• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebab kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri SD Kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan pribadi - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penyebab kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri SD Kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang tahun ajaran 2013/2014 dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan pribadi - USD Repository"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEBAB KECEMASAN MENGHADAPI MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI SD KELAS VI DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO, KABUPATEN PASAMAN, PADANG TAHUN AJARAN 2013/2014DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

DISUSUN OLEH: ISMAWITA NIM: 101114006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENYEBAB KECEMASAN MENGHADAPI MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI SD KELAS VI DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO, KABUPATEN PASAMAN, PADANG TAHUN AJARAN 2013/2014DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

DISUSUN OLEH: ISMAWITA NIM: 101114006

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv MOTTO

PERSEMBAHAN

Untuk mendapatkan kesuksesan, keberanianku

harus lebih besar daripada ketakutanku.

Kupersembahkan karyaku ini untuk:

Orangtuaku: Papi Soeroso dan Mami

Marliyah

Saudara kandungku, kakak ku

satu-satunya yang paling ku sayang, Istivah,

S,S

Dedi Setiawan Rizqi Tugino, yang setia

menunggu dengan penuh kesetiaan selama

a

ku kuliah

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

PENYEBAB KECEMASAN MENGHADAPI MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI SD KELAS VI DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO, KABUPATEN PASAMAN, PADANG TAHUN AJARAN 2013/2014DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI

Ismawita

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui penyebab kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang Tahun Ajaran 2013/2014, dan menyusun topik-topik bimbingan pribadi yang tepat untuk mengatasi kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang Tahun Ajaran 2013/2014.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian ini adalah remaja putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang tahun ajaran 2013/2014 yang sudah menstruasi dan berjumlah 75 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner penyebab kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri SD kelas VI yang dibuat berdasarkan empat aspek penyebab kecemasan menghadapi menstruasi yaitu dukungan keluarga, gaya hidup, pengetahuan, dan sikap. Kuesioner kecemasan menghadapi menstruasi terdiri dari 40 item pernyataan favorable dan

unfavorable yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Guttman dengan dua alternatif jawaban yaitu: Ya dan Tidak.

(9)

viii ABSTRACT

THE ANXIETY CAUSES OF FACING THE MENSTRUATION ON THE SIX Th GRADE ELEMENTARY SCHOOL TEENAGE FEMALE STUDENTS IN THE DISTRICT OF LUHAK NAN DUO, KABUPATEN PASAMAN, PADANG IN THE SCHOOL YEAR OF 2013/2014 AND ITS

IMPLICATIONS FOR THE SUGGESTED TOPICS OF PERSONAL GUIDANCE anxiety causes of facing the menstruation on the six th grade Elementary School teenage female students in the District of Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang in the school year of 2013/2014. This research also suggested the personal guidance topics which is appropriate to overcome the anxiety of facing the menstruation for six th grade Elementary School teenage female students in the District of Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang in the school year of 2013/2014.

The method uses in this research is survey. The subject of this research is 75 students of six th grade Elementary School teenage female students in the District of Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang in the school year of 2013/2014 who have menstruated. The instrument of this research is in the form of questionnaire about the anxiety causes of facing the menstruation on the six th grade Elementary School teenage female students. It is made according to four

reason’s aspects of facing the menstruation. They are family support, life style,

knowledge, and attitude. The questionnaire consists of forty question items of favorable and unfavorable which are developed based on Guttman scale model preparation technique with two alternative answers: Yes and No answers.

The data analysis technique used in the research is by the score tabulation from each item and by counting the total score of each respondent. The result shows that the teenage female anxiety causes come from: (1) 42. 66% of the low

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas kasih

karunia, perlindungan dan bimbinganNya selama proses penulisan skripsi ini.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari

banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti menghaturkan ucapan

terikasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi

ini.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi

Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah bersedia membantu memperlancar segala urusan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang

telah mendampingi, membimbing, mengarahkan peneliti dengan sabar

dalam menyusun skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

(11)
(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 7

E. Definisi Operasional 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Remaja 10

B. Penyebab Kecemasan 13

(13)

xii

D. Kecemasan Menghadapi Menstruasi 28

E. Gejala Sindrom Premenstruasi 28

F. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Menstruasi 31

G. Bentuk/reaksi Kecemasan Menghadapi Menstruasi 40

H. Bimbingan Pribadi 42

I. Topik-topik Bimbingan Pribadi 45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 51

B. Subjek Penelitian 52

C. Instrumen Penelitian 54

D. Teknik Pengumpulan Data 59

E. Teknik Analisis Data 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 61

B. Pembahasan 70

C. Implikasi Hasil Penelitian Bagi Penyusunan Topik-topik

Bimbingan Pribadi 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 78

B. Saran 79

DAFTAR PUSTAKA 81

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Seleksi Sampel Penelitian 53

Tabel 2 : Kisi-kisi Instrumen Penyebab Kecemasan Menghadapi

Menstruasi pada Remaja Putri SD Kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang

Tahun ajaran 2013/2014 (Final) 57

Tabel 3 : Koefisiensi Korelasi dan Reliabilitas 59

Tabel 4 :Hasil Analisis Aspek Penyebab Kecemasan Menghadapi

Menstruasi pada Remaja Putri SD Kelas VI 62

Tabel 5 : Item-item yang Menunjukkan Penyebab Kecemasan

Menghadapi Menstruasi 69

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Validitas Instrumen

Lampiran 2 : Kuesioner Penyebab Kecemasan Menghadapi Menstruasi

Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

dewasa yang ditandai dengan berbagai macam perubahan baik fisik, kognitif,

dan sosial (Sulaeman, 1995). Secara umum, di antara perubahan yang terjadi

pada masa ini, perubahan fisik lebih mendominasi karena merupakan salah satu

ciri penting dari perkembangan masa remaja. Perubahan fisik seperti perubahan

bentuk tubuh pada remaja putri sering menimbulkan kecemasan yang cukup

mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap

penampilan dirinya (Monks, 2004). Remaja putri akan mengalami

kekhawatiran mengenai bentuk tubuh seperti tumbuhnya jerawat, terlalu pendek

atau tinggi, dan terlalu gemuk atau terlalu kurus.

Hurlock (1997) menjelaskan salah satu perubahan penting yang dialami

pada masa remaja adalah perubahan fisik yang ditandai dengan munculnya

ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri-ciri-ciri seks sekunder. Perubahan ciri-ciri-ciri-ciri seks primer

berbeda antara remaja putra dan remaja putri, pada remaja putra perubahan ciri

seks primer ditunjukkan dengan pertumbuhan batang kemaluan (penis) dan

(17)

Sementara itu, bagi remaja putri perubahan ciri seks primer ditandai dengan

munculnya menstruasi (Mar’at, 2005).

Menurut Ramaiah (2006) menstruasi adalah pengeluaran cairan darah

dari vagina secara berkala selama masa usia reproduktif. Pada umumnya

remaja putri akan mengalami menstruasi pertama pada usia 10-13 tahun.

Ramaiah menambahkan menstruasi pertama pada remaja putri sering dihayati

sebagai suatu pengalaman traumatis. Terkadang remaja putri yang belum siap

menghadapi mentruasi akan timbul keinginan untuk menolak datangnya

menstruasi. Menjelang datangnya menstruasi, remaja putri biasanya

mengalami kecemasan. Mereka mengalami kecemasan karena mereka malu,

takut, terganggu, kecewa, dan bingung mengenai apa yang harus dilakukan,

(Paludi, 2002).

Kecemasan dapat dialami oleh setiap orang, terutama dalam situasi

yang tidak menyenangkan. Kecemasan merupakan kegundahan dan

kegelisahan yang belum jelas objeknya. Kecemasan menimbulkan respon

yang tidak langsung, seperti jantung berdebar-debar (Santrock, 2007).

