PENYEBAB KECEMASAN MENGHADAPI MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI SD KELAS VI DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO, KABUPATEN PASAMAN, PADANG TAHUN AJARAN 2013/2014DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
DISUSUN OLEH: ISMAWITA NIM: 101114006
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENYEBAB KECEMASAN MENGHADAPI MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI SD KELAS VI DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO, KABUPATEN PASAMAN, PADANG TAHUN AJARAN 2013/2014DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
DISUSUN OLEH: ISMAWITA NIM: 101114006
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv MOTTO
PERSEMBAHAN
Untuk mendapatkan kesuksesan, keberanianku
harus lebih besar daripada ketakutanku.
Kupersembahkan karyaku ini untuk:
Orangtuaku: Papi Soeroso dan Mami
Marliyah
Saudara kandungku, kakak ku
satu-satunya yang paling ku sayang, Istivah,
S,S
Dedi Setiawan Rizqi Tugino, yang setia
menunggu dengan penuh kesetiaan selama
a
ku kuliah
vii ABSTRAK
PENYEBAB KECEMASAN MENGHADAPI MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI SD KELAS VI DI KECAMATAN LUHAK NAN DUO, KABUPATEN PASAMAN, PADANG TAHUN AJARAN 2013/2014DAN IMPLIKASINYA PADA USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI
Ismawita
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2014
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui penyebab kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang Tahun Ajaran 2013/2014, dan menyusun topik-topik bimbingan pribadi yang tepat untuk mengatasi kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang Tahun Ajaran 2013/2014.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Subjek penelitian ini adalah remaja putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang tahun ajaran 2013/2014 yang sudah menstruasi dan berjumlah 75 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner penyebab kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri SD kelas VI yang dibuat berdasarkan empat aspek penyebab kecemasan menghadapi menstruasi yaitu dukungan keluarga, gaya hidup, pengetahuan, dan sikap. Kuesioner kecemasan menghadapi menstruasi terdiri dari 40 item pernyataan favorable dan
unfavorable yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Guttman dengan dua alternatif jawaban yaitu: Ya dan Tidak.
viii ABSTRACT
THE ANXIETY CAUSES OF FACING THE MENSTRUATION ON THE SIX Th GRADE ELEMENTARY SCHOOL TEENAGE FEMALE STUDENTS IN THE DISTRICT OF LUHAK NAN DUO, KABUPATEN PASAMAN, PADANG IN THE SCHOOL YEAR OF 2013/2014 AND ITS
IMPLICATIONS FOR THE SUGGESTED TOPICS OF PERSONAL GUIDANCE anxiety causes of facing the menstruation on the six th grade Elementary School teenage female students in the District of Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang in the school year of 2013/2014. This research also suggested the personal guidance topics which is appropriate to overcome the anxiety of facing the menstruation for six th grade Elementary School teenage female students in the District of Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang in the school year of 2013/2014.
The method uses in this research is survey. The subject of this research is 75 students of six th grade Elementary School teenage female students in the District of Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang in the school year of 2013/2014 who have menstruated. The instrument of this research is in the form of questionnaire about the anxiety causes of facing the menstruation on the six th grade Elementary School teenage female students. It is made according to four
reason’s aspects of facing the menstruation. They are family support, life style,
knowledge, and attitude. The questionnaire consists of forty question items of favorable and unfavorable which are developed based on Guttman scale model preparation technique with two alternative answers: Yes and No answers.
The data analysis technique used in the research is by the score tabulation from each item and by counting the total score of each respondent. The result shows that the teenage female anxiety causes come from: (1) 42. 66% of the low
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas kasih
karunia, perlindungan dan bimbinganNya selama proses penulisan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari
banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini peneliti menghaturkan ucapan
terikasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi
ini.
2. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi
Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah bersedia membantu memperlancar segala urusan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Prias Hayu Purbaning Tyas, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang
telah mendampingi, membimbing, mengarahkan peneliti dengan sabar
dalam menyusun skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI vi
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 7
E. Definisi Operasional 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Remaja 10
B. Penyebab Kecemasan 13
xii
D. Kecemasan Menghadapi Menstruasi 28
E. Gejala Sindrom Premenstruasi 28
F. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Menstruasi 31
G. Bentuk/reaksi Kecemasan Menghadapi Menstruasi 40
H. Bimbingan Pribadi 42
I. Topik-topik Bimbingan Pribadi 45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 51
B. Subjek Penelitian 52
C. Instrumen Penelitian 54
D. Teknik Pengumpulan Data 59
E. Teknik Analisis Data 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 61
B. Pembahasan 70
C. Implikasi Hasil Penelitian Bagi Penyusunan Topik-topik
Bimbingan Pribadi 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 78
B. Saran 79
DAFTAR PUSTAKA 81
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Seleksi Sampel Penelitian 53
Tabel 2 : Kisi-kisi Instrumen Penyebab Kecemasan Menghadapi
Menstruasi pada Remaja Putri SD Kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang
Tahun ajaran 2013/2014 (Final) 57
Tabel 3 : Koefisiensi Korelasi dan Reliabilitas 59
Tabel 4 :Hasil Analisis Aspek Penyebab Kecemasan Menghadapi
Menstruasi pada Remaja Putri SD Kelas VI 62
Tabel 5 : Item-item yang Menunjukkan Penyebab Kecemasan
Menghadapi Menstruasi 69
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Validitas Instrumen
Lampiran 2 : Kuesioner Penyebab Kecemasan Menghadapi Menstruasi
Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa yang ditandai dengan berbagai macam perubahan baik fisik, kognitif,
dan sosial (Sulaeman, 1995). Secara umum, di antara perubahan yang terjadi
pada masa ini, perubahan fisik lebih mendominasi karena merupakan salah satu
ciri penting dari perkembangan masa remaja. Perubahan fisik seperti perubahan
bentuk tubuh pada remaja putri sering menimbulkan kecemasan yang cukup
mendalam karena pada masa ini perhatian remaja sangat besar terhadap
penampilan dirinya (Monks, 2004). Remaja putri akan mengalami
kekhawatiran mengenai bentuk tubuh seperti tumbuhnya jerawat, terlalu pendek
atau tinggi, dan terlalu gemuk atau terlalu kurus.
Hurlock (1997) menjelaskan salah satu perubahan penting yang dialami
pada masa remaja adalah perubahan fisik yang ditandai dengan munculnya
ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri-ciri-ciri seks sekunder. Perubahan ciri-ciri-ciri-ciri seks primer
berbeda antara remaja putra dan remaja putri, pada remaja putra perubahan ciri
seks primer ditunjukkan dengan pertumbuhan batang kemaluan (penis) dan
Sementara itu, bagi remaja putri perubahan ciri seks primer ditandai dengan
munculnya menstruasi (Mar’at, 2005).
Menurut Ramaiah (2006) menstruasi adalah pengeluaran cairan darah
dari vagina secara berkala selama masa usia reproduktif. Pada umumnya
remaja putri akan mengalami menstruasi pertama pada usia 10-13 tahun.
Ramaiah menambahkan menstruasi pertama pada remaja putri sering dihayati
sebagai suatu pengalaman traumatis. Terkadang remaja putri yang belum siap
menghadapi mentruasi akan timbul keinginan untuk menolak datangnya
menstruasi. Menjelang datangnya menstruasi, remaja putri biasanya
mengalami kecemasan. Mereka mengalami kecemasan karena mereka malu,
takut, terganggu, kecewa, dan bingung mengenai apa yang harus dilakukan,
(Paludi, 2002).
