• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mendukung dengan tetap bersifat kritis terhadap upaya penegakan HAM

Di Indonesia (2) Ibu dan

D. Sikap Positif Terhadap Upaya Penegakan HAM

2. Mendukung dengan tetap bersifat kritis terhadap upaya penegakan HAM

Dukungan terhadap upaya penegakan HAM dapat berupa:

a. Mendukung upaya lembaga yang berwenang untuk menindak secara tegas pelaku pelanggaran HAM. Misalnya: mendukung upaya negara menindak tegas para pelakunya dengan menggelar peradilan HAM, mendukung upaya menyelesaikan melalui lembaga peradilan HAM nasional, mendukung peradilan HAM internasional untuk mengambil alih, apabila peradilan HAM nasional mengalami jalan buntu. b. Mendukung dalam setiap upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Bantuan kemanusiaan itu bisa berwujud makanan, pakaian, obat-obatan dan tenaga medis.

c. Mendukung upaya terwujudnya jaminan restitusi, kom-

pensasi, dan rehabilitasi bagi para korban. Restitusi

merupakan ganti rugi yang dibebankan pada para pelaku baik untuk korban atau keluarganya. Jika restitusi dianggap

tidak mencukupi, maka harus diberikan kompensasi yaitu kewajiban negara untuk memberikan ganti rugi pada korban atau keluarganya. Di samping restitusi dan kompensasi, korban juga berhak mendapat rehabilitasi. Rehabilitasi bisa bersifat psikologis, medis, dan fisik. Rehabilitasi psikologis misalnya berupa pembinaan kesehatan mental untuk terbebas dari trauma, stres, dan gangguan mental yang lain. Rehabilitasi medis, yaitu berupa jaminan pelayanan kesehatan. Sedangkan rehabilitasi fisik dapat berupa pem- bangunan kembali sarana dan prasarana, seperti perumah- an, air minum, perbaikan jalan, dan lain-lain.

Sikap lain yang dapat mendukung upaya penegakan HAM adalah sikap kritis terhadap penegakan HAM baik yang dilaku- kan oleh Komnas HAM, Peradilan HAM, LSM dan perorangan dan lembaga lainnya tersebut di atas. Sikap kritis dapat dalam bentuk lisan dan tulisan. Dalam bentuk tulisan dapat dipubli- kasikan lewat majalah sekolah, surat kabar, media elektronik maupun dikirim ke lembaga-lembaga penegakan HAM terkait.

1. Bentuklah kelompok belajar yang terdiri 5 siswa tiap kelompok- nya.

2 Tiap kelompok harus memilih seorang ketua kelompok. 3. Ketua kelompok membagi tugas pada setiap anggota untuk

mengumpulkan guntingan berita di koran atau majalah tentang: a. Kasus pelanggaran HAM untuk perempuan.

b. Kasus pelanggarah HAM untuk anak. c. Kasus tenaga kerja.

d. Kasus pelanggaran HAM secara umum. 4. Setelah terkumpul ditempelkan pada buku kliping.

5. Setiap guntingan berita harus diberi ulasan dari hasil diskusi kelompok.

6. Hasil dikumpulkan pada guru Pendidikan Kewarganegaraan.

Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia merupakan hak yang melekat pada setiap manusia. HAM secara universal meliputi hak asasi pribadi, hak asasi politik, hak asasi ekonomi, hak asasi sosial budaya, hak asasi persamaan hukum, dan hak asasi peringungan hukum.

Untuk memahami secara lebih mendalam tentang hak asasi manusia diawali dengan memperhatikan latar belakang sejarah lahirnya HAM, yang ditelusuri dari catatan sejarah Kode Hukum Raja Hammurabi, Yunani Kuno, abad XVII–XVIII (lahirnya HAM Inggris, Prancis, AS), abad XIX (perjuangan kaum borjuis dan perlawanan kaum buruh), abad XX (permulaan PD II/UDHR), abad XX–XXI (HAM sebagai salah satu persoalan tuntutan demokratisasi dan globalisasi).