Berbeda dengan ketakutan, objek ketakutan itu jelas, sehingga respons

terhadap hal yang menakutkan dapat langsung diamati. Misalnya ketika

seseorang melihat ular (objek ketakutan), kemudian seseorang tersebut

berteriak dan berlari (respons yang dilakukan dan yang dapat diamati).

(18)

yang diberikan dapat diamati atau tidak dapat diamati; objeknya nyata atau

tidak nyata.

Kecemasan menghadapi menstruasi terlihat dari kondisi psikologis

remaja putri dan gejala premenstruasi yang biasa terjadi. Menurut pendapat

Ramaiah, (2006) gejala premenstruasi ini ditandai dengan kondisi emosi

sedih, cemas, marah dan kesal, konsentrasi menurun, dan sulit untuk

mengambil keputusan, serta kondisi perilaku yang memperlihatkan motivasi

rendah dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain. Dampak dari

kecemasan dapat mencakup fisik maupun psikis. Dari segi fisik akan

berpengaruh pada penurunan kondisi kesehatan secara umum, meliputi

gangguan denyut jantung, peredaran darah, gangguan pernafasan, daya tahan

tubuh, sistem metabolisme dan lain-lain. Dari segi psikis dapat memunculkan

gejala-gejala tingkah laku seperti adanya kecenderungan menarik diri dari

kehidupan sosial, menutup diri, pesimis, merasa tidak bahagia, cemas,

depresi, stress, kesulitan berkonsentrasi, dan agresif.

Sindrom premenstruasi memiliki keterkaitan yang erat dengan

perubahan kadar hormon, neurotransmitter, pola makan, pola hidup, dan

penggunaan obat-obatan (Khomsan, 2006). Perubahan kadar hormon itu

menyebabkan penurunan endorfin yang berkaitan dengan mood, sehingga saat

menstruasi timbul mood yang tidak stabil (Reeder, 2011). Andrews (2009),

mengelompokkan gejala sindrom premenstruasi ke dalam 3 kategori yaitu:

(19)

Penyebab kecemasan menghadapi menstruasi yang biasanya terjadi

pada remaja putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten

Pasaman, Padang bahwa remaja putri mengalami rasa sakit perut, mual, sakit

pinggang, tidak bisa bebas melakukan aktivitas sehari-hari, dan merasa kurang

nyaman menjelang menstruasi. Rasa mual, sakit perut, sakit pinggang, dan

merasa tidak bebas melakukan aktivitas yang dialami remaja putri disebabkan

karena remaja putri memiliki pengetahuan menstruasi yang rendah, memiliki

gaya hidup sehat yang rendah, dan remaja putri kurang mendapatkan

dukungan dari keluarga mereka.

Penelitian ini didukung oleh informasi yang diperoleh dari wawancara

yang dilakukan peneliti dengan melibatkan lima remaja putri yang masih

duduk di bangku sekolah dasar yang ada di Kecamatan Luhak Nan Duo,

Kabupaten Pasaman, Padang. Kelima remaja putri tersebut, berusia 11-14

tahun dan sudah mengalami menstruasi. Dari kelima remaja putri diperoleh

informasi bahwa setiap menjelang menstruasi, remaja putri belum mempunyai

kesiapan baik secara fisik maupun psikologis. Kurangnya kesiapan menjelang

menstruasi menyebabkan kecemasan saat menstruasi. Penyebab kecemasan

menghadapi menstruasi yang dialami remaja putri timbul karena remaja putri

melihat begitu banyak darah yang keluar dari alat vital, mengalami rasa sakit

pada perut dan payudara menjelang menstruasi, dan malu karena harus

mengalami menstruasi saat berada di sekolah. Remaja putri berpandangan

(20)

ini terlihat dari respon mereka yang kurang menyenangkan dalam menanggapi

pertanyaan tentang menstruasi yang diajukan peneliti.

Selain melakukan wawancara kepada remaja putri, peneliti juga

melakukan wawancara kepada lima orangtua yang memiliki putri. Dua dari

lima orangtua memiliki putri yang belum pernah mengalami menstruasi dan

tiga dari lima orangtua yang memiliki putri sudah mengalami menstruasi.

Berdasarkan hasil wawancara, orangtua yang memiliki putri belum

menstruasi, tidak memberitahukan atau memberi informasi kepada putrinya

mengenai menstruasi. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti

kepada orangtua yang memiliki putri sudah menstruasi, orangtua juga tidak

memberitahu atau memberi informasi kepada putrinya mengenai menstruasi.

Ketika remaja putri memberitahu orangtuanya bahwa dia telah menstruasi,

orangtua cukup tahu saja, tidak menjelaskan apa itu menstruasi, dan apa yang

harus dilakukan saat menstruasi.

Kesimpulan dari wawancara bahwa kelima orangtua mengatakan malu

jika harus memberitahukan informasi tentang menstruasi. Disamping malu,

orangtua juga mengatakan kalau dirinya juga tidak mengetahui berbagai

informasi mengenai menstruasi. Wawancara yang peneliti lakukan telah

membuktikan bahwa remaja putri kurang mendapatkan dukungan keluarga

menjelang menstruasi dan saat menstruasi. Sehingga, kurangnya dukungan

(21)

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Penyebab Kecemasan menghadapi Menstruasi pada Remaja Putri

SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang

Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya pada Usulan Topik-topik

Bimbingan Pribadi”. Remaja putri perlu diberikan pengarahan melalui

topik-topik bimbingan pribadi yang tepat dalam membantu mengatasi kecemasan

menghadapi menstruasi. Peneliti mencoba mencari salah satu solusi yang bisa

digunakan dalam mengatasi gangguan kecemasan remaja putri pada saat

menghadapi menstruasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah penyebab kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri

SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang

tahun ajaran 2013/2014?

2. Topik-topik bimbingan pribadi apa sajakah yang tepat untuk mengatasi

kecemasan dalam menghadapi menstruasi pada remaja putri SD kelas VI di

Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang tahun ajaran

(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui penyebab kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja

putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman,

Padang tahun ajaran 2013/2014.

2. Menyusun topik-topik bimbingan pribadi yang tepat untuk mengatasi

kecemasan dalam menghadapi menstruasi pada remaja putri SD kelas VI di

Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman, Padang tahun ajaran

2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu tentang

kecemasan menghadapi menstruasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Remaja

Melalui penelitian ini, harapannya remaja putri semakin mampu

mengatasi penyebab kecemasan menghadapi menstruasi.

b. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti menemukan topik-topik bimbingan

(23)

menstruasi. Penemuan topik-topik bimbingan pribadi yang tepat ini

dapat dikembangkan sebagai salah satu pengetahuan baru bagi peneliti.

c. Bagi guru BK

Guru BK mendapat informasi atau gambaran tentang penyebab

kecemasan menghadapi menstruasi. Melalui informasi tersebut, guru

pembimbing dapat membuat program bimbingan yang dapat

membantu remaja putri dalam menghadapi menstruasi.

E. Definisi Operasional

1. Kecemasan

Suatu kondisi tertekan, tidak menyenangkan, dan tidak terkendali. Kondisi

yang tidak terkendali dan tidak menyenangkan tersebut seperti sulit

konsentrasi, khawatir, gelisah dan otot tegang.

2. Menstruasi

Proses keluarnya darah dari dalam rahim yang terjadi karena luruhnya

lapisan dalam rahim. Menstruasi terjadi secara alami pada setiap

perempuan yang sehat, dan menjadi ciri khas kedewasan wanita.

