• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN

B. Faktor-Faktor Terjadinya Rujuk dan Tajdid al-Nikah

Rujuk merupakan cara bersatunya kembali seorang suami kepada isterinya yang telah dicerai sebelum masa iddahnya habis. Rujuk itu pun hanya boleh dilakukan di antara talak satu atau dua, yaitu talak yang memungkinkan suami boleh rujuk kembali pada isterinya atau yang

disebut talaq raj‟i.

Sementara itu, tajdid al-nikahyang merupakan akad baru yang dilakukan suami untuk menikahi isterinya yang sah dengan tidak merusak akad sebelumnya.Namun dimaksudkan untuk kehati-hatian dan membuat

kenyamanan hati antara suami isteri, agar kehidupan rumah tangganya selalu diberkahi dan penuh kasih sayang.

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya rujuk dan

tajdid al-nikah.Selanjutkan akan dibahas berikut ini: 1. Faktor Keharmonisan Rumah Tangga

Pernikahan menggabungkan dua individu yang berlatar belakang beda baik secara karakter, budaya, maupun gaya hidup. Tentunya dengan adanya perbedaan itu, pernikahaan tidak lepas dari perselisihan yang dapat menimbulkan pertentangan, percekcokan, pertengkaran, dan hal lain yang tidak diinginkan terjadi dalam rumah tangga.

Setiap pernikahan pasti mengalami permasalahan, karena itulah yang dinamakan bumbu penyedap rasa dalam rumah tangga.Meskipun itu dari golongan keluarga yang religius, kaya raya, maupun yang sederhana sekalipun.Tidak bisa dipungkiri, hal tersebut akan selalu terjadi dan menyebabkan rumah tangga tidak sehat.

Yang dimaksud hubungan dalam rumah tangga tidak sehat, yaitu dapat berupa hubungan yang tidak harmonis seperti di awal pernikahan, kurangnya komunikasi antar pasangan, perbedaan pendapat, sikap pasangan yang memperburuk keadaan, adanya gangguan dari pihak lain, anak-anak yang tidak terurus, dan masalah-masalah lain yang dapat memungkinkan terjadinya perceraian jika terus menerus dibiarkan.

Begitu pula yang terjadi pada pasangan Sriyantodan Ainy Saidah Toyyibah.Mereka melakukan tajdid al-nikah, karena hubungan dalam rumah tangga mereka yang semakin tidak harmonis, komunikasi yang tidak sehat, terjadi perbedaan pendapat di antara keduanya, sikap emosional suami yang selalu memojokkan isteri, dan sikap isteri yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga anak-anak dan keadaan rumah mulai tidak terurus.

Selain itu, pasangan SHRT dan JMH juga mengalami keadaan rumah tangga yang tidak sehat pula.Seperti sikap kekanak-kanakan yang dilakukan oleh SHRT untuk mencari perhatian dari isterinya, sikap isteri yang selalu ngeyel ketika dinasehati suami, komunikasi yang semakin berkurang meskipun masing-masing sudah tidak memiliki kesibukan bekerja, serta yang paling buruk adalah ketika adanya gangguan dari wanita lain yang menggoda SHRT. Hal-hal tersebut yang mendorong pasangan ini melakukan tajdid al-nikah dan kemudian beberapa tahun lagi melakukan rujuk karena telah resmi bercerai di Pengadilan Agama.Dengan begitu, kehidupan pasangan ini sampai sekarang sudah mulai membaik dan saling menjaga komunikasi, saling pengertian, dan saling menjaga satu sama lain agar hal-hal yang membuat rumah tangga mereka tidak sehat tidak kembali terjadi dengan keadaan mereka semakin tua.

Sedangkan pasangan terakhir yang melakukan rujuk dengan cara bercampur tanpa menggunakan ucapan rujuk, yaitu pasangan MZ dan

EA, juga mengalami keadaan rumah tangga yang tidak sehat. Di antaranya adalah adanya gangguan dari pihak lain sehingga sikap suami yang mulai berubah serta tidak mementingkan urusan keluarga, sehingga tingkat kepedulian terhadap isteri dan anak-anaknya pun berkurang. Namun setelah mereka bercampur, keadaan membaik seperti semula meskipun gangguan tetap selalu terjadi dalam hubungan rumah tangga mereka terutama kepada suami.

2. Faktor Keturunan

Suatu pernikahan pasti bertujuan untuk mendapatkan keturunan, yang bisa diandalkan dan meneruskan perjuangannya kelak.Untuk mendapatkan keturunan tidak sedikit pasangan yang harus menunggu bertahun-tahun lamanya, dan bahkan sampai akhir hayat tidak dikaruniai anak.

Anak merupakan hadiah yang diberikan kepada Allah kepada umatnya yang mau melaksanakan perintah Allah untuk menikah. Maka dari itu pasangan suami isteri yang mengalami keretakan dalam rumah tangganya harus berfikir berkali-kali untuk memutuskan masa depan rumah tangganya. Karena bukan hanya dua pasang suami isteri tersebut yang mengalami dampaknya, anak pun sudah pasti akan mengalaminya.

Begitu pula yang terjadi pada pasangan Sriyanto dan Ainy, serta pasangan MZ dan EA. Pasangan-pasangan tersebut memilih melakukan rujuk dan tajdid al-nikah tidak lain demi kelangsungan

hidup anak-anak mereka. Faktor ini adalah faktor yang sangat kuat dalam meyebabkan suami isteri memilih untuk memperbaiki rumah tangganya.

