• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paul W Tappen menyatakan bahwa kejahatan adalah:25 The Criminal Law (statutory or case law), committed without defense or excuse, and penalized by the state as a felony and misdemeanor. Yang artinya Hukum Pidana (menurut undang-undang atau kasus hukum), berkomitmen tanpa pembelaan atau alasan, dan dihukum oleh negara sebagai kejahatan dan pelanggaran.

Definisi “Kejahatan” menurut R.Soesilo dalam bukunya berjudul “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Komentar-Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal” membedakan pengertian kejahatan menjadi dua sudut pandang yakni sudut

pandang secara yuridis sudut pandang sosiologis.

Dalam pengertian yuridis membatasi kejahatan sebagai perbuatan yang telah ditetapkan oleh Negara sebagai kejahatan dalam hukum pidananya dan diancam dengan suatu sanksi.26

Sedangkan, secara sosiologis kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh masyarakat. 27

Jadi kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang dan dapat merugikan masyarakat akibat hilangnya keseimbangan , ketentraman, dan ketertiban.

Pengertian penyimpangan menurut beberapa ahli dapat diuraikan sebagai berikut:28

1. Soerjono Soekanto

Perilaku menyimpang adalah penyimpangan terhadap kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.

2. Jhon J. Macionis

Perilaku menyimpang adalah pelanggaran terhadap norma masyarakat. 3. James W. Van der Zaden

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.

4. Robert M. Z. Lawang 26 Opcit, Halaman 14 27Ibid, Halaman 15 28 http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-perilaku-menyimpang-menurut.html# diakses tanggal 30 April 2015 jam 20.18 Wib

Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial, dan menimbulkan usaha dari mereka yang paling berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang.

5. Craig Calhoun, Donald Light, dan Suzanne Keller

Perilaku menyimpang adalah setiap tindakan yang dianggap menyimpang dari nilai moral atau norma budaya yang diakui oleh sebuah kelompok atau masyarakat.

Dalam mengkaji suatu kejahatan, di dalam kriminologi terdapat beberapa paradigma/aliran yang mempengaruhinya, antara lain :

1. Aliran Klasik

Di dalam aliran ini mempunyai dua pemikiran yang mendasar dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia yaitu penderitaan dan kesenangan. Hal disebabkan karena manusia memiliki kehendak bebas (free will), yang kemudian dalam bertingkah laku manusia memiliki kemampuan untuk memperhitungkan perilakunya berdasarkan hedonism. Aliran ini juga mempunyai asumsi bahwa hukuman dijatuhkan berdasarkan tindakannya dan bukan karena kesalahan.29 Karena pemikiran manusia selalu dipengaruhi oleh akal dan pikirannya (indeterminisme). Kejahatan merupakan hasil pilihan bebas seseorang setelah memperhitungkan secara rasional untung ruginya dalam melakukan kejahatan.

2. Aliran Neo Klasik

Aliran Neo Klasik merupakan pembahruan dari aliran klasik. Hal ini dilakukan setelah melihat adanya ketidak adilan dari aliran klasik. Ada beberapa ciri-ciri yang membedakan aliran klasik dengan aliran neo klasik antara lain:30

29

Wahju Muljono, Op.cit., Halaman 37.

30

a. Adanya pelunakan pada doktrin kehendak bebas; kehendak bebas untuk memilih dipengaruhi oleh:

1) Patologi, ketidakmampuan untuk bertindak, sakit jiwa atau lain keadaan yang mencegah seseorang untuk memperlakukan kehendak bebasnya;

2) Predimitasi, niat yang dijadikan ukuran daripada kebebesan kehendak (hal-hal yang aneh)

b. Pengakuan daripada sahnya keadaan yang melunak. Misalnya: fisik, keadaan lingkungan atau keadaan mental dari individu

c. Perubahan doktrin tanggung jawab sempurna untuk memungkinkan pelunakan hukum menjadi tanggung jawab sebagian saja, sebab-sebab utama untuk mempertanggungjawabkan seseorang sebagian saja adalah kegilaan, kebodohan, dan lain-lain keadaan yang dapat

mempengaruhi “pengetahuan dan niat” seseorang waktu melakukan

kejahatan.

d. Dimasukkannya kesaksian ahli di dalam acara pengadilan untuk menentukan besarnya tanggung jawab untuk menentukan apakah si terdakwa mampu memilih antara yang benar dan yang salah.