3. Kecemasan Menghadapi Menstruasi

Kecemasan menghadapi menstruasi diartikan sebagai suatu perasaan

gelisah, khawatir, dan cemas jika menstruasi datang secara tiba-tiba dan di

saat yang tidak tepat, seperti tiba-tiba mengalami menstruasi pada saat di

(24)

4. Penyebab Kecemasan Menghadapi Menstruasi

Penyebab kecemasan menghadapi menstruasi diartikan sebab-sebab atau

gejala menjelang menstruasi yang menimbulkan kecemasan. Gejala-gejala

menjelang menstruasi biasanya seperti rasa mual, sakit perut, dan sakit

pinggang.

5. Remaja Putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten

Pasaman, Padang

Diartikan sebagai siswi yang aktif mengikuti proses belajar mengajar di

sekolah dasar yang ada di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten

Pasaman, Padang tahun ajaran 2013/2014 yang sudah mengalami

(25)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan tentang pengertian kecemasan, jenis-jenis

kecemasan, gejala kecemasan, pengertian menstruasi, gejala sindrom premenstruasi,

dan faktor-faktor penyebab kecemasan menghadapi menstuasi.

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Remaja berasal dari kata latin adolescere berarti tumbuh atau menjadi

dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik

(Hurlock, 1980). Santrock (2007) menjelaskan remaja adalah masa transisi

antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan

biologis, kognitif, emosional, dan sosial. Rentang usia remaja dibedakan

menjadi tiga, yaitu 12 sampai 15 tahun disebut remaja awal, 15 sampai 18

tahun disebut remaja pertengahan, dan 18 sampai 22 tahun adalah remaja

akhir.

Remaja putri dengan kisaran umur 12-15 tahun termasuk remaja yang

sudah mengalami pubertas. Pada masa-masa ini sudah terjadi perubahan

fisik dan psikologis. Perubahan fisik yang dialami diantaranya tumbuhnya

bulu pada kemaluan dan menstruasi. Karakteristik subjek dalam penelitian

(26)

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Terdapat lima ciri-ciri remaja menurut Zulkifli (2003), yaitu:

a. Peningkatan emosional

Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja

dikenal sebagai masa stress. Peningkatan emosi ini merupakan tanda

bahwa remaja dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya.

b. Perubahan fisik

Perubahan fisik biasanya disertai dengan kematangan seksual. Terkadang

perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan

kemampuannya sendiri. Perubahan fisik terjadi secara cepat, baik

perubahan internal seperti pencernaan, maupun perubahan eksternal

seperti tinggi badan dan berat badan.

c. Perubahan sosial

Perkembangan sosial pada masa remaja merupakan puncak dari

perkembangan sosial dari fase-fase perkembangan. Perkembangan sosial

remaja lebih mementingkan kehidupan sosial di luar ikatan dalam

keluarganya. Perkembangan sosial remaja pada fase ini merupakan titik

balik pusat perhatian, dan lingkungan sosial sebagai perhatian utama.

Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya

bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa

(27)

organisasi sosial juga memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial

remaja, namun demikian agar remaja dapat bergaul dengan baik dalam

kelompoknya diperlukan kompetensi sosial yang berupa kemampuan dan

keterampilan berhubungan dengan orang lain.

d. Perubahan kognitif

Perubahan-perubahan kognitif yang berlangsung selama transisi dari

masa kanak-kanak hingga masa remaja adalah meningkatnya berpikir

abstrak, dan idealis.

Perubahan-perubahan Kognitif pada Masa Remaja Ada 5 yaitu:

1) Remaja sudah bisa melihat ke depan ke hal-hal yang mungkin akan

terjadi, termasuk mengerti keterbatasannya dalam memahami realita.

Sistem abstraksi, pendekatan dan penalaran yang sistematis

(logis-idealis), sampai ke berfikir hipotetis yang berdampak pada perilaku

sosial, berperan dalam meningkatkan kemampuan membuat keputusan.

2) Remaja mampu berfikir abstrak. Kemampuan ini dapat diaplikasikan

dalam proses penalaran dan berfikir logis.

3) Remaja mulai berfikir tentang berfikir itu sendiri biasa dikenal dengan

istilah Metacognition, yaitu monitoring tentang aktivitas kognitifnya

sendiri. Selama proses berfikir menjadikannya instrospektif terkait

(28)

4) Pemikirannya lebih multidimensional dibandingkan singular mampu

melihat dari berbagai perspektif dan lebih sensitif pada kata-kata

sarkastik dan sindiran.

5) Remaja mengerti hal-hal yang bersifat relative. Sering muncul pada

saat remaja meragukan sesuatu, yang ditandai dengan seringnya

berargumentasi tentang nilai-nilai moral.

e. Kecemasan

Pada masa remaja kecemasan akan meningkat karena terjadi

perubahan ketidakseimbangan hormonal yang menyebabkan rasa tidak

tenang pada dirinya. Kondisi yang belum stabil akan mempengaruhi cara

berpikir remaja yang irrasional.

Kelenjar adrenal adalah salah satu kelenjar yang paling penting dan

berada di atas ginjal. Ini adalah bagian dari endokrin dan kelenjar ini

mengeluarkan hormon dalam situasi ketika tubuh stress atau bahaya.

Kelenjar ini bertanggung jawab untuk pengembangan banyak hormon

pada tubuh manusia. Setiap masalah dalam fungsi kelenjer ini dapat

menyebabkan gangguan kelenjar adrenal, dan menimbulkan kecemasan.

B. Penyebab Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai

(29)

yang kadang-kadang dialami oleh individu dalam tingkat yang

berbeda-beda (Atkinson dan Rita, 1993).

Kecemasan merupakan emosi yang dikarakteristikkan oleh keadaan

pemikiran dan pengantisipasian terhadap bahaya (Hurlock, 1980).

Menurut Nevid (2005) kecemasan merupakan suatu keadaan yang

merangsang fisiologis, perasaan tegang dan tidak menyenangkan, dan

perasaan aprehensif. Perasaan aprehensif adalah keadaan khawatir bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi. Kondisi yang tidak terkendali dan tidak

menyenangkan seperti sulit konsentrasi, khawatir, gelisah dan otot tegang.

2. Jenis-jenis Kecemasan

Gaundry (dalam Gunartomo, 2003) mengatakan bahwa secara

konseptual kecemasan dikenal dengan sifat kecemasan yang menunjukkan

keadaan emosional dan menetap dalam diri seseorang saat menilai situasi

dan kondisi yang sama. Kecemasan ini akan dialami oleh seseorang ketika

orang tersebut menilai keadaan yang pernah dialami sebelumnya sama

dengan keadaan yang dialami berikutnya, meskipun sebenarnya keadaan

yang dihadapi pada waktu yang berikutnya berbeda dengan keadaan yang

dialami pada waktu sebelumnya dan kecemasan yang dihadapi juga

(30)

Speilberger (dalam Slameto, 1995) membedakan kecemasan atas dua

bagian yaitu:

a. Kecemasan sebagai suatu sifat, yaitu kecenderungan pada diri seseorang

yang merasa terancam oleh sejumlah kondisi sebenarnya yang tidak

berbahaya.

b. Kecemasan sebagai suatu keadaan, yaitu suatu keadan atau kondisi

emosional sementara pada diri seseorang, yang ditandai dengan perasaan

tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat

subyektif, dan meningginya system saraf otonom simpatetik. Sistem saraf

Simpatetik bergerak satu unit. Saat terkena rangsangan emosional, saraf

simpatetik akan mempercepat detak jantung, memperlebar pembuluh darah

dari otot skeletal dan jantung, mempersempit pembuluh darah kulit dan

organ pencernaan, dan memproduksi keringat berlebih. Juga mengaktifkan

kelenjar endokrin tertentu sampai hormon pengeluaran selanjutnya

meningkatkan rangsangan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan mengenai

jenis-jenis kecemasan. Jenis-jenis kecemasan yang dialami seseorang

biasanya seperti perasaan gelisah, yang berarti tidak tentram hatinya, selalu

merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, dan cemas. Kegelisahan

merupakan ketentraman hati maupun perbuatan seseorang, merasa

(31)

hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang

dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya

lain dari biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang

tertentu sambil menundukkan kepala. Kegelisahan merupakan salah satu

ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari,

kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan.

