• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Copied!
341
0
0

Teks penuh

(1)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Provinsi Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda di Indonesia saat ini yang berada di bagian utara Pulau Kalimantan. Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara. Provinsi Kalimantan Utara terdiri atas lima wilayah administrasi dengan empat kabupaten, yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kota Tarakan. Ibukota Provinsi Kalimantan Utara terletak di Tanjung Selor, yang saat ini berada di Kabupaten Bulungan. Berikut ini merupakan gambaran umum dari aspek geografis dan demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, daya saing daerah, indeks pembangunan manusia, dan kawasan perbatasan.

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 2.1.1. Aspek Geografi

A. Luas dan Letak Wilayah

Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki luas ± 75.467,70 km2, terletak pada posisi antara 114035’22” – 118003’00” Bujur Timur dan antara 1021’36” - 4024’55” Lintang Utara. Selain itu, berdasarkan batas kewenangan provinsi, Provinsi Kalimantan Utara diketahui memiliki luas lautan seluas 11.579 Km2 (13% dari luas wilayah total). Secara administratif Provinsi Kalimantan Utara berbatasan dengan negara Malaysia tepatnya dengan negara bagian Sabah dan Serawak, Malaysia. Batas daerah daratan terdapat sekitar 1.038 km garis perbatasan antara Provinsi Kalimantan Utara dengan Negara Malaysia.

Sebelah Utara : Negara Sabah (Malaysia)

Sebelah Timur : Laut Sulawesi

Sebelah Selatan : Provinsi Kalimantan Timur

Sebelah Barat : Negara Sarawak (Malaysia)

Posisi geografis Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Malaysia membuat provinsi ini berada di lokasi strategis terutama dalam pertahanan dan

(2)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 2 keamanan negara. Selain itu, menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, diketahui bahwa provinsi ini juga berada di jalur pelayaran internasional (Alur Laut Kepulauan Indonesia/Archipelagic Sealand Passage) dan merupakan pintu keluar/outlet ke Asia Pasifik.

Tabel 2.1.1.A.1

Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten/Kota Ibukota Luas Daratan (Km2) Jumlah Kecamatan Jumlah Desa

Bulungan Tanjung Selor 13.925,72 10 81

Malinau Malinau 42.620,70 15 109

Nunukan Nunukan 13.841,90 16 240

Tana Tidung Tideng Pale 4.828,58 5 29

Tarakan Tarakan 250,80 4 20

Kalimantan Utara 75.467,70 50 479

Sumber: Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015 dan Kalimantan Utara.bps.go.id, diakses pada Maret 2016

Kabupaten Malinau merupakan kabupaten dengan wilayah terluas di Provinsi Kalimantan Utara (56% dari total luasan), sedangkan daerah dengan luas wilayah terkecil adalah Kota Tarakan (1% dari total luasan Provinsi Kalimantan Utara). Kondisi geografis Provinsi Kalimantan Utara selain berupa pegunungan juga merupakan daerah kepulauan. Pulau-pulau kecil di Provinsi Kalimantan Utara terletak di Kabupaten Nunukan, Bulungan, Tana Tidung dan Kota Tarakan. Jumlah pulau-pulau kecil di Provinsi Kalimantan Utara adalah 161 pulau dengan luas total mencapai 3.597 m2. Pulau-pulau terbesar diantaranya yaitu Pulau Tarakan (249 m2), Pulau Sebatik (245 m2), Pulau Nunukan (233 m2), Pulau Tanah Merah (352 m2). Sementara, panjang garis pantai provinsi ini adalah 3.955 Km, 908 Km (23%) merupakan garis pantai daratan, dan 3.047 Km (77%) merupakan garis pantai kepulauan.

(3)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 3 Gambar 2.1.1.A.1

Peta Cakupan Wilayah Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Draft RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035

(4)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 4 B. Kondisi Topografi

Kondisi topografi merupakan elemen dasar dari suatu wilayah untuk mengetahui karakteristik fisik suatu daerah. Karakteristik fisik akan mempengaruhi pola dan jenis pembangunan yang akan diterapkan di wilayah tersebut. Kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan air laut merupakan indikator untuk mengetahui kondisi topografi di suatu daerah. Berikut ini adalah kondisi luas wilayah menurut kelas ketinggian dari permukaan laut dan kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara.

Tabel 2.1.1.B.1

Kelas Ketinggian dari Permukaan Laut di Provinsi Kalimantan Utara (Ha)

No. Kabupaten Kelas Ketinggian

0-7 m 7-25 m 25-100 m 100-500 m 500-1000 m >1000m 1 Bulungan 213.561 249.257 220.119 531.364 193.172 273.749 2 Malinau 11.687 77.937 532.349 831.204 2.258.433 151.317 3 Nunukan 174.434 138.156 199.312 115.112 284.981 269.467 4 Tana Tidung 11.034 246.733 51.029 22 302 - 5 Tarakan 6.920 18.160 - - - - Kalimantan Utara 417.636 730.243 1.002.809 1.477.702 2.736.888 694.533

Sumber: Kalimantan Utara.bps.go.id, diakses pada Maret 2016

Hampir setengah dari total luasan wilayah provinsi ini memiliki kelas ketinggian antara 500-1.000 m di atas permukaan laut (38,77%), hanya sekitar 5,92% yang memiliki kelas ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut. Perkembangan pembangunan diperkirakan akan mengelompok di wilayah yang memiliki ketinggian relatif lebih landai, sedangkan wilayah pegunungan di Provinsi Kalimantan Utara dapat dijadikan kawasan lindung dan

recharge area (daerah resapan air).

Sebagian besar wilayah Kabupaten Bulungan berada pada ketinggian 100-500 m di atas permukaan laut (31,61%). Kabupaten Malinau dan Nunukan didominasi oleh wilayah yang berada di kelas ketinggian 500-1.000 m di atas permukaan laut, yaitu masing-masing 58,46% dan 24,12%. Kabupaten Tana Tidung didominasi oleh wilayah dengan ketinggian 7-25 m di atas permukaan laut dan hanya sebagian kecil yang memiliki ketinggian 100-500 m di atas permukaan laut (0,01%). Sedangkan Kota Tarakan didominasi oleh kelas ketinggian 7-25 m di atas permukaan laut (72,41%), sementara sisanya (27,59%) berada pada ketinggian 0-7 m di atas permukaan laut.

(5)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 5 Tabel 2.1.1.B.2

Kelas Kemiringan Lereng di Provinsi Kalimantan Utara (Ha)

No. Kabupaten Kelas Lereng/Kemiringan Jumlah (Ha) 0-2% (Datar) 2-15% (Sangat Landai-Landai/Bergelombang) 15-40% (Agak Curam-Curam) >40% (Sangat Curam-Terjal) 1 Bulungan 319.440 185.018 216.359 590.017 1.310.834 2 Malinau 13.500 72.500 147.177 3.745.417 3.978.594 3 Nunukan 287.739 6.039 81.639 990.129 1.365.546 4 Tana Tidung 134.202 159.013 15.573 22.052 330.840 5 Tarakan 6.154 1.984 17.044 0 25.182 Kalimantan Utara 761.035 424.554 477.792 5.347.615 7.010.996 Persentase (%) 10,85 6,06 6,81 76,27 100

Sumber: Kalimantan Utara Dalam AngkaTahun 2014

Sebagian besar wilayah di Provinsi Kalimantan Utara didominasi oleh wilayah dengan kemiringan lereng >40%, dengan persentase mencapai 76,27% dari luas wilayah provinsi ini (5.347.615 Ha). Kondisi topografi Kabupaten Malinau, Nunukan, dan Bulungan didominasi oleh kemiringan lereng di atas 40%, khususnya wilayah bagian tengah dan barat yang sebagian besar merupakan hulu sungai. Kabupaten Tana Tidung didominasi oleh kemiringan lereng 0-2% dan 2-15%. Sedangkan Kota Tarakan didominasi oleh wilayah yang landai (2-15%).

Pegunungan atau perbukitan yang tersebar di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu sebagai berikut:

a. Kabupaten Bulungan, yaitu Gunung/Bukit Brun, Ubut Lebung, Sombang, Bekayan, Sondong, Gunung Putih, Mara, Sekatak, Kelu, Kundas, Setarat, Takin, Silid, Rian, Aung, Jatu;

b. Kabupaten Malinau, yaitu gunung/bukit Laga Tumu, Murjake, Bukit Kalung, Bukit Rapat, Bulu, Kujan, Kelembit, Bukit Lalau, Bakayan, dan Klawit; dan

c. Kabupaten Nunukan, yaitu Gunung/Bukit Krayan, Tidaliputu, Pawan, Bukit Titeh, Tudadaun, Depuan, Pangodam, Budukusia, Tungkam, Lelangit, Ruanting, Batu Maja, Pempuanang, Mansel, Ambalia, Muluk, Batu Bengalun, Klawit (Kalimantan Utara Dalam Angka Tahun 2015).

Sementara wilayah pantai, rawa pasang surut, daratan aluvial, jalur endapan, dan sungai berada di kawasan pesisir timur, sedangkan wilayah dataran dan lembah aluvial umumnya mengikuti arah aliran sungai.

