• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUJUK DAN TAJDID AL-NIKAH SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH (STUDI DI TINGKIR LOR, KEC. TINGKIR, KOTA SALATIGA) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RUJUK DAN TAJDID AL-NIKAH SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH (STUDI DI TINGKIR LOR, KEC. TINGKIR, KOTA SALATIGA) - Test Repository"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

RUJUK DAN TAJDID AL-NIKAH SEBAGAI UPAYA

MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH

(STUDI DI TINGKIR LOR,

KEC. TINGKIR, KOTA SALATIGA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh

INDAH ASANA

NIM 21111013

JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

“Hidup itu bukan memetik nomer satu, Hidup itu menanam.

Hidup itu bukan sukses nomer satu, Hidup itu berjuang.

Jadi temukanlah kegembiraan dalam berjuang melebihi

kegembiraan dari keberhasikan perjuangn itu.”

(8)

Nadjib-PERSEMBAHAN

Untuk orang tuaku,

kakak-kakak serta adik-adikku,

sahabat-sahabat seperjuanganku,

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim …

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penelitian skripsi yang berjudul

RUJUK DAN TAJDID AL-NIKAH SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK

KELUARGA SAKINAH (Studi di Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota

Salatiga), ini telah terselesaikan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran mulia untuk mengarahkan

kehidupan manusia dari zaman yang penuh dengan kebodohan menuju zaman

yang penuh cahaya kebenaran dan ilmu.

Penulis menyadari bahwa apa yang penulis sajikan merupakan karya tulis

atau skripsi yang sederhana. Sebagai karya tulis atau skripsi yang

dipersiapkanguna memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana inipeneliti

telahmempersiapkan jangka waktu yang cukup lama.

Dalam pengalaman skripsi ini banyak pihak yang sangat berarti bagi

penulis, oleh karena itu sebagai tanda syukur dan penghargaan tidak lupa penulis

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak H.M. Yusuf Khummaini, S.H.I., M.H., selaku pembimbing skripsi,

yang masih bisa menyempatkan diri untuk memberikan bimbingan yang

(10)

3. Kedua orang tua penulis, Bu Imrori dan Bapak Muh Isa Zahir yang telah

membesarkan, membimbing dan tak henti hentinya mendoakan untuk

kebaikan putrinya serta memberikan bantuan moril maupun materiil.

4. Sinna Aanaka, Sinta Aunana, Zahra Khumaere, serta Albabul Lathof

Muhamad selaku kakak serta adik penulis.

5. Segenap sahabat-sahabat jurusan Al-Akhwal Asy-Syakhsiyyah semester

akhir yang telah memberikan motivasinya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi.

6. Keluarga besar SMC (Seni Musik Salatiga) yang selalu menjadi bagian

dari semangat penulis.

7. Inta Rafika Hudi, Monica Nirmalasari Elida, Rizka Dewi Isnawati, Sotya

Titi Hastika, Muhammad Lathief Al-Anshory, serta sahabat dan

teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terimakasih atas

semangat kalian, I love you guys!

Dengan demikian peneliti hanya bisa berdoa mudah-mudahan skripsi ini

dapat bermanfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan para pembaca

padaumumnya.Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam

menyusun skripsi ini.

Salatiga, 15 Maret 2016

(11)

ABSTRAK

Asana, Indah. 2016. Rujuk dan Tajdid Al-Nikah Sebagai Upaya Membentuk Keluarga Sakinah.Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah.Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing H.M. Yusuf Khummaini, S.H.I., M.H.

Kata kunci : Pernikahan, Perceraian, dan Rujuk

Pernikahan merupakan salah satu sendi kehidupan masyarakat.Tujuan pernikahan yang paling utama adalah dalam membentuk keluarga sebagai tatanan masyarakat.Namun dalam mewujudkan tujuan pernikahan tersebut, terdapat banyak halangan sehingga memicu terjadinya perselisihan yang kemudian dapat mengakibatkan perceraian. Setiap pasangan suami isteri berusaha sejauh mungkin menghindari perceraian, karena dampak yang timbul setelah perceraian itu sendiri juga akan semakin buruk. Berbagai cara yang dapat diambil dalam memperbaiki hubungan rumah tangga salah satunya yaitu dengan melakukan tajdid al-nikah

atau pembaharuan nikah maupun rujuk. Berdasarkan latar belakang tersebut, dilakukannya penelitian guna untuk mengkaji rumusan masalah, di antaranya yaitu: (1) Bagaimana bentuk rujuk dan tajdid al-nikah di desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga? ; (2) Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya rujuk dan tajdid al-nikah di desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga? ; (3)Bagaimana dampak setelah dilakukannya rujuk dan tajdid al-nikah di desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga terhadap pembentukan keluarga sakinah?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan studi penelitian yang langsung dilakukan di desa Tingkir-Lor.Data yang didapat diperoleh dari wawancara langsung kepada para pelaku, serta studi pustaka dari berbagai sumber informasi.Wawancara dilakukan kepada tiga pasangan suami isteri yang berdomisili di Tingkir-Lor dan telah mengalami permasalahan rumah tangga sebelumnya.

(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO ... i

HALAMAN BERJUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ...iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi

HALAMAN MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Kajian Pustaka ... 8

F. Penegasan Istilah ... 9

G. Metode Penelitian ... 10

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 10

(13)

4. Sumber Data ... 11

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 12

6. Analisis Data ... 12

H. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II : KAJIAN PUSTAKA TENTANG PERKAWINAN ... 15

A. Perkawinan ... 15

B. Tujuan Perkawinan ... 21

C. Talak ... 23

D. Rujuk ... 31

E. Tajdid al-Nikah ...33

BAB III : PELAKSANAAN RUJUK DAN TAJDID AL-NIKAH SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH DI DESA TINGKIR-LOR, KEC. TINGKIR, KOTA SALATIGA ... 36

A. Gambaran Umum Desa Tingkir-Lor ... 36

1. Letak Geografis ... 36

2. Keadaan Penduduk ... 37

3. Keadaan Ekonomi ... 37

4. Tingkat Pendidikan ... 38

5. Keagamaan ... 38

6. Adat Istiadat... 40

B. Pelaksanaan Rujuk dan Tajdid Al-Nikah dalam Membentuk Keluarga Sakinah di Desa Tingkir-Lor, Kec. Tingkir, Kota Salatiga ... 40