Kecemasan dapat dialami oleh setiap orang, terutama dalam situasi
yang tidak menyenangkan. Kecemasan merupakan kegundahan dan
kegelisahan yang belum jelas objeknya. Kecemasan menimbulkan respon
yang tidak langsung, seperti jantung berdebar-debar (Santrock, 2007).
Berbeda dengan ketakutan, objek ketakutan itu jelas, sehingga respons
terhadap hal yang menakutkan dapat langsung diamati. Misalnya ketika
seseorang melihat ular (objek ketakutan), kemudian seseorang tersebut
berteriak dan berlari (respons yang dilakukan dan yang dapat diamati).
yang diberikan dapat diamati atau tidak dapat diamati; objeknya nyata atau
tidak nyata.
Kecemasan menghadapi menstruasi terlihat dari kondisi psikologis
remaja putri dan gejala premenstruasi yang biasa terjadi. Menurut pendapat
Ramaiah, (2006) gejala premenstruasi ini ditandai dengan kondisi emosi
sedih, cemas, marah dan kesal, konsentrasi menurun, dan sulit untuk
mengambil keputusan, serta kondisi perilaku yang memperlihatkan motivasi
rendah dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain. Dampak dari
kecemasan dapat mencakup fisik maupun psikis. Dari segi fisik akan
berpengaruh pada penurunan kondisi kesehatan secara umum, meliputi
gangguan denyut jantung, peredaran darah, gangguan pernafasan, daya tahan
tubuh, sistem metabolisme dan lain-lain. Dari segi psikis dapat memunculkan
gejala-gejala tingkah laku seperti adanya kecenderungan menarik diri dari
kehidupan sosial, menutup diri, pesimis, merasa tidak bahagia, cemas,
depresi, stress, kesulitan berkonsentrasi, dan agresif.
Sindrom premenstruasi memiliki keterkaitan yang erat dengan
perubahan kadar hormon, neurotransmitter, pola makan, pola hidup, dan
penggunaan obat-obatan (Khomsan, 2006). Perubahan kadar hormon itu
menyebabkan penurunan endorfin yang berkaitan dengan mood, sehingga saat
menstruasi timbul mood yang tidak stabil (Reeder, 2011). Andrews (2009),
mengelompokkan gejala sindrom premenstruasi ke dalam 3 kategori yaitu:
Penyebab kecemasan menghadapi menstruasi yang biasanya terjadi
pada remaja putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten
Pasaman, Padang bahwa remaja putri mengalami rasa sakit perut, mual, sakit
pinggang, tidak bisa bebas melakukan aktivitas sehari-hari, dan merasa kurang
nyaman menjelang menstruasi. Rasa mual, sakit perut, sakit pinggang, dan
merasa tidak bebas melakukan aktivitas yang dialami remaja putri disebabkan
karena remaja putri memiliki pengetahuan menstruasi yang rendah, memiliki
gaya hidup sehat yang rendah, dan remaja putri kurang mendapatkan
dukungan dari keluarga mereka.
Penelitian ini didukung oleh informasi yang diperoleh dari wawancara
yang dilakukan peneliti dengan melibatkan lima remaja putri yang masih
duduk di bangku sekolah dasar yang ada di Kecamatan Luhak Nan Duo,
Kabupaten Pasaman, Padang. Kelima remaja putri tersebut, berusia 11-14
tahun dan sudah mengalami menstruasi. Dari kelima remaja putri diperoleh
informasi bahwa setiap menjelang menstruasi, remaja putri belum mempunyai
kesiapan baik secara fisik maupun psikologis. Kurangnya kesiapan menjelang
menstruasi menyebabkan kecemasan saat menstruasi. Penyebab kecemasan
menghadapi menstruasi yang dialami remaja putri timbul karena remaja putri
melihat begitu banyak darah yang keluar dari alat vital, mengalami rasa sakit
pada perut dan payudara menjelang menstruasi, dan malu karena harus
mengalami menstruasi saat berada di sekolah. Remaja putri berpandangan
ini terlihat dari respon mereka yang kurang menyenangkan dalam menanggapi
pertanyaan tentang menstruasi yang diajukan peneliti.
Selain melakukan wawancara kepada remaja putri, peneliti juga
melakukan wawancara kepada lima orangtua yang memiliki putri. Dua dari
lima orangtua memiliki putri yang belum pernah mengalami menstruasi dan
tiga dari lima orangtua yang memiliki putri sudah mengalami menstruasi.
Berdasarkan hasil wawancara, orangtua yang memiliki putri belum
menstruasi, tidak memberitahukan atau memberi informasi kepada putrinya
mengenai menstruasi. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
kepada orangtua yang memiliki putri sudah menstruasi, orangtua juga tidak
memberitahu atau memberi informasi kepada putrinya mengenai menstruasi.
Ketika remaja putri memberitahu orangtuanya bahwa dia telah menstruasi,
orangtua cukup tahu saja, tidak menjelaskan apa itu menstruasi, dan apa yang
harus dilakukan saat menstruasi.
Kesimpulan dari wawancara bahwa kelima orangtua mengatakan malu
jika harus memberitahukan informasi tentang menstruasi. Disamping malu,
orangtua juga mengatakan kalau dirinya juga tidak mengetahui berbagai
informasi mengenai menstruasi. Wawancara yang peneliti lakukan telah
membuktikan bahwa remaja putri kurang mendapatkan dukungan keluarga
menjelang menstruasi dan saat menstruasi. Sehingga, kurangnya dukungan
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Penyebab Kecemasan menghadapi Menstruasi pada Remaja Putri
SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang
Tahun Ajaran 2013/2014 dan Implikasinya pada Usulan Topik-topik
Bimbingan Pribadi”. Remaja putri perlu diberikan pengarahan melalui
topik-topik bimbingan pribadi yang tepat dalam membantu mengatasi kecemasan
menghadapi menstruasi. Peneliti mencoba mencari salah satu solusi yang bisa
digunakan dalam mengatasi gangguan kecemasan remaja putri pada saat
menghadapi menstruasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah penyebab kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri
SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang
tahun ajaran 2013/2014?
2. Topik-topik bimbingan pribadi apa sajakah yang tepat untuk mengatasi
kecemasan dalam menghadapi menstruasi pada remaja putri SD kelas VI di
Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman, Padang tahun ajaran
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui penyebab kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja
putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman,
Padang tahun ajaran 2013/2014.
2. Menyusun topik-topik bimbingan pribadi yang tepat untuk mengatasi
kecemasan dalam menghadapi menstruasi pada remaja putri SD kelas VI di
Kecamatan Luhak Nan Duo Kabupaten Pasaman, Padang tahun ajaran
2013/2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu tentang
kecemasan menghadapi menstruasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Remaja
Melalui penelitian ini, harapannya remaja putri semakin mampu
mengatasi penyebab kecemasan menghadapi menstruasi.
b. Bagi peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti menemukan topik-topik bimbingan
menstruasi. Penemuan topik-topik bimbingan pribadi yang tepat ini
dapat dikembangkan sebagai salah satu pengetahuan baru bagi peneliti.
c. Bagi guru BK
Guru BK mendapat informasi atau gambaran tentang penyebab
kecemasan menghadapi menstruasi. Melalui informasi tersebut, guru
pembimbing dapat membuat program bimbingan yang dapat
membantu remaja putri dalam menghadapi menstruasi.