3. Faktor Ekonomi

Pasangan yang melakukan rujuk atau tajdid al-nikah karena faktor ini disebabkan biasanya disebabkan karena melakukan perceraian di Pengadilan akan lebih sulit serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Maka agar tidak terjadi hal yang tidak diingkan yaitu perceraian, serta tidak memerlukan tambahan biaya, maka dilakukanlah tajdid al-nikah.

Setidaknya dengan melakukan ini, keadaan rumah tangga diharapkan berjalan lebih baik dari sebelumnya, dan keuangan mereka tidak terkuras hanya untuk mengurus perceraian yang bisa diperbaiki terlebih dahulu.Begitu pula yang dilakukan oleh pasangan Sriyantodan Ainy Saidah Toyyibah, selain karena keadaan rumah tangga yang tidak sehat, faktor inilah yang merupakan salah satu alasan pasangan ini melakukan tajdid al-nikah.

Pasangan tersebut tidak mau memperumit permasalahan mereka dengan jalan perceraian, dimana tidak sedikit biaya yang akandikeluarkan untuk mengurusnya.Dan setelah melakukan tajdid al-nikah, keadaan ekonomi mereka tetap stabil sehingga sampai sekarang hubungan rumah tangganya semakin membaik.

Selain itu pasangan MZ dan EA, dalam hubungan rumah tangga mereka juga terjadi permasalahan yang menyangkut kehidupan ekonomi mereka.Meskipun dari kalangan kaya raya, namun sang suami tidak bisa menjaga dan merawat harta dan asset yang ia miliki bersama isteri. Hal itu pun terjadi akibat pergaulan suami yang tidak terarah sehingga rumah, mobil, serta kekayaan lainnya hilang begitu saja karena ulah temannya yang tidak bertanggung jawab dan MZ yang mudah ditipu.Dengan keadaan yang begitu rumit membuat MZ tidak memperdulikan keluarganya maupun mengurus isteri dan anaknya.Namun setelah dilakukan rujuk dengan bercampur dengan isterinya, EA, kehidupan rumah tangga mereka semakin membaik dengan bertambahnya anak setelah rujuk tersebut.

4. Faktor Usia

Yang melaksanakan tajdid al-nikah karena faktor ini adalah pada pasangan SHRT dan JMH yang telah berusia 78 tahun dan 70 tahun.Faktor usia ini yang menyebabkan pasangan memilih untuk melanjutkan dan memperbaiki pernikahan mereka, karena semakin bertambahnya usia tidak akan menjamin kebahagiaan jika dilakukan perceraian.

Pasangan yang melakukan tajdid al-nikah pada usia yang tua mengaku, bahwa ketika permasalahan yang muncul pada pernikahan meraka yang telah berpuluh-puluh tahun tersebut tidak lain hanya sebagai bumbu penyedap. Apalagi suami yang hampir tergoda dengan

wanita lain di usia tersebut, dapat diketahui bahwa sikap tersebut hanyalah puber kedua yang sering dialami oleh lelaki yang berusia lebih dari 40 tahun.

Pasangan dengan usia tersebut lebih memilih memperbaharui pernikahannya untuk sisa hidup yang bahagia bersama pasangan yang telah berpuluh-puluh tahun menemani, dibandingkan dengan pasangan yang baru dan tidak menjamin kebahagiaan tersebut.

5. Faktor Kekhawatiran

Faktor inilah yang banyak dialami oleh pasangan yang melakukan rujuk dan tajdid al-nikah.Karena dalam rumah tangga mereka yang tidak harmonis, emosi tiap pasangan meningkat, serta ucapan-ucapan kasar yang dilontarkan kepada pasangannya, akan membuat kekhawatiran pasangan lainnya akan keadaan rumah tangga mereka kedepannya.

Kekhawatiran tersebut banyak terjadi akibat sikap suami yang tidak dapat mengendalikan emosinya dalam hal ucapan.Biasanya hal tersebut terjadi ketika suami dengan ucapan kasarnya mengucapkan kalimat talak yang tidak seharusnya diucapkannya dalam keadaan marah atau keadaan yang tidak terkendali sekalipun kecuali dengan fikiran yang matang dan tenang.

Hal ini terjadi pada pasangan Sriyantodan Ainy Saidah Toyyibah.Yaitu ketika pasangan tersebut mengalami perselisihan dan perbedaan pendapat, sang suami mengucapkan kata talak yang bersifat

kinayah atau sindiran dengan emosi kepada isterinya. Karena faktor inilah yang membuat Ainy ragu jika harus bercampur dengan suaminya, maka dari itu dia mengajak suaminya untuk melakukan pembaharuan nikah karena takut apabila hubungan mereka dianggap zina jika masih bercampur tanpa adanya akad baru.

Sebenarnya jika dilihat dari alasan karena telah diucapkannya talak dari suami kepada isteri pada pasangan tersebut, dengan ucapan talak suami yang bersifat sindiran itu belum tentu jatuh talak jika diucapkan tanpa niat dan hanya sekedar emosi.Namun jika untuk kemantapan hati dan kehati-hatian agar tidak mudah mengucapkan hal itu lagi, dengan dilakukannya tajdid al-nikah boleh saja apabila tidak merusak akad yang lama.

Dokumen terkait