(14)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rujuk dan Tajdid Al-Nikah di

Tingkir-Lor ... 44

3. Dampak Rujuk dan Tajdid Al-Nikah di Tingkir-Lor ...53

BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN ... 56

A. Bentuk Rujuk dan Tajdid Al-Nikah ... 56

B. Faktor-Faktor Terjadinya Rujuk dan Tajdid al-Nikah ...59

1. Faktor Keharmonisan Rumah Tangga ... 60

2. Faktor Keturunan ... 62

3. Faktor Ekonomi ... 63

4. Faktor Usia ... 64

5. Faktor Kekhawatiran ... 65

C. Dampak Setelah Terlaksananya Rujuk dan Tajdid al-Nikah... 66

BAB V : PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... I

RIWAYAT HIDUP PENULIS ... II

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan salah satu unsur berdirinya sebuah

masyarakat yang menciptakan suatu umat (Utsman,2006:11).

Sebagaimana yang disebutkan, tentunya untuk mendirikan sebuah

keluarga perlu adanya dasar yang kuat.Dasar yang menciptakan

keberadaan sebuah keluarga tersebut adalah perkawinan.Dari uraian

tersebut bisa dijelaskan bahwa perkawinan menjadi unsur penting

berdirinya sebuah tatanan masyarakat yang akan membentuk umat dan

menghimpun ikatannya.

Secara etimologis, perkawinan adalah pencampuran, penyelarasan,

atau ikatan (Mathlub, 2005:1).Ikatan tersebut terjadi di antara seorang

lelaki dan wanita, dengan kerelaannya mau menyelaraskan dan

berdampingan bersama pasangannya.Sementara nikah secara etimologis

digunakan untuk mengungkapkan makna daripersetubuhan, akad, dan

pelukan (Mathlub, 2005:2).Makna tersebut dimaksudkan pada kegiatan

seksual antara suami dan isteri yang telah sah, maupun kegiatan bersama

lainnya yang tidak berhubungan dengan seksual yang dilakukan dengan

penuh kasih sayang.Adapun secara terminologis, perkawinan dan

pernikahan menurut para fuqaha adalah sama. Inti dari keduanya yaitu

(16)

dilakukan oleh suami dan istri untuk dapat menjalani kehidupannya

dengan nikmat dan tetap sesuai ketentuan syariat (Mathlub, 2005:3).

Di dalam Surat Ar-Rum ayat 21, Allah SWT berfirman,



















“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.”

Dalam ayat-ayat tersebut Allah SWT telah mensyariatkan kepada

umatnya untuk menikah dan memiliki keluarga yang tentram, bahagia, dan

penuh kasih sayang.Untuk pasangan seorang pria, telah diciptakan wanita

sebagai istrinya, begitu pula wanita yang telah Allah ciptakan pria sebagai

suaminya.

Dinyatakan pula dalam Surat Yasin ayat 36, tentang

pasangan-pasangan yang telah diciptakan Allah kepada tiap umatnya.Ayat tersebut

adalah:









(17)

“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,

baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka, maupun

dari apa yang tidak mereka ketahui.”

Telah disebutkan pula di dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

tentang perkawinan pada pasal 1 yang berbunyi: “Perkawinan ialah ikatan

batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Sementara pada Kompilasi Hukum Islam, juga disebutkan

pengertian perkawinan pada pasal 2, yaitu: “Perkawinan menurut hukum

Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitssaqan

ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan

ibadah.”

Sebagaimana yang dijelaskan di dalam undang-undang bahwa

perkawinan menjadi dasar terbentuknya keluarga yang harus disesuaikan

dengan syariat agama, agar tercapai kebahagiaan di dunia maupun di

akhirat kelak.

Manusia diciptakan dengan jenis yang berbeda, yaitu lelaki dan

perempuan, dimana keduanya ini diberi naluri untuk saling tertarik dan

mencintai (Thalib, 2007:26).Allah SWT mengutus manusia ciptaanNya

untuk melaksanakan pernikahan agar tercapai tujuan serta hikmah yang

terpuji sesuai dengan yang dinyatakan Mathlub dalam bukunya yang

(18)

pertama adalah melestarikan serta mengembangkan alam.Dengan

dilaksanakannya perkawinan, maka akan menghasilkan banyak keturunan

sehingga alam akan berkembang dan lestari. Seperti yang difirmankan

Allah SWT dalam Surat An-Nahl ayat 72,





























“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik.Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"

Yang kedua adalah menjadikan laki-laki dan perempuan nyaman,

tertram, serta damai.Ketiga, masyarakat membutuhkan keluarga sebagai

unsur utama pembangunannya.Seperti yang telah dituliskan di atas, bahwa

perkawinan adalah dasar keberadaan sebuah keluarga.Apabila terdapat

keluarga yang baik, maka masyarakat pun akanmenjadi baik sesuai dengan

keluarga yang berdiri dan mendirikan suatu masyarakat tersebut.Yang

terakhir yaitu keempat, pernikahan bertujuan untuk menjaga keturunan

agar tidak tercampur.Di dalam surat Al-Ahzab ayat 5, dijelaskan Allah

SWT mengutus untuk memanggil anak-anak dengan memakai nama bapak

mereka, agar adil dan tidak memungkinkan terjadinya kemungkaran.

Kecuali anak-anak tersebut tidak diketahui bapaknya, maka Allah

(19)

adanya pernikahan, maka akan diketahui penisbahan anak terhadap

bapaknya, agar kemakmuran tetap terwujud.

Dalam mewujudkan tujuan pernikahan yang sangat mulia serta

memiliki hikmah terpuji yang telah dituliskan tersebut, sebagian

masyarakat Indonesia masih sulit untuk mewujudkannya.Oleh karena itu,

tidak sedikit dari beberapa pernikahan yang terjadi di Indonesia

mengalami perpecahan.Begitu pula yang terjadi di desa Tingkir-Lor,

Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga yang berada di Jawa Tengah.