E. Definisi Operasional
1. Kecemasan
Suatu kondisi tertekan, tidak menyenangkan, dan tidak terkendali. Kondisi
yang tidak terkendali dan tidak menyenangkan tersebut seperti sulit
konsentrasi, khawatir, gelisah dan otot tegang.
2. Menstruasi
Proses keluarnya darah dari dalam rahim yang terjadi karena luruhnya
lapisan dalam rahim. Menstruasi terjadi secara alami pada setiap
perempuan yang sehat, dan menjadi ciri khas kedewasan wanita.
3. Kecemasan Menghadapi Menstruasi
Kecemasan menghadapi menstruasi diartikan sebagai suatu perasaan
gelisah, khawatir, dan cemas jika menstruasi datang secara tiba-tiba dan di
saat yang tidak tepat, seperti tiba-tiba mengalami menstruasi pada saat di
4. Penyebab Kecemasan Menghadapi Menstruasi
Penyebab kecemasan menghadapi menstruasi diartikan sebab-sebab atau
gejala menjelang menstruasi yang menimbulkan kecemasan. Gejala-gejala
menjelang menstruasi biasanya seperti rasa mual, sakit perut, dan sakit
pinggang.
5. Remaja Putri SD kelas VI di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten
Pasaman, Padang
Diartikan sebagai siswi yang aktif mengikuti proses belajar mengajar di
sekolah dasar yang ada di Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten
Pasaman, Padang tahun ajaran 2013/2014 yang sudah mengalami
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan tentang pengertian kecemasan, jenis-jenis
kecemasan, gejala kecemasan, pengertian menstruasi, gejala sindrom premenstruasi,
dan faktor-faktor penyebab kecemasan menghadapi menstuasi.
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolescere berarti tumbuh atau menjadi
dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik
(Hurlock, 1980). Santrock (2007) menjelaskan remaja adalah masa transisi
antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, emosional, dan sosial. Rentang usia remaja dibedakan
menjadi tiga, yaitu 12 sampai 15 tahun disebut remaja awal, 15 sampai 18
tahun disebut remaja pertengahan, dan 18 sampai 22 tahun adalah remaja
akhir.
Remaja putri dengan kisaran umur 12-15 tahun termasuk remaja yang
sudah mengalami pubertas. Pada masa-masa ini sudah terjadi perubahan
fisik dan psikologis. Perubahan fisik yang dialami diantaranya tumbuhnya
bulu pada kemaluan dan menstruasi. Karakteristik subjek dalam penelitian
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Terdapat lima ciri-ciri remaja menurut Zulkifli (2003), yaitu:
a. Peningkatan emosional
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja
dikenal sebagai masa stress. Peningkatan emosi ini merupakan tanda
bahwa remaja dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya.
b. Perubahan fisik
Perubahan fisik biasanya disertai dengan kematangan seksual. Terkadang
perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan
kemampuannya sendiri. Perubahan fisik terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti pencernaan, maupun perubahan eksternal
seperti tinggi badan dan berat badan.
c. Perubahan sosial
Perkembangan sosial pada masa remaja merupakan puncak dari
perkembangan sosial dari fase-fase perkembangan. Perkembangan sosial
remaja lebih mementingkan kehidupan sosial di luar ikatan dalam
keluarganya. Perkembangan sosial remaja pada fase ini merupakan titik
balik pusat perhatian, dan lingkungan sosial sebagai perhatian utama.
Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya
bertambah luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa
organisasi sosial juga memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial
remaja, namun demikian agar remaja dapat bergaul dengan baik dalam
kelompoknya diperlukan kompetensi sosial yang berupa kemampuan dan
keterampilan berhubungan dengan orang lain.
d. Perubahan kognitif
Perubahan-perubahan kognitif yang berlangsung selama transisi dari
masa kanak-kanak hingga masa remaja adalah meningkatnya berpikir
abstrak, dan idealis.
Perubahan-perubahan Kognitif pada Masa Remaja Ada 5 yaitu:
1) Remaja sudah bisa melihat ke depan ke hal-hal yang mungkin akan
terjadi, termasuk mengerti keterbatasannya dalam memahami realita.
Sistem abstraksi, pendekatan dan penalaran yang sistematis
(logis-idealis), sampai ke berfikir hipotetis yang berdampak pada perilaku
sosial, berperan dalam meningkatkan kemampuan membuat keputusan.
2) Remaja mampu berfikir abstrak. Kemampuan ini dapat diaplikasikan
dalam proses penalaran dan berfikir logis.
3) Remaja mulai berfikir tentang berfikir itu sendiri biasa dikenal dengan
istilah Metacognition, yaitu monitoring tentang aktivitas kognitifnya
sendiri. Selama proses berfikir menjadikannya instrospektif terkait
4) Pemikirannya lebih multidimensional dibandingkan singular mampu
melihat dari berbagai perspektif dan lebih sensitif pada kata-kata
sarkastik dan sindiran.
5) Remaja mengerti hal-hal yang bersifat relative. Sering muncul pada
saat remaja meragukan sesuatu, yang ditandai dengan seringnya
berargumentasi tentang nilai-nilai moral.
e. Kecemasan
Pada masa remaja kecemasan akan meningkat karena terjadi
perubahan ketidakseimbangan hormonal yang menyebabkan rasa tidak
tenang pada dirinya. Kondisi yang belum stabil akan mempengaruhi cara
berpikir remaja yang irrasional.
Kelenjar adrenal adalah salah satu kelenjar yang paling penting dan
berada di atas ginjal. Ini adalah bagian dari endokrin dan kelenjar ini
mengeluarkan hormon dalam situasi ketika tubuh stress atau bahaya.
Kelenjar ini bertanggung jawab untuk pengembangan banyak hormon
pada tubuh manusia. Setiap masalah dalam fungsi kelenjer ini dapat
menyebabkan gangguan kelenjar adrenal, dan menimbulkan kecemasan.
B. Penyebab Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai
yang kadang-kadang dialami oleh individu dalam tingkat yang
berbeda-beda (Atkinson dan Rita, 1993).
Kecemasan merupakan emosi yang dikarakteristikkan oleh keadaan
pemikiran dan pengantisipasian terhadap bahaya (Hurlock, 1980).
Menurut Nevid (2005) kecemasan merupakan suatu keadaan yang
merangsang fisiologis, perasaan tegang dan tidak menyenangkan, dan
perasaan aprehensif. Perasaan aprehensif adalah keadaan khawatir bahwa
sesuatu yang buruk akan terjadi. Kondisi yang tidak terkendali dan tidak
menyenangkan seperti sulit konsentrasi, khawatir, gelisah dan otot tegang.