C. Kondisi Klimatologi

Kondisi klimatologi Provinsi Kalimantan Utara hampir sama dengan wilayah lain di Indonesia yaitu beriklim tropis, terlebih letak provinsi ini berada di utara lintang 00. Suhu udara maksimal terjadi pada bulan November dengan 34,40o C dan minimal terjadi pada

(6)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 6 bulan Februari yaitu 23,400 C. Kondisi rata-rata kelembapan udara tahun 2014 di provinsi ini mencapai angka 84% serta memiliki tekanan udara rata-rata 1.009,7 Mbs. Untuk keadaan kecepatan angin terdapat dalam range yang tidak terlalu fluktuatif, yaitu 4-5 knot dari tahun 2008-2014. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan 410 mm, sedangkan paling rendah terjadi pada bulan Agustus dengan 132 mm. Rata-rata penyinaran matahari di Provinsi Kalimantan Utara selama tahun 2008-2014 diketahui cukup fluktuatif dengan rata-rata terjadi 51 penyinaran matahari pada tahun 2014.

Tabel 2.1.1.C.1

Kondisi Klimatologi di Provinsi Kalimantan Utara

Bulan Suhu Udara (◦C) Kelembapan Udara (%) Tekanan Udara (Mbs) Kecepatan Angin (Knot) Curah Hujan (mm) Penyinaran Matahari (%)

Min Max

Rata-Rata Januari 23,50 31,60 27,55 84 1.010,2 3 216 34 Februari 23,40 32,00 27,70 83 1.010,1 4 172 42 Maret 24,00 32,50 28,25 82 1.010,6 4 218 64 April 24,20 33,30 28,75 83 1.009,8 4 159 43 Mei 24,40 33,40 28,90 85 1.009,6 5 181 56 Juni 24,00 33,70 28,85 85 1.008,7 4 211 60 Juli 23,60 33,60 28,60 84 1.009,4 4 263 50 Agustus 24,00 33,20 28,60 84 1.010,2 4 132 63 September 23,70 33,60 28,65 83 1.010,2 4 230 58 Oktober 24,50 33,90 29,20 81 1.009,4 5 149 54 November 24,20 34,40 29,30 85 1.009,4 4 315 47 Desember 24,00 32,10 28,05 86 1.009,3 4 410 43 2014 23,96 33,11 28,53 84 1.009,7 4 221,3 51 2013 24,10 27,40 32,80 84 1.009,6 5 262,9 51 2012 23,80 27,30 32,40 79 1.011,0 4 228,2 51 2011* 25,73 31,60 28,40 85,00 1.010,05 4,00 298,64 41,77 2010* 23,40 32,70 27,70 85,00 1.010,48 4,15 255,20 45,86 2009* 22,85 33,40 28,14 83,75 1.010,28 4,00 248,28 42,19 2008* 23,27 32,20 27,73 84,33 1.009,23 5,33 274,83 52,00

Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tahun 2009-2013 dan 2015 Keterangan: * Rata-rata Kondisi Iklim per bulan

Diambil dari data Stasiun Meteorologi Tanjung Selor (Badan Meteorologi dan Geofisika Bulungan)

D. Kondisi Geologi

Kondisi geomorfologi atau fisiografi Provinsi Kalimantan Utara meliputi daratan dan lautan. Daratan berada di bagian barat, sedangkan lautan berada di bagian timur hingga kawasan perairan Ambalat. Bagian barat yang berupa daratan tercermin sebagai pegunungan hingga perbukitan yang merupakan unit geomorfologi (bentang alam) struktur baik berupa lipatan maupun patahan, sedangkan bagian timur sebagai dataran hingga pantai atau dikenal sebagai bentang alam aluvial, sedangkan bentang alam laut berada di bagian paling timur wilayah.

Litostratigrafi tersusun atas batuan Paleozoikum, Mesozoikum, Kenozoium dan Kwarter. Batuan Paleozoikum, Mesozoikum, Kenozoikum dan Kwarter banyak tersingkap di bagian barat Provinsi Kalimantan Utara (Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Bulungan, dan Kota Tarakan). Batuan tersier yang

(7)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 7 belum banyak tersingkap terdapat di kawasan pantai dan di bawah laut (Selat Sulawesi). Batuan Paleozoikum dan Mesozoikum berupa batuan metamorfosa seperti sekis, pilit, marmer, gneiss, dan kwarsit, maupun batuan beku seperti granit/diorit, dan batuan sedimen seperti batu pasir, batu lanau, batu lempung, batu gamping yang umumnya telah mengalami diagenesis atau metamorfisme. Batuan Kenozoikum (Tersier) antara lain terdiri dari beberapa formasi yang berupa batuan sedimen seperti batu pasir, batu lanau, batu lempung, batubara dan batu gamping, serta batuan volkan atau batuan beku seperti granit, rhyolit, trachit, diorit dan andesit. Batuan sedimen Tersier tersebut terbentuk dalam suatu cekungan yang dikenal sebagai Cekungan Tarakan dan termasuk salah satu cekungan penghasil minyak dan gas di Kalimantan Utara.

Struktur geologi berupa lipatan yang berarah barat daya-timur laut berupa antiklin dan sinklin serta struktur patahan geser dengan arah barat laut-tenggara hingga utara-selatan dan sesar naik berarah barat daya-timur laut. Struktur antiklin dan patahan seringkali berfungsi sebagai perangkap minyak dan gas. Perangkap minyak dan gas dapat pula berupa perangkap stratigrafi.

Berdasarkan stratigrafi tersier di Cekungan Tarakan yang terdiri dari bermacam batuan sedimen yang dapat berfungsi sebagai batuan induk, batuan reservoir, dan batuan penutup, sedangkan kondisi gradient geothermis dan perangkap geologi minyak dan gas bumi baik struktur geologi dan stratigrafi, maupun terjadinya migrasi minyak dan gas bumi memenuhi syarat bagi sistem perminyakan yang ada di Cekungan Tarakan. Dengan demikian Cekungan Tarakan yang termasuk dalam wilayah Provinsi Kalimantan Utara mempunyai potensi minyak dan gas bumi yang sebagian besar masih dalam taraf penyelidikan eksplorasi, dan sebagian kecil sudah berproduksi seperti di Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Bulungan. Dari stratigrafinya, Cekungan Tarakan mempunyai potensi batubara yang melimpah pada formasi batuan sedimen yang berumur Tersier. Penambangan batubara sudah dilakukan di Kabupaten Nunukan, Kabupaten Tana Tidung, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Bulungan.

Selain itu terdapat batuan beku asam hingga batuan beku menengah seperti granit, rhyolit, trachyt, diorit, dan andesit yang mengindikasikan adanya kegiatan magmatik pada saat Miosen. Adanya kegiatan magmatik asam hingga menengah ini dapat menyebabkan terjadinya mineralisasi bijih dalam bentuk senyawa sulfida yang mengandung unsur emas, tembaga, perak, seng, dan timbal sebagai endapan epitermal maupun mesotermal. Dampak lain dari kegiatan magmatik ini adalah terjadinya alterasi hidrotermal terhadap batuan batuan yang lebih tua sehingga menghasilkan bahan galian seperti kaolin dan bentonit yang berpotensi sebagai bahan dasar untuk industri keramik. Kondisi stratigrafi juga memungkinkan terbentuknya batu gamping dari formasi yang berumur tersier dan

(8)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 8 tersingkap di permukaan seperti di Kabupaten Bulungan dalam jumlah yang cukup besar dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku semen. Ditemukan juga pasir kwarsa yang merupakan hasil rombakan batuan tersier baik batuan beku, sedimen, maupun metamorf seperti yang terdapat di Kabupaten Nunukan. Pasir kwarsa ini berpotensi sebagai bahan dasar untuk industri kaca atau bahan bangunan yang lain.

Potensi sumberdaya geologi yang berupa sumberdaya mineral khususnya emas secara informasi tidak resmi terdapat di Kabupaten Nunukan yang diperkirakan mempunyai cadangan cukup besar, namun belum dikelola dengan baik. Penambangan sumberdaya mineral khususnya emas harus memperhatikan masalah lingkungan yang terkait dengan pencemaran unsur unsur berbahaya seperti As dan Hg terhadap air tanah maupun air permukaan.