Perpecahan yang terjadi dalam pernikahan bisa saja disebabkan

dari pihak luar atau pihak dalam yaitu suami istri itu sendiri.Menurut Ali

Ahmad Utsman, dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Pernikahan

dalam Islam”, disebutkan bahwa sebab-sebab utama terjadinya perceraian

dapat dilihat dari segi psikologis, material, kesehatan, maupun lingkungan

sosialnya (Utsman, 2006:141). Dari beberapa faktor penyebabnya, tentu

ada hal yang bisa memperbaiki hubungan suami istri tersebut agar tidak

terjadi suatu perceraian.

Seperti yang telah dijelaskan, tali pernikahan merupakan masalah

fitriyah antara suami dan istri, sedangkan perceraian merupakan masalah

insidental yang harus diselesaikan secara adil dan benar sehingga

kehidupan suami istri dapat terjalin harmonis kembali seperti sedia kala

(Utsman, 2006:138).Di desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota

Salatiga terdapat beberapa pasang suami istri yang melakukan perceraian

(20)

beberapa pasang suami istri tersebut, terdapat pula pasangan yang

kemudian melakukan rujuk ataupunTajdid al-Nikah.

Rujuk dilakukan atas dasar pernikahan masih bisa kembali utuh,

dengan memperbaiki keadaan rumah tangga, dimana sang suami maupun

istri harus bisa lebih sabar, memaafkan, meredam emosi, mengalah,

mengerti, serta lebih mengasihi pasangannya. Definisi rujuk menurut

Mazhab Hanafi merupakan pengekalan kepemilikan yang telah ada dan

mencegah kehilangannya ketika masih menjalani masa iddah, baik dengan

ucapan maupun perbuatan (Mathlub, 2005:386).Dari definisi tersebut

menjelaskan bahwa rujuk bukan berarti melangsungkan akad baru maupun

kembali melakukan perkawinan yang telah habis masa iddahnya.

Beda dengan Tajdid al-Nikah yang merupakan pembaharuan akad

nikah.Yaitu pembaharuan akad nikah atau akad nikah ulang atas

kekhawatiran suami maupun istri mengenai kejadian talak yang

sebenarnya masih belum dipastikan jatuhnya talak tersebut.

Hal ini sebenarnya beda dengan pengertian rujuk yang telah

disebutkan di atas. Namun masyarakat terkadang menganggap rujuk dan

tajdid al-nikah adalah suatu hal yang sama, makna serta pelaksanaannya.

Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membentuk

keluarga yang bahagia dan tentram.

Setiap pernikahan pasti menginginkan keluarganya menjadi

keluarga yang damai, tentram, bahagia, serta kekal sampai akhir khayat

(21)

diinginkan masyarakat di desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota

Salatiga.Meskipun untuk mencapai dan membentuk keluarga yang sakinah

tidaklah mudah apalagi untuk mempertahankannya.Namun dengan

dilakukannya rujukdan atau tajdid al-nikah, masyarakat berharap tujuan

utama dari pernikahantersebut dapat tercapai.

Dengan keadaan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut, peneliti

akan melakukan penelitian di desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota

Salatiga terhadap beberapa pasangan suami istri yang telah melakukan

rujuk maupun tajdid al-nikah dengan tujuan untuk membentuk keluarga

sakinah.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah tertulis di atas, penelitian

akanmengkaji fokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana bentukrujuk dan tajdid al-nikah di desa Tingkir-Lor,

Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga?

2. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya rujuk dan tajdid al-nikah

di desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga?

3. Bagaimana dampak setelah dilakukannya rujuk dan tajdid al-nikah di

desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga terhadap

pembentukan keluarga sakinah?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memahami bentuk pelaksanaan rujuk dan tajdid al-nikah didesa

(22)

2. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya rujuk dan tajdid

al-nikah didesa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.

3. Untuk mengetahuidampak yang terjadi terhadap pasangan suami istri

dalam membentuk keluarga sakinah setelah dilakukannya rujuk atau

tajdid al-nikah didesa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan

wawasan dalam ilmu hukum perkawinan, khususnya tentang rujuk dan

pembaharuan nikah.

2. Secara Praktis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam

melaksanakan rujuk maupun pembaharuan nikah, tercapai atau

tidaknya upaya pembentukan keluarga sakinah, khususnya untuk

masyarakat Tingkir.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada dasarnya adalah untuk menentukan apa yang

telah diteliti oleh peneliti lain yang berhubungan dengan topik penelitian

yang akan dilakukan. Hal tersebut diharapkan di dalam penelitian sejenis

ini tidak memperoleh duplikasi atau kemiripan yang mutlak dengan

penelitian orang lain.

Penelitian yang dilakukan oleh M. Zainuddin NurHabibi pada

tahun 2014 yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Pembaharuan Akad Nikah Sebagai Syarat Rujuk (Studi Kasus Dewa

(23)

tersebut lebih menekankan pada analisis hukum Islam serta syarat rujuk

dengan memperbaharui akad nikah.

Terdapat juga penelitian yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam

Terhadap Tradisi “Nganyar-Anyari Nikah”/Tajdid Al-Nikah (Studi Kasus

di Desa Demangsari Kec. Ayah Kab. Kebumen Tahun 2008-2009)” yang

diteliti oleh Novan Sultoni Latif tahun 2008.Pada skripsi oleh Novan

tersebut lebih membahas tentang tradisi maupun budaya yang terjadi di

desa Demangsari, bukan tentang pembaharuan nikah yang ditujukkan

untuk membina kembali keluarga sakinah yang telah mengalami

perselisihan sebelumnya.