3. Gejala-gejala Kecemasan

Gejala kecemasan umumnya disertai oleh perubahan fisiologis, seperti

perubahan ekspresi wajah, muka tiba-tiba memerah, pupil mata membesar,

otot muka bergerak-gerak, perubahan gerak-gerik tubuh, menggigit-gigit

jari sendiri, dan macam-macam tingkah laku kompulsif, (Dirga Gunarsa

dan Gunarsa, 1995)

Gejala kecemasan secara fisik yang dapat dilihat oleh orang lain dan

dapat dirasakan oleh individu itu sendiri, antara lain: ujung-ujung jari

terasa dingin, pencernaan tidak teratur, detak jantung cepat, berkeringat

terlalu berlebihan, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing,

nafas sesak disebabkan karena detak jantung yang cepat. Gejala kecemasan

secara mental atau psikologis antara lain: merasa takut, merasa akan ada

bahaya, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya, rendah diri, hilang

kepercayaan diri, tidak tentram, dan ingin lari dari kenyataan hidup

(32)

Gejala kecemasan secara fisiologis (fisik) yang dapat dirasakan oleh

individu sendiri menurut Fabella (1993) antara lain:

a. Nafsu makan yang hilang atau nafsu makan yang berlebihan

Kecemasan dapat menimbulkan nafsu makan semakin berkuang.

Seringkali seseorang merasa tidak nafsu makan walaupun tubuh

menuntut asupan makanan sebagai energi untuk beraktivitas. Nafsu

makan dapat berkurang karena stress. Stres sering berhubungan dengan

makan berlebih, tetapi fakta membuktikan bahwa banyak orang tidak

nafsu makan karena sedang mengalami stres. Stres menurunkan

keinginan dan minat orang terhadap makanan. Gangguan mood dan

depresi juga terkait dengan nafsu makan rendah.

Nafsu makan yang hilang berhubungan dengan perilaku makan

yang kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan, sosial dan mental yang

dapat dikendalikan secara sadar misalnya kebiasaan makan dalam

sehari, makan karena kelezatan makanan yang disajikan dengan

meningkatkan selera, kondisi stress, cemas dan depresi yang dengan

mudah mengubah pola makan.

b. Gangguan pencernaan seperti sakit maag

Gangguan pencernaan atau sakit perut adalah istilah umum yang

menggambarkan ketidaknyamanan di perut bagian atas. Pada umumnya

(33)

berbahaya, melainkan beberapa gejala yang dialami, termasuk sakit

perut dan perasaan kenyang sebelum mulai makan. Gejala gangguan

sistem pencernaan dapat dirasakan sesekali atau sering setiap hari.

Gangguan sistem pencernaan merupakan gejala dari penyakit

pencernaan. Kelainan pada sistem pencernaan yang bukan disebabkan

oleh penyakit dapat diobati dengan perubahan gaya hidup dan

obat-obatan. Biasanya orang dengan gangguan pencernaan juga mengalami

mulas. mulas dan gangguan pencernaan adalah dua kondisi yang

terpisah. Mulas adalah rasa nyeri atau perih di tengah perut yang dapat

menyebar ke dada atau punggung selama atau setelah makan.

Gangguan sistem pencernaan manusia memiliki banyak

kemungkinan penyebab. Gangguan pencernaan berkaitan erat dengan

gaya hidup seseorang dan mungkin dipicu oleh sistem pencernaan

makanan yang tidak sehat, minuman beralkohol atau obat-obatan yang

di konsumsi, makan berlebihan atau makan terlalu cepat, makanan

berlemak, berminyak atau pedas, terlalu banyak kafein, alkohol, coklat

atau berkarbonasi minuman, merokok, dan kecemasan.

c. Diare atau sering buang air

Diare adalah penyakit yang sangat umum dijumpai. Penyakit ini

dapat menyerang baik anak-anak maupun dewasa. Diare didefinisikan

(34)

besar. Frekuensi buang air besar yang dianggap normal adalah 1-3 kali

per hari dan banyaknya 200-250 gram sehari. Jika melebihi jumlah

tersebut, maka seseorang sudah dapat dikatakan mengalami diare. Pada

prinsipnya diare terjadi akibat gangguan sistem percernaan. Gangguan

tersebut dapat berupa gangguan penyerapan, gangguan pengeluaran

enzim usus, ataupun gangguan gerakan usus yang disebabkan oleh

bakteri ataupun nonbakteri sehingga mengakibatkan perubahan jumlah

ataupun konsentrasi sisa makanan yang akan dibuang.

Dengan demikian, gejala yang akan ditemui sebagian besar adalah

gejala dari sistem pencernaan. Penyebab diare adalah infeksi usus

(keracunan makanan), penggunaan antibiotik yang salah sehingga

menganggu bakteri normal usus, alergi protein kedelai, kelainan

penyerapan makanan, misal pada kondisi kekurangan enzim pencerna

makanan, kekurangan vitamin seperti niasin (vitamin B3), dan tertelan

logam berat, seperti Co, Zn, cat.

d. Jantung berdebar-debar

Penyebab jantung berdebar kencang disebabkan oleh kekurangan

asupan nutrisi kalsium ke dalam tubuh. Banyak orang tidak mengetahui

seberapa pentingnya kalsium bagi jantung. Padahal kalsium sebenarnya

bukan hanya buat tulang dan gigi saja. Tulang dan gigi adalah tempat

(35)

adalah untuk baterenya. jika seseorang kekurangan kalsium maka

jantung akan melemah sedangkan tugas dari jantung sangatlah berat.

Akhirnya detak jantung pun tidak normal kalau istilah umumnya

ngosngosan.

Jantung berdebar-debar kencang disebabkan karena pola makan

yang tidak sehat seperti: makanan berkolesterol tinggi, mie instan,

goregan, penggunaan minyak goreng dua kali pemakaian, dan stress.

e. Wajah memerah

Saat tersipu, biasanya sebagian besar orang pipinya akan memerah.

Tetapi wajah yang memerah tidak hanya disebabkan karena malu.

Wajah memerah disebabkan karena faktor genetik, gugup, cemas, dan

gaya hidup yang tidak baik. Wajah yang memerah bisa disebabkan

karena terlalu banyak terpapar sinar matahari atau menghisap rokok.

Dua kebiasaan tersebut akan merusak kolagen, sejenis protein yang

menjaga kekencangan dan elastisitas kulit. Kolagen juga menutupi

pembuluh darah di bawah kulit. Jika lapisan kolagen menipis, maka

(36)

f. Keringat dingin dan biasanya muncul pada bagian telapak tangan atau

wajah.

Keringat Dingin merupakan suatu kondisi yang tidak normal yang

ditandai dengan keluarnya keringat terkadang berlebihan dan tubuh

malah terasa kedinginan.

g. Pusing dan sakit kepala

Saat pusing dan sakit kepala ini berlangsung, hampir semua orang

merasa/menduga tensi (tekanan darah) adalah penyebabnya. Selalu tensi

yang dianggap sebagai penyebabnya. Karena pada sebagian besar kasus

keluhan kepala yang berat/gawat didapatkan kenaikan tensi atau tensi

tinggi (hipertensi), sehingga orang menjadi terbiasa memvonis tensi

sebagai penyebab semuanya itu. Pusing kepala biasanya disebabkan

oleh infeksi telinga yang dapat menyebabkan pusing yang berat berupa

vertigo atau pusing berputar, migraine, stress, cemas, depresi, dan kadar

gula yang rendah.

