• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor penyebab terjadinya pelanggaran HAM

Di Indonesia (2) Ibu dan

3. Faktor-faktor penyebab terjadinya pelanggaran HAM

Pelanggaran hak asasi manusia sering terjadi di Indone- sia, walaupun sudah dijamin secara konstitusional dan telah dibentuknya lembaga penegakan hak asasi manusia. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor. Faktor-faktor penyebab- nya antara lain:

a. Masih belum adanya kesepahaman pada tataran konsep hak asasi manusia antara universalisme dan partikularisme. b. Adanya dikotomi antara individualisme dan kolektivisme. c. Kurang berfungsinya lembaga-lembaga penegakan hukum

(polisi, jaksa, dan pengadilan).

d. Pemahaman belum merata baik di kalangan sipil maupun militer.

Ketika memasuki era reformasi diharapkan lembaga- lembaga penegak hukum (polisi, jaksa, dan pengadilan) yang sebelumnya tampak lebih difungsikan untuk kepentingan menutupi berbagai penyelewengan yang dilakukan penguasa agar dapat melanggengkan kekuasaannya (mempertahankan

status quo), daripada fungsinya untuk memberikan perlindung-

an hukum dan ketertiban masyarakat serta memperoleh

Gambar 3.3:

Hakim memimpin sidang Sumber: Metro TV Pasal 29 (1) Setiap orang mempunyai k e w a j i b a n t e r h a d a p suatu ma- syarakat di mana ia m e n d a p a t k e m u n g - kinan untuk m e n g e m - bangkan pri- badinya de- ngan penuh dan bebas.

kepastian hukum dan keadilan. Lembaga-lembaga penegak hukum juga lebih nampak difungsikan sebagai transaksi bisnis, siapa yang tebal kantongnya hampir dapat dipastikan selalu sebagai pihak yang diuntungkan oleh lembaga penegak hukum. Pada era reformasi sekarang hal tersebut tidak berkurang. Seperti dinyatakan Sjahrir sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) ketika menyentil tentang korupsi yang merajalela. Ia menyatakan “Rakyat sadar bahwa penangkapan pembesar politik dan pengusaha kakap itu sekedar tawar- menawar bisnis di antara politisi dan pembuat hukum, pengacara dan penuntut umum, polisi dan keluarga terdakwa”

(Kompas, 23 Maret 2002).

Dalam kondisi yang demikian, ada kecenderungan kepercayaan masyarakat terhadap fungsinya lembaga penegak hukum menurun. Misalnya poling pendapat mengenai kemampuan hakim bertindak adil dalam memutuskan kasus pelanggaran HAM, yakin: 32,1%; tidak yakin: 61,2%, dan tidak tahu/tidak menjawab: 6,7% (Kompas, 25 Maret 2002). Jika kondisi kurang percaya masyarakat terhadap lembaga penegak hukum semakin menguat, maka dapat dipastikan masyarakat akan menggunakan cara-cara lain di luar prosedur hukum dalam mengatasi berbagai masalah konflik/bentuk pelanggaran hukum. Hal ini tentunya semakin mempersulit upaya penegakan hak asasi manusia.

Sering terjadinya pelanggaran hak asasi manusia baik di kalangan sipil maupun militer karena masih ada kalangan mereka yang belum memahami tentang hak asasi manusia. Dari kalangan militer sering terlihat tindakan yang tidak proporsional, represif bahkan nyaris seperti menghadapi musuh dengan menggunakan peluru tajam yang mematikan ketika berhadapan dengan para demonstran yang sedang menyuarakan pendapatnya sebagai hak asasi demokrasi. Mestinya jika militer mengetahui tindakan para demonstran itu sebagai perwujudan hak asasi, seharusnya militer menghadapinya secara persuasif, dengan dialog bukan dengan kekerasan fisik dan senjata. Upaya