Sedangkan pada penelitian yang peneliti tulis lebih memfokuskan

terhadap bentuk pelaksanaan rujuk dan tajdid al-nikah, kemudian

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya, serta dampak yang dihasilkan setelah

dilaksanakannya rujuk dan tajdid al-nikah tercapai atau tidaknya dalam

membentuk keluarga sakinah.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kekurang jelasan atau pemahaman yang

berbeda antara pembaca dengan peneliti mengenai istilah-istilah yang

terdapat pada judul penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut akan

dijelaskan di bawah ini:

1. Rujuk adalahmenghubungkan kembali perkawinan yang telah terjadi

setelah terjadinya talak dan sebelum selesainya masa „iddah, rujuk

(24)

Agama.Sementara ulama fikih menyatakan bahwa rujuk dapat

dilakukan apabila baru talak satu atau dua. Indikasi rujuk menurut

ulama fikih juga cukup dengan pernyataan suami atau dengan

perbuatan suami yang dapat menunjukkan ia rujuk yaitu dengan

menggauli isterinya (Hasan, 2003:208).

2. Tajdid al-Nikah adalah pembaharuan akad nikah atau mengulang akad

nikah, yang dalam bahasa Jawa sering disebut “nganyari nikah” atau

“mbangun nikah” (Suataji, 2011).Pembaharuan tersebutberharap

rumah tangga mereka menjadi lebih baik.

3. Sakinah menurut bahasa Arab artinya tenang, tentram. Sedangkan

menurut Prof. Dr. Achmad Mubarok MA, merupakan kondisi yang

sangat ideal dalam kehidupan keluarga, yaitu keadaan tenang,

terhormat, aman, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh

pembelaan (Mubarok, 2010).

G. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti

dapat memperoleh gambaran yang lengkap dari permasalahan yang

dirumuskan yaitu rujuk dan tajdid al-nikah yang terjadi di desa

Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Dengan memfokuskan

(25)

tersebut dalam penelitian, dengan harapan agar informasi yang dikaji

lebih bersifat komprehensif, mendalam, alamiah dan apa adanya.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi,

yaitubertujuan untuk mempelajari secara mendalam mengenai rujuk

dan tajdid al-nikah, mengeksplorasinya dengan batasan terperinci,

serta mencantumkan berbagai sumber informasi.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam melakukan penelitian kualitatif, tentunya kehadiran peneliti

mutlak diperlukan karena sekaligus sebagai pengumpul data.Di

samping itu peneliti disini sebagai partisipan, yang berperan serta

dalam proses pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan dan

mendengarkan secermat mungkin apa yang diberikan subjek atau

informan.

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini berada di kota Salatiga propinsi Jawa

Tengah, tepatnya di desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir. Peneliti

memilih lokasi ini karena masyarakatnya yang terkenal religius,

terdapat banyak pondok pesantren, serta ulama-ulama yang menjadi

panutan di desa bahkan di kota sekaligus.

4. Sumber Data

Data diambil untuk penelitian ini terbagi menjadi dua macam,

(26)

a. Data Primer, yakni sumber yang langsung memberi data kepada

peneliti (Tanzeh, 2009:55). Sumber tersebut diberikan oleh tiga

pasangan suami istri yang melakukanrujuk dan tajdid al-nikah.

b. Data Sekunder, yakni sumber data yang tidak langsung diberikan

oleh peneliti (Tanzeh, 2009:57). Di antaranya ialah aparat desa

yang dilakukan tempat penelitian.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang valid dalam penelitian ini,

diperlukan teknik-teknik pengumpulan yang sesuai.Peneliti

menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

a. Wawancara yaitu dalam mencari dan memperoleh data yang

dianggap penting dengan mengadakan wawancara secara langsung

di antaranya dengan para pelaku rujuk dan tajdid al-nikah, tokoh

agama, tokoh masyarakat, aparat desa, pegawai KUA, serta yang

berhubungan langsung dengan pelaksanaan rujuk dan tajdid

al-nikah tersebut.

b. Dokumentasi yaitu menelaah terhadap dokumen-dokumen tertulis

mengenai rujuk dan tajdid al-nikah, baik data yang ada di KUA,

aparat desa yang telah menanganinya, maupun data lainnya yang

berkaitan.

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses untuk menentukan tema dan

(27)

mengorganisasi dan menguatkan data tersebut ke dalam pola kategori

dan satuan uraian dasar (Moelong, 2006:103).

Setelah data diperoleh dan dikumpulkan, maka peneliti

menggunakan teknik analisa data dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Deskriptif analisis, yaitu menganalisa dan menjelaskan data hasil

penelitian mengenai rujuk dan tajdid al-nikahyang bertujuan untuk

membentuk keluarga yang sakinah dan harmonis dibandingkan

dengankeadaan sebelumnya.

b. Induktif, yaitu mengemukakan kenyataan dari hasil penelitian

rujuk dan tajdid al-nikah yang terjadi di desa Tingkir-Lor

Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga berhasilkah mencapai tujuan

pembentukan keluarga sakinah .

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari lima bab yang masing-masing memilik sub-sub bab, yang kemudian

akan diuraikan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang menjelaskan secara

umum tentang arah penelitian dilakukan, arah penelitian yang dimaksud

adalah tentang rujuk dan tajdid al-nikah sebagai upaya membentuk

keluarga sakinah yang terjadi di desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir,

Kota Salatiga.Bab pendahuluan ini terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan

(28)

Bab kedua merupakan kajian pustaka yang dimanfaatkan sebagai

landasan agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan di lapangan,

memberikan gambaran umum tentang latar penelitian, serta dijadikan

sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.Kajian ini membahas tentang

perkawinan, tujuan perkawinan, talak, rujuk, dan tajdid al-nikah.

Bab ketiga yaitu menguraikan data dan temuan yang telah

diperoleh dari penelitian dengan menggunakan metode dan prosedur yang

telah dijelaskan dalam Bab pertama.Uraian ini terdiri dari bentuk

pelaksanaan rujukmaupuntajdid al-nikah di desa Tingkir-Lor, Kecamatan

Tingkir, Kota Salatiga, hasil wawancara dengan para pelaku rujuk dan

tajdid al-nikah, serta landasan dan dampaknya. Akan tetapi sebelum

membahasnya, peneliti akan memulai dengan mendeskripsikan lokasi

penelitian yaitu Desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.

