• Tidak ada hasil yang ditemukan

Macam-macam instrumen HAM nasional

K ata K unciPeta K onsep

Pasal 2 (1) Setiap orang

4. Macam-macam instrumen HAM nasional

Instrumen hak asasi manusia adalah berbagai peraturan perundang-undangan yang berisikan ketentuan-ketentuan jaminan hak asasi manusia sebagai alat untuk menjamin perlindungan dan pelaksanaan hak asasi manusia nasional (di Indonesia). Instrumen hak asasi manusia nasional bisa merupakan peraturan perundang-undangan yang memang dibuat secara khusus untuk menjamin perlindungan hak asasi manusia, bisa juga berupa perundang-undangan yang dibentuk untuk meratifikasi terhadap kovenan (covenant) internasional tentang hak asasi manusia. Kovenan yaitu perjanjian yang mengikat bagi negara-negara yang menandatangani. Oleh karena itu, pemerintah yang telah meratifikasi terhadap kovenan internasional tentang hak asasi manusia, maka tidak saja jaminan hak asasi manusia itu berlaku secara nasional tetapi ketika pemerintah itu melanggar dapat digugat oleh PBB. Macam-macam instrumen hak asasi manusia nasional yaitu:

a. UUD 1945

Setelah UUD 1945 diamandemen hak asasi manusia telah terumuskan di dalamnya, yaitu pada Bab X A yang berisikan Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J

b. UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Jaminan HAM dalam UU No. 39 Tahun 1999 terdiri atas XI bab dan 106 pasal. Apabila dicermati jaminan hak asasi manusia dalam UU No. 39 Tahun 1999, secara garis besar meliputi:

1) Hak untuk hidup (misalnya hak: mempertahankan hidup, memperoleh kesejahteraan lahir batin, memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat).

Pasal 18

Setiap orang ber- hak atas kebe- basan pikiran, keinsyafan bathin dan agama; dan kebebasan untuk menyatakan aga- ma atau keprca- yaannya dengan cara mengajar- kannya, melaku- kannya, beriba- dat dan menepa- tinya, baik sen- diri maupun ber- sama-sama de- ngan orang lain, baik di tempat umum maupun yang tersendiri.

Pasal 19

Setiap orang ber- hak atas kebe- basan mempu- nyai pendapat- pendapat dengan tidak mendapat gangguan, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan-ke- terangan dan pendapat-penda- pat dengan cara apapun juga dan dengan tidak memandang ba- tas-batas.

2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.

3) Hak mengembangkan diri (misalnya hak: pemenuhan kebutuhan dasar, meningkatkan kualitas hidup, memperoleh manfaat dari iptek, memperoleh informasi, melakukan pekerjaan sosial).

4) Hak memperoleh keadilan (misalnya hak: kepastian hukum, persamaan di depan hukum).

5) Hak atas kebebasan pribadi (misalnya hak: memeluk agama, keyakinan politik, memilih status kewargane- garaan, berpendapat dan menyebarluaskannya, mendirikan parpol, LSM dan organisasi lain, bebas bergerak dan bertempat tinggal).

6) Hak atas rasa aman (misalnya hak: memperoleh suaka politik, perlindungan terhadap ancaman ketakutan, melakukan hubungan komunikasi, perlindungan terhadap penyiksaan, penghilangan dengan paksa, dan penghilangan nyawa).

7) Hak atas kesejahteraan (misalnya hak: milik pribadi dan kolektif, memperoleh pekerjaan yang layak, mendirikan serikat kerja, bertempat tinggal yang layak, kehidupan yang layak, dan jaminan sosial).

8) Hak turut serta dalam pemerintahan (misalnya hak: memilih dan dipilih dalam pemilu, partisipasi langsung dan tidak langsung, diangkat dalam jabatan pemerintah, mengajukan usulan kepada pemerintah). 9) Hak wanita (hak yang sama/tidak ada diskriminasi antara wanita dan pria dalam bidang politik, pekerjaan, status kewarganegaraan, keluarga/perkawinan). 10) Hak anak (misalnya hak: perlindungan oleh

orang tua, keluarga, masyarakat dan negara, ber- ibadah menurut agamanya, berekspresi, perlakuan khusus bagi anak cacat, perlindungan dari eksploitasi ekonomi, pekerjaan, pelecehan seksual, perdagangan anak, penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya).