3. Aliran Positivis

Berbicara tentang aliran positivis ini mau tak mau kita harus mengingat pula Dokter Cesare Lambroso (1335-1909). Dalam ajarannya Lambroso mengatakan bahwa asal mulanya kejahatan itu berasal dari gen dan sikap liar yang

diturunkan oleh nenek moyang. Sifat jahat manusia sesuatu yang dapat diwariskan kepada keturunannya sendiri. Karena sejak manusia dilahirkan manusia telah memiliki sifat jahat di dalam dirinya.

Penjahat sejak lahir merupakan tipe khusus, dan tipe ini dikendali dari bentuk atau cacat fisik tertentu. Lebih lanjut Lambroso menggarisbawahi bahwa cacat ataupun keanehan tersebut sebagai takdir untuk menjadi gambaran dari kepribadiannya sebagai penjahat.31 Kejahatan merupakan perilaku manusia yang dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik, psikis dan sosio-kulturalnya.

4. Aliran Kritis

Berpijak dari asumsi sebelumnya bahwa perilaku manusia tidak hanya ditentukan oleh kondisi-kondisi fisik, psikis dan sosio-kulturalnya, melainkan ditentukan oleh peranan individu dalam memaknai, menafsirkan, menanggapi setelah dia berinteraksi dengan kondisi tertentu. Kejahatan merupakan suatu keberhasilan masyarakat dalam memberikan reaksi perbuatan tertentu sebagai kejahatan dan pelakunya sebagai penjahat. Pemikiran seperti ini mengarah kepada kajian proses yang mempengaruhi pada pembentukan undang-undang yang menjadikannya perbuatan tertentu sebagai kejahatan, serta proses bekerjanya hukum pidana. Yaitu proses-proses yang menjadikan perbuatan tertentu dan pelakunya sebagai penjahat (sosiologi hukum pidana).32

31

Ibid, Halaman 41.

32

I.S. Susanto, Kejahatan Koorporasi, Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 1995, Halaman 13

Menurut Kartini Kartono (1989), bentuk relasi seks yang abnormal dan perverse (buruk,jahat) adalah relasi seks yang tidak bertanggung jawab, yang didorong oleh kompulsi-kompulsi dan dorongan-dorongan yang abnormal.33 Definisi lain dari perilaku seksual abnormal adalah perilaku seks yang tidak dapat menyesuaikan diri, bukan saja dengan tuntutan masyarakat, tetapi juga dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan, perwujudan diri sendiri, atau peningkatan kemampuan individu untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik34. Salah satu contoh dari relasi seks yang abnormal adalah hubungan seksual sedarah(Incest).

Hubungan Seksual Sedarah/ incest bukanlah permasalahan atau kasus baru yang terjadi di masyarakat. Secara singkat Hubungan Seksual Sedarah/Incest diartikan sebagai perbuatan sumbang/berzinah/berkendak dengan saudaranya35. Hubungan Seksual Sedarah/Incest berasal dari bahasa latin Incestus yang berarti tidak suci, tidak senonoh dan Incestare yang berarti menodai atau mengotori. Definisi incest yang diterima masyarakat luas sekarang ini adalah hubungan seks atau aktivitas seksual lainnya antara individu yang mempunyai hubungan dekat, yang perkawinan diantara mereka dilarang oleh hukum maupun kultur.36

Ruth. S. Kempe dan C. Henry Kempe mendefinisikan Incest sebagai hubungan seksual antara anggota keluarga dalam rumah, baik antara kakak-adik

33

Drs. Sunaryo, Psikologi untuk keperawatan, Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, Halaman 241

34

Ibid.

35

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta:PT. Gramedia, 1996, Halaman 316

kandung atau tiri, ayah-anak kandung, ayah-anak tiri, paman-keponakan kandung atau tiri.37

Hubungan Seksual Sedarah/Incest dapat terjadi pada anak laki-laki maupun anak perempuan. Namun kasus yang pada umumnya banyak terjadi menimpa anak perempuan. Hubungan incest yang merebak di masyarakat

menunjukan gejala bahwa semakin banyaknya masyarakat yang “sakit”.

Dikatakan sakit karena Hubungan Seksual Sedarah/incest tergolong penyimpangan seksual dalam masyarakat.

Faktor penyebab hubungan seksual sedarah ini adalah: a. Faktor Internal

b. Faktor Eksternal

3. Kebijakan hukum pidana terhadap tindak pidana hubungan seksual