Bab keempat merupakan isi pokok dari penelitian skripsi tentang

rujuk dan tajdid al-nikah sebagai upaya membentuk keluarga sakinah di

desa Tingkir-Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga.Adapun cakupan

dalam bab ini adalah analisa bentuk pelaksanaan rujuk atau tajdid

al-nikah, faktor-faktor terjadinya rujuk dan tajdid al-nikah dan keterkaitan

antara tujuan serta dampak setelah terlaksananya rujuk dan tajdid al-nikah

tersebut.

Bab kelima berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh

dari data dan analisa dalam menjawab rumusan masalah yang

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA TENTANG PERKAWINAN

A. Perkawinan

Allah menetapkan perkawinan sebagai jalan satu-satunya yang

mengikat seorang lelaki dengan seorang perempuan sebagai pasangan

suami istri (Thalib, 2007:26).Islam merupakan agama fitrah, yaitu agama

yang memiliki keterkaitan antara tabiat dengan dorongan batin manusia,

dimana dorongan tersebut akanditempatkan pada garis syari‟at islam

(Thalib, 2007:29). Dengan dorongan batin tersebut laki-laki dan

perempuan dapat mengadakan kontak yang sah untuk menciptakan suatu

masyarakat yang berkualitas atau disebut dengan perkawinan dan diatur

oleh hukum perkawinan.

Pernikahan merupakan ikatan di antara dua insan yang mempunyai

banyak perbedaan, baik segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, mental,

pendidikan, serta lain-lainnya.Dalam pandangan islam, pernikahan

merupakan ikatan yang amat suci dimana dua insan yang berlainan jenis

dapat hidup bersama sesuai dengan syariat agama (Al-Shabuni, 2004:9).

Perkawinan menjadi hal yang sangat utama dan penting dalam

kehidupan manusia, perseorangan, maupun kelompok (Basyir,

1980:1).Perkawinan menurut hukum Islam adalah suatu akad atau

perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan

(30)

diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara diridoi Allah

(Basyir, 1980:11)

Secara etimologi, perkawinan adalah persetubuhan, ada juga yang

menyebutkan perjanjian (al-„aqdu).Sedangkan secara terminology

menurut Abu Hanifah, perkawinan adalah aqad yang dikukuhkan untuk

memperoleh kenikmatan dari pasangannya dengan sengaja (Hasan,

2003:11).Pengukuhan yang dimaksud bukan hanya dilakukan antara lelaki

dan perempuan yang membuat penjanjian atau aqad itu saja, namun harus

sesuai dengan ketentuan syariah.

Pernikahan menurut mazhab Maliki adalah aqad yang dilakukan

untuk mendapatkan kenikmatan dari wanita.Mazhab Syafi‟i menyebutkan

bahwa pernikahan adalah aqad yang menjamin diperbolehkannya

persetubuhan.Sementara itu, menurut mazhab Hambali bahwa pernikahan

itu adalah awad yang di dalamnya terdapat lafazh pernikahan secara jelas,

agar diperbolehkannya persetubuhan (Hasan, 2003:12).

Sementara itu, Undang-undang juga telah memberikan pengertian

tentang perkawinan yang pada dasarnya tidak terdapat perbedaan prinsipil,

yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Basyir, 1980:11).

Dalam ikatan perkawinan tersebut mengandung syarat dan rukun

yang harus dipenuhi oleh suami dan istri tersebut, dan dengan begitu akan

(31)

hanya dengan melakukan pernikahan yang sah lah keluarga dapat dibentuk

dalam islam (Thalib, 2007:26).

Secara lebih jelas, rukun nikah serta syarat yang harus dipenuhi

masing-masing rukun tersebut adalah sebagai berikut (Hasan, 2003):

1. Calon mempelai pria, syaratnya yaitu:

a. Beragama islam

b. Laki-laki

c. Baligh

d. Berakal sehat

e. Orangnya jelas

f. Sanggup memberikan persetujuan dalam perjanjian

g. Tidak sedang mendapatkan halangan perkawinan, seperti tidak

dalam keadaan umrah maupun haji.

2. Calon mempelai wanita, syaratnya adalah:

a. Beragama, menurut sebagian ulama

b. Perempuan

c. Jelas orangnya

d. Sanggup dimintai persetujuannya

e. Tidak terdapat halangan persetujuan, yaitu wanita-wanita yang

haram dinikahi.

3. Wali nikah, dimana syaratnya ialah sebagai berikut:

a. Laki-laki

(32)

c. Memiliki hak perwalian

d. Tidak terdapat halangan perwaliannya.

4. Saksi nikah, yang harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Minimal 2 orang laki-laki

b. Menghadiri ijab dan qabulnya

c. Paham tentang maksud akad tersebut

d. Islam

e. Dewasa.

5. Ijab dan Qabul, syaratnya yaitu:

a. Terdapat ijab atau pernyataan mengawinkan dari pihak wali

b. Ada pula qabul atau pernyataan dalam penerimaan dari calon

suami

c. Menggunakan kalimat yang berisi kata “nikah”, “kawin”, atau hal

yang mempunyai makna sama dengan kata tersebut

d. Ijab bersambungan dengan qabul dan tidak boleh terputus

e. Jelas maksudnya

f. Orang yang terkait di dalamnya tidak sedang keadaan haji dan

umrah

g. Majlis ijab dan qabul dihadiri minimal 4 orang dari calon

mempelai pria atau wakilnya, wali dari calon mempelai wanita atau

wakilnya, dan 2 orang saksi.

Keridaan seorang perempuan memang sangat diperlukan dalam

(33)

menikah dengan orang yang tidak disukai atau dicintainya memang tidak

dibenarkan, sebab perempuan tersebutlah yang akan hidup bersama

suaminya (Al-Shabuni, 2004:77). Selain itu, pernikahan dilakukan atas

dasar saling memahami, saling membantu, serta saling mengasihi satu

sama lain dalam membina rumah tangga.