Pasal 20

(1) Setiap orang mempunyai hak atas ke- b e b a s a n berkumpul dan berapat. (2) Tiada se- orang jua- pun dapat dipaksa me- masuki sa- lah satu per- kumpulan. Pasal 21 (1) Setiap orang berhak turut serta dalam pemerintahan n e g e r i n y a sendiri, baik d e n g a n l a n g s u n g maupun de- ngan peran- taraan wa- k i l - w a k i l yang dipilih dengan be- bas. (2) S e t i a p orang ber- hak atas ke- s e m p a t a n yang sama untuk di- angkat da- lam jabatan pemerintah negerinya.

c. Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on The Rights of the Child (Konvensi tentang Hak-hak Anak)

Sidang yang ke-44 Majelis Umum PBB bulan Desember 1989 telah berhasil menyepakati sebuah Resolusi, yakni Resolusi MU PBB No. 44/25 tanggal 5 Desember 1989 tentang Convention on the Rights of the

Child (Wayan Parthiana, 1990 : 3–11). Pengertian anak

menurut Konvensi ini menekankan pada faktor umur yakni setiap orang yang masih berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun. Kecuali jika berdasarkan hukum yang berlaku bagi anak menentukan batas umur yang lebih rendah dari 18 tahun.

Resolusi tersebut menggambarkan situasi dan kondisi anak-anak di pelbagai belahan bumi yang sangat memprihatinkan seperti karena kondisi sosial yang di bawah standar, kelaparan, bencana alam, eksploitasi, konflik bersenjata, buta huruf, dan lain sebagainya yang mengakibatkan anak-anak tidak hidup dan berkembang dengan layak. Konvensi ini sebenarnya merupakan lanjutan atau salah satu mata rantai dari usaha-usaha masyarakat internasional yang telah dilakukan jauh sebelumnya, yaitu mulai dari Liga Bangsa-Bangsa dikeluarkannya Deklarasi Jenewa 1924 (Geneve Declaration of 1924) tentang pembentukan Uni Internasional Dana dan Keselamatan Anak-Anak (Save the Children Fund International Union). Demikian pula PBB secara khusus memiliki salah satu organisasi khusus yang berkenaan dengan anak-anak yakni UNICEF (UnitedNations Children’s Fund/Dana PBB untuk Anak-Anak). Deklarasi PBB mengenai Hak-hak Anak tahun 1959 (Declaration on the Rights of the Childof 1959) dan deklarasi PBB tentang Tahun anak-anak Internasional

(Declaration on the International Year of the Child of 1979).

Bahkan jauh sebelumnya, Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention Against Torture and

(3) K e m a u a n rakyat harus menjadi da- sar kekua- saan peme- rintah; ke- mauan ini harus dinya- takan dalam pemilihan- p e m i l i h a n berkala yang jujur dan yang dila- kukan me- nurut hak pi- lih yang ber- sifat umum dan berke- samaan, ser- ta dengan pemungutan suara yang r a h a s i a ataupun me- nurut cara- cara lain yang juga m e n j a m i n k e b e b a s a n mengeluar- kan suara.

Other Cruel, Inhuman or Degrading Tratment or Punish- ment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia).

Pada dasarnya konvensi memuat ketentuan pokok yang mengatur pelarangan penyiksaan baik fisik maupun mental, dan perlakuan atau penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat manusia yang dilakukan oleh atau atas hasutan dari atau dengan persetujuan/sepengetahuan pejabat publik dan orang lain yang bertindak dalam jabatannya. Ini berarti negara RI yang telah meratifikasi wajib mengambil langkah-langkah legislatif, administrarif, hukum dan langkah-langkah efektif lain guna mencegah tindakan penyiksaan (tindak pidana) di dalam wilayah yurisdiksinya. Misalnya langkah yang dilakukan dengan memperbaiki cara interograsi dan pelatihan bagi setiap aparatur penegak hukum dan pejabat publik lain yang bertanggung jawab terhadap orang-orang yang dirampas kemerdekaannya.