menstruasi sangatlah negatif dikarenakan remaja putri lebih sering melihat

menstruasi sebagai suatu kutukan atau keadaan biologis yang tidak

menyenangkan daripada melihat menstruasi sebagai suatu fungsi fisiologis

yang normal, yang berkaitan dengan kewanitaan dan kesuburan (Byer &

Galino 1999).

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap

memberikan pengaruh positif kepada dirinya. Sedangkan individu yang

memandang suatu permasalahan dari sisi negatif maka akan memberikan

pengaruh yang negatif pula kepada dirinya yang nantinya hal ini akan

mempengaruhi tindakannya. Misalnya remaja putri yang menganggap

menstruasi adalah sesuatu yang menyenangkan (positif) yang terjadi dalam

dirinya, maka remaja putri tidak akan mengalami kecemasan dalam

menghadapi menstruasi. Sedangkan individu yang menganggap menstruasi

adalah hal yang menyedihkan (negatif), maka remaja putri akan menolak

datangnya menstruasi dan akan mengalami kecemasan menghadapi

menstruasi.

Orangtua, khususnya ibu sebaiknya membekali putrinya dengan

informasi yang cukup tentang menstruasi. Sedangkan remaja putri itu sendiri

melakukan konsultasi dengan anggota keluarga terdekat, teman, bahkan

dokter untuk mendapatkan informasi yang benar dan menjalani masa

menstruasi dengan gaya hidup yang sehat dan berpikiran positif agar dapat

menghindari kecemasan itu sendiri.

Dokumen terkait