Di atas telah disebutkan bahwa syarat calon mempelai perempuan

adalah bukan dari golongan perempuan yang haram dinikahi.Di dalam

Al-Qur‟an Surat An-Nisa ayat 22-24 telah disebutkan bahwa macam-macam

perempuan yang haram dinikahi oleh seorang laki-laki adalah sebagai

berikut: ibu tiri, ibu, anak perempuan, saudara perempuan, bibi dari

saudara ayah, bibi dari saudara ibu, kemenakan dari saudara laki-laki,

kemenakan dari saudara perempuan, ibu susuan, saudara perempuan

susuan, mertua, anak tiri apabila ibunya telah berhubungan intim,

menantu, mengumpulkan 2 perempuan bersaudara sebagai isteri dan

perempuan yang masih memilik ikatan pernikahan dengan seorang

laki-laki lain (Basyir, 1980:27).

Izin wali merupakan syarat akad yang sah menurut para ulama

yang berdasar pada firman Allah SWT yang berbunyi “Maka nikahi

mereka dengan izin keluarganya”.Wali yang dimaksud adalah bapak

kandung jika masih ada, kalau tidak ada dapat diserahkan kepada yang

bertanggung jawab dalam urusan anak perempuan tersebut yaitu mulai dari

(34)

Terdapat hadist yang mewajibkan wali dalam akad nikah, yaitu

(Al-Shabuni, 2004:75):

“Siapa pun perempuan yang tidak dinikahkan walinya, maka

nikahnya batal, nikahnya batal, nikahnya batal.Jika menimpanya maka mahar adalah untuknya sesuai dengan apa yang harus menimpanya, tetapi jika mereka bertengkar, maka penguasa adalah

wali bagi siapa saja yang tidak memiliki wali,” (HR Abu Dawud).

Kehadiran saksi juga harus memenuhi syarat keadilan sesuai

dengan firman Allah SWT dalam surat At-Thalaq ayat 2, “… Jadikanlah

saksi orang-orang yang adil di antara kalian…”.

Ada pula hadist yang menyebutkan bahwa saksi sebagai penyebar

dan pemberi pengumuman pernikahan, yang berbunyi “Umumkanlah

pernikahan ini dan lakukanlah di masjid serta pukulkan rebana” (HR

Tirmidzi dan Ahmad).Tujuannya adalah supaya orang-orang mengetahui

pernikahan sedang berlangsung, serta dapat memberikan kehormatan

kepada pasangan tersebut dan menghargai pasangan suami istri tersebut

beserta keturunannya (Al-Shabuni, 2004:80).

Pada dasarnya syarat yang terakhir yaitu ijab dan qabul dilakukan

secara lisan, namun jika tidak memungkinkan bisa diganti dengan cara

tertulis atau dengan isyarat. Antara ijab dan qabul diharuskan terjadi dan

dilaksanakan dalam satu majelis, tanpa disela perbuatan maupun

pembicaraan lain. Syaratnya adalah tidak tergantung pada suatu syarat,

dissandarkan kepada waktu yang akan datang maupun dibatasi dengan

(35)

B. Tujuan Perkawinan

Perkawinan adalah hubungan yang sah antara seorang laki-laki dan

perempuan yang diakui oleh negara dan berlangsung untuk selamanya,

selama suami isteri tersebut masih hidup.Maka dari itu hal yang sangat

tidak diinginkan terjadi dalam sebuah perkawinan yang bukan

semata-mata sekedar hubungan suami isteri, namun juga terkait hubungan

keluarga pihak isteri dan hubungan keluarga pihak suami, adalah

pemutusan perkawinan (Fadillah, 2012:23).

Beberapa tujuan perkawinan menurut hukum Islam adalah

menegakkan agama, memperoleh keturunan, mencegah terjadinya

perzinaan, kemaksiatan, dan juga untuk membina rumah tangga yang

bahagia dan sejahtera.Perkawinan juga dimaksudkan untuk

mengembangkan manusia sebagai kholifah dan hamba Allah dalam

mewujudkan rumah tangga yang bahagia dan tenang sehingga dapat

membentuk generasi baru (Fadillah, 2012:24).

Di dalam pernikahan terdapat tujuan yang harus dipahami oleh

calon suami maupun isteri agar terhindar dari keretakatan dalam rumah

tangga dan akhirnya dapat terjadi perceraian.Tujuan itu di antaranya ialah

sebagai berikut (Hasan, 2003:13):

1. Menenteramkan jiwa bagi suami maupun isteri. Suami akan merasa

tenang karena memiliki pendamping yang dapat mengurus rumah

tangga, tempat mencurahkan perasaan suka maupun duka, serta teman

(36)

harus terwujud rasa kasih sayang antara suami dan istri, tujuan tersebut

harus disempurnakan agar tidak dikatakan gagal serta dapat

menggoyahkan rumah tangga.

2. Mewujudkan serta melestarikan turunan. Dengan perkawinan yang sah

akan terlahir keturunan yang pasti didambakan setiap pasangan suami

isteri. Anak turunan inilah yang diharapkan mampu memperjuangkan

kemakmuran keluarga serta menjunjung tinggi keluarganya.

3. Memenuhi kebutuhan biologis sesuai dengan hukum yang ada. Setiap

individu yang sehat secara jasmani maupun rohani pasti memiliki

keinginan berhubungan seksual. Allah SWT pun telah menghendaki

kecenderungan untuk mencintai lawan jenis dan berhubungan seksual

pada diri manusia untuk dapat berkembang biak. Namun Allah SWT

juga tetap mengingatkan umatnya agar tetap bertakwa supaya tidak

terjadi penyimpangan dan anak turunannya juga dapat menjadi turunan

yang baik-baik. Sebagaimana firman-Nya dalam surat An-Nisa ayat 1

yang artinya:

















(37)

hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

4. Latihan memikul tanggung jawab karena pada hakikatnya manusia

memiliki tanggung jawab dalam keluarga, masyarakat, nergara, dan

juga agamanya. Maka dengan dilaksanakannya pernikahan,memikul

tanggung jawab dapat dimulai dari bagian yang paling kecil yaitu

keluarga.

Terdapatbeberapa manfaat pernikahan di dalam buku yang berjudul

“Sebelum Anda Mengambil Keputusan Besar Itu” ditulis oleh H. M. Anis

Mata, Lc. Manfaat tersebut (Mata, 2005:39) yang pertama adalah

melanjutkan keturunan yang merupakan tujuan utama pernikahan. Sebab

anak adalah maksud utama di balik fitrah dan hikmah, sedangkan syahwat

merupakan pendorongnya.

