• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF)

2.2.2.4 Faktor-Faktor Penyebab Perbedaan Alat Kohesi

Hoed (2006:80) menyatatakan bahwa teks adalah perwujudan suatu bahasa dan bahasa hakikatnya merupakan unsur kebudayaan. Setiap teks baik lisan maupun tulisan mengungkap makna dalam konteks penggunaannya. Bersamaan dengan konteks yang ada disekitarnya, sebuah teks menciptakan sebuah makna. Sebuah bahasa memiliki makna hanya dalam budayanya. Hal ini senada dengan pernyataan Newmark (1981:183) menyatakan bahwa sebuah bahasa secara terpisah merupakan wadah dan refleksi sebuah budaya. Oleh karena itu, bahasa yang berbeda bisa mengandung budaya yang berbeda atau cara pikir yang berbeda.

Hubungan antara bahasa dan budaya sering menjadi masalah dalam terjemahan. Nababan (1984:51) memberikan sebuah contoh dari masalah ini, yaitu penggunaan kata Village. Kata Village dalam bahasa Inggris tidak sama dengan Village dalam bahasa Indonesia, karena Village dan desa memiliki konsep yang berbeda. Village mengacu pada tempat yang lebih kecil daripada kota di mana terdapat rumah, toko, dan biasanya gereja dan sekolah, sementara desa biasanya mengacu pada tempat yang jauh dari kota dan terdapat ladang yang luas serta tempat-tempat terbelakang yang berlawanan dengan kota. Oleh karena itu, istilah Jakarta is a big village yang digunakan oleh seorang penulis asing akan kehilangan maknanya jika diterjemahkan desa yang besar. Dalam masalah ini, seorang penerjemah harus memperlakukan bahasa sumber secara berbeda, terlepas dari bahasa sasaran karena cara berpikir penulis aslinya kemungkinan besar berbeda dengan situasi yang dihadapi dalam bahasa sasaran.

Makna sebuah teks dipengaruhi oleh empat faktor. Dari sisi TSu meliputi (1) faktor penulis (biasanya mempunyai maksud dan tujuan tertentu), (2) norma TSu (kaidah grammatikal, tesktual, dan sosial bahasa yang bersangkutan), (3) kebudayaan yang melatari TSu, serta (4) setting (tempat, waktu dan format teks yang tertulis atau terbaca. Dari sisi TSa, teks tersebut dipengaruhi oleh (1) faktor hubungan makna (cara tersendiri memaknai teks berbeda dengan yang dimaksudkan oleh penulis (2) norma TSa (kaidah-kaidah pasti berbeda dengan TSu) (3) kebudayaaan yang melatari Bsa, serta (4) setting (tempat, waktu dan format teks yang terbaca). Dua faktor lainnya adalah penerjemah dan pemahaman (Newmark, 1998:5). Newmark (1988:4) menggambarkan faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

9. Kebenaran

1. Penulis BSu 5. Hubungan BSa 2. Norma BSu 6. Norma BSa 3. Budaya BSu 7. Budaya BSa 4. Tempat dan 8. Tempat dan Tradisi BSu 10. Penerjemah Tradisi BSa

Gambar 2.4. Dinamika Terjemahan (Newmark, 1988:4)

Pemahaman sebuah teks sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari kedudukann teks yang bersangkutan dari sebuah wacana yang berada dalam lingkungan sosial budaya dan waktu tertentu. Oleh karena itu, ketika menerjemahkan suatu teks, faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik ini perlu diperhatikan. Faktor intrinsik adalah faktor bahasa yang berkaitan dengan faktor yang ada dalam teks itu sendiri seperti tata bahasa.

Setiap bahasa memiliki sistem dan strukturnya sendiri. Hal ini sama halnya dengan kebudayaan. Tidak ada kebudayaan yang sama. Contoh:

TSu: He swam across the river

TSa: Ia berenang menyeberangi sungai itu

Ditinjau dari sistem referensi, bahasa Inggris membedakan antara referensi he dan she. Hal ini berarti bahwa subjek kalimat BSu adalah pelaku laki-laki. Dalam Bsa (bahasa Indonesia), perbedaan ini tidak terlihat dan tidak perlu menerjemahkannya menjadi ia (laki-laki). Kata the dalam TSu merupakan kata sandang (artikel) definit (tertentu). BSa hanya mengenal itu (atau -nya) yang secara semantis mencakup makna definit dan penunjuk jauh. Struktur kalimatnya pun berbeda antara TSu dan TSa. Dalam TSu ada struktur V + Prep (swam across) diterjemahklan menjadi (V+V) (verba berderet berenang menyeberangi). Kata swam dalam TSu adalah verba dengan kata kerja lampau. Dalam TSa bentuk kata kerja penunjuk waktu ini tidak terlihat. Perbedaan sistem dan struktur ini disebabkan oleh faktor intrinsik yang terdapat pada TSu dan TSa. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang terkait dengan teks, akan tetapi datang dari luar teks tersebut yang bisa saja bersifat interstesktual, situasional, kultural dan ideologi. Di dalam bahasa Indonesia, referensi tidak dipakai antara penutur dan mitra tutur yang sudah akrab. Misalnya, sorang anak ketika menyapa orang tuannya, maka ia akan memakai istilah kekerabatan. Dengan berkata ibu dari mana? Bukan kamu dari mana? kepada ibunya. Tatakrama bahasa Indonesia menghendaki istilah kekerabatan ibu, ayah, bapak, paman, bibi, abang, bibi. Jadi kata ibu bisa mengacu pada orang yang diajak berbicara (addresse). Persona kedua atau persona ketiga tergantung pada konteks atau situasi berbicara. Pertanyaan, where’s she now? Contoh beberapa terjemahannya dalam bahasa Indonesia seperti Dimana dia sekarang? Dimana beliau sekarang? Dimana ayah

sekarang? Dimana Pak Lurah sekarang? Beberapa contoh ini menunjukkan bahawa referensi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dapat diganti dengan istilah kekerabatan atau istilah mengacu pada jabatan atau profesi seseorang. Hal ini disebabkan oleh faktor ekstrinsik yang membedakan sapaan untuk orang yang lebih tua dan dihormati.

Faktor intrinsik dan ekstrinsik dipengaruhi oleh budaya dan ideologi yang dianut penerjemah dalam menerjemahkan teks. Secara intrinsik, nilai dan kualitas yang dimiliki teks akan muncul dari dalam teks, sedangkan secara ekstrinsik nilai atau kualitas berasal dari luar teks. Penerjemah mengungkapkan pesan melalui teks. Dalam proses penejemahannya dihasilkan terjemahan yang menggunakan alat kohesi yang berbeda disebabkan oleh perbedaan sistem gramatika dan budaya antara BSu dan BSa. Dengan kata lain, hal ini menjadi faktor intrinsik dan ekstrinsik yang menyebabkan terjadinya perbedaan penggunaan alat kohesi antara BSu dengan BSa.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor intrinsik dan ekstrinsik dalam penelitian ini menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan alat kohesi dalam teks Hikayat Raja-Raja Pasai dan terjemahannya dalam bahasa Inggris The Chronicle of the kings of Pasai. Faktor intrinsik berkaitan dengan faktor yang ada dalam teks berupa faktor internal dan situasional dalam bahasa atau teks sebagai pendorong yang memicu terjadinya perbedaan alat kohesi, sedangkan faktor ekstrinsik adalah fak- tor yang berasal dari luar teks dan bersifat intertekstual, situasional, kultural, dan ideo- logis.

Dokumen terkait