2. Jenis-jenis Kecemasan
Gaundry (dalam Gunartomo, 2003) mengatakan bahwa secara
konseptual kecemasan dikenal dengan sifat kecemasan yang menunjukkan
keadaan emosional dan menetap dalam diri seseorang saat menilai situasi
dan kondisi yang sama. Kecemasan ini akan dialami oleh seseorang ketika
orang tersebut menilai keadaan yang pernah dialami sebelumnya sama
dengan keadaan yang dialami berikutnya, meskipun sebenarnya keadaan
yang dihadapi pada waktu yang berikutnya berbeda dengan keadaan yang
dialami pada waktu sebelumnya dan kecemasan yang dihadapi juga
Speilberger (dalam Slameto, 1995) membedakan kecemasan atas dua
bagian yaitu:
a. Kecemasan sebagai suatu sifat, yaitu kecenderungan pada diri seseorang
yang merasa terancam oleh sejumlah kondisi sebenarnya yang tidak
berbahaya.
b. Kecemasan sebagai suatu keadaan, yaitu suatu keadan atau kondisi
emosional sementara pada diri seseorang, yang ditandai dengan perasaan
tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat
subyektif, dan meningginya system saraf otonom simpatetik. Sistem saraf
Simpatetik bergerak satu unit. Saat terkena rangsangan emosional, saraf
simpatetik akan mempercepat detak jantung, memperlebar pembuluh darah
dari otot skeletal dan jantung, mempersempit pembuluh darah kulit dan
organ pencernaan, dan memproduksi keringat berlebih. Juga mengaktifkan
kelenjar endokrin tertentu sampai hormon pengeluaran selanjutnya
meningkatkan rangsangan.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan mengenai
jenis-jenis kecemasan. Jenis-jenis kecemasan yang dialami seseorang
biasanya seperti perasaan gelisah, yang berarti tidak tentram hatinya, selalu
merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, dan cemas. Kegelisahan
merupakan ketentraman hati maupun perbuatan seseorang, merasa
hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang
dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya
lain dari biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang
tertentu sambil menundukkan kepala. Kegelisahan merupakan salah satu
ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari,
kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan.
3. Gejala-gejala Kecemasan
Gejala kecemasan umumnya disertai oleh perubahan fisiologis, seperti
perubahan ekspresi wajah, muka tiba-tiba memerah, pupil mata membesar,
otot muka bergerak-gerak, perubahan gerak-gerik tubuh, menggigit-gigit
jari sendiri, dan macam-macam tingkah laku kompulsif, (Dirga Gunarsa
dan Gunarsa, 1995)
Gejala kecemasan secara fisik yang dapat dilihat oleh orang lain dan
dapat dirasakan oleh individu itu sendiri, antara lain: ujung-ujung jari
terasa dingin, pencernaan tidak teratur, detak jantung cepat, berkeringat
terlalu berlebihan, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing,
nafas sesak disebabkan karena detak jantung yang cepat. Gejala kecemasan
secara mental atau psikologis antara lain: merasa takut, merasa akan ada
bahaya, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya, rendah diri, hilang
kepercayaan diri, tidak tentram, dan ingin lari dari kenyataan hidup
Gejala kecemasan secara fisiologis (fisik) yang dapat dirasakan oleh
individu sendiri menurut Fabella (1993) antara lain:
a. Nafsu makan yang hilang atau nafsu makan yang berlebihan
Kecemasan dapat menimbulkan nafsu makan semakin berkuang.
Seringkali seseorang merasa tidak nafsu makan walaupun tubuh
menuntut asupan makanan sebagai energi untuk beraktivitas. Nafsu
makan dapat berkurang karena stress. Stres sering berhubungan dengan
makan berlebih, tetapi fakta membuktikan bahwa banyak orang tidak
nafsu makan karena sedang mengalami stres. Stres menurunkan
keinginan dan minat orang terhadap makanan. Gangguan mood dan
depresi juga terkait dengan nafsu makan rendah.
Nafsu makan yang hilang berhubungan dengan perilaku makan
yang kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan, sosial dan mental yang
dapat dikendalikan secara sadar misalnya kebiasaan makan dalam
sehari, makan karena kelezatan makanan yang disajikan dengan
meningkatkan selera, kondisi stress, cemas dan depresi yang dengan
mudah mengubah pola makan.
b. Gangguan pencernaan seperti sakit maag
Gangguan pencernaan atau sakit perut adalah istilah umum yang
menggambarkan ketidaknyamanan di perut bagian atas. Pada umumnya
berbahaya, melainkan beberapa gejala yang dialami, termasuk sakit
perut dan perasaan kenyang sebelum mulai makan. Gejala gangguan
sistem pencernaan dapat dirasakan sesekali atau sering setiap hari.
Gangguan sistem pencernaan merupakan gejala dari penyakit
pencernaan. Kelainan pada sistem pencernaan yang bukan disebabkan
oleh penyakit dapat diobati dengan perubahan gaya hidup dan
obat-obatan. Biasanya orang dengan gangguan pencernaan juga mengalami
mulas. mulas dan gangguan pencernaan adalah dua kondisi yang
terpisah. Mulas adalah rasa nyeri atau perih di tengah perut yang dapat
menyebar ke dada atau punggung selama atau setelah makan.
Gangguan sistem pencernaan manusia memiliki banyak
kemungkinan penyebab. Gangguan pencernaan berkaitan erat dengan
gaya hidup seseorang dan mungkin dipicu oleh sistem pencernaan
makanan yang tidak sehat, minuman beralkohol atau obat-obatan yang
di konsumsi, makan berlebihan atau makan terlalu cepat, makanan
berlemak, berminyak atau pedas, terlalu banyak kafein, alkohol, coklat
atau berkarbonasi minuman, merokok, dan kecemasan.
c. Diare atau sering buang air
Diare adalah penyakit yang sangat umum dijumpai. Penyakit ini
dapat menyerang baik anak-anak maupun dewasa. Diare didefinisikan
besar. Frekuensi buang air besar yang dianggap normal adalah 1-3 kali
per hari dan banyaknya 200-250 gram sehari. Jika melebihi jumlah
tersebut, maka seseorang sudah dapat dikatakan mengalami diare. Pada
prinsipnya diare terjadi akibat gangguan sistem percernaan. Gangguan
tersebut dapat berupa gangguan penyerapan, gangguan pengeluaran
enzim usus, ataupun gangguan gerakan usus yang disebabkan oleh
bakteri ataupun nonbakteri sehingga mengakibatkan perubahan jumlah
ataupun konsentrasi sisa makanan yang akan dibuang.
Dengan demikian, gejala yang akan ditemui sebagian besar adalah
gejala dari sistem pencernaan. Penyebab diare adalah infeksi usus
(keracunan makanan), penggunaan antibiotik yang salah sehingga
menganggu bakteri normal usus, alergi protein kedelai, kelainan
penyerapan makanan, misal pada kondisi kekurangan enzim pencerna
makanan, kekurangan vitamin seperti niasin (vitamin B3), dan tertelan
logam berat, seperti Co, Zn, cat.
d. Jantung berdebar-debar
Penyebab jantung berdebar kencang disebabkan oleh kekurangan
asupan nutrisi kalsium ke dalam tubuh. Banyak orang tidak mengetahui
seberapa pentingnya kalsium bagi jantung. Padahal kalsium sebenarnya
bukan hanya buat tulang dan gigi saja. Tulang dan gigi adalah tempat
adalah untuk baterenya. jika seseorang kekurangan kalsium maka
jantung akan melemah sedangkan tugas dari jantung sangatlah berat.
Akhirnya detak jantung pun tidak normal kalau istilah umumnya
ngosngosan.
Jantung berdebar-debar kencang disebabkan karena pola makan
yang tidak sehat seperti: makanan berkolesterol tinggi, mie instan,
goregan, penggunaan minyak goreng dua kali pemakaian, dan stress.
e. Wajah memerah
Saat tersipu, biasanya sebagian besar orang pipinya akan memerah.
Tetapi wajah yang memerah tidak hanya disebabkan karena malu.
Wajah memerah disebabkan karena faktor genetik, gugup, cemas, dan
gaya hidup yang tidak baik. Wajah yang memerah bisa disebabkan
karena terlalu banyak terpapar sinar matahari atau menghisap rokok.