Jika dilihat berdasarkan jenis tanah yang terbentuk dan tersedia di Provinsi Kalimantan Utara, antara lain yaitu:

a. Organosol (Hiplohemist, Hiplofibrists), berupa tanah gambut pada bentuklahan dataran berawa permanen, dataran bergambut dan dataran aluvial berawa, yang terletak di muara Sekatak Kabuapaten Bulungan;

b. Aluvial Hidromorf (Hidraquents, Sulfaquents, Endoaquepts) adalah tanah lapisan atas warna kelabu sangat gelap/ hitam oleh endapan bahan organik, tekstur lempung, struktur masif, konsistensi lekat liat, berupa gunungan endapan pasir pantai, dataran lumpur bawah bakau dan nipah, batuan pasir paduan muara sungai. Sebaran dataran pasang surut, delta, dataran estuarin yang terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan;

c. Aluvial (Endoaquepts, Distrodepts), merupakan tanah dengan kesuburan dan

potensi untuk pertanian sedang-tinggi. Sebaran tanah ini pada dataran aluvial sungai (tanggul alam dan dataran banjir), dataran aluvial depresi antar perbukitan sepanjang sungai-sungai terletak di Kabupaten Bulungan;

d. Organosol, (alluvial gambut) hanya terdapat di Kecamatan Tarakan Barat Kota Tarakan;

e. Rendsina (Hapludolls, Eutrodepts), tanah dengan kesuburan dan potensi untuk pertanian sedang, faktor pembatas topografi dan jeluk tanah (soil/ dangkal). Sebaran pada dataran berombak bergelombang, perbukitan terdapat di Kabupaten Bulungan;

f. Podsolik Merah Kuning (Hapludults, Paeudults), tanah kesuburan dan potensi untuk pertanian sedang. Sebaran di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan;

(9)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 9

g. Podsol (Haplorthods, Palehumulds), tanah mudah lapuk, sebaiknya dihutankan atau

penggembalaan (pasture). Sebaran tanah di daerah datar berombak, di Kabupaten Bulungan;

h. Latosol (Hapludults, Dystrondepts), tanah ini memiliki kesuburan dan potensi untuk pertanian sedang-tinggi. Sebaran pada perbukitan dan pegunungan tektonik, pegunungan volkan yang melereng sedang di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan; i. Podsolik Coklat (Dystrondepts, Eutrodepts) tanah dengan kesuburan dan potensi

untuk pertanian sedang. Jenis tanah dijumpai di Kabupaten Bulungan;

j. Latosol/ Lateritik (Hapludoxs, Kandiudults, Palehumults), kesuburan dan potensi tanah untuk pertanian rendah. Sebaran tanah di dataran berombak-bergelombang di Kabupaten Bulungan;

k. Andosol (Hipludands, Udivitrands), dan kesuburan dan potensi untuk pertanian sedang – tinggi terutama untuk tanaman hortikultura. Sebaran terdapat di Kabupaten Bulungan;

l. Podsolik Coklat Kelabu (Hapluhumults, Hapludox), kesuburan dan potensi untuk pertanian sedang. Sebaran pada volkan yang terdenudasi terletak di Kabupaten Bulungan; dan

m. Jenis tanah alluvial endapan/aliran sungai, tanah berlapis-lapis hasil proses pengendapan dengan kesuburan dan potensi untuk pertanian sedang-tinggi. Sebaran pada dataran aluvial sungai (meander sungai, dataran banjir, danau, lembah-lembah sempit) pada tepi sungai-sungai terutama Sungai Kayan, Sungai Sekatak, dan anak–anak sungainya (Percepatan Penyusunan RTRW Provinsi Kalimantan Utara dan Kabupaten Mahakam Ulu (Provinsi dan Kabupaten Pemekaran)).

E. Kondisi Hidrologi

Kondisi hidrologi wilayah Provinsi Kalimantan Utara dapat berupa air permukaan dan air bawah permukaan (air tanah). Air permukaan tercermin sebagai aliran sungai yang terbagi menjadi beberapa DAS (daerah aliran sungai), mata air, dan air tanah. Kawasan resapan air terletak di daerah pegunungan dan perbukitan yang terletak di bagian barat, diantaranya terdapat di Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Tana Tidung, dan Kabupaten Nunukan, sedangkan kawasan tangkapan air terletak di bagian timur yang berupa dataran aluvial dan dataran fluvial.

Provinsi Kalimantan Utara memiliki potensi Sumber Daya Air (SDA) yang sangat besar. SDA tersebut terdiri dari jumlah curah hujan di Kalimantan Utara yang cukup tinggi, sungai-sungai besar, mata air yang banyak, dan rawa yang luas. Potensi yang besar tersebut banyak dimanfaatkan untuk menunjang kesejahteraan dan membantu kehidupan

(10)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 10 masyarakat Kalimantan Utara. Namun, karena peran SDA sangat besar tersebut juga membuat potensi daya rusak dan pencemaran sangat mungkin meningkat.

Sungai merupakan bagian penting dari DAS, sangat berperan penting bagi kehidupan dan aktivitas masyarakat Provinsi Kalimantan Utara. Sungai-sungai yang ada di wilayah ini antara lain adalah Sungai Kayan, Sungai Sesayap, Sungai Pimping, Sungai Bandan, Sungai Sekatak, Sungai Jelarai, Sungai Linuang Kayan, Sungai Betayau, Sungai Sembakung, Sungai mandul, Sungai Semandak, Sungai Mintut, Sungai Manguli. Sungai tersebut merupakan media transportasi air bagi masyarakat. Selain itu, sungai tersebut juga sebagai sumber mata pencaharian nelayan tradisional di wilayah ini (Profil Daerah Provinsi Kalimantan Utara, 2014).

Tabel 2.1.1.E.1

Nama dan Panjang Sungai Utama di Provinsi Kalimantan Utara (Km)

No. Kabupaten/Kota Nama Sungai Panjang Sungai (Km)

1 Bulungan Sungai Kayan/Kahayan 550

2 Malinau Sungai Sesayap

Sungai Sembakung

262 241

3 Nunukan Sungai Sembakung

Sungai Sebuku

241 152

4 Tana Tidung Sungai Sesayap 262

5 Tarakan Sungai Binalatung

Sungai Bengawan

13 12 Sumber: Laporan Akhir Peningkatan Konservasi Daerah Tangkapan Air dan Sumber-Sumber Air Provinsi Kalimantan Utara

Tahun 2015

Berdasarkan hasil inventarisasi jumlah sungai dalam dokumen SLHD tiap Kabupaten/Kota, Provinsi Kalimantan Utara memiliki 123 sungai dengan sungai terpanjang yaitu Sungai Pamusian dengan panjang 20.178 km, sungai terpendek yaitu Sungai Bebakin yang hanya memiliki panjang 1 Km. Untuk kategori sungai terlebar, Sungai Kayan menjadi yang utama dengan lebarnya yang mencapai 550 km. Sementara Sungai Bebakil menjadi sungai tersempit karena hanya memiliki lebar 2 km. Walaupun bukan sungai yang terpanjang ataupun terlebar di Kalimantan Utara, Sungai Naha Aya memiliki debit maksimum yaitu 1.992,52 m3/detik.

Kalimantan Utara hanya memiliki 1 danau yaitu Danau Kelaputan Mangkupadi yang terletak di Kabupaten Bulungan seluas 6 ha. Sementara untuk waduk dan embung semakin bertambah. Pada 2014, Kalimantan Utara memiliki 24 buah waduk dan 10 embung, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya terdapat 9 buah waduk dan 11 embung. Sedangakan situ tidak terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Utara. Waduk yang terluas dan volume paling besar di Provinsi Kalimantan Kalimantan Utara yaitu Waduk Irigasi Binusan di Kabupaten Nunukan dengan luas 3,6 ha dan volume 3000 m3. Sementara itu, Embung Air Baku Bolong di Kabupaten Nunukan menjadi embung terluas dan memiliki volume terbesar di provinsi ini. Luas embung tersebut yaitu 13,44 ha dengan volume 294.500 m3.

(11)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 11 Tabel 2.1.1.E.2

Inventarisasi Danau/Waduk/Situ/Embung di Provinsi Kalimantan Utara

No. Jenis Nama Luas (Ha) Volume (m3)

1 Danau Kelaputan Mangkupadi 6 -

2 Waduk Waduk Irigasi Binusan, Nunukan 3,6 3000

3 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tator I, Binusan 0,16 45

4 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tator II, Binusan 0,16 45

5 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tator III, Binusan 0,16 45

6 Waduk Bendung Irigasi Binusan Kecil, Nunukan 0,16 600

7 Waduk Bendung Irigasi Sei Jepun, Nunukan Selatan 0,3 60

8 Waduk Bendung Irigasi Mansapa, Nunukan Selatan 2,5 360

9 Waduk Bendung Irigasi Mamolo, Tanjung Harapan 2,5 720

10 Waduk Bendung Irigasi Lancang I, Nunukan Selatan 0,75 270

11 Waduk Bendung Irigasi Lancang II, Nunukan Selatan 0,75 30

12 Waduk Bendung Irigasi Lancang III, Nunukan Selatan 1,5 225

13 Waduk Bendung Irigasi Kp. Solok, Simengkadu 0,3 30

14 Waduk Bendung Irigasi Liang Bunyu, Sebatik Barat 1 450

15 Waduk Bendung Irigasi Kp. Enrekang 1, Sebatik 0,5 270

16 Waduk Bendung Irigasi Enrekang 2, Sebatik Barat 0,5 37,5

17 Waduk Bendung Irigasi Enrekang 3, Sebatik Barat 0,5 90

18 Waduk Bendung Irigasi Kp. Sinjai, Sebatik Barat 0,5 90

19 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tellang 1, Sebatik Barat 0,5 90

20 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tellang 2, Sebatik Barat 0,5 90

21 Waduk Bendung Irigasi Kp. Tellang 3, Sebatik Barat 0,5 90

22 Waduk Bendung Irigasi Batu Satu 1, Sebatik Barat 0,5 30

23 Waduk Bendung Irigasi Batu Satu 2, Sebatik Barat 0,5 30

24 Waduk Bendung Irigasi Tembaring Atas, Sebatik Barat 0,5 30

25 Waduk Bendung Irigasi Tembaring Bawah, Sebatik Barat 0,25 72

26 Embung Embung Air Baku Bilal, Nunukan 11,7 139.000

27 Embung Embung Air Baku Bolong, Nunukan 13,44 294.500

28 Embung Embung Sei Pancang - -

29 Embung Embung Air Baku Tanjung Karang, Sebatik 0,75 756

30 Embung Embung Air Baku Lapio, Sebatik Barat 2 986,53

31 Embung Embung Air Baku Sianak, Sebatik Barat 2 7.537,5

32 Embung Embung Irigasi Bebakil 1, Sebatik Barat 1 12,5

33 Embung Embung Irigasi Bebakil 2, Sebatik Barat 0,5 400

34 Embung Embung Persemaian, Tarakan 13,018 130,730

35 Embung Embung Binalatung, Tarakan ±70 666,66

36 Embung Embung Bengawan, Tarakan 16,22 174.000

Sumber: Buku Dara Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015 Keterangan : ( - ) Tidak dilakukan pengukuran