Konsep dasar HAM, dapat dilihat dari berbagai perspektif, yakni:

1. Dimensi visi filsafati, yurisdis-konstitusional, dan politik. 2. Perkembangan generasi I, II, III, dan IV.

3. UDHR, dan UU No. 39 Tahun 1999. Perlu dipahami HAM dalam UUD 1945 pasca amandemen, dikemukakan alat untuk mengidentifikasi macam-macam HAM secara umum. Secara universal hak asasi manusia digolongkan ke dalam: hak-hak sipil dan politik, hak-hak sosial, ekonomi dan budaya, hak asasi negatif, aktif, positif dan sosial. Penggolong- an macam-macam tersebut dapat digunakan untuk mengiden- tifikasi macam-macam jaminan HAM dalam UUD 1945 pasca amandemen.

Perlu dipahami pilar latar belakang lahirnya perundang- undangan HAM nasional. Dalam hal ini terutama suasana perdebatan antara para bapak pendiri negara (founding

fathers) ketika memasukan jaminan HAM dalam UUD 1945

dan suasana domistik dan internasional yang mendorong lahirnya UU No. 39 Tahun 1999.

Konsep dasar HAM, sangat beraneka ragam antara lain dapat kita temukan dalam berbagai dokumen perkembangan HAM seperti Magna Charta dan UDHR. Di Indonesia HAM mengalami perkembangan, hal ini mendorong lahirnya instrumen HAM dan lembaga-lembaga HAM.

Macam-macam instrumen HAM nasional antara lain: 1. UUD 1945.

2. UU No. 39/1999 tentang HAM.

3. UU No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM.

4. Keppres No. 181/1998 tentang Komisi Nasional anti Kekerasan Perembuan.

5. Keppres No. 50/1993 tentang Komisi Nasional HAM. Dalam pelaksanaannya, HAM di Indonesia telah terjadi kasus pelanggaran HAM seperti kasus Tri Sakti, kasus Poso dan Kedung Ombo, serta kasus Peristiwa 27 Juli 1998.

Sikap positif terhadap upaya penegakan HAM diuraikan mengenai upaya penegakan HAM misalnya melalui Komnas HAM, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Pengadilan HAM, Partisipasi masyarakat dalam upaya penegakan HAM (misal dalam bentuk perorangan, kelompok, partai politik, organisasi masyarakat, dan LSM). Sedangkan sikap positif yang dapat ditunjukkan terhadap upaya penegakan HAM antara lain: sikap tegas tidak membenarkan dan tidak mentolerir setiap pelanggaran HAM, mendukung dengan tetap bersikap kritis terhadap upaya penegakkan HAM, bantuan kemanusiaan, restitusi, kompensasi, dan re- habilitasi yang dilakukan oleh berbagai lembaga/perorangan.

Sikap positif terhadap upaya penegakkan HAM diuraikan mengenai: upaya penegakkan HAM misalnya melalui Komnas HAM, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, Pengadilan HAM, partisipasi masyarakat dalam upaya penegakkan HAM (misal dalam bentuk perorangan, kelompok, partai politik, organisasi masyarakat, dan LSM). Sedangkan sikap positif yang dapat ditunjukkan terhadap upaya penegakkan HAM antara lain: sikap tegas tidak membenarkan dan tidak mentolerir setiap pelanggaran HAM, mendukung dengan tetap bersikap kritis terhadap upaya penegakkan HAM, bantuan kemanusiaan, restitusi, kompensasi dan reha- bilitasi yang dilakukan oleh berbagai lembaga/perorangan.

asasi = bersifat dasar; pokok

declaration of independence =

pernyatakan kemerdekaan rakyat Amerika Serikat

declaration des droitdel‘home et du citoyen =

pernyataan hak-hak manusia dan warga negara Prancis hak = segala sesuatu yang harus kita terima dari

pihak lain setelah melakukan kewajiban kasus = soal; perkara; keadaan sebenarnya suatu

urusan atau perkara; keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal

kejahatan = perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku yang telah disahkan oleh hukum tertulis

LSM = lembaga swadaya masyarakat

manusia = makhluk yang berakal budi (mampu me- nguasai makhluk lain); insan; orang

Magna Charta = piagam agung yang berisi perjanjian antara raja dengan bangsawan, bahwa raja harus menghargai hak-hak bang- sawan

perlindungan = tempat berlindung; hal (perbuatan) mem- perlindungi

pelanggaran = perbuatan (perkara) melanggar tindak pidana yang lebih ringan daripada keja- hatan

penegakan = proses, perbuatan, cara menegakkan

Marilah kita baca opini berikut! Prokon Aktivis