Dua kebiasaan tersebut akan merusak kolagen, sejenis protein yang
menjaga kekencangan dan elastisitas kulit. Kolagen juga menutupi
pembuluh darah di bawah kulit. Jika lapisan kolagen menipis, maka
f. Keringat dingin dan biasanya muncul pada bagian telapak tangan atau
wajah.
Keringat Dingin merupakan suatu kondisi yang tidak normal yang
ditandai dengan keluarnya keringat terkadang berlebihan dan tubuh
malah terasa kedinginan.
g. Pusing dan sakit kepala
Saat pusing dan sakit kepala ini berlangsung, hampir semua orang
merasa/menduga tensi (tekanan darah) adalah penyebabnya. Selalu tensi
yang dianggap sebagai penyebabnya. Karena pada sebagian besar kasus
keluhan kepala yang berat/gawat didapatkan kenaikan tensi atau tensi
tinggi (hipertensi), sehingga orang menjadi terbiasa memvonis tensi
sebagai penyebab semuanya itu. Pusing kepala biasanya disebabkan
oleh infeksi telinga yang dapat menyebabkan pusing yang berat berupa
vertigo atau pusing berputar, migraine, stress, cemas, depresi, dan kadar
gula yang rendah.
Fabella (1993) menyebutkan gejala kecemasan secara psikologis, yaitu:
a. Perilaku membual dan pamer. Membual maksudnya mengatakan
sesuatu yang tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyataan. Pamer
adalah menunjukkan sesuatu baik berupa barang maupun keberhasilan
yang dicapai pada orang lain secara berlebihan. Seseorang yang
membual atau pamer tersebut cemas apabila cerita pamer yang
dibuatnya ketahuan oleh orang lain.
b. Pembawaan gugup atau gangguan dalam berkata-kata.
c. Penghindaran terhadap situasi yang dapat mendatangkan kecemasan
dengan cara tidur, menyibukkan diri atau berkhayal. Berkhayal adalah
memikirkan sesuatu yang belum terjadi atau tidak nyata.
d. Munculnya reaksi tertentu terhadap rangsangan (kurang tanggap
ataupun terlalu sensitif)
e. Perilaku yang berubah menjadi aneh. Misalnya seseorang yang biasanya
ramah dan baik, tiba-tiba menjadi tidak peduli dengan orang lain dan
mudah tersinggung.
Berdasarkan pendapat dari tokoh diatas, peneliti menarik kesimpulan
bahwa gejala-gejala kecemasan yang dialami seseorang dapat dilihat secara
psikologis seperti rasa takut, gelisah, gugup, khawatir, dan dapat dilihat
pula secara fisiologis seperti berkeringat dingin, jantung berdetak cepat,
kepala pusing, dan lain-lain.
4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kecemasan
a. Menurut Supratiknya (1995) ada beberapa penyebab munculnya
kecemasan,
1) Modelling, yaitu mencontoh orangtua yang memiliki sifat tegang
yang akan datang ke rumah. Apabila orangtuanya pencemas, maka
ia akan mondar-mandir menunggu kedatangan keluarga yang
memang sudah ditunggu. Melihat orangtua yang cemas dengan
menunnjukkan perilaku mondar-mandir, maka anak akan meniru
kebiasaan orangtua.
2) Tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan yang dapat
“membahayakan“ atau “mengancam”, seperti rasa bermusuhan
terhadap seseorang, dan dorongan-dorongan seks.
3) Membuat keputusan-keputusan yang menimbulkan kecemasan.
Misalnya membuat keputusan atau pilihan yang tidak sesuai dengan
keyakinan dalam dirinya, sehingga individu tersebut dengan
sendirinya akan mengalami kecemasan.
4) Munculnya kembali trauma psikologis yang pernah dialami di masa
lalu. Perasaan cemas muncul karena adanya pengalaman masa lalu,
sehingga individu membayangkan atau teringat kembali dan
menyebabkan perasaan cemas itu akan muncul kembali.
b. Menurut Daradjat (1985) penyebab seseorang mengalami kecemasan
karena:
1) Merasa diri (fisik) kurang.
Individu menilai bahwa dirinya memiliki kekurangan fisik yang
orang lain. Misalnya merasa dirinya kurang tinggi ketika berada di
dekat teman-temannya yang lebih tinggi. Memiliki rasa percaya diri
yang rendah terhadap kondisi fisik yang ada pada dirinya, membuat
orang tersebut merasakan cemas. Cemas bila di ejek atau jadi bahan
tertawaan. Bagi orang yang sudah dewasa tidak akan saling
mengejek antar teman, tetapi bagi anak-anak, kondisi fisik yang
kurang seperti kurang tinggi akan jadi bahan ejekan dan tertawaan
teman-teman seusianya yang lebih tinggi. Misalnya ejekan kerdil
atau cebol. Seorang anak akan cemas bila diejek cebol atau kerdil,
terutama bila diejek di depan teman-temannya yang lain. Sama
halnya dengan menstruasi. Remaja putri akan mengalami
kecemasan apabila menstruasi datang lebih cepat diantara
teman-teman seusianya.
2) Pengaruh pendidikan waktu kecil
Seorang anak yang masa kecilnya sering diberi nasehat atau
dilarang untuk melakukan suatu hal. Kondisi ini akhirnya membuat
individu tersebut kurang percaya diri dan akan mengalami
kecemasan bila melihat, memegang atau melakukan hal-hal yang
sering dilarang oleh orangtuanya. Seorang anak memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi terhadap segala hal. Rasa ingin tahu yang
anak mempunyai pengetahuan yang rendah. Misalnya anak yang
bermain pisau. Sebagian orangtua pasti akan melarang anak yang
bermain pisau, orangtua lebih sering mengatakan pada anak bahwa
pisau itu sangat berbahaya dan akan melukai dirinya. Sementara
anak tersebut belum pernah mengetahui apakah benar pisau dapat
melukainya. Dengan adanya larangan bermain pisau, membuat anak
tidak mengetahui bahwa pisau benar-benar dapat melukai tubuh.
Anak pun akan mempunyai persepsi bahwa semua pisau itu pasti
akan melukai. Padahal tidak semua pisau dapat melukai, seperti
pisau tumpul atau pisau mainan yang tidak bisa melukai. Sama
halnya dengan menstruasi. Sebagian orangtua akan melarang
putrinya menggunakan pembalut saat menstruasi. Orangtua
menyarankan menggunakan kain sebagai pembalut. Menurut
pandangan orangtua, menggunakan pembalut saat menstruasi itu
berbahaya. Sehingga anak akan mempunyai persepsi bahwa
menggunakan pembalut saat menstruasi itu berbahaya. Dengan
adanya larangan menggunakan pembalut, remaja putri yang sudah
menstruasi akan menganggap bahwa menstruasi itu tidak
menyenangkan dan merepotkan. Repot karena harus mencuci kain
yang dipakai sebagai pembalut. Terkadang merasa jijik dengan kain
3) Sering terjadi frustrasi karena keinginannya tidak tercapai, baik
secara material maupun sosial.
4) Rasa tidak berdaya.
Merasa tidak mampu melakukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh
orang lain. Merasa kurang percaya diri dengan kemampuan yang
dimiliki.
5) Tidak ada rasa kekeluargaan.
Kurang adanya rasa humoris dan saling pengertian dalam keluarga
serta kurang adanya rasa peduli antar anggota keluarga lainnya.
c. Menurut Sundari (2005) penyebab kecemasan yang dialami seseorang
antara lain:
1) Merasa berdosa atau bersalah. Misalnya individu melakukan suatu
hal yang bertentangan dengan hati nurani atau keyakinannya.
Seorang pelajar yang menyontek ketika ujian dan menjadi
berkeringat dingin ketika pengawas lewat di depannya.
2) Akibat melihat dan mengetahui bahaya yang mengancam dirinya.
Misalnya seseorang yang sedang berkendara mengetahui bahwa
kendaraan yang dinaiki remnya mecet, maka seseorang tersebut
akan merasa cemas kalau terjadi kecelakaan beruntun dan dia
Berdasarkan pendapat beberapa tokoh tentang penyebab kecemasan,
peneliti menyimpulkan bahwa kecemasan disebabkan karena kesalahan dalam
diri seseorang yang menyebabkan kecemasan itu muncul. Tidak adanya
keyakinan atau rasa percaya diri.
C. Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah pengeluaran cairan darah dari vagina secara berkala
selama masa usia reproduktif. Keluarnya darah dari vagina disebabkan
luruhnya lapisan dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah dan
sel telur yang tidak dibuahi. Menstruasi biasanya dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: Ketidakseimbangan hormon, stres, penyakit, gaya hidup, dan berat
badan (Ramaiah, 2006). Pengertian menstruasi adalah pendarahan periodik dari
uterus disertai dengan pengelupasan endometrium (Proverawati & misaroh,
2009).
Menurut Asrinah (2011) menstruasi adalah proses keluarnya darah yang
terjadi secara periodik. Keluarnya darah dari vagina disebabkan luruhnya
lapisan dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel telur
yang tidak dibuahi.
Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas tentang pengertian
menstruasi, peneliti menyimpulkan bahwa menstruasi adalah proses keluarnya
Menstruasi terjadi secara alami pada setiap perempuan yang sehat, dan menjadi
ciri khas kedewasan wanita.
D. Kecemasan Menghadapi Menstruasi
Pengetahuan yang sedikit mengenai menstruasi membuat remaja putri
merasa malu ketika menstruasi. Kurangnya informasi mengenai menstruasi,
dapat menyebabkan kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri.
Remaja putri juga akan merasa takut dan berpikir kehilangan banyak darah saat
menstruasi (Byer, Shainberg, & Galliano, 1999). Remaja putri merasa malu
apabila menstruasi datang terlambat atau lebih cepat dari teman-teman
perempuan yang seusia dirinya. Remaja putri yang terlalu dini atau terlambat
mengalami menstruasi harus mendapatkan informasi yang tepat agar tidak
menimbulkan kecemasan. Timbulnya kecemasan akan membuat keinginan
untuk menolak proses fisiologis menstruasinya. Oleh karena itu tidak jarang
terjadi, timbulnya penolakan menstruasi. Secara tidak sadar rasa cemas tersebut
kemudian diperkuat oleh rasa ketakutan yang mungkin akan menyebabkan
timbulnya keinginan untuk menolak datangnya menstruasi (Kartono, 1995).
E. Gejala Sindrom Premenstruasi
Andrews (2009) mengelompokkan gejala sindrom premenstruasi ke
1. Gejala Fisik. Wanita yang menderita sindrom premenstruasi dapat
mengalami gejala fisik seperti perut kembung, retensi cairan dan nyeri
payudara.
2. Gejala Psikologis. Banyak wanita merasakan bahwa gejala psikologis
merupakan kumpulan gejala premenstruasi yang paling sulit untuk diatasi.
Adapun gejala kecemasan psikologis yang sering dirasakan yaitu tegang,
lekas marah, depresi dan tertekan, moody.
3. Gejala Perilaku. Sindrom premenstruasi juga dapat menyebabkan
penurunan konsentrasi dan penampilan kerja, serta menghindari
kegiatan-kegiatan sosial. Gejala sindrom premenstruasi tersebut saling berkaitan
antara gejala fisik, psikis, dan perilaku.
Menurut Andrews (2009) Gejala psikis seperti perubahan nafsu makan
mempengaruhi perubahan perilaku makan remaja putri. Misalnya, bila remaja
yang memiliki sedikit nafsu makan, maka perilaku dalam makan makanan yang
telah ada tidak seperti orang yang sedang memiliki nafsu makan yang tinggi.
Apabila remaja putri yang nafsu makannya rendah, maka fisik dalam dirinya
akan menglami penurunan, fisiknya akan lemas karena kurang asupan
makanan. Semua itu akan mempengaruhi produktivitas kerja remaja putri itu
sendiri.
Sebagian besar remaja putri yang mengalami gejala psikologis saat
dan progesteron yang berdampak pada neurotransmitter serotonin dan
perubahan perilaku. Remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi,
kadar estrogen meningkat dan kadar progesteron menurun sehingga terjadi
penurunan sintesis serotonin yang berpengaruh pada perubahan Psikologis dan
perilaku. Penurunan kadar progesteron juga akan mempengaruhi
neurotransmitter di otak yang terlibat dalam pengaturan psikologis (emosional,
suasana hati) dan perilaku.
Remaja putri mengalami siklus menstruasi yang terjadi selama tiga
hingga tujuh hari setiap bulannya. Proses menstruasi pada remaja putri
seringkali disertai dengan rasa sakit dan nyeri haid. Biasanya remaja putri akan
mengalami beberapa gejala yang terjadi beberapa hari menjelang menstruasi.
Gejala seperti sakit kepala, payudara membengkak, tumbuhnya jerawat, dan
ketegangan menjelang menstruasi, hal ini disebut dengan istilah Premenstrual
Syndrome (PMS), (Kingston, 1995).
Premenstrual Syndrome (PMS) merupakan sekelompok gejala yang
dialami wanita menjelang menstruasi datang. Gejala PMS dapat bersifat fisik,
emosional dan tingkah laku, dan dapat pula berkombinasi. Gejala yang paling
sering seperti dysphoria (ketegangan, kurang konsentrasi, rasa gugup, mudah
cemas, sensitif), payudara membengkak, berat badan bertambah, sakit kepala,
mudah lelah, rasa ingin makan makanan tertentu dalam jumlah cukup banyak
F. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Menstruasi
Menurut Nurngaini (2002) penyebab kecemasan menghadapi menstruasi
pada remaja putri meliputi:
1. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga dan peran anggota keluarga terdekat khususnya
ibu sangat diperlukan dalam memberikan informasi mengenai menstruasi
pada remaja putri. Semakin cepat perkembangan yang dialami remaja putri,
maka semakin banyak perubahan yang terjadi. Banyaknya perubahan yang
terjadi membuat remaja putri mengalami kecemasan. Pada saat menstruasi
remaja putri membutuhkan pengertian atas ketidakstabilan emosi yang
dialami dan dukungan yang positif. Mendiskusikan suatu masalah dengan
orangtua merupakan suatu indikasi dari adanya sikap positif. Tidak adanya
dukungan dari keluarga membuat remaja putri mengalami kecemasan
menghadapi menstruasi.
Banyaknya efek yang terjadi baik fisiologis atau psikologis pada saat
mengalami menstruasi dapat menimbulkan kecemasan. Remaja putri perlu
mendapatkan dukungan dari keluarga salah satunya adalah dukungan
informasional yang dapat diperoleh dari orangtua. Keluarga mempunyai
pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga
merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakkan dasar-dasar
keluarga juga berpengaruh bagi remaja (Soetjiningsih, 2004). Soetjiningsih
menambahkan bahwa fenomena yang terjadi saat ini di masyarakat bahwa
sebagian masyarakat merasa tabu untuk membicarakan masalah menstruasi
dalam keluarga, sehingga remaja putri kurang memiliki pengetahuan dan
sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis
terkait menstruasi.
Remaja putri yang memperoleh dukungan sosial, secara emosional
merasa lebih lega karena diperhatikan, dan mendapatkan saran atau kesan
yang menyenangkan. Dukungan keluarga adalah keberadaan, kesediaan,
kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan
menyayangi, Sarason (dalam Zainuddin, 2002).
Menurut House (dalam Sarafino, 1990) terdapat empat jenis dukungan
keluarga yang meliputi:
a. Dukungan emosional
Dukungan emosional adalah ekspresi empati dan perhatian terhadap
individu. Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian
dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan, misalnya memberikan
umpan balik dan penegasan. Dukungan emosional dapat berupa
penyediaan waktu luang untuk mendengarkan dan didengarkan, kasih
sayang yang merupakan kelanjutan dari rasa simpatik, penghargaan yang
kebersamaan dengan individu lain untuk mempertahankan semangat di
saat membutuhkan. Individu yang mendapatkan dukungan emosional
akan memiliki keyakinan bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dan
dihargai di saat individu tersebut membutuhkan.
Dukungan emosional keluarga adalah ungkapan rasa simpati,
pemberian kasih sayang, penghargaan, dan kebersamaan yang diperoleh
dari keluarga. Adanya dukungan emosional keluarga akan membuat
individu merasa tenang dalam menghadapi berbagai keadaan yang tidak
menyenangkan, termasuk kecemasan menghadapi menstruasi. Kecemasan
menghadapi menstruasi hilang apabila individu memiliki jaminan adanya
anggota keluarga yang senantiasa dapat diandalkan.
b. Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan)
positif, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan
individu, dan perbandingan positif antara satu orang dengan orang yang
lain. Dukungan penghargaan sebagai sebuah umpan balik, membimbing
dan mengarahkan indivudu dalam memecahkan permasalahan. Pada saat
remaja putri mengalami menstruasi, keluarga hendaknya mendukung
dengan memberikan semangat. Terutama bagi remaja putri yang
mengalami rasa sakit perut, mual, dan kondisi emosi yang tidak stabil
mengalami emosi yang tidak stabil, remaja putri akan lebih sensitif dan
mudah marah. Dengan kondisi mudah marah, hendaknya orangtua
memberikan penghargaan dengan mencarikan solusi, membimbing, dan
memberikan umpan balik yang positif agar kondisi emosi remaja dapat
stabil.
c. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung seperti memberi
pinjaman atau menolong pekerjaan pada waktu mengalami stress. Bentuk
dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan
pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan
serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi kecemasan
karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya. Masalah yang
dihadapi remaja putri adalah masalah menstruasi. Pada saat menstruasi,
keluarga atau orangtua memberikan dukungan dengan menyediakan atau
memberikan uang untuk membeli pembalut. Orangtua dapat membantu
putrinya dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Misalnya pada saat remaja
putri mengalami menstruasi, hendaknya orangtua tidak memberikan tugas
pada putrinya. Tugas yang dimaksud adalah tugas membantu orangtua
seperti mencuci piring, memasak, menyapu, dan lain sebagainya. Apabila
tugas memasak, mencuci piring, menyapu, dan lain-lain merupakan tugas
orangtua tidak mewajibkan tugas tersebut. Dengan adanya dukungan ini
membuat remaja putri merasa dihargai dan mendapat perhatian khusus
dari orangtua, sehingga remaja putri tidak mengalami tekanan yang akan
menimbulkan kecemasan.
d. Dukungan informatif
Dukungan informatif mencakup memberi nasehat, petunjuk-petunjuk,
saran-saran, dan umpan balik.
Dukungan keluarga terhadap remaja putri dalam menghadapi
menstruasi sangat dibutuhkan agar remaja putri tidak mengalami kecemasan,
ketakutan, dan ketidaksiapan dalam menghadapi menstruasi. Dukungan yang
dapat diberikan oleh keluarga berupa dukungan sosial yang meliputi bantuan
emosional seperti memberikan dorongan dan informasi, instrumental, dan
finansial (Smet, 1994).
Pada umumnya remaja putri akan memberitahu ibunya saat menstruasi
pertama kali (Santrock, 2003). Sayangnya tidak semua ibu memberikan
informasi yang memadai kepada putrinya. Sebagian ibu enggan, malu, dan
tidak memiliki pengetahuan tentang menstruasi. Kondisi ini akan
menimbulkan kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri.
2. Gaya hidup
Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan
pada remaja putri terjadi karena pola makan tidak menentu. Kekurangan gizi
pada remaja putri mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap
penyakit, mengalami pertumbuhan tidak normal, tingkat kecerdasan rendah,
produktivitas rendah dan terhambatnya perumbuhan organ reproduksi.
Terhambatnya organ reproduksi pada remaja putri mengakibatkan
menstruasi tidak lancar dan gangguan kesuburan (Soekirman, 2002). Remaja
putri hendaknya mengetahui bagaimana gaya hidup sehat seperti, jangan
lupa sarapan setiap pagi, banyak mengkonsumsi air putih, banyak melakukan
olah raga, mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 3-4 porsi perhari
(Muniroh 2002). Kurang minum air putih dan kurang mengkonsumsi buah
dan sayur menyebabkan menstruasi tidak lancar, mengalami sakit perut saat
menstruasi, dan mual menjelang menstruasi. Kurang minum dan kurang
makan buah dan sayur adalah gaya hidup yang tidak sehat. Sehingga gaya
hidup dapat menyebabkan kecemasan. Misalnya remaja putri cemas karena
setiap menstruasi akan mengalami rasa sakit perut. Padahal rasa sakit perut
yang dialami disebabkan karena gaya hidup yang tidak sehat.
3. Pengetahuan
Pengetahuan remaja putri tentang suatu obyek mengandung dua aspek
yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap remaja putri terhadap obyek tertentu. Semakin banyak
makin positif terhadap obyek tersebut. Jadi, semakin banyak pengetahuan
yang dimiliki remaja putri tentang menstruasi maka diharapkan akan
semakin positif sikap remaja putri dalam menghadapi menstruasi.
Remaja putri yang memiliki pengetahuan baik maka akan lebih
mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya. Sedangkan yang memiliki
pengetahuan kurang cenderung mengalami kecemasan berat. Kecemasan
bukan hanya sakit secara emosional tapi karena ada kesalahan dalam
pengetahuan, semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya maka
kecemasan akan lebih mudah untuk diatasi. Setiap remaja putri yang akan
memasuki masa menstruasi harus memiliki pengetahuan yang memadai
tentang menstruasi agar dapat menjalani masa tersebut dengan lebih tenang
sehingga remaja putri tersebut tidak mengalami kecemasan. Kurangnya
pengetahuan remaja putri dan pengetahuan orangtua mengenai menstruasi
menyebabkan kecemasan menghadapi menstruasi pada remaja putri.
Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal meliputi jasmani dan rohani. Remaja putri
yang mempunyai tubuh yang sehat akan mempunyai semangat untuk belajar,
dan akan aktif mencari informasi untuk menambah pengetahuan. Keadaan
psikis yang stabil dan kepribadian yang kuat akan mempermudah remaja
tingkat pengetahuan adalah pendidikan, paparan media massa, ekonomi,
hubungan sosial, dan pengalaman.