Kabupaten Malinau tidak terdapat danau/waduk/situ/embung

Kabupaten Tana Tidung tidak terdapat danau/waduk/situ. Sementara Embung masih dalam tahap perencanaan

F. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Provinsi Kalimantan Utara didominasi oleh hutan, dengan luasan mencapai 6.440.254 Ha atau sekitar 90,06% dari luasan total wilayah. Luasan pertanian tersebar sekitar 1,55% atau 110.751 Ha dari total luas wilayah. Penggunaan lahan hutan negara mendominasi di seluruh kabupaten, namun terbanyak terdapat di Kabupaten Malinau. Kondisi geografis provinsi ini yang didominasi oleh pegunungan dan perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam, sebagian besar dimanfaatkan sebagai hutan lindung. Penggunaan lahan permukiman hanya 19.090 Ha atau 0,27% dari total luasan wilayah provinsi ini, dengan sebaran lahan permukiman paling tinggi berada di Kabupaten Nunukan.

(12)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 12 Tabel 2.1.1.F.1

Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah di Provinsi Kalimantan Utara (Ha)

No. Kabupaten Jenis Penggunaan Tanah

Pemukiman Hutan Pertanian Pertambangan Lainnya

1 Bulungan 4.925 1.086.969 12.040 - 237.497 2 Malinau 2.687 3.927.395 2.301 1.550 42.808 3 Nunukan 6.609 1.167.764 87.254 - 166.952 4 Tana Tidung 1.867 250.506 3.786 1.415 77.563 5 Tarakan 3.002 7.620 5.370 5.914 47.363 Kalimantan Utara 19.090 6.440.254 110.751 8.879 572.183 Persentase (%) 0,27 90,06 1,55 0,12 8

Sumber: Kalimantan Utara Dalam AngkaTahun 2014

Sedangkan, jika dilihat dari SK Menteri Kehutanan No. 718 Tahun 2014, perbandingan luas areal penggunaan lahan dengan areal hutan dan tubuh air dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1.1.F.2

Perbandingan Luas Areal Penggunaan Lahan, Areal Hutan, dan Tubuh Air di Provinsi Kalimantan Utara

Kawasan

Kabupaten

Bulungan Kota Tarakan Kabupaten Malinau

Kabupaten Nunukan Kabupaten Tana Tidung Provinsi Kalimantan Utara Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Areal Penggunaan Lain 412.587,27 29,2 18.147,74 72,2 320.337,60 8,08 451.545,18 32,7 161.242,51 46,4 1.363.860,30 19,1 Hutan Lindung 224.769,60 15,9 6.997,33 27,83 675.398,51 17,04 158.014,95 11,45 0 0 1.065.180,39 14,9 Hutan Produksi 259.162,53 18,33 0 0 365.157,98 9,21 275.774,53 19,98 151.120,97 43,47 1.051.216,01 14,7 Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi 0 0 0 0 30.117,50 0,76 13.513,89 0,98 9.876,67 2,84 53.508,06 0,75 Hutan Produksi Terbatas 507.803,51 35,92 0 0 1.565.329,71 39,5 190.350,83 13,79 9.084,26 2,61 2.272.568,31 31,9 Tubuh Air 0 0 0 0 997.699,21 25,17 274.380,39 19,88 0 0 1.272.079,60 17,8

Sumber: SK Menhut No. 718/2014 dalam Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035

Penggunaan lahan didominasi oleh hutan lebih dari 90% yang terdiri atas hutan primer dan hutan sekunder dengan luas hampir 6,5 juta hektar. Proporsi hutan terbesar, yaitu di Kabupaten Malinau seluas 3,9 juta hektar dan Kabupaten Bulungan serta Nunukan dengan luasan wilayah hutan yang mencapai 1 juta hektar. Proporsi kawasan budidaya hanya mencapai angka 5,97% dari seluruh total luasan tutupan lahan. Secara lebih jelas, luas tutupan lahan menurut kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara adalah sebagai berikut.

(13)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 13 Tabel 2.1.1.F.3

Luas Tutupan Lahan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara (Ha) Jenis Tutupan

Lahan

Luas (Ha)

Jumlah

Kabupaten Bulungan Kota Tarakan Kabupaten Malinau Kabupaten Nunukan Kabupaten Tana Tidung

Hutan Lahan Kering Primer 246.781,86 20,77% 0,00% 3.092.180,92 80,45% 707.612,51 45,50% 0,00% 4.046.575,29 58,22% Hutan Lahan Kering Sekunder 627.781,65 52,83% 8.027,22 33,01% 641.632,90 16,69% 299.725,12 19,27% 69.453,26 20,47% 1.646.620,15 23,69% Hutan Rawa Primer 0,00% 0,00% 0,00% 1.298,99 0,08% 0,00% 1.298,99 0,02% Hutan Rawa Sekunder 7298,44 0,61% 0,00% 962,14 0,03% 213.551,18 13,73% 40.887,65 12,05% 262.699,41 3,78% Hutan Tanaman 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 9.803,38 2,89% 9.803,38 0,14% Hutan Mangrove Sekunder 65.530,42 5,51% 289,32 1,19% 0,00% 67.841,59 4,36% 24.239,92 7,14% 157.901,25 2,27% Perkebunan 0,00% 0,00% 0,00% 32.213,19 2,07% 0,00% 32.213,19 0,46% Permukiman 1100,23 0,09% 1.236,22 5,08% 1.482,12 0,04% 700,41 0,05% 614,01 0,18% 5.132,99 0,07% Emplacement 0,00% 65,49 0,27% 0,00% 0,00% 0,00% 65,49 0,001% Pertanian Lahan Kering 1627,46 0,14% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 1.627,46 0,02% Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 97.115,04 8,17% 10.197,93 41,93% 67.529,48 1,76% 13.147,57 0,85% 37.969,89 11,19% 225.959,91 3,25% Rawa 2313,41 0,19% 74,45 0,31% 0,00% 3.163,20 0,20% 1.897,45 0,56% 7.448,51 0,11% Sawah 0,00% 0,00% 0,00% 17.122,89 1,10% 0,00% 17.122,89 0,25% Semak Belukar 61.688,45 5,19% 2.834,62 11,66% 28.581,95 0,74% 88.095,68 5,67% 8.102,05 2,39% 189.302,75 2,72% Semak/Belukar Rawa 13.618,55 1,15% 48,88 0,20% 11.051,98 0,29% 94.888,83 6,10% 88.976,54 26,23% 208.584,78 3,00% Tambak 62.381,01 5,25% 1.546,34 6,36% 0,00% 12.466,58 0,80% 57.074,81 16,82% 133.468,74 1,92% Tanah Terbuka 1.049,74 0,09% 0,00% 161,57 0,00% 3.227,82 0,21% 243,23 0,07% 4.682,36 0,07% Total 1.188.286,26 100,00 24.320,47 100,00 3.843.583,06 100,00 1.555.055,56 100,00 339.262,19 100,00 6.950.507,54 100,00

(14)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 14 Gambar 2.1.1.F.1

Peta Tutupan Lahan di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Draft RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035

(15)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 15 G. Potensi Pengembangan Wilayah

Potensi Ekonomi Sektoral (Sumber Daya Alam) 1. Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan

a. Fokus komoditas tanaman pangan Provinsi Kalimantan Utara adalah padi, jagung, dan ubi kayu. Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Nunukan merupakan daerah potensial pengembangan ketiga komoditas tanaman pangan tersebut.

b. Provinsi Kalimantan Utara memliki lahan pertanian yang potensial yaitu dengan luas sebesar 115.721,57 Ha. Namun, hanya 14.265,05 Ha yang termanfatkan menjadi lahan sawah. Artinya masih terdapat 101.456,51 Ha lahan yang belum termanfaatkan secara optimal.

c. Luas panen di Provinsi Kalimantan Utara dalam kurun waktu 2008-2012

mengalami peningkatan 30,45%, yaitu dari 31.132 hektar menjadi 40.613 hektar. Luas lahan panen terbesar yaitu di Kabupaten Bulungan, sebesar 21.774 hektar atau 54% dari total luas panen provinsi.

2. Sub Sektor Holtikultura

a. Jenis tanaman buah-buahan yang menjadi fokus utama pengembangan di Provinsi Kalimantan Utara adalah buah jeruk, durian/lai, dan pisang. Dari data produksi komoditas buah yang memiliki keunggulan kompetitif adalah buah pisang dengan produksi rata-rata pada tahun 2012 adalah 3.274 per ton.

b. Produksi buah pisang yang paling besar adalah terdapat di Kabupaten Nunukan dengan produksi sebesar 51,28% dari total produksi provinsi.

c. Kabupaten penghasil buah durian paling banyak adalah di Kabupaten Bulungan dengan total produksi sebesar 55,35% dari total produksi provinsi. Diketahui bahwa produksi buah durian di Kabupaten Bulungan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

d. Kabupaten penghasil buah jeruk paling banyak pada kurun waktu 2009-2012 adalah Kabupaten Bulungan dengan total produksi sebanyak 54,62% dari total produksi provinsi.