(2) Di dalam m e n j a l a n - kan hak-hak dan kebebas- an-kebebas- annya setiap orang ha-rus tunduk hanya kepada pem- b a t a s a n - pembatasan yang ditetap- kan oleh un- dang-undang dengan mak- sud sema-ta- mata untuk menjamin pe- ngakuan ser- ta penghor- matan yang layak bagi hak-hak dan kebebasan- k e b e b a s a n orang lain, dan untuk m e m e n u h i syarat-syarat benar dari kesusilaan, tata tertib umum serta keselamatan umum dalam suatu ma- syarakat de- mokratis.

untuk menempatkan militer hanya pada fungsi pertahanan dan Polri pada fungsi keamanan merupakan bukti bahwa militer sering terjebak pada pelanggaran hak asasi manusia. Namun karena Polri telah lama dididik dengan pola militer, maka masih terlihat dengan jelas perilaku Polri yang tidak banyak berbeda dengan perilaku militer dalam menangani masalah-masalah ketertiban masyarakat, yaitu secara represif dan mengedepan- kan kekerasan fisik. Mestinya perilaku Polri dalam upaya menertibkan masyarakat lebih mengedepankan fungsi penegakan hukum.

Di kalangan sipil juga sering dijumpai tindakan yang mencerminkan bahwa sebagian masyarakat belum memahami tentang hak asasi manusia, seperti terlihat pada berbagai kerusuhan sosial yang terjadi selama ini. Misalnya dengan melakukan pembakaran pertokoan dan penjarahan serta pemerkosaan massal terhadap etnis tertentu karena telah termakan isu dari provokator. Mereka tidak sadar bahwa perbuatannya digolongkan dalam tindakan pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Ketidakpahaman terhadap hak asasi manusia, dapat terlihat ketika mereka tertangkap dan diinterogasi alasan mereka hanya ikut-ikutan saja. Apabila dilihat dari latar belakang sosial-ekonomi umumnya mereka dari kalangan marginal.

Di samping faktor-faktor penyebab pelanggaran hak asasi manusia tersebut di atas, ada faktor lain yang esensial yaitu “kurang dan tipisnya rasa tanggung jawab” (A. Masyur Effendy, 1997: 33). Kurang dan tipisnya rasa tanggungjawab ini melanda berbagai strata masyarakat, nasional maupun internasional untuk mengikuti “hati sendiri”, enak sendiri, kaya sendiri, dan lain-lain. Akibatnya, orang begitu mudah menyalahgunakan kekuasaannya, meremehkan tugas, dan tidak mau memperhati- kan hak orang lain.

(3) Hak-hak ke- bebasan-ke- bebasan ini s e k a l i p u n tidak boleh dijalankan dengan cara yang berten- tangan de- ngan tujuan- tujuan dan dasar-dasar Perserikat- an Bangsa- Bangsa. Pasal 30 Tidak sesuatu pun dalam per- nyataan ini boleh diartikan mem- berikan salah satu negara, go- longan ataupun seseorang, se- suatu hak untuk melakukan se- suatu kegiatan atau sesuatu per- buatan yang bertujuan untuk merusak salah satu hak dan ke- bebasan yang termaktub da- lam pernyataan ini.

Dalam perjalanan sejarah Indonesia, telah tejadi berbagai kasus pelanggaran HAM. Kasus-kasus ini terjadi kebanyakan pada masa pemerintahan orde lama, orde baru, maupun era reformasi. Coba diskusikan dengan kelompok belajar kalian bentuk atau contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia yang telah terjadi di Indone- sia selama masa reformasi!

Setelah kalian membaca materi di atas untuk mengetahui sejauh mana pemahaman kalian tentang kasus pelanggaran HAM yang berlaku dalam kehidupan bersama, maka jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!

1. Sebutkan tolok ukur pelaksanaan dan pelanggaran HAM! 2. Sebutkan contoh pelanggaran HAM yang termasuk genosida! 3. Tunjukkan contoh kasus pelanggaran HAM!

4. Sebutkan faktor penyebab pelanggaran HAM! 5. Di mana pelanggar berat diadili?

Kegiatan Siswa

Pertanyaan Pemahaman dan

C. Menghargai Upaya Perlindungan