• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF)

2.2.2.5 Keberterimaan Terjemahan (Acceptability)

Larson (1984:532) menyatakan bahwa terjemahan harus diuji untuk memastikan keakuratan, kejelasan dan kewajaran terjemahan yang dihasilkan. Akurat berarti terjemahan sepadan dengan teks BSu. Jelas berarti terjemahan mudah dipahami oleh

pembaca. Wajar berarti terjemahan menggunakan ungkapan-ungkapan yang wajar atau berterima menurut tata bahasa baku BSa untuk menghindari kesalahpahaman pembaca teks bahasa sasaran. Hal ini senada dengan pendapat Nababan (2004:54) bahwa ada tiga kriteria untuk menilai kualitas terjemahan yaitu keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability) dan keterbacaan (readability). Keakuratan (accuracy) merujuk pada makna dan pesan teks BSa diterjemahkan sama dengan yang dimaksud dengan teks BSu.

Keberterimaan (acceptability) merujuk pada kelaziman dan kealamiahan suatu teks terjemahan dalam BSa sesuai dengan kaidah dan norma kebahasaan pembaca BSa. Keterbacaaan (Readability) merujuk pada kemudahan sebuah teks hasil terjemahan untuk dibaca oleh pembaca BSa. Berdasarkan penjelasan diatas, penilaian kualitas suatu karya terjemahan melibatkan tiga indikator yaitu kekuratan (accuracy), keterbacaan (readibility) dan keberterimaan (acceptability).

Penelitian ini hanya membahas satu indikator penilaian kualitas terjemahan yaitu tingkat keberterimaan terjemahan karena indikator keberterimaan terjemahan mengacu pada struktur, kaidah, sistem serta budaya BSa. Mengingat teks yang dikaji dan dianalisis merupakan teks yang menunjukkan perbedaan kaidah, struktur, sistem dan budaya antara teks bahasa Melayu (BSu) dan teks bahasa Inggris (BSa). Selain itu, topik kajian penelitian ini adalah mengenai kohesi, maka tingkat keberterimaan terjemahan sangat cocok digunakan untuk melihat pemahaman pembaca BSa terhadap terjemahan, karena kohesi merupakan sarana yang membuat teks utuh, padu, dan mudah dipahami.

Keberterimaan (acceptability) merujuk pada kesesuaian terjemahan dengan sistem atau kaidah, norma dan budaya yang berlaku dalam BSa baik pada tataran mikro

maupun pada tataran makro (Nababan, 2012:51). Hal ini senada dengan pendapat Beekman dan Callow (1974:24) yang menegaskan bahwa terjemahan berterima adalah terjemahan yang menyampaikan makna TSu kepada pembaca TSa dengan menggunakan bentuk gramatika dan kosa kata yang wajar. Penerjemah hanya terikat pada makna atau pesan, dan tidak terikat pada bentuk. Berikut ini merupakan salah satu contoh terjemahan terkait dengan keberterimaan yang dikutip dari contoh terjemahan Machali (2000:5) Terjemahan Kalimat definisi terjemahan oleh Catford dari Machali (2000:5):

TSu: “…the replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL)”

TSa: “… mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa penerima ”

Dalam terjemahan ini tampak dengan jelas penerjemah melepaskan diri dari struktur TSu. Penerjemah menangkap maknanya, lalu merumuskannya dalam TSa. Kata replacement (kata benda) dalam TSu diterjemahkan dengan kata mengganti (kata kerja) dalam TSa. Dalam terjemahan tersebut, bentuk TSu tidak dipaksakan. One language tidak diterjemahkan dengan satu bahasa dan another language dengan bahasa lain. Penerjemah justru menerjemahkan singkatan kata yang ada di dalam kurung, yaitu (SL) dengan bahasa sumber dan (TL) dengan bahasa penerima. Dalam hal ini penerjemah berusaha mengkomunikasikan makna, tanpa harus terikat pada kaidah TSu. Parameter penilaian tingkat keberterimaan terjemahan oleh Nababan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.7. Parameter Penilaian Tingkat Keberterimaan Terjemahan oleh Nababan (2012:51)

Aspek Yang Dinilai

Penjelasan Kesimpulan Skala

Penilaian Keberterimaan

Terjemahan

Makna BSu dikomunikasikan dengan akurat.

Makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa menggunakan bentuk gramatika dan kosakata yang alami, wajar, dan tidak kaku.

Terjemahan itu mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui dalam konteks dan antar komunikan BSa.

Tidak terikat pada struktur BSu.

Berterima 3

Makna BSu kurang dikomunika- sikan dengan akurat.

Makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa kurang menggunakan bentuk gramatika dan kosakata yang alami, kurang wajar dan te- rasa kaku.

Terjemahan itu kurang mencer- minkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui dalam konteks dan antar komunikan BSa.

Terikat pada strukur BSu.

Kurang Berterima

2

Makna dalam BSu tidak dikomu- nikasikan dengan akurat.

Makna yang dikomunikasikan ke dalam BSa tidak menggunakan bentuk gramatika dan kosakata yang alami atau tidak wajar.

Terjemahan itu tidak mencer- minkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui dalam konteks dan antar komunikan BSa.

Terikat pada strukur BSu.

Tidak Berterima

1

Parameter penilaian tingkat keberterimaan terjemahan pada tabel 2.9 diatas dimodifikasi dengan menghilangkan satu parameter penilaian yaitu indikator kurang berterima. Hal ini dilakukan dengan beberapa alasan. Pertama, untuk menghindari

yaitu berterima atau tidak berterima. Kedua, untuk melihat kesesuaian sistem, tata bahasa, kaidah, kosa kata serta budaya yang spesifik digunakan dalam BSa. Ketiga, untuk melihat perbedaan terjemahan alat kohesi antara BSu dengan BSa yang berdampak pada pemahaman pembaca BSa. Dengan kata lain, penilaian tingkat keberterimaan terjemahan bertujuan untuk memperjelas dan menspesifikkan parameter penilaian keberterimaan terjemahan agar terhindar dari keambiguan makna penilaian dan memperoleh penilaian yang akurat. Ada dua indikator penilaian tingkat keberterimaan terjemahan dalam penelitian ini yaitu (1) terjemahan berterima (BM) dan terjemahan tidak berterima (TBM).

Terjemahan berterima (BM) adalah terjemahan yang (a) makna dikomunikasikan dengan akurat dalam TSa (b) alat kohesi dikomunikasikan menggunakan bentuk gramatika dan kosa kata yang lumrah dan wajar dalam BSa (c) alat kohesi mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui dalam konteks dan antarkomunikan dalam BSa. Dan terjemahan tidak berterima (TBM) adalah (a) pesan dan makna dikomunikasikan secara tidak akurat dalam TSa, (b) alat kohesi tidak mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui dalam konteks dan antar komunikan BSa dan (c) alat kohesi tidak menggunakan bentuk gramatika serta kosa kata dan gaya bahasa yang lazim digunakan penutur BSa. Tabel 2.8 berikut ini merupakan indikator penilaian tingkat keberterimaan terjemahan dengan modifikasi dari peneliti:

Tabel 2.8. Indikator Keberterimaan Terjemahan Modifikasi Peneliti Kategori Penilaian Indikator Berterima (BM)

 Terjemahan dikomunikasikan secara akurat dalam BSa dengan menggunakan sistem, kaidah, kosa kata dan budaya yang sesuai bagi pembaca BSa

 Alat kohesi diterjemahkan secara akurat dan dikomunikasikan secara wajar sesuai dengan komunikasi yang lazim ditemukan dalam konteks BSa

 Alat kohesi dikomunikasikan dengan menggunakan tata bahasa, kosa kata dan gaya bahasa yang wajar digunakan penutur BSa Tidak

Berterima (TBM)

 Terjemahan dikomunikasikan dengan tidak akurat dalam BSa

 Alat kohesi tidak diterjemahkan secara akurat dalam BSa dan tidak sesuai dengan komunikasi yang wajar ditemukan dalam konteks BSa

 Terjemahan alat kohesi tidak menggunakan tata bahasa, kosa kata dan gaya bahasa yang lazim digunakan penutur BSa

Dokumen terkait