(16)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 16 3. Sub Sektor Peternakan

a. Komoditas utama sektor peternakan adalah sapi, kerbau, kambing, babi, ayam, dan itik.

b. Ayam ras pedaging dan ayam kampung merupakan komoditas hewan ternak yang

paling banyak populasinya. Populasi ayam ras pedaging sebanyak 76,86% dari total populasi hewan ternak provinsi.

c. Produksi daging ayam ras pedaging pada periode waktu 2008–2012 mencapai 56,59% dari total produksi daging hewan ternak, diikuti hasil produksi daging ayam kampung dengan 18,32% dan sapi yang berjumlah 15,78%.

4. Sub Sektor Perkebunan

a. Terdapat beberapa jenis tanaman perkebunan yang dikembangkan antara lain Karet, kelapa, kopi, lada, aren, kakao, kelapa sawit, dan lain-lain. Namun yang menjadi komoditas unggulan hanya 4 jenis yaitu kakao dan kelapa (Prioritas I), serta kopi dan kelapa sawit (Prioritas II).

b. Perkebunan kakao terdapat di semua kabupaten kecuali Kota Tarakan. Pada tahun 2012, luas perkebunan kakao seluas 11.645 hektar, luas terbesar terdapat di Kabupaten Nunukan dengan luas 6.514 ha.

c. Luas serta jumlah produksi komoditas kelapa mengalami penurunan. Pada tahun

2012, luas perkebunan kelapa seluas 2.663 hektar, sedangkan luas terbesar berada di Kabupayen Nunukan (1.085 hektar). Produksi panen kelapa terbesar yaitu di Kabupaten Bulungan.

d. Luas dan produksi perkebunan kopi dalam kurun waktu 2008-2012 mengalami penurunan. Luas panen mengalami penurunan, yaitu dari 5.628 hektar menjadi 2.818 hektar. Luas kebun kopi terbesar yaitu di Kabupaten Malinau seluas 2.058 hektar.

e. Luas dan hasil panen kelapa sawit dalam kurun waktu 2008-2012 mengalami kenaikan. Luas perkebunan sawit meningkat dari 62.879 hektar menjadi 137.389 hektar.

5. Sub Sektor Kehutanan

Dari enam klasifikasi hutan yang ada di Kalimantan, hanya empat jenis yang berada di Kalimantan Utara yaitu Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam dan Wisata, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Tetap. Luas total hutan di Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2012 adalah 6.228.413 Ha. Dari keempat jenis hutan yang ada di Kalimantan Utara, yang terluas adalah hutan produksi terbatas yaitu

(17)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 17 seluas 2.076.008 Ha dan yang terkecil adalah Hutan Lindung yaitu seluas 1.130.971 Ha. Kabupaten Malinau merupakan wilayah yang memiliki total luas hutan terbesar dengan luas hutan 3.930.293 Ha, sedangkan yang terkecil di Kota Tarakan dengan luas total hanya sebesar 4.827 Ha. Hutan lindung, hutan suaka alam & wisata, dan hutan produksi terbatas merupakan yang paling luas berada di Kabupaten Malinau. Sementara hutan produksi tetap yang terluas berada di Kabupaten Bulungan.

Tabel 2.1.1.G.1

Luas Hutan (Ha) Menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten/Kota Hutan

Lindung

Hutan Suaka Alam & Wisata

Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Tetap Jumlah Hutan Tetap Malinau 667.280 1.233.231 1.609.115 420.667 2.029.782 Bulungan 235.375 - 324.016 466.921 790.937 Nunukan 225.998 462.243 134.593 248.170 382.763 Tana Tidung - - 8.284 187.693 195.977 Tarakan 2.318 - - 2.509 2.509 Provinsi Kalimantan Utara 2012 1.130.971 1.695.474 2.076.008 1.325.960 3.401.968 2011 1.053.531 1.695.474 1.872.556 1.491.065 3.363.621 2010 1.053.531 1.695.474 1.872.556 1.491.065 3.363.621 2009 1.053.531 1.695.474 1.872.556 1.491.065 3.363.621 2008 1.053.531 1.695.474 1.872.556 1.491.065 3.363.621

Sumber: Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035

6. Sub Sektor Perikanan

Sumber daya perikanan berasal perikanan laut dan perikanan darat. Jenis perikanan darat adalah perairan umum, tambak, kolam, keramba dan budidaya pantai/laut. Pada sektor perikanan, jenis perikanan darat masih menjadi yang utama yakni dari jenis budidaya pantai yang mengalami pertumbuhan jumlah produksi dari tahun ke tahun. Selain budidaya pantai, jenis perikanan darat yang mengalami pertumbuhan jumlah produksi adalah dari tambak dan kolam. Sementara produksi perikanan laut juga sempat mengalami pertumbuhan produksi dari tahun 2008-2011, namun mengalami penurunan di tahun 2012. Wilayah dengan perikanan laut yang dominan adalah Kota Tarakan. Sedangkan wilayah dengan produksi perikanan darat yang dominan adalah Kabupaten Nunukan, yakni dari sektor budidaya pantai.

7. Sektor Industri

Pemerintah pusat telah menetapkan industri unggulan di Provinsi Kalimantan Utara adalah kakao. Jika dibandingkan dengan data perkebunan yang ada, komoditas kakao dan karet memang memiliki jumlah produksi yang tinggi. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah. berdasarkan data, industri di bidang agro dan hasil hutan masih lebih kecil

(18)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 18 dibandingkan dengan industri logam, mesin, elektronika, dan aneka industri. Oleh karena itu, pengembangan industri agro perlu lebih dimaksimalkan. Produk unggulan UMKM di provinsi ini, antara lain meubel rotan, anyaman bambu, anyaman rotan, anyaman manik-manik, kue dan roti, bubuk kopi, pengolahan logam, pembuatan kapal, pengolahan rumput laut, minyak atsiri, beras Adan, ikan teri, udang kering, kerupuk durian, amplang, dan batik.

8. Sektor Pariwisata

Pola pergerakan wisatawan yang menggunakan jalur udara, yaitu melalui: (a) Balikpapan-Tarakan; (b) Yogyakarta-Balikpapan-Tarakan; dan (c) Jakarta-Makassar-Balikpapan-Tarakan. Untuk jalur laut, telah dilengkapi dengan pelabuhan utama yaitu di Pelabuhan Tarakan (Kota Tarakan) dan Pelabuhan Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan). Daya tarik wisata di Provinsi Kalimantan Utara, antara lain: a. Daya tarik wisata Heart of Borneo (HoB).

Heart of Borneo merupakan keunikan untuk menunjukkan keberadaan hutan

primer terluas dan tertua di dunia, yaitu di jantung Kalimantan. b. Daya tarik wisata kawasan perkotaan Tarakan-Tanjung Selor.

Tarakan dikenal dengan minyak dan sejarah pendudukan bangsa asing, Bulungan merupakan salah satu kerajaan di Kalimantan Utara.

c. Daya tarik wisata kawasan pesisir kepulauan (Nunukan, Bulungan Kepulauan, dan Tana Tidung Kepulauan)

Nunukan, Bulungan Kepulauan, dan Tana Tidung Kepulauan merupakan wilayah dengan potensi wisata yang beragam mulai dari pantai sampai dengan hutan hujan tropis.

d. Daya tarik wisata kawasan pedalaman (pedalaman Bulungan dan Tana Tidung)

Daya tarik pariwisata ini dikelmpokkan menjadi tiga bagian, yaitu daya tarik wisata berbasis alam, wisata berbasis sejarah dan budaya, serta wisata berbasis kehidupan masyarakat yang lebih dominan.

e. Kawasan Perbatasan Negara

Kawasan pengembangan pariwisata perbatasan negara yang ada di Kalimantan Utara, meliputi daerah perbatasan Malinau yang berbatasan langsung dengan Serawak (Malaysia Timur). Dalam pengembangan wisata di kawasan ini, didominasi variasi wisata kehidupan masyarakat dan wisata berbasis alam.

Adapun destinasi pariwisata unggulan di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu Pantai Amal, Wana Wisata Persemaian, Hutan Mangrove Tarakan, Air Terjun Martin Billa, Sungai

(19)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 19 Nyamuk, Long Bawan (Krayan), Gunung Rian, Batu Mapan, Hutan Lindung Sungai Sesayap, Pantai Kuning/Taman Laut Karang Tigau, Eks Kerajaan Bulungan.

Potensi Pengembangan Kegiatan Ekonomi

Berdasarkan dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035, potensi pengembangan kegiatan ekonomi di provinsi ini yaitu:

1. Perekonomian Provinsi Kalimantan Utara hingga saat ini masih sangat tergantung pada sektor primer, yaitu sektor pertanian (termasuk sub sektor perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan) dan sektor pertambangan dan penggalian, terutama sektor migas dan batubara. Di antara kedua sektor ini, sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang lebih dominan. Namun, kedua sektor ini belum ditunjang oleh sektor industri pengolahan. Ini ditunjukkan oleh kontribusi sektor industri pengolahan yang sangat kecil. Kegiatan sektor pertambangan hanya terbatas pada eksploitasi sumber daya alam tanpa adanya

forward linkage ke sektor industri. Sementara itu pengusahaan sektor pertanian

dengan sub-sektornya (pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan) dapat dikelompokkan ke dalam pengusahaan oleh rakyat dan pengusahaan oleh perusahaan.