Selanjutnya adalah untuk melindungi diri dari setan dan mencegah

terjadinya penyimpangan yang berkaitan dengan nafsu syahwat.Setan atau

iblis selalu memburu laki-laki maupun perempuan untuk menggunakan

pandangan serta syahwatnya dalam memperdaya mereka.

C. Talak

Talak menurut bahasa adalah melepaskan ikatan secara mutlak,

baik berupa ikatan materiin maupun immaterial, yaitu ikatan yang

terbentuk antara suami isteri (Mathlub, 2005:310).Sementara dalam tradisi

para ahli fiqh, menjelaskan bahwa talak adalah terlepasnya ikatan suami

(38)

menggunakan ucapan khusus maupun ucapan yang berada pada posisinya

(Mathlub, 2005:311).

Talak dianggap sebagai perceraian, dimana talak dihitung dari

jumlah talak yang dimiliki suami terhadap isterinya, sesuai dengan

ketentuan perkawinan (Mathlub, 2005:305).

Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Perbuatan halal yang dibenci oleh Allah ialah perceraian. ” (H.R. Ibnu

Majah).

Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 229, terdapat potongan ayat

berikut,









…. “Talak yang dapat dirujuk ialah talak yang dilakukan dua kali setelah itu

orang boleh merujuk dengan cara yang baik atau terus menceraikannya

dengan cara yang baik…”

Dari ayat di atas, Allah menegaskan bahwa sebenarnya perceraian

yang dilakukan sesuai dengan hukum atau secara wajar adalah perbuatan

yang tidak dilarang (Thalib, 2007:316).Jadi yang dimaksud dalam hadist

bahwa perceraian adalah perbuatan halal namun sangat dibenci Allah,

adalah perceraian yang tidak sesuai dengan hukum islam.

Jika suatu perkawinan tidak dapat dipertahankan lagi, dan bahkan

berakibat buruk jika tetap diteruskan, maka dalam keadaan seperti itu talak

atau perceraian diperbolehkan dalam islam (Thalib, 2007:316). Maka dari

(39)

jalan terbaik bagi suami dan istri yang mengalami permasalahan rumah

tangga yang tidak dapat diselesaikan (Thalib, 2007:316).

Tujuan cerai adalah untuk menghindari pelanggaran terhadap

aturan Allah, yaitu dalam kasus rumah tangga.Hal ini dikarenakan tujuan

awal pernikahan adalah untuk menyempurnakan agama bagi suami

maupun isteri, sehingga cerai merupakan jalan satu-satunya yang harus

ditempuh ketika dalam perjalanan menuju tujuan tersebut justru

bertentangan (Supandi, 2012:117).

Namun dalam melakukan perceraian atau dalam islam disebut

dengan talak, terdapat beberapa syarat sesuai dengan syariat agama.

Apabila melaksanakannya sesuai dengan yang dianjurkan maka termasuk

dalam talak yang sesuai dengan sunnah Allah.

Dari Abdullah, ia berkata: “Talak menurut sunnah yaitu seseorang

mentalak ketika (istrinya) suci dan belum disenggamai.” (HR. Ibnu Majah)

Dari hadist tersebut dalam diambil kesimpulan bahwa menceraikan

istri dalam keadaan haid atau tidak suci adalah suatu perbuatan

tercela.Wanita yang sedang haid mengalami beban-beban psikologis serta

fisik yang kurang baik dibandingkan ketika ia suci. Suami tidak dianjurkan

untuk menceraikan wanita haid agar tidak mengganggu kondisi fisik

maupun psikis istrinya tersebut.Namun ketika seorang suami sangat ingin

menceraikan istrinya, maka hendaklah ia menunggu ketika istrinya telah

(40)

dengan istrinya tersebut ketika dia telah berniat menceraikannya.Perbuatan

tersebut adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah (Thalib, 2007:318).

Menceraikan istri yang sedang hamil diperbolehkan dalam hukum

islam, meskipun terdapat alasan psikologis bahwa istri yang sedang hamil

akan mengalami kegoncangan jiwa, mengganggu kesehatan mental dan

fisiknya, hal tersebut tidak bisa dijadikan sebagai dasar hukum dalam

melarang suami melakukan talak. Perceraian dalam keadaan hamil dapat

dijadikan keputusan terbaik jika memang permasalahan rumah tangga

yang sangat berat dan tidak dapat membina rumah tangga yang rukun serta

damai (Thalib, 2007:321).

Seorang istri dilarang menceraikan suaminya kecuali dengan

alasan-alasan yang sesuai menurut syariah Islam, diantaranya yaitu

(Thalib, 2007:337):

1. Akhlak suami yang buruk

2. Suami tidak memberikan nafkah untuk belanja

3. Suami tidak membayar mahar secara penuh, apabila mahar bersifat

angsuran kepada istri

4. Suami menganiaya istri.

Dengan kata lain, suami yang memenuhi syariah islam dan tidak

sesuai dengan ciri-ciri di atas maka hukumnya dilarang untuk diceraikan.

Sebaliknya, suami yang akhlak serta dalam membina rumah tangga tidak

sesuai dengan agama maupun moral maka isteri dapat mengajukan

(41)

Bagi seorang wanita yang telah diceraikan oleh suaminya ataupun

suaminya telah meninggal dunia, maka wanita tersebut memiliki masa

tunggu untuk melakukan perkawinan lagi dengan laki-laki lain atau yang

disebut dengan iddah (Basyir, 1980:85).



























“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.kamu tidak mengetahui barangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru. ” (QS.At-Talaq, 1)

Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa isteri hendaklah ditalak

pada waktu suci sebelum dicampuri.Apabila talaknya baru jatuh satu kali

atau dua kali, maka dibolehkan suami melakukan rujuk kembali.

Iddah pun diadakan dengan tujuan untuk menunjukkan pentingnya

masalah perkawinan dalam ajaran islam, maka sebelum dilaksanakannya

harus difikirkan secara matang-matang dan dengan cara yang dewasa.

