• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFIS DAERAH DAN DEMOGRAFI

Bab ini disusun dengan maksud menguraikan mengenai Aspek Geografis dan Demografi berisikan tentang kondisi umum geografis daerah, potensi pengembangan wilayah dan wilayah rawan bencana, serta statistik kondisi umum daerah.

2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Secara geografis, wilayah Kabupaten Bintan terletak antara 006’17” - 1 34’52” Lintang Utara dan 10412’47” Bujur Timur di sebelah Barat - 108 02’27” Bujur Timur di sebelah Timur. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bintan adalah 87.717,84 km2 terdiri atas wilayah daratan seluas 1.319,51 km2 (1,50%) dan wilayah laut seluas 86.398,33 km2 (98,50%).

2.1.1.2 Batas Administrasi

Secara administrasi kewilayahan, Kabupaten Bintan berbatasan dengan daerah-daerah lain sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Anambas  Sebelah Selatan : Kabupaten Lingga

 Sebelah Barat : Kota Batam dan Kota Tanjungpinang  Sebelah Timur : Provinsi Kalimantan Barat

Kabupaten Bintan memiliki 240 buah pulