• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Alih Kode

Alih kode dalam interaksi belajar mengajar di SD Negeri 175780 Aeknauli Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang hasundutan dianalisis melalui teori Fishman, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode mengacu pada siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan dengan tujuan apa. Di bawah ini dapat dilihat gambaran percakapan dari hasil penelitian seperti yang dapat diuraikan di bawah ini.

4.1.1 Penutur

Seorang penutur beralih kode terhadap mitra tutur karena suatu tujuan. Misalnya mengubah situasi resmi menjadi tidak resmi atau sebaliknya. Kemudian penutur juga mengharapkan sesuatu dari mitra tuturnya atau dengan kata lain mengharapkan keuntungan atau manfaat dari percakapan yang dilakukannya. Percakapan di bawah ini menunjukkan penutur ingin mengharapkan keuntungan atau manfaat dari percakapan yang dilakukannya.

Latar belakang : Murid yang terlambat dibariskan di lapangan sekolah Para pembicara : Seorang murid dengan ibu guru

Topik : Murid terlambat

Sebab alih kode : Seorang siswa beralih kode yang hendak memberi penjelasan kepada guru karena terlambat.

Ibu guru : “Perhatian, siap gerak! (perhatian, siap gerak!)

Ibu guru : “Kalian tau jam brapa kita baris?” (kalian tahu jam berapa kita baris?) Murid : “Tau bu!”

(tahu bu)

Ibu guru : “Kau! Kenapa kau terlambat? Dekatnya rumahmu” (Kamu! Kenapa kau terlambat? Rumahmunkan dekat) Murid I beralih kode ke dalam bahasa Batak Toba untuk menjelaskan penyebab dia terlambat sekolah.

Murid I : “Mandongani uma au nangkin bu tu Hutagurgur” (Saya tadi menemani ibu ke Hutagurgur)

Ibu guru : “Boasa ingkon donganan haroa uma i?” (Kenapa harus dikawani ibu itu?)

Murid I : “Ala hurang sehat bu, na manombo do nassogot gabe lao ma hami marubat tu Sihombing”

(Karena sakit bu, kambuh tadi pagi jadi kami pergi berobat ke Sihombing)

Ibu guru : “Oh, alai sahali nai unang tarlambat be dah” (Oh, tapi lain kali jangan terlambat lagi yah)

Murid I : “Olo bu”

Penjelasan :

Dari percakapan di atas dapat dilihat, pada mulanya ibu guru berbicara menggunakan bahasa Indonesia dan ditanggapi para murid dengan bahasa Indonesia juga. Tetapi ketika ibu guru mencoba menanyakan kepada salah satu murid yang terlambat tentang alasan kenapa dia terlambat dengan bahasa Indonesia, justru murid I menjawab dengan bahasa Batak Toba (bahasa daerah). Pada peristiwa ini tampak jelas bahwa murid ini mencoba mengajak ibu guru beralih bahasa ke bahasa daerah karena dengan menggunakan bahasa daerah rasa persaudaraan akan lebih tinggi. Akhirnya ibu guru pun beralih kode menggunakan bahasa Batak Toba hingga percakapan berakhir dengan murid I tersebut.

Dengan berbahasa daerah, rasa keakraban pun lebih mudah dijalin daripada menggunakan bahasa Indonesia. Alih kode untuk memperoleh „keuntungan‟ ini biasanya dilkukan oleh penutur yang dalam peristiwa tutur itu mengharapkan bantuan lawan tuturnya. Oleh karena itu, alih kode yang dilakukan oleh murid I tersebut adalah untuk memperoleh „keuntungan‟ yaitu lepas dari hukuman terlambat.

4.1.2 Lawan Tutur

Dalam hal ini kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang atau sedikit kurang mengerti karena bahasa tersebut bukan bahasa pertamanya, jika lawan tutur yang latar belakang kebahasaannya sama dengan penutur biasanya beralih kode dalm wujud alih varian (baik regional maupun sosial), ragam gaya, atau

register. Kemudian bila lawan tutur berlatar belakang kebahasaan berbeda cenderung alih kode berupa alih bahasa.

Percakapan di bawah ini menunjukkan penutur beralih bahasa karena ingin menghormati guru yang sedang bertanya kepada murid.

Latar belakang : Di ruangan kelas, di ruang kelas IV Para pembicara : Para murid dan guru

Topik : Murid yang sedang diskusi pelajaran matematika Sebab alih kode : Menghormati guru

Murid I : „Didia do tahe nangkin didok ibu i dibahen garis putus- putus?‟

(Di mana tadi dikatakan oleh ibu itu dibuat garis putus- putus?)

Murid II : „Di tonga-tonga na dilipat i bahen‟ (Di tengah yang dilipat itu)

Murid I : „Piga dibahen ho garis-garis nai?‟ ( Berapa kamu buat garisnya?) Murid II : „Molo persegi panjang ba dua‟

( Kalau persegi panjang dua)

Terjadi perubahan alih kode dari bahasa Batak Toba ke Bahasa Indonesia ketika guru menanyakan apa yang sedang didiskusikan murid-murid tersebut.

Guru : „Apa yang kalian bicarakan?‟ (Apa yang kalian bicarakan)

persegi panjang‟

(Ini bu, berapa katanya garis yang dibuat di gambar persegi panjang).

Guru : „Berapa kamu buat?‟ (Berapa kamu buat) Murid II : „Dua bu‟

(Dua bu) Guru : „Iya betul‟

(Iya betul) Penjelasan :

Dalam percakapan di atas awalnya murid I dan murid II menggunakan bahasa Batak Toba di dalam percakapannya, dan ketika gurunya ikut dalam percakapan mereka dengan menggunakan bahasa Indonesia maka mereka pun beralih kode menggunakan bahasa Indonesia. Berdasarkan percakapan di atas murid II beralih kode dengan menggunakan bahasa Indonesia, karena menghormati gurunya, dengan tidak sengaja mereka telah menghormati gurunya karena tidak mempertahankan bahasa yang mereka gunakan pada waktu berdiskusi.

Gejala alih kode yang disebabkan karena pembicara atau penutur ingin mengimbangi kemampuan berbahasa si lawan tutur tersebut. Dalam hal ini biasanya kemampuan berbahasa si lawan tutur kurang karena memang mungkin bukan bahasa pertamanya. Kalau si lawan tutur itu berlatar belakang bahasa yang sama dengan penutur, maka alih kode yang terjadi hanya peralihan varian (baik

regional maupun sosial), ragam, gaya atau register. Kalau si lawan tutur berlatar belakang bahasa yang tidak sama dengan penutur, maka yang terjadi adalah alih bahasa.

Berikut adalah percakapan yang terjadi dalam interaksi belajar mengajar, di mana guru (penutur) ingin mengimbangi kemampuan berbahasa salah satu muridnya (lawan tutur) karena muridnya kurang mengerti menggunakan bahasa Indonesia.

Latar belakang : Ruangan kelas pada waktu belajar Para pembicara : Guru dan salah satu murid

Topik : Menanyakan tentang absensi kehadiran si murid Sebab alih kode : Alih kode yang terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa

bahasa Batak Toba karena lawan tutur kurang mengerti bahasa Indonesia.

Peristiwa tutur :

Guru : “Sudah berapa kali kau absen Zola?” (Sudah berapa kali kamu absen Zola?) Murid : “Tiga kali Bu.”

(Tiga kali Bu)

Guru : “Semalam kamu gak masuk, apa alasanmu?” (Semalam kamu tidak masuk, apa alasanmu?) Murid : “Basah sepatuku Bu.”

Guru :“Cuma gara-gara sepatu basah gak bisa sekolah,

memang gak ada niatmu sekolah ya!”

(Cuma gara-gara sepatu basah gak bisa sekolah, memang gak ada niatmu sekolah ya).

Karena guru melihat si murid kesulitan untuk menjawab dengan bahasa Indonesia maka guru pun beralih kode ke bahasa Batak Toba.

Guru : “Dibege ho do, holan ala ni sipatu ma ho dang sikkola.” (Kamu dengarnya, hanya karena sepatu kamu tidak sekolah).

Murid : “Hubege bu, ala na holan i do sipatukku Bu.” (Dengar bu, Cuma itu sepatuku Bu).

Guru : “Dang olo sidung alus sian ho, baenma ulakhon ma muse

songoni dah asa tinggal kelas ho.”

(Tidak pernah habis jawabanmu, buatlah begitu terus supaya kamu tinggal kelas).

Murid : “Dang be olo au absen Bu.” (Saya tidak akan absen lagi Bu).

Guru : “Unang losok ho marsikkola, seang hepeng ni bapa dohot uma i pasikkolahon ho, lao di ho doi ateh.”

(Jangan kamu malas sekolah, hargai uang orangtuamu menyekolahkan kamu, untukmu itu).

Murid : “Olo Bu”

Guru : “Hundul maho.” (Silahkan duduk). Penjelasan :

Dari percakapan diatas dapat dilihat, pada mulanya guru yng merupakan asli suku Batak Toba berbicara kepada muridnya dengan bahasa Indonesia dan disambut pula oleh murid dengan menggunakan bahasa yang sama. Namun di tengah pembicaraan si murid (lawan tutur) kelihatannya sulit untuk berbicara dengan bahasa Indonesia maka dengan cepat si guru pun beralih kode menggunakan bahasa Batak Toba, dengan demikian pembicaraan mereka pun berlanjut.

4.1.3 Perubahan Situasi Pembicaraan

Perubahan situasi bicara dapat meyebabkan terjadinya alih kode. Situasi tersebut dapat berupa situasi formal ke informal atau sebaliknya. Di bawah ini adalah beberapa contoh percakapan di dalam interaksi belajar mengajar yang terjadi peristiwa alih kode yang disebabkan oleh situasi pembicaraan.

Latar belakang : Ruangan kelas VI

Para pembicara : Guru dan murid yang berasa di ruangan kelas

Sebab alih kode : Sebelum memberikan pelajaran kepada murid di kelas, guru melihat ruangan kurang bersih maka guru meminta kepada murid untuk membersihkan terlebih dahulu dalam peristiwa ini guru dan murid terlibat pembicaraan dalam situasi informal.

Peristiwa tutur :

Guru : “Boasa songoni rotak ni kalas on?” (Kenapa kotor kelas ini?)

Murid : “Dang manapu halak si Ayu nantoari Ibu” (Orang si Ayu tidak menyapunya semalam Ibu) Guru : “Toe paias i Ayu!”

(Ayo bersihkan Ayu!)

Ayu : “Si Jane pe dohot do petugas penyapu nantoari Bu.” (Si Jane juga petugas penyapu semalam Bu).

Guru : “Sude petugas penyapu si nantoari hatop paias kelas on.” (Semua petugas penyapu yang kemaren cepat bersihkan kelas ini).

beberapa lama kemudian setelah ruangan selesai dibersihkan, mulailah guru memberikan pelajaran kepada muridnya dengan situasi ragam formal dalam hal ini guru beralih kode ke bahasa Indonesia.

Guru : “Selamat pagi anak-anak!” (Selamat pagi anak-anak!). Murid : “Selamat pagi bu”

(Selamat pagi bu)

Guru : “Baiklah, semalam ada tugas yang ibu kasih, sudah dikerjakan di rumah?”

(Baiklah, semalam ada tugas yang ibu kasih, sudah

Murid : “Sudah bu” (Sudah bu)

Guru : “Siapa yang belum mengerjakan!, tunjuk tangan!” (Siapa yang belum mengerjakan!, tunjuk tangan!) Murid : “Tidak ada bu”

(Tidak ada bu)

Guru : “Bagus, ketua kelas silahkan kumpul tugasnya letakkan di meja ibu”

(Bagus, ketua kelas silahkan kumpul tugasnya letakkan di meja ibu)

Ketua kelas : “Iya bu” (Iya bu) Penjelasan :

Berdasarkan ilustrasi di atas menceritakan adanya situasi ragam informal berubah ke situasi ragam formal. Dapat dilihat ketika pembicaraan sedang membicarakan diluar proses belajar mengajar (situasi informal) maka guru berbicara dengan muridnya dengan menggunakan bahasa Batak Toba. Tetapi ketika situasi berubah menjadi formal yaitu ketika guru memulai proses belajar mengajar pada saat itu juga ibu guru beralih kode ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi. Dari ilustrasi di atas dapat dilihat jelas adanya peralihan kode dari bahasa daerah ke bahasa resmi pada situasi ragam informal ke situasi ragam formal.

Contoh kedua

Latar belakang : Ruangan kelas VI Para pembicara : Guru dan murid

Sebab alih kode : Terjadi perubahan situasi pembicaraan Peristiwa tutur :

Guru : “Selamat pagi anak-anak!” (Selamat pagi anak-anak). Murid : “Selamat pagi bu!”

(Selamat pagi bu).

Guru : “Hari ini kita akan belajar tentang perubahan wujud ya?”

(Hari ini kita akan belajar tentang perubahan wujud ya). Murid : “Iya bu.”

(Iya bu).

Guru : “Coba dulu si Rocky baca buku tentang perubahan Wujud.”

(Coba dulu si Rocky baca buku tentang perubahan wujud) Kelihatannya si murid bingung karena si murid tidak tahu halaman berapa dalam bukunya yang hendak ia baca karena si murid melamun.

Terjadi perubahan alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Batak.

Guru : “Dibotoho do manang halaman piga?”

Murid I : “Daong bu.” (Tidak bu).

Guru : “Ima unang sai holan na marangan-angan ho, molo marsiajar i parrohahon unang sai holan gadong na di jabui ingot-ingot, dibege ho do?”

(Itulah makanya jangan kamu melamun, kalau belajar perhatikan jangan Cuma ubi yang di rumah saja kamu ingat-ingat, kamu dengar tidak?).

Murid I : “Hubege bu.” (Saya dengar bu).

Guru : “Lihat halaman 35 paragraf kedua.” (Lihat halaman 35 paragraf kedua).

Penjelasan :

Berdasarkan ilustrasi di atas tersebut menceritakan adanya situasi ragam formal berubah ke situasi ragam informal. Dapat dilihat pada saat situasi formal yaitu sedang membicarakan tentang pelajaran guru dan murid menggunakan bahasa Indonesia. Pada saat situasi berubah ke situasi informal yakni ketika guru sedang menegor murid yang sedang melamun pada waktu belajar maka terjadi perubahan bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Batak Toba. Dari ilustrasi di atas dapat terlihat jelas adanya peralihan kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Batak Toba yang disebabkan oleh perubahan situasi pembicaraan.

4.1.4 Perubahan Topik Pembicaraan

Topik pembicaraan merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Topik pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius dan pokok pembicaraan bersifat informal disampaikan dengan bahasa nonbaku, gaya sedikit emosional, dan serba seenaknya.

Berubahnya topik pembicaraan dapat juga menyebabkan terjadinya alih kode, seperti yang diuraikan dalam percakapan berikut ini.

Latar belakang : Ruangan kelas VI Para pembicara : Guru dan murid

Sebab alih kode : Terjadi perubahan topik pembicaraan Peritiwa tutur :

Guru : “Siang anak-anak!” (Siang anak-anak). Murid : “Siang Bu!”

(Siang Bu).

Guru : “Hari ini kita akan belajar tentang Abraham bapak orang percaya, tentang apa?”

(

Hari ini kita akan belajar tentang Abraham bapak orang

percaya, tentang apa?).

Murid : “Abraham bapak orang percaya.” (Abraham bapak orang percaya). Guru : “Siapa yang tahu nama istri Abraham?”

(Siapa yang tahu nama istri Abraham?). Murid : “Si Sarah Bu.”

(Si Sarah Bu).

Guru : “Iya betul sekali, sarah adalah istri dari Abraham yang lama sekali memiliki keturunan, tetapi karena kesetiaan Abraham kepada Allah maka Sarah pun melahirkan anak, Yang bernama Ishak.”

(Iya betul sekali, sarah adalah istri dari Abraham yang lama sekali memiliki keturunan, tetapi karena kesetiaan Abraham kepada Allah maka Sarah pun melahirkan anak, Yang bernama Ishak).

Terjadi perubahan alih kode ketika guru menegor muridnya yang sedang berbisik-bisik dengan temannya.

Guru : “Ai aha do di hatai ho Sairo disi?” (Apa yang kamu bicaran disitu Sairo?). Sairo : “Hansit ninna ulu ni si Banglas Bu.”

(Sakit kepala si Banglas Bu). Guru : “Ateh mahua ho Banglas?”

(Kamu kenapa Banglas?). Banglas : “Hansit uluku Bu”

(Sakit kepalaku Bu)

Guru : “Jadi boha, mulak maho, manang boan jo marubat tu puskes”

(Bagaimana, kamu pulang kerumah atau dibawa berobat ke puskesmas)

Banglas : “Marubat Bu”

(Berobat Bu)

Guru : “Boan jo Sairo tu puskes hatop, dokkon tu bidan i mak Lasro mambayar anon nimmu”

(Bawa dulu Sairo ke puskesmas cepat, katakana sama bidannya mak Lasro nanti yang bayar”

Sairo : “Olo Bu”

(Iya Bu)

Penjelasan :

Berdasarkan ilustrasi di atas dapat dilihat adanya pembicaraan antara guru dengan murid-muridnya yaitu tentang pelajaran agama yang bercerita tentang Abraham bapak orang percaya, tetapi tidak lama kemudian guru mengalihkan topik pembicaraan ketika ada dua orang murid yang berbisik-bisik dengan menegornya sehingga berubah topik yang dibahas yakni tentang salah satu muridnya yang sakit dan dibawa berobat. dari peritiwa ini jelas terlihat adanya perubahan kode karena perubahan topik pembicaraan, ketika topik pembicaraan tentang pelajaran guru dan murid berbicara dengan bahasa Indonesia, tetapi ketika topik pembicaraan antara murid dan guru itu tentang murid yang sedang sakit maka terjadi alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Batak Toba.

Dokumen terkait