Remaja putri dapat memperoleh berbagai informasi mengenai
menstruasi melalui berbagai media, baik media cetak maupun elektronik,
seperti majalah, koran, televisi, radio, atau pamflet. Remaja putri yang lebih
sering mencari informasi di media massa akan memperoleh
pengetahuan/informasi lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak pernah
mencari informasi di media massa. Pengetahuan remaja putri tentang
menstruasi juga bisa diperoleh dari lingkungan sekitar, misalnya sering
mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendidik seperti seminar. Selain
kegiatan-kegiatan yang mendidik, pengetahuan tentang menstruasi juga
dapat diperoleh berdasarkan pengalaman khusus dari orang-orang tertentu
seperti, ibu, kakak, teman, atau guru, sehingga akan banyak informasi yang
diperoleh untuk meningkatkan pengetahuan.
4. Sikap
Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap suatu hal. Sikap dapat berupa positif dan negatif. Yang termasuk
dalam sikap positif adalah mendekati, menyayangi, mengharapkan.
Sedangkan yang termasuk sikap negatif adalah menjauhi, menghindari, dan
Sikap positif terhadap menstruasi akan membantu remaja putri dalam
mengelola gejala menstruasi. Tidak adanya pengalaman sama sekali
terhadap suatu masalah maka secara psikologis akan cenderung membentuk
sikap negatif terhadap masalah tersebut. Oleh karena itu sangat diperlukan
upaya untuk mengurangi atau mengatasi kecemasan menghadapi menstruasi.
Hal ini dapat diperoleh dengan mencari informasi tentang menstruasi dari
berbagai sumber sehingga remaja putri yang mengalami menstruasi akan
lebih siap dan lebih tenang dalam menghadapi masa menstruasi. Sikap yang
ditunjukkan dalam menjalani masa menstruasi sebagai bagian dari
kehidupan normal setiap remaja putri juga berpengaruh dalam mengurangi
atau mengatasi kecemasan yang dialaminya.
Sikap terhadap menstruasi mempengaruhi pengalaman pribadi remaja
putri terhadap menstruasi dan dapat merefleksikan bagaimana menjadi
seorang wanita pada umumnya. Kadang kala terjadi, sikap mengenai
menstruasi sangatlah negatif dikarenakan remaja putri lebih sering melihat
menstruasi sebagai suatu kutukan atau keadaan biologis yang tidak
menyenangkan daripada melihat menstruasi sebagai suatu fungsi fisiologis
yang normal, yang berkaitan dengan kewanitaan dan kesuburan (Byer &
Galino 1999).
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap
memberikan pengaruh positif kepada dirinya. Sedangkan individu yang
memandang suatu permasalahan dari sisi negatif maka akan memberikan
pengaruh yang negatif pula kepada dirinya yang nantinya hal ini akan
mempengaruhi tindakannya. Misalnya remaja putri yang menganggap
menstruasi adalah sesuatu yang menyenangkan (positif) yang terjadi dalam
dirinya, maka remaja putri tidak akan mengalami kecemasan dalam
menghadapi menstruasi. Sedangkan individu yang menganggap menstruasi
adalah hal yang menyedihkan (negatif), maka remaja putri akan menolak
datangnya menstruasi dan akan mengalami kecemasan menghadapi
menstruasi.
Orangtua, khususnya ibu sebaiknya membekali putrinya dengan
informasi yang cukup tentang menstruasi. Sedangkan remaja putri itu sendiri
melakukan konsultasi dengan anggota keluarga terdekat, teman, bahkan
dokter untuk mendapatkan informasi yang benar dan menjalani masa
menstruasi dengan gaya hidup yang sehat dan berpikiran positif agar dapat
menghindari kecemasan itu sendiri.
G. Bentuk/reaksi Kecemasan Menghadapi Menstruasi
Bentuk/reaksi kecemasan menghadapi menstruasi menurut Santrock,
2007 terdapat dua jenis yaitu:
1. Reaksi negatif yaitu suatu pandangan yang kurang baik dari seorang remaja
2. Reaksi positif yaitu remaja putri yang mampu memahami, menghargai dan
menerima adanya menstruasisebagai tanda kedewasaan seorang wanita.
Menurut Soeitoe (1982) manifestasi kecemasan ada empat, yaitu:
a. Manifestasi kognitif
Munculnya kecemasan sebagai hasil kesalahan dalam melihat permasalahan
atau kejadian. Remaja putri mengalami kecemasan karena remaja putri
berpikir bahwa menstruasi sebagai hal yang menggangu, tidak
menyenangkan, dan menimbulkan kecemasan.
b. Manifestasi afektif
Kecemasan yang timbul karena suatu keadaan emosional yang ditandai
dengan perasaan bingung, khawatir, dan gelisah, sehingga remaja putri tidak
dapat konsentrasi. Perasaan bingung muncul pada saat remaja putri
mengalami menstruasi di sekolah dan perilaku bingung muncul pada saat
remaja putri harus mengganti pembalut. Perasaan khawatir muncul karena
remaja putri menganggap menstruasi adalah hal yang tidak menyenangkan.
c. Manifestasi motorik
Suatu keadaan tidak nyaman yang dialami remaja putri berkaitan dengan
kerja otot-otot dalam tubuh. Remaja putri mengalami gangguan otot pada
saat menstruasi. Ketegangan otot terjadi pada leher, bahu, punggung, mata,
dan kaki. Ketegangan otot ini dirasakan pada situasi yang menegangkan
gerakan otot yang tidak disengaja, dan gemetar ditandai dengan munculnya
gerakan pada wajah, kaki, lengan, dan pita suara.
d. Manifestasi somatik
Manifestasi somatik muncul dalam bentuk fisiologis atau biologis. Gejala
fisiologis atau biologis adalah mulut kering, berkeringat, tangan dan kaki
dingin, diare, detak jantung cepat, mual, lemas, dan sesak nafas. Pada saat
menstruasi, remaja putri akan mengalami manifestasi somatik dalam bentuk
fisiologis dan biologis seperti berkeringat karena cemas, mual, dan lemas.
H. Bimbingan Pribadi
1. Pengertian
Sukardi (2002) berpendapat bahwa bimbingan pribadi berarti
bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya, mengatasi kondisi dalam
hatinya, dan mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan
jasmani, pengisian waktu luang, dan penyaluran nafsu seksual.
Bimbingan pribadi adalah bantuan bagi siswa untuk menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani (W.S. Winkel, 1998).
Dari pengertian bimbingan pribadi di atas dapat disimpulkan bahwa
bimbingan pribadi adalah bimbingan yang dilakukan untuk membantu
konseli atau siswa dalam memahami keadaan dirinya baik fisik maupun
memahami segala kelebihan dan potensi diri yang dimiliki demi tercapainya
kualitas hidup yang lebih baik.
2. Tujuan
Menurut Yusuf & Nurihsan (2010) Bimbingan pribadi diarahkan
untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu
dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan
layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan
memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan
yang dialami oleh individu.
Yusuf dan Nurihsan (2010), merumuskan beberapa tujuan bimbingan
dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi sebagai berikut:
a. memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan
dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan
pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja,
maupun masyarakat pada umumnya.
b. memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c. memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif
antara yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu
d. memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,
baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik
maupun psikis.
e. memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
f. memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
g. bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang
lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
h. memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen,
terhadap tugas dan kewajibannya.
i. memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk
persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia.
j. memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik
bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun orang lain.
k. memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Nurihsan (2003) menyatakan tujuan bimbingan pribadi pada akhirnya
membantu individu dalam mencapai:
a. Kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,
b. Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat,
c. Hidup bersama dengan individu-individu lain, dan