Kemudian perkawinan itu juga harus diusahakan kekal sehingga tidak

(42)

kesempatan kedua bagi suami isteri jika ingin hidup berumah tangga

kembali tanpa melakukan akad nikah baru. Iddah diadakan juga untuk

meyakinkan bahwa rahim di dalam isteri yang telah dicampuri benar-benar

kosong agar tidak terjadi kekacauan nasab anak.Sedangkan dalam kasus

perceraian karena ditinggal mati suami, iddah diadakan sebagai bentuk

rasa berkabung (Basyir, 1980:85).











“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid.dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. ”(QS. At-Talaq, 4)

Dalam ayat di atas dijelaskan perhitungan masa iddah bagi

perempuan yang tidak mengalami haid lagi atau disebut menopause, maka

masa iddah mereka adalah tiga bulan.Sedangkan bagi perempuan hamil,

masa iddah mereka berakhir ketika mereka melahirkan bayi yang

dikandungnya.



(43)





















“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru' (suci).tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah, 228)

Disebutkan dalam ayat di atas bahwa suami memiliki tanggung

jawab yang besar terhadap keselamatan serta kesejahteraan rumah tangga

mereka.Sehingga mereka memiliki hak untuk merujuk isteri mereka dalam

masa iddah tersebut.





















(44)

Ayat di atas disebutkan bahwa isteri yang ditinggal mati oleh

suaminya, dilarang berhias, berpergian, dan bahkan menerima pinangan

dari lelaki lain sampai 4 bulan 10 hari masa iddahnya selesai.

Di dalam buku Tafsir Al-Usyr Al-Akhir dari Al-Quran disebutkan

bahwa Iddah terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Iddah hamil, maka istri harus menunggu sampai anak dalam

kandungannya dilahirkan, baik itu iddah talak maupun iddah karena

suami telah meninggal dunia

2. Iddah ditinggal mati suami adalah 4 bulan 10 hari

3. Apabila seorang istri diceraikan suami dalam keadaan haid, maka

iddahnya 3 kali haid dan berakhir dengan sucinya ia dari haid ketiga

4. Apabila seorang istri diceraikan tidak dalam keadaan haid, maka masa

iddahnya adalah 3 bulan.

Wanita yang ditalak raj‟i wajib untuk tetap tinggal bersama

suaminya selama masa iddah.Begitu pula bagi suami, ia boleh melihat

serta berduaan dengan istrinya sampai berakhirnya masa iddah. Hal ini

diharapkan agar pasangan tersebut dapat bersatu kembali.Karena rujuk

tidak memerlukan ridha dari sang istri jika ditalak raj‟i. Dan rujuk dapat

diucapkan suami hanya dengan kalimat “Aku merujukmu”, atau jika

terjadi hubungan badan antara suami dan istri yang masih dalam masa

(45)

D. Rujuk

Rujuk berasal dari kata Arab yaitu “raj‟ah” yang artinya

kembali.Maka dari itu di dalam perkawinan yang dimaksud dengan rujuk

adalah kembali hidup bersuami isteri yang telah melakukan percerian

dengan jalan talak raj‟i selama masa iddah belum habis juga belum

melakukan akad nikah baru (Basyir, 1980:90).

Jumhur ulama mendefinisikan bahwa rujuk adalah mengembalikan

wanita yang ditalak, selain talak ba‟in (suami diperbolehkan kembali

kepada isterinya dengan akad nikah baru), pada perkawinan selama masa

iddah belum berakhir juga tanpa adanya akad terlebih dahulu.Konsep

rujuk dalam pembahasan ini hanyalah berlaku bagi suami yang melakukan

talak pertama dan talak kedua kalinya kepada isterinya (Hasan, 2003:205).

Yang memiliki hak rujuk menurut ketentuan Al-Qur‟an surat

Al-Baqarah ayat 228 adalah suami, sebagai imbangan hak talak yang

dimilikinya (Basyir, 1980:90). Firman Allah tersebut adalah sebagai

berikut:“… dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menaati

itu, jika mereka para suami itu menghendaki islah…” (Al-Baqarah:228).

Rasulullah SAW juga pernah bersabda untuk menyuruh Umar RA

merujuk isterinya kembali (Hasan, 2003:206).

“Diriwayatkan dari Ibnu „Umar RA, waktu itu ia ditanya oleh seseorang lalu ia berkata: “Adapun anda yang telah mentalak isteri

Gambar

Tabel 4.1 Ketercapaian Tujuan Awal atau Dampak Rujuk dan Tajdid

Referensi

Dokumen terkait

Pembayaran dana hasil penjualan kembali unit penyertaan danareksa syariah berimbang akan dilakukan dengan cara pemindah bukuan atau transfer ke rekening yang

Sedangkan tabel 2 memperlihat- kan bahwa wanita lanjut usia yang mempunyai lemak tubuh normal dan lebih, jumlahnya sama yaitu 50%, dan tidak ditemukan lemak tubuh kurang..

Penelitian kombinasi dilakukan dengan membuat gelatin dari ikan lele dumbo menggunakan enzim protease dan asam sitrat dengan variasi pada lama perendaman yang menghasilkan

Berdasarkan definisi ini ada tiga aspek yang berkaitan dengan kepuasan kerja: (a) kepuasan kerja merupakan fungsi dari nilai-nilai (value) apa yang diinginkan

1elalui parameter yang terermin pada !rofil Risiko khususnya Risiko 6tratejik, perenanaan strategi terhadap seluruh inisiatif yang terkait dengan lini bisnis dan

Banyak orang akan menerima apa yang terjadi saat itu dan mereka akan tahu bahwa dirinya telah diberi dengan Karunia yang besar dari Rahmat dan Kerahiman IlahiKu.. Pertobatan

Berdasarkan SPM (Standar Pelayanan Minimal), diketahui bahwa standar untuk kepemilikan akte lahir adalah 100% atau memiliki rasio 1 (Permendagri No. 62 Tahun

• Pilih satu pelepah lidah buaya yang baik lebih kurang sebanyak 10-15 gr dan terbebas dari zat toksik (racun) yaitu lidah buaya yang tepat waktu panennya yaitu 8 bulan