2. Pengembangan perekonomian Provinsi Kalimantan Utara menghadapi kendala

rentang hutan yang luas, sehingga pemukiman akan mengelompok pada daerah dataran datar yang berkarateristik perkotaan yang telah terjangkau oleh jalur transportasi darat dan kantung-kantung pemukiman perdesaan secara sporadis yang bersifat self-sufficient pada sempadan sungai yang menggunakan sungai sebagai jalur transportasi utama. Keterhubungan yang belum dapat dilakukan melalui jalan darat dan air dilakukan melalui udara dalam bentuk air strip. Dampaknya bagi perekonomian adalah harga produk olahan dan manufaktur akan cenderung mahal apabila didatangkan dari luar wilayah karena diseconomies of scale jalur transportasi dan pasokan energi. Kondisi demikian terjadi pada daerah perdesaan. Pada daerah perkotaan, peningkatan economies of scale jalur transportasi dan pasokan energi menyebabkan harga produk olahan dan manufaktur cenderung lebih murah. Khusus pada daerah perbatasan, harga produk olahan dan manufaktur yang mahal apabila didatangkan dari luar wilayah karena alasan diseconomies of scale jalur transportasi dan pasokan energi dihadapkan pada produk impor dari wilayah Malaysia yang lebih murah karena adanya tingkat economies of scale yang lebih baik pada kedua aspek tersebut. Oleh karena itu, penduduk daerah perbatasan akan lebih memilih untuk memperoleh produk-produk jadi dari Malaysia.

(20)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 20 3. Perekonomian provinsi ini juga dihadapkan pada kendala pasokan energi karena

disparitas yang tinggi antara sisi permintaan dan penawaran energi. Pada pengusahaan pertambangan batu bara, daerah hanya memperoleh penerimaan pajak, karena pengolahan batu bara berada di luar wilayah provinsi in, daerah tidak memperoleh manfaat pada sisi pasokan energi yang bersumber pada batu bara. Hal yang sama terjadi pada pengusahaan migas. Kalaupun ada pengolahan di wilayah Provinsi Kalimantan Utara, diseconomies of scale pada transportasi darat akibat belum terhubungnya jalur jalan darat di sebagian besar wilayah serta harga minyak dunia yang lebih tinggi di pasar dunia, mengakibatkan daerah harus mendatangkan pasokan BBM dari luar yang penyalurannya terkendala oleh diseconomies of scale pada transportasi darat. Karena terbatasnya pasokan, sementara permintaan masih lebih tinggi karena BBM juga dibutuhkan pada sisi produksi untuk menggerakkan generator serta pengangkutan hasil sektor pertanian, maka permintaan yang melebihi penawaran mengakibatkan harga BBM naik pada ke batas willingness to

pay.

4. Kota Tarakan, yang sebelumnya merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Bulungan, merupakan penghubung perdagangan dan industri di wilayah provinsi ini karena memiliki Bandara Juwata dan Pelabuhan Tarakan yang merupakan akses penting keterhubungan wilayah. Pada saat ini Kota Tarakan telah menyiapkan rencana pengembangan Bandara Juwata menjadi bandara internasional, sementara pengembangan Pelabuhan Tarakan sebagai pelabuhan peti kemas dan pelabuhan internasional juga terus dilakukan. Status Kota Tarakan sebagai PKN juga menjadikannya sebagai pusat perekonomian Provinsi Kalimantan Utara. Posisi Kota Tanjung Selor yang terletak di Kabupaten Bulungan juga memiliki bandara Tanjung Harapan untuk penerbangan antar wilayah dan Pelabuhan Tanjung Selor. Posisinya sebagai PKW otomatis tidak menjadikannya sebagai pusat perekonomian, namun lebih sebagai pusat pemerintahan. Oleh karena itu, dalam jangka pendek Kota Tanjung Selor akan menjadi support city sebagai pusat pemerintahan, sementara pada jangka menengah dapat dikembangkan untuk menampung spillover kegiatan ekonomi di Kota Tarakan yang semakin congested, yaitu sebagai perluasan wilayah pemukiman dan relokasi serta perluasan wilayah industri. Dalam jangka panjang, Tanjung Selor akan menjadi Kota Tanjung Selor yang berdiri sendiri, seperti halnya Kota Samarinda, Kota Balikpapan, dan Kota Bontang di Provinsi Kalimantan Timur. 5. Provinsi Kalimantan Utara juga memiliki kawasan konservasi yang masuk dalam

Heart of Borneo. Implikasinya bagi perekonomian daerah adalah karena merupakan

(21)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 21 keanekaragaman hayati, yang terdiri dari flora dan fauna dan sekaligus pula berfungsi sebagai salah satu paru-paru dunia.

Arah Pengembangan Perekonomian

1. Kota Tarakan sebagai pusat kegiatan ekonomi. Aglomerasi perekonomian Provinsi Kalimantan Utara akan terpusat pada Kota Tarakan. Posisi Kota Tarakan akan makin kuat sebagai hub perdagangan Provinsi Kalimantan Utara. Posisinya yang serupa dengan Singapura, yaitu sebagai kota 1 pulau, menyebabkan Kota Tarakan memosisikan dirinya sebagai Little Singapore dan menjadi melting point bagi para pendatang, terutama yang berasal dari Sulawesi dan Jawa. Sebagai hub perdagangan, Kota Tarakan juga memiliki sub sektor perhotelan dan restoran yang kuat, sekaligus menjadi basis pemukiman. Adanya Pelabuhan Laut Tarakan yang merupakan pelabuhan peti kemas serta bandara Juwata yang akan diperluas menjadikan Kota Tarakan juga menjadi basis industri di Provinsi Kalimantan Utara. Kota Tarakan sendiri masih memiliki tambang minyak bumi yang masih beroperasi dengan baik. Pariwisata berbasis sejarah juga akan dikembangkan pada Kota Tarakan.

2. Kota Tanjung Selor sebagai pusat pemerintahan berstatus kota. Penunjukan Tanjung Selor sebagai lokasi pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Utara dan kedekatannya dengan Kota Tarakan apabila terhubung dengan Jembatan Bulan serta posisinya yang berbatasan dengan kabupaten lainnya akan menjadikan Tanjung Selor berfungsi pula sebagai service city bagi kabupaten di sekitarnya. Keterhubungan Tanjung Selor melalui Jembatan Bulan sangat penting karena pengangkutan barang dalam bentuk peti kemas akan lebih ekonomis apabila dilakukan melalui jalan darat. Pelabuhan utama peti kemas tetap berada di Kota Tarakan karena kapasitas maupun posisinya yang memungkinkan untuk langsung menuju ke jalur perdagangan internasional.

3. Daerah perbatasan kawasan pedalaman sebagai garis pertahanan yang memiliki ketahanan ekonomi yang cukup kuat. Posisi geografis Provinsi Kalimantan Utara yang berbatasan dengan wilayah Malaysia (Sabah), Filipina Selatan dan Brunei Darussalam menjadikan Provinsi Kalimantan Utara sebagai basis pengembangan pertahanan nasional untuk menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang datang dari luar wilayah Indonesia. Untuk kawasan pedalaman, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau merupakan kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara yang memiliki kawasan pedalaman yang berbatasan dengan wilayah Malaysia. Pemerintah pusat bersama pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten harus

(22)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 22 mendorong pengembangan perekonomian di wilayah ini sekalipun dalam jangka pendek tidak memenuhi prinsip economies of scale.

4. Kawasan pedalaman sebagai basis produksi pertambangan, perkebunan dan kehutanan serta penguatan ketahanan pangan. Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan sebagian wilayah Kabupaten Bulungan merupakan kawasan pedalaman yang memiliki potensi pengembangan yang kuat pada sektor industri yang mengolah hasil pertambangan dan industri yang mengolah hasil pertanian dan perkebunan. Dari sisi aksesibilitas, kawasan ini merupakan kawasan yang paling sulit dijangkau karena umumnya masih berupa kawasan hutan dengan kantung-kantung pemukiman yang berdiri sendiri dan berada di sempadan sungai. Sungai merupakan jalur transportasi utama.

5. Kawasan pesisir sebagai basis produksi pertambangan, pertanian, dan perikanan, serta perdagangan. Kawasan pesisir merupakan kawasan yang paling berpotensi untuk dikembangkan dengan cepat. Economies of scale akan tercipta lebih cepat dibandingkan kawasan pedalaman karena secara alamiah aglomerasi kegiatan perekonomian telah tercipta dan berjalan di kawasan ini. Topografi tanah yang cenderung datar memudahkan pembangunan jalur jalan darat. Posisi yang dekat dengan laut menyebabkan aksesibilitas wilayah dapat ditempuh pula melalui pelabuhan laut. Frekuensi pertemuan dengan pendatang menyebabkan secara sosiologi penduduk di kawasan pesisir lebih mudah dan terbuka dalam berinteraksi secara kultural dengan dunia luar. Kabupaten Tana Tidung, Kota Tarakan, dan sebagian wilayah Kabupaten Bulungan terletak pada kawasan pesisir.