Fabella (1993) menyebutkan gejala kecemasan secara psikologis, yaitu:

a. Perilaku membual dan pamer. Membual maksudnya mengatakan

sesuatu yang tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyataan. Pamer

adalah menunjukkan sesuatu baik berupa barang maupun keberhasilan

yang dicapai pada orang lain secara berlebihan. Seseorang yang

(37)

membual atau pamer tersebut cemas apabila cerita pamer yang

dibuatnya ketahuan oleh orang lain.

b. Pembawaan gugup atau gangguan dalam berkata-kata.

c. Penghindaran terhadap situasi yang dapat mendatangkan kecemasan

dengan cara tidur, menyibukkan diri atau berkhayal. Berkhayal adalah

memikirkan sesuatu yang belum terjadi atau tidak nyata.

d. Munculnya reaksi tertentu terhadap rangsangan (kurang tanggap

ataupun terlalu sensitif)

e. Perilaku yang berubah menjadi aneh. Misalnya seseorang yang biasanya

ramah dan baik, tiba-tiba menjadi tidak peduli dengan orang lain dan

mudah tersinggung.

Berdasarkan pendapat dari tokoh diatas, peneliti menarik kesimpulan

bahwa gejala-gejala kecemasan yang dialami seseorang dapat dilihat secara

psikologis seperti rasa takut, gelisah, gugup, khawatir, dan dapat dilihat

pula secara fisiologis seperti berkeringat dingin, jantung berdetak cepat,

kepala pusing, dan lain-lain.

4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kecemasan

a. Menurut Supratiknya (1995) ada beberapa penyebab munculnya

kecemasan,

1) Modelling, yaitu mencontoh orangtua yang memiliki sifat tegang

(38)

yang akan datang ke rumah. Apabila orangtuanya pencemas, maka

ia akan mondar-mandir menunggu kedatangan keluarga yang

memang sudah ditunggu. Melihat orangtua yang cemas dengan

menunnjukkan perilaku mondar-mandir, maka anak akan meniru

kebiasaan orangtua.

2) Tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan yang dapat

“membahayakan“ atau “mengancam”, seperti rasa bermusuhan

terhadap seseorang, dan dorongan-dorongan seks.

3) Membuat keputusan-keputusan yang menimbulkan kecemasan.

Misalnya membuat keputusan atau pilihan yang tidak sesuai dengan

keyakinan dalam dirinya, sehingga individu tersebut dengan

sendirinya akan mengalami kecemasan.

4) Munculnya kembali trauma psikologis yang pernah dialami di masa

lalu. Perasaan cemas muncul karena adanya pengalaman masa lalu,

sehingga individu membayangkan atau teringat kembali dan

menyebabkan perasaan cemas itu akan muncul kembali.

b. Menurut Daradjat (1985) penyebab seseorang mengalami kecemasan

karena:

1) Merasa diri (fisik) kurang.

Individu menilai bahwa dirinya memiliki kekurangan fisik yang

(39)

orang lain. Misalnya merasa dirinya kurang tinggi ketika berada di

dekat teman-temannya yang lebih tinggi. Memiliki rasa percaya diri

yang rendah terhadap kondisi fisik yang ada pada dirinya, membuat

orang tersebut merasakan cemas. Cemas bila di ejek atau jadi bahan

tertawaan. Bagi orang yang sudah dewasa tidak akan saling

mengejek antar teman, tetapi bagi anak-anak, kondisi fisik yang

kurang seperti kurang tinggi akan jadi bahan ejekan dan tertawaan

teman-teman seusianya yang lebih tinggi. Misalnya ejekan kerdil

atau cebol. Seorang anak akan cemas bila diejek cebol atau kerdil,

terutama bila diejek di depan teman-temannya yang lain. Sama

halnya dengan menstruasi. Remaja putri akan mengalami

kecemasan apabila menstruasi datang lebih cepat diantara

teman-teman seusianya.

2) Pengaruh pendidikan waktu kecil

Seorang anak yang masa kecilnya sering diberi nasehat atau

dilarang untuk melakukan suatu hal. Kondisi ini akhirnya membuat

individu tersebut kurang percaya diri dan akan mengalami

kecemasan bila melihat, memegang atau melakukan hal-hal yang

sering dilarang oleh orangtuanya. Seorang anak memiliki rasa ingin

tahu yang tinggi terhadap segala hal. Rasa ingin tahu yang

(40)

anak mempunyai pengetahuan yang rendah. Misalnya anak yang

bermain pisau. Sebagian orangtua pasti akan melarang anak yang

bermain pisau, orangtua lebih sering mengatakan pada anak bahwa

pisau itu sangat berbahaya dan akan melukai dirinya. Sementara

anak tersebut belum pernah mengetahui apakah benar pisau dapat

melukainya. Dengan adanya larangan bermain pisau, membuat anak

tidak mengetahui bahwa pisau benar-benar dapat melukai tubuh.

Anak pun akan mempunyai persepsi bahwa semua pisau itu pasti

akan melukai. Padahal tidak semua pisau dapat melukai, seperti

pisau tumpul atau pisau mainan yang tidak bisa melukai. Sama

halnya dengan menstruasi. Sebagian orangtua akan melarang

putrinya menggunakan pembalut saat menstruasi. Orangtua

menyarankan menggunakan kain sebagai pembalut. Menurut

pandangan orangtua, menggunakan pembalut saat menstruasi itu

berbahaya. Sehingga anak akan mempunyai persepsi bahwa

menggunakan pembalut saat menstruasi itu berbahaya. Dengan

adanya larangan menggunakan pembalut, remaja putri yang sudah

menstruasi akan menganggap bahwa menstruasi itu tidak

menyenangkan dan merepotkan. Repot karena harus mencuci kain

yang dipakai sebagai pembalut. Terkadang merasa jijik dengan kain

(41)

3) Sering terjadi frustrasi karena keinginannya tidak tercapai, baik

secara material maupun sosial.

4) Rasa tidak berdaya.

Merasa tidak mampu melakukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh

orang lain. Merasa kurang percaya diri dengan kemampuan yang

dimiliki.

5) Tidak ada rasa kekeluargaan.

Kurang adanya rasa humoris dan saling pengertian dalam keluarga

serta kurang adanya rasa peduli antar anggota keluarga lainnya.

c. Menurut Sundari (2005) penyebab kecemasan yang dialami seseorang

antara lain:

1) Merasa berdosa atau bersalah. Misalnya individu melakukan suatu

hal yang bertentangan dengan hati nurani atau keyakinannya.

Seorang pelajar yang menyontek ketika ujian dan menjadi

berkeringat dingin ketika pengawas lewat di depannya.

2) Akibat melihat dan mengetahui bahaya yang mengancam dirinya.

Misalnya seseorang yang sedang berkendara mengetahui bahwa

kendaraan yang dinaiki remnya mecet, maka seseorang tersebut

akan merasa cemas kalau terjadi kecelakaan beruntun dan dia

(42)

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh tentang penyebab kecemasan,

peneliti menyimpulkan bahwa kecemasan disebabkan karena kesalahan dalam

diri seseorang yang menyebabkan kecemasan itu muncul. Tidak adanya

keyakinan atau rasa percaya diri.

C. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah pengeluaran cairan darah dari vagina secara berkala

selama masa usia reproduktif. Keluarnya darah dari vagina disebabkan

luruhnya lapisan dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah dan

sel telur yang tidak dibuahi. Menstruasi biasanya dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu: Ketidakseimbangan hormon, stres, penyakit, gaya hidup, dan berat

badan (Ramaiah, 2006). Pengertian menstruasi adalah pendarahan periodik dari

uterus disertai dengan pengelupasan endometrium (Proverawati & misaroh,

2009).

Menurut Asrinah (2011) menstruasi adalah proses keluarnya darah yang

terjadi secara periodik. Keluarnya darah dari vagina disebabkan luruhnya

lapisan dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel telur

yang tidak dibuahi.

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas tentang pengertian

menstruasi, peneliti menyimpulkan bahwa menstruasi adalah proses keluarnya

(43)

Menstruasi terjadi secara alami pada setiap perempuan yang sehat, dan menjadi

ciri khas kedewasan wanita.

D. Kecemasan Menghadapi Menstruasi

Pengetahuan yang sedikit mengenai menstruasi membuat remaja putri

merasa malu ketika menstruasi. Kurangnya informasi mengenai menstruasi,

dapat menyebabkan kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri.

Remaja putri juga akan merasa takut dan berpikir kehilangan banyak darah saat

menstruasi (Byer, Shainberg, & Galliano, 1999). Remaja putri merasa malu

apabila menstruasi datang terlambat atau lebih cepat dari teman-teman

perempuan yang seusia dirinya. Remaja putri yang terlalu dini atau terlambat

mengalami menstruasi harus mendapatkan informasi yang tepat agar tidak

menimbulkan kecemasan. Timbulnya kecemasan akan membuat keinginan

untuk menolak proses fisiologis menstruasinya. Oleh karena itu tidak jarang

terjadi, timbulnya penolakan menstruasi. Secara tidak sadar rasa cemas tersebut

kemudian diperkuat oleh rasa ketakutan yang mungkin akan menyebabkan

timbulnya keinginan untuk menolak datangnya menstruasi (Kartono, 1995).

E. Gejala Sindrom Premenstruasi

Andrews (2009) mengelompokkan gejala sindrom premenstruasi ke

(44)

1. Gejala Fisik. Wanita yang menderita sindrom premenstruasi dapat

mengalami gejala fisik seperti perut kembung, retensi cairan dan nyeri

payudara.

2. Gejala Psikologis. Banyak wanita merasakan bahwa gejala psikologis

merupakan kumpulan gejala premenstruasi yang paling sulit untuk diatasi.

Adapun gejala kecemasan psikologis yang sering dirasakan yaitu tegang,

lekas marah, depresi dan tertekan, moody.

3. Gejala Perilaku. Sindrom premenstruasi juga dapat menyebabkan

penurunan konsentrasi dan penampilan kerja, serta menghindari

kegiatan-kegiatan sosial. Gejala sindrom premenstruasi tersebut saling berkaitan

antara gejala fisik, psikis, dan perilaku.

Menurut Andrews (2009) Gejala psikis seperti perubahan nafsu makan

mempengaruhi perubahan perilaku makan remaja putri. Misalnya, bila remaja

yang memiliki sedikit nafsu makan, maka perilaku dalam makan makanan yang

telah ada tidak seperti orang yang sedang memiliki nafsu makan yang tinggi.

Apabila remaja putri yang nafsu makannya rendah, maka fisik dalam dirinya

akan menglami penurunan, fisiknya akan lemas karena kurang asupan

makanan. Semua itu akan mempengaruhi produktivitas kerja remaja putri itu

sendiri.

Sebagian besar remaja putri yang mengalami gejala psikologis saat

(45)

dan progesteron yang berdampak pada neurotransmitter serotonin dan

perubahan perilaku. Remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi,

kadar estrogen meningkat dan kadar progesteron menurun sehingga terjadi

penurunan sintesis serotonin yang berpengaruh pada perubahan Psikologis dan

perilaku. Penurunan kadar progesteron juga akan mempengaruhi

neurotransmitter di otak yang terlibat dalam pengaturan psikologis (emosional,

suasana hati) dan perilaku.

Remaja putri mengalami siklus menstruasi yang terjadi selama tiga

hingga tujuh hari setiap bulannya. Proses menstruasi pada remaja putri

seringkali disertai dengan rasa sakit dan nyeri haid. Biasanya remaja putri akan

mengalami beberapa gejala yang terjadi beberapa hari menjelang menstruasi.

Gejala seperti sakit kepala, payudara membengkak, tumbuhnya jerawat, dan

ketegangan menjelang menstruasi, hal ini disebut dengan istilah Premenstrual

Syndrome (PMS), (Kingston, 1995).

Premenstrual Syndrome (PMS) merupakan sekelompok gejala yang

dialami wanita menjelang menstruasi datang. Gejala PMS dapat bersifat fisik,

emosional dan tingkah laku, dan dapat pula berkombinasi. Gejala yang paling

sering seperti dysphoria (ketegangan, kurang konsentrasi, rasa gugup, mudah

cemas, sensitif), payudara membengkak, berat badan bertambah, sakit kepala,

mudah lelah, rasa ingin makan makanan tertentu dalam jumlah cukup banyak

(46)

F. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Menstruasi

Menurut Nurngaini (2002) penyebab kecemasan menghadapi menstruasi

pada remaja putri meliputi:

1. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dan peran anggota keluarga terdekat khususnya

ibu sangat diperlukan dalam memberikan informasi mengenai menstruasi

pada remaja putri. Semakin cepat perkembangan yang dialami remaja putri,

maka semakin banyak perubahan yang terjadi. Banyaknya perubahan yang

terjadi membuat remaja putri mengalami kecemasan. Pada saat menstruasi

remaja putri membutuhkan pengertian atas ketidakstabilan emosi yang

dialami dan dukungan yang positif. Mendiskusikan suatu masalah dengan

orangtua merupakan suatu indikasi dari adanya sikap positif. Tidak adanya

dukungan dari keluarga membuat remaja putri mengalami kecemasan

menghadapi menstruasi.

Banyaknya efek yang terjadi baik fisiologis atau psikologis pada saat

mengalami menstruasi dapat menimbulkan kecemasan. Remaja putri perlu

mendapatkan dukungan dari keluarga salah satunya adalah dukungan

informasional yang dapat diperoleh dari orangtua. Keluarga mempunyai

pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga

merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakkan dasar-dasar

(47)

keluarga juga berpengaruh bagi remaja (Soetjiningsih, 2004). Soetjiningsih

menambahkan bahwa fenomena yang terjadi saat ini di masyarakat bahwa

sebagian masyarakat merasa tabu untuk membicarakan masalah menstruasi

dalam keluarga, sehingga remaja putri kurang memiliki pengetahuan dan

sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis

terkait menstruasi.

Remaja putri yang memperoleh dukungan sosial, secara emosional

merasa lebih lega karena diperhatikan, dan mendapatkan saran atau kesan

yang menyenangkan. Dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan,

kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan

menyayangi, Sarason (dalam Zainuddin, 2002).

Menurut House (dalam Sarafino, 1990) terdapat empat jenis dukungan

keluarga yang meliputi:

a. Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah ekspresi empati dan perhatian terhadap

individu. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian

dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan, misalnya memberikan

umpan balik dan penegasan. Dukungan emosional dapat berupa

penyediaan waktu luang untuk mendengarkan dan didengarkan, kasih

sayang yang merupakan kelanjutan dari rasa simpatik, penghargaan yang

(48)

kebersamaan dengan individu lain untuk mempertahankan semangat di

saat membutuhkan. Individu yang mendapatkan dukungan emosional

akan memiliki keyakinan bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dan

dihargai di saat individu tersebut membutuhkan.

Dukungan emosional keluarga adalah ungkapan rasa simpati,

pemberian kasih sayang, penghargaan, dan kebersamaan yang diperoleh

dari keluarga. Adanya dukungan emosional keluarga akan membuat

individu merasa tenang dalam menghadapi berbagai keadaan yang tidak

menyenangkan, termasuk kecemasan menghadapi menstruasi. Kecemasan

menghadapi menstruasi hilang apabila individu memiliki jaminan adanya

anggota keluarga yang senantiasa dapat diandalkan.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan)

positif, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan

individu, dan perbandingan positif antara satu orang dengan orang yang

lain. Dukungan penghargaan sebagai sebuah umpan balik, membimbing

dan mengarahkan indivudu dalam memecahkan permasalahan. Pada saat

remaja putri mengalami menstruasi, keluarga hendaknya mendukung

dengan memberikan semangat. Terutama bagi remaja putri yang

mengalami rasa sakit perut, mual, dan kondisi emosi yang tidak stabil

(49)

mengalami emosi yang tidak stabil, remaja putri akan lebih sensitif dan

mudah marah. Dengan kondisi mudah marah, hendaknya orangtua

memberikan penghargaan dengan mencarikan solusi, membimbing, dan

memberikan umpan balik yang positif agar kondisi emosi remaja dapat

stabil.

c. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung seperti memberi

pinjaman atau menolong pekerjaan pada waktu mengalami stress. Bentuk

dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan

pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan

serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi kecemasan

karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya. Masalah yang

dihadapi remaja putri adalah masalah menstruasi. Pada saat menstruasi,

keluarga atau orangtua memberikan dukungan dengan menyediakan atau

memberikan uang untuk membeli pembalut. Orangtua dapat membantu

putrinya dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Misalnya pada saat remaja

putri mengalami menstruasi, hendaknya orangtua tidak memberikan tugas

pada putrinya. Tugas yang dimaksud adalah tugas membantu orangtua

seperti mencuci piring, memasak, menyapu, dan lain sebagainya. Apabila

tugas memasak, mencuci piring, menyapu, dan lain-lain merupakan tugas

(50)

orangtua tidak mewajibkan tugas tersebut. Dengan adanya dukungan ini

membuat remaja putri merasa dihargai dan mendapat perhatian khusus

dari orangtua, sehingga remaja putri tidak mengalami tekanan yang akan

menimbulkan kecemasan.

d. Dukungan informatif

Dukungan informatif mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk,

saran-saran, dan umpan balik.

Dukungan keluarga terhadap remaja putri dalam menghadapi

menstruasi sangat dibutuhkan agar remaja putri tidak mengalami kecemasan,

ketakutan, dan ketidaksiapan dalam menghadapi menstruasi. Dukungan yang

dapat diberikan oleh keluarga berupa dukungan sosial yang meliputi bantuan

emosional seperti memberikan dorongan dan informasi, instrumental, dan

finansial (Smet, 1994).

Pada umumnya remaja putri akan memberitahu ibunya saat menstruasi

pertama kali (Santrock, 2003). Sayangnya tidak semua ibu memberikan

informasi yang memadai kepada putrinya. Sebagian ibu enggan, malu, dan

tidak memiliki pengetahuan tentang menstruasi. Kondisi ini akan

menimbulkan kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri.

2. Gaya hidup

Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan

(51)

pada remaja putri terjadi karena pola makan tidak menentu. Kekurangan gizi

pada remaja putri mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap

penyakit, mengalami pertumbuhan tidak normal, tingkat kecerdasan rendah,

produktivitas rendah dan terhambatnya perumbuhan organ reproduksi.

Terhambatnya organ reproduksi pada remaja putri mengakibatkan

menstruasi tidak lancar dan gangguan kesuburan (Soekirman, 2002). Remaja

putri hendaknya mengetahui bagaimana gaya hidup sehat seperti, jangan

lupa sarapan setiap pagi, banyak mengkonsumsi air putih, banyak melakukan

olah raga, mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 3-4 porsi perhari

(Muniroh 2002). Kurang minum air putih dan kurang mengkonsumsi buah

dan sayur menyebabkan menstruasi tidak lancar, mengalami sakit perut saat

menstruasi, dan mual menjelang menstruasi. Kurang minum dan kurang

makan buah dan sayur adalah gaya hidup yang tidak sehat. Sehingga gaya

hidup dapat menyebabkan kecemasan. Misalnya remaja putri cemas karena

setiap menstruasi akan mengalami rasa sakit perut. Padahal rasa sakit perut

yang dialami disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat.

3. Pengetahuan

Pengetahuan remaja putri tentang suatu obyek mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan

menentukan sikap remaja putri terhadap obyek tertentu. Semakin banyak

(52)

makin positif terhadap obyek tersebut. Jadi, semakin banyak pengetahuan

yang dimiliki remaja putri tentang menstruasi maka diharapkan akan

semakin positif sikap remaja putri dalam menghadapi menstruasi.

Remaja putri yang memiliki pengetahuan baik maka akan lebih

mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya. Sedangkan yang memiliki

pengetahuan kurang cenderung mengalami kecemasan berat. Kecemasan

bukan hanya sakit secara emosional tapi karena ada kesalahan dalam

pengetahuan, semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya maka

kecemasan akan lebih mudah untuk diatasi. Setiap remaja putri yang akan

memasuki masa menstruasi harus memiliki pengetahuan yang memadai

tentang menstruasi agar dapat menjalani masa tersebut dengan lebih tenang

sehingga remaja putri tersebut tidak mengalami kecemasan. Kurangnya

pengetahuan remaja putri dan pengetahuan orangtua mengenai menstruasi

menyebabkan kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor internal

dan eksternal. Faktor internal meliputi jasmani dan rohani. Remaja putri

yang mempunyai tubuh yang sehat akan mempunyai semangat untuk belajar,

dan akan aktif mencari informasi untuk menambah pengetahuan. Keadaan

psikis yang stabil dan kepribadian yang kuat akan mempermudah remaja

(53)

tingkat pengetahuan adalah pendidikan, paparan media massa, ekonomi,

hubungan sosial, dan pengalaman.

Remaja putri dapat memperoleh berbagai informasi mengenai

menstruasi melalui berbagai media, baik media cetak maupun elektronik,

seperti majalah, koran, televisi, radio, atau pamflet. Remaja putri yang lebih

sering mencari informasi di media massa akan memperoleh

pengetahuan/informasi lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak pernah

mencari informasi di media massa. Pengetahuan remaja putri tentang

menstruasi juga bisa diperoleh dari lingkungan sekitar, misalnya sering

mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik seperti seminar. Selain

kegiatan-kegiatan yang mendidik, pengetahuan tentang menstruasi juga

dapat diperoleh berdasarkan pengalaman khusus dari orang-orang tertentu

seperti, ibu, kakak, teman, atau guru, sehingga akan banyak informasi yang

diperoleh untuk meningkatkan pengetahuan.

4. Sikap

Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu

terhadap suatu hal. Sikap dapat berupa positif dan negatif. Yang termasuk

dalam sikap positif adalah mendekati, menyayangi, mengharapkan.

Sedangkan yang termasuk sikap negatif adalah menjauhi, menghindari, dan

(54)

Sikap positif terhadap menstruasi akan membantu remaja putri dalam

mengelola gejala menstruasi. Tidak adanya pengalaman sama sekali

terhadap suatu masalah maka secara psikologis akan cenderung membentuk

sikap negatif terhadap masalah tersebut. Oleh karena itu sangat diperlukan

upaya untuk mengurangi atau mengatasi kecemasan menghadapi menstruasi.

Hal ini dapat diperoleh dengan mencari informasi tentang menstruasi dari

berbagai sumber sehingga remaja putri yang mengalami menstruasi akan

lebih siap dan lebih tenang dalam menghadapi masa menstruasi. Sikap yang

ditunjukkan dalam menjalani masa menstruasi sebagai bagian dari

kehidupan normal setiap remaja putri juga berpengaruh dalam mengurangi

atau mengatasi kecemasan yang dialaminya.

Sikap terhadap menstruasi mempengaruhi pengalaman pribadi remaja

putri terhadap menstruasi dan dapat merefleksikan bagaimana menjadi

seorang wanita pada umumnya. Kadang kala terjadi, sikap mengenai

menstruasi sangatlah negatif dikarenakan remaja putri lebih sering melihat

menstruasi sebagai suatu kutukan atau keadaan biologis yang tidak

menyenangkan daripada melihat menstruasi sebagai suatu fungsi fisiologis

yang normal, yang berkaitan dengan kewanitaan dan kesuburan (Byer &

Galino 1999).

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap

(55)

memberikan pengaruh positif kepada dirinya. Sedangkan individu yang

memandang suatu permasalahan dari sisi negatif maka akan memberikan

pengaruh yang negatif pula kepada dirinya yang nantinya hal ini akan

mempengaruhi tindakannya. Misalnya remaja putri yang menganggap

menstruasi adalah sesuatu yang menyenangkan (positif) yang terjadi dalam

dirinya, maka remaja putri tidak akan mengalami kecemasan dalam

menghadapi menstruasi. Sedangkan individu yang menganggap menstruasi

adalah hal yang menyedihkan (negatif), maka remaja putri akan menolak

datangnya menstruasi dan akan mengalami kecemasan menghadapi

menstruasi.

Orangtua, khususnya ibu sebaiknya membekali putrinya dengan

informasi yang cukup tentang menstruasi. Sedangkan remaja putri itu sendiri

melakukan konsultasi dengan anggota keluarga terdekat, teman, bahkan

dokter untuk mendapatkan informasi yang benar dan menjalani masa

menstruasi dengan gaya hidup yang sehat dan berpikiran positif agar dapat

menghindari kecemasan itu sendiri.

G. Bentuk/reaksi Kecemasan Menghadapi Menstruasi

Bentuk/reaksi kecemasan menghadapi menstruasi menurut Santrock,

2007 terdapat dua jenis yaitu:

1. Reaksi negatif yaitu suatu pandangan yang kurang baik dari seorang remaja

(56)

2. Reaksi positif yaitu remaja putri yang mampu memahami, menghargai dan

menerima adanya menstruasisebagai tanda kedewasaan seorang wanita.

Menurut Soeitoe (1982) manifestasi kecemasan ada empat, yaitu:

a. Manifestasi kognitif

Munculnya kecemasan sebagai hasil kesalahan dalam melihat permasalahan

atau kejadian. Remaja putri mengalami kecemasan karena remaja putri

berpikir bahwa menstruasi sebagai hal yang menggangu, tidak

menyenangkan, dan menimbulkan kecemasan.

b. Manifestasi afektif

Kecemasan yang timbul karena suatu keadaan emosional yang ditandai

dengan perasaan bingung, khawatir, dan gelisah, sehingga remaja putri tidak

dapat konsentrasi. Perasaan bingung muncul pada saat remaja putri

mengalami menstruasi di sekolah dan perilaku bingung muncul pada saat

remaja putri harus mengganti pembalut. Perasaan khawatir muncul karena

remaja putri menganggap menstruasi adalah hal yang tidak menyenangkan.

c. Manifestasi motorik

Suatu keadaan tidak nyaman yang dialami remaja putri berkaitan dengan

kerja otot-otot dalam tubuh. Remaja putri mengalami gangguan otot pada

saat menstruasi. Ketegangan otot terjadi pada leher, bahu, punggung, mata,

dan kaki. Ketegangan otot ini dirasakan pada situasi yang menegangkan

(57)

gerakan otot yang tidak disengaja, dan gemetar ditandai dengan munculnya

gerakan pada wajah, kaki, lengan, dan pita suara.

d. Manifestasi somatik

Manifestasi somatik muncul dalam bentuk fisiologis atau biologis. Gejala

fisiologis atau biologis adalah mulut kering, berkeringat, tangan dan kaki

dingin, diare, detak jantung cepat, mual, lemas, dan sesak nafas. Pada saat

menstruasi, remaja putri akan mengalami manifestasi somatik dalam bentuk

fisiologis dan biologis seperti berkeringat karena cemas, mual, dan lemas.

H. Bimbingan Pribadi

1. Pengertian

Sukardi (2002) berpendapat bahwa bimbingan pribadi berarti

bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya, mengatasi kondisi dalam

hatinya, dan mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan

jasmani, pengisian waktu luang, dan penyaluran nafsu seksual.

Bimbingan pribadi adalah bantuan bagi siswa untuk menemukan dan

mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,

mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani (W.S. Winkel, 1998).

Dari pengertian bimbingan pribadi di atas dapat disimpulkan bahwa

bimbingan pribadi adalah bimbingan yang dilakukan untuk membantu

konseli atau siswa dalam memahami keadaan dirinya baik fisik maupun

(58)

memahami segala kelebihan dan potensi diri yang dimiliki demi tercapainya

kualitas hidup yang lebih baik.

2. Tujuan

Menurut Yusuf & Nurihsan (2010) Bimbingan pribadi diarahkan

untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu

dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan

layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan

memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan

yang dialami oleh individu.

Yusuf dan Nurihsan (2010), merumuskan beberapa tujuan bimbingan

dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sebagai berikut:

a. memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan

dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan

pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja,

maupun masyarakat pada umumnya.

b. memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling

menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.

c. memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif

antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu

(59)

d. memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,

baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik

maupun psikis.

e. memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.

f. memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.

g. bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang

lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.

h. memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen,

terhadap tugas dan kewajibannya.

i. memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk

persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia.

j. memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik

bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun orang lain.

k. memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

Nurihsan (2003) menyatakan tujuan bimbingan pribadi pada akhirnya

membantu individu dalam mencapai:

a. Kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,

b. Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat,

c. Hidup bersama dengan individu-individu lain, dan

Gambar

Tabel 1 : Seleksi Sampel Penelitian
Tabel 1 Seleksi Sampel Penelitian
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sampel yang digunakan dalam
Tabel 2
+6

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan kehadiran saudara dengan membawa stempel perusahaan, dan bila saudara berhalangan hadir kemudian diwakilkan agar membuat surat kuasa yang ditandatangani diatas kertas

Bersama ini disampaikan kepada peserta Seleksi Umum di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan bahwa Seleksi Umum untuk paket pekerjaan tersebut dibawah

Hanya saja ada perbedaan mendasar antara kelompok syi’ah ini dengan golongan ahl sunnah (golongan mayoritas umat islam), yaitu dalam hal penetapan hadits. Golongan

Pada perkembangan embrio selanjutnya, tampak adanya tonjolan (Gambar 2.H.), tonjolan pertama tersebut kemudian menjadi struktur seperti punggung dorsal atau menyerupai jambul

(3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas sarana prasarana danmotivasi belajar terhadap hasil belajar siswa jurusan Teknik Pemesinan SMK Negeri 1

3) Badan keagamaan dan badan sosial. Hak Pakai dapat diberikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas jika. pemegang Hak Pakainya bukanlah subjek hukum tersebut

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada 3 (tiga) kelompok komoditi, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 3,10 persen; kelompok

Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa adversity quotient berhubungan dengan intensi mahasiswa untuk melakukan social loafing karena mahasiswa yang memiliki