6. Heart of Borneo sebagai kawasan konservasi. Penetapan sebagian kawasan hutan

sebagai HoB memberikan implikasi pengendalian atau menjadikan kawasan di dalamnya sebagai kawasan konservasi yang harus dikendalikan pemanfaatannya. Dalam jangka panjang, HoB diharapkan menjadi bagian dari kalender internasional untuk penelitian keanekaragaman flora dan fauna, promosi konservasi hutan tropis, dan wisata hutan. Hal demikian terjadi di savana Afrika dan hutan hujan (rain

forest) di Amerika Selatan.

Konsepsi Pengembangan Wilayah Provinsi Kalimantan Utara

Berdasarkan dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035, konsep pengembangan wilayah di provinsi ini diarahkan sebagai kawasan frontier sesuai karakter kawasan. Sebagian wilayah Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan merupakan kawasan Heart of Borneo yang berfungsi lindung, dengan jumlah penduduk yang sedikit yang menyebar. Sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Utara merupakan kawasan pesisir, dimana kawasan perkotaan sudah mengalami perkembangan dan menjadi

(23)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 23 pintu penghubung bagi luar wilayah provinsi. Selain itu, Provinsi Kalimantan Utara juga berperan sebagai kawasan perbatasan Negara dengan Malaysia (Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Malinau) maupun kawasan perbatasan laut (Pulau Sebatik). Persoalan yang dihadapi oleh kawasan frontier, antara lain:

a. Keterbatasan infrastruktur transportasi

b. Biaya transportasi menjadi mahal, karena keterbatasan moda angkutan

c. Waktu tempuh perjalanan cukup lama karena faktor jarak, hambatan

fisik-geografis, dan kesulitan sarana prasarana

d. Penduduk tersebar tidak merata dan berada pada kondisi geografis yang tidak mudah

e. Sarana dan prasarana untuk efektivitas dan efisiensi pergerakan orang dan barang tetap dibutuhkan untuk supply logistik kawasan

f. Kekurangan penduduk yang mampu untuk memanfaatkan potensi lokal

Kawasan frontier memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan, antara lain kaya dengan sumber daya alam, adanya kawasan lindung yang dapat dimanfaatkan untuk perdagangan karbon, dan pemanfaatan sistem DAS sebagai basis pengembangan wilayah.

H. Wilayah Rawan Bencana

Berdasarkan dokumen Percepatan Penyusunan RTRW Provinsi Kalimantan Utara dan Kabupaten Mahakam Ulu (Provinsi dan Kabupaten Pemekaran), dapat diidentifikasi bahwa potensi bencana yang terdapat di Provinsi Kalimantan Utara diantaranya:

1. Banjir

Bencana banjir selama sepuluh tahun terakhir sering melanda seluruh wilayah kabupaten/kota di provinsi ini setiap tahunnya. Bencana ini bersifat temporer dan terjadi di setiap awal musim penghujan dan umumnya terjadi antara 2 hingga 6 hari. Daerah-daerah yang diidentifikasi sering mengalami banjir dan paling rawan banjir adalah kawasan perkotaan di sepanjang hilir sungai dan pesisir laut.

2. Tsunami

Wilayah Kalimantan berdasarkan kondisi geologisnya merupakan kawasan yang relatif aman dari bencana gempa bumi, akan tetapi bencana gempa bumi yang berpotensi tsunami harus tetap diwaspadai terutama di kawasan pesisir laut sekitar Kota Tarakan. Hal ini karena pada kawasan tersebut diidentifikasi memiliki sesar aktif yang berpotensi gempa tektonik.

(24)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 24

3. Kebakaran Hutan dan Lahan

Bencana kerusakan hutan di provinsi ini yang terjadi selain karena kegiatan illegal

logging, adalah kebakaran hutan. Pada musim kemarau, suhu udara di beberapa

wilayah di provinsi ini bahkan mencapai 34.50C hingga 39.50C. Berbagai kegiatan yang berpotensi mengakibatkan kebakaran hutan adalah pembukaan lahan untuk perladangan dan perkebunan, baik perkebunan rakyat, maupun perkebunan besar. Pembakaran merupakan cara termudah untuk membersihkan lahan, apalagi pada musim kemarau, tetapi jika tidak terkendali maka akan mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan yang cukup luas.

Berdasarkan dokumen Materi Teknis RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035, kerawanan terhadap bencana di provinsi ini secara garis besar terbagi menjadi gerakan tanah dan gempa bumi.

1. Gerakan Tanah

Gerakan tanah merupakan suatu peristiwa geologi berupa pergerakan massa tanah maupun massa batuan yang dalam keadaan tertentu bergerak ke bawah, baik melalui bidang geser maupun jatuh bebas. Gerakan tanah dapat terjadi karena gaya perlawanan tanah yang ada lebih kecil daripada gaya yang berusaha dan bekerja dari luar. Parameter yang digunakan untuk analisis gerakan tanah, antara lain sudut lereng, jenis tanah, tebal tanah, jenis batuan, beban atau tekanan, curah hujan, keberadaan sumber air, dan getaran. Berdasarkan parameter tersebut, sebagian besar Provinsi Kalimantan Utara memiliki kerentanan terhadap gerakan tanah labil, yaitu sekitar 65,74% dari total luas wilayah provinsi.

a. Kerentanan tanah sangat stabil (11,72% dari total luas wilayah provinsi) terjadi terdapat di lembah sungai, yaitu di sebagian wilayah Kabupaten Bulungan, sebagian wilayah Kabupaten Malinau, sebagaian wilayah Kabupaten Nunukan, sebagian wilayah Kabupaten Tana Tidung, dan sebagian wilayah Kota Tarakan. Gerakan tanah di kawasan ini hampir tidak pernah terjadi.

b. Kerentanan tanah stabil (0,79% dari total luas wilayah provinsi) terdapat di sebagian wilayah Kabupaten Nunukan, sebagaian wilayah Kabupaten Malinau, sebagian wilayah Kabupaten Nunukan, dan sebagian wilayah Kabupaten Tana Tidung. Pada kawasan ini gerakan tanah di kawasan ini sangat jarang terjadi, kecuali jika gangguan pada lereng.

c. Kerentanan tanah menengah (12,70% dari total luas wilayah provinsi) terjadi pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, tebing jalan atau lereng jika lereng mengalami gangguan. Kawasan yang memiliki kerentanan tanah

(25)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 25 menengah yaitu di sebagian wilayah Kabupaten Nunukan, sebagaian wilayah Kabupaten Malinau, dan sebagian wilayah Kabupaten Tana Tidung. Jika sebelumnya terjadi gerakan tanah pada daerah ini, maka gerakan tanah tersebut akan kembali aktif akibat curah hujan tinggi dan erosi kuat.

d. Kerentanan tanah labil (65,74% dari total luas wilayah provinsi) dan sangat labil (9,05% dari total luas wilayah provinsi) terjadi pada kawasan yang sering mengalami gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat curah hujan yang tinggi dan erosi yang kuat. Gerakan tanah ini terjadi pada tingkat kelerengan cukup terjal, baik terjadi secara alamiah maupun karena terpicu aktivitas manusia, seperti akibat galian untuk pengambilan mineral ataupun pengundulan lereng.

2. Gempa Bumi

Berdasarkan dokumen materi teknis, hasil analisis menyebutkan bahwa sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Utara mempunyai bahaya goncangan gempa bumi dengan percepatan <0,05g dan MMI gempa bumi <IV. Percepatan batuan dasar sebesar 0,05g, menunjukkan bahwa wilayah Provinsi Kalimantan Utara mempunyai potensi sangat rendah terhadap ancaman gempa bumi. Skala intensitas gempa bumi sebagian besar wilayah Provinsi Kalimantan Utara, menunjukkan angka kurang dari IV MMI, yang berarti gerakan hanya dirasakan oleh beberapa orang, dan tingkat kerusakan tidak sampai mengakibatkan barang pecah belah ataupun bergoyangnya bangunan.

Jika dilihat dari dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025, secara lebih detail dapat diidentifikasi bahwa potensi rawan bencana alam maupun bencana alam geologi yang ada meliputi:

1. Kawasan rawan bencana alam:

a. Kawasan rawan tanah longsor, meliputi kawasan berbentuk lereng yang rawan

terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

b. Kawasan rawan dampak kebakaran hutan, terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

c. Kawasan rawan banjir, meliputi kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan rawan banjir

(26)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 26 terdapat di Kabupaten Bulungan, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.

2. Kawasan rawan bencana alam geologi:

a. Kawasan rawan gempa bumi, meliputi kawasan yang diidentifikasikan dapat terjadi mengalami goncangan gempabumi dengan skala lebih dari VI MMI. Kawasan gempa bumi terdapat di sepanjang pantai provinsi Kalimantan Utara. b. Kawasan liquifaksi, meliputi kawasan yang diidentifikasikan dapat terjadi

liquifaksi, terutama yang mempunyai ketebalan litologi pasir hingga lanau lebih dari 10 meter, jenuh terhadap airtanah dengan muka airtanah kurang dari 1 meter dan gempa bumi lebih dari VI skala MMI. Kawasan liquifaksi terdapat di kecamatan yang berada di sepanjang pantai timur Provinsi Kalimantan Utara serta termasuk pulau-pulau yang berada di sekitar pantai.

c. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif, terdapat di daerah daratan Provinsi Kalimantan Utara dengan indikasi Endapan Aluvial yang terpotong oleh patahannya. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Tana Tidung.

d. Kawasan rawan tsunami, meliputi kawasan yang diidentifikasikan kemungkinan

dapat terjadi mengalami gelombang air laut pasang apabila gempa bumi mempunyai skala goncangan lebih dari VI skala MMI. Kawasan tsunami terdapat di sepanjang pantai timur Provinsi Kalimantan Utara termasuk pulau-pulau yang berada di sekitar pantai.

e. Kawasan abrasi, ditetapkan dengan kriteria pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi. Kawasan rawan abrasi terdapat di Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan, dan Kabupaten Tana Tidung.

Sementara itu, jika dilihat dari Peta Kawasan Rawan Bencana masing-masing kabupaten/kota yang bersumber dari Rencana Tata Ruang Wilayah, dapat diidentifikasi bahwa masing-masing kabupaten/kota memiliki potensi bencana yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi geografi dan topografi wilayahnya. Berikut ini potensi bencana masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara, yaitu:

1. Kabupaten Nunukan

Berdasarkan Peta Potensi Bencana, di Kabupaten Nunukan terdapat tiga jenis ancaman bencana yaitu banjir, tanah longsor, dan abrasi.

a. Kawasan potensi tanah longsor kurang lebih seluas 20.398 (dua puluh ribu tiga ratus sembilan puluh delapan) hektar meliputi Kecamatan Simenggaris,

(27)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 27 Kecamatan Sebuku, Kecamatan Tulin Onsoi, Kecamatan Sembakung, dan Kecamatan Sembakung Atulai.

b. Kawasan potensi abrasi kurang lebih seluas 1.163 (seribu seratus enam puluh tiga ribu) hektar dan tersebar di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik.

c. Kawasan potensi banjir kurang lebih seluas 22.471 (dua puluh dua ribu empat ratus tujuh puluh satu) hektar yang meliputi Kecamatan Sebatik Utara, Kecamatan Sebatik Timur, Kecamatan Sebatik, dan Kecamatan Sebatik Tengah.

2. Kabupaten Bulungan

Kawasan potensi bencana tanah longsor di Kabupaten Bulungan meliputi Kecamatan Tanjung Selor, Kecamatan Sekatak, Kecamatan Palas Timur. Kawasan potensi banjir meliputi Kecamatan Tanjung Selor, Kecamatan Sekatak, Kecamatan Palas Tengah, dan Kecamatan Peso.

3. Kabupaten Malinau

Kawasan potensi bencana di Kabupaten Malinau berupa tanah longsor, banjir dan kebakaran hutan.

a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi:

 Kawasan yang terletak di sepanjang aliran sungai yang rawan terhadap longsornya tebing sungai, meliputi: Malinau Seberang, Respen Tubu, Malinau Hilir, Malinau Kota, Malinau Hulu, Kuala Lapang, Tanjung Lapang, Taras, Lidung Kemenci, Pulau Sapi, Long Pujungan, Long Nawan, Bakau Hulu, Pujungan.

 Kawasan di sekitar gunung atau perbukitan curam yang rawan terhadap terjadinya longsor, meliputi: Data Dian, Long Berang, Sempayang dan Long Loreh.

b. Kawasan potensi bencana banjir

Kawasan potensi bencana banjir, meliputi permukiman di sepanjang aliran Sungai Sesayap, Sungai Mentarang, Sungai Malinau, Sungai Kayan, Sungai Bahau dan Sungai Pujungan dan daerah sekitar aliran sungai lainnya di wilayah Kabupaten Malinau.

c. Kawasan potensi bencana kebakaran hutan

Kawasan potensi bencana kebakaran hutan, meliputi kawasan yang berpotensi terjadinya kebakaran hutan karena kandungan batubara maupun aktivitas budidaya masyarakat dan atau penebangan hutan yang lokasinya menyebar secara acak berbentuk spot-spot pada kawasan hutan, yang terdapat di:

(28)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 28 Kecamatan Malinau Kota, Kecamatan Malinau Barat, Kecamatan Malinau Utara, Kecamatan Malinau Selatan, Kecamatan Mentarang, Kecamatan Pujungan, Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Kayan Hulu, Kecamatan Kayan Selatan, dan Kecamatan Sungai Boh.

4. Kabupaten Tana Tidung

Kawasan potensi bencana tanah longsor dan bencana banjir di Kabupaten Tana Tidung meliputi:

a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi kawasan yang berada di sekitar Kecamatan Sesayap dan Kawasan Gunung Rian, dan sekitarnya.

b. Kawasan potensi bencana banjir, meliputi Desa Sengkong, Bandan Bikis, Bebatu, dan Menjelutung.

5. Kota Tarakan

Kawasan potensi bencana di Kota Tarakan meliputi bencana tanah longsor dan banjir:

a. Kawasan potensi bencana tanah longsor, meliputi Kelurahan Karanganyar, Sebengkok, Pamusian, Kampung Empat, Pantai Amal, Kampung Enam, dan Mamburungan.

b. Kawasan potensi bencana banjir meliputi:

 Kecamatan Tarakan Timur yang meliputi Jalan Sungai Sesayap, Jalan

Meranti, Jalan Akasia, Jalan Bengkirai, Jalan Tengkawang.

 Kecamatan Tarakan Tengah yang meliputi Jalan Sebengkok Tiram, Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Sebengkok AL, Jalan Martadinata.

 Kecamatan Tarakan Barat yang meliputi Jalan Slamet Riadi, Jalan Kenanga,

Jalan Seroja, Jalan Anggrek, Jalan Matahari, Jalan Mulawarman.  Kecamatan Tarakan Utara yang meliputi Jalan P. Aji Iskandar.

Secara lebih jelas, Peta Kawasan Rawan Bencana masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara dapat dilihat pada gambar berikut.

(29)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 29 Gambar 2.1.1.H.1

Peta Rawan Bencana Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Dokumen RPJPD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2005-2025

(30)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 30 Gambar 2.1.1.H.2

Peta Rawan Bencana di Provinsi Kalimantan Utara Sumber: Draft RTRW Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2015-2035

(31)

RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016-2021 II - 31 2.1.2. ASPEK DEMOGRAFI

A. Struktur Penduduk 1. Jumlah Penduduk

Penduduk dalam suatu wilayah merupakan potensi sumberdaya manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, disamping juga sebagai penerima manfaat pembangunan. Dalam konteks pengembangan wilayah, penduduk sebagai potensi sumberdaya manusia berperan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya yang ada di wilayahnya secara bijaksana dan berkelanjutan. Penduduk berperan sebagai subyek dan obyek pembangunan. Selain itu, penduduk juga dapat menjadi potensi dan beban pembangunan. Jumlah penduduk akan menjadi potensi pembangunan apabila disertai dengan kualitas yang tinggi, sebaliknya apabila memiliki kualitas yang rendah maka penduduk menjadi beban pembangunan.

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk sehingga akan diketahui pula kebutuhan dasar penduduk seperti fasilitas pelayanan publik dan sebagainya. Jika dilihat secara umum, jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Utara dari tahun 2010 sampai 2015 selalu mengalami peningkatan. Jumlah penduduk terbanyak di Kota Tarakan (235.565 jiwa tahun 2015), sedangkan jumlah penduduk paling sedikit di Kabupaten Tana Tidung (21.891 jiwa tahun 2015).

Tabel 2.1.2.A.1

Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2010-2015 di Provinsi Kalimantan Utara

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 Bulungan 112.663 117.019 120.600 122.985 126.096 129.381 2,8 Malinau 59.555 62.580 66.845 71.501 74.469 77.492 5,3 Nunukan 141.927 148.822 155.680 162.711 170.042 177.607 4,5 Tana Tidung 15.202 16.356 17.079 18.985 20.400 21.891 7,3 Tarakan 194.800 202.600 210.700 218.800 227.200 235.565 3,8 Kalimantan Utara 524.147 547.377 570.904 594.982 618.207 641.936 4,1 Sumber :

1) Kabupaten Malinau Dalam Angka 2013-2015 2) Kabupaten Bulungan Dalam Angka 2011-2015 3) Kabupaten Nunukan Dalam Angka 2013-2015 4) Kabupaten Tana Tidung Dalam Angka 2012-2015 5) Kota Tarakan Dalam Angka 2015

6) Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Kalimantan Utara 2015 7) Hasil Analisis, 2016

Pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Utara selama tahun 2010-2015 adalah sebesar 4,1% dengan pertumbuhan penduduk tertinggi adalah Kabupaten Tana Tidung yaitu sebesar 7,3%. Relatif tingginya rata-rata pertumbuhan penduduk di kabupaten ini jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya mungkin disebabkan karena kabupaten ini

Referensi

Dokumen terkait

Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan rawat jalan RSJD Surakarta adalah lima (5) dimensi yang terdapat dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 untuk

Status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur berat badan (BB) atau tinggi badan (TB) sesuai dengan umur (U) secara masing-masing, tetapi juga dalam bentuk

Gambar 2. 11 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2016-2020 Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa perkembangan Indeks Pembangunan Manusia selama 5 tahun terakhir yaitu

Menurut Kepmenkes No.129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit, waktu yang dibutuhkan seorang petugas untuk pasien rawat jalan adalah

Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan rawat jalan RSJD Surakarta adalah lima (5) dimensi yang terdapat dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Sebagaimana diketahui, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal SPM Bindang Kesehatan di Kabupaten dan Kota dan Keputusan Menteri

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 128 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal SPM Rumah Sakit ditetapkan bahwa indikator standar pelayanan minimal gizi meliputi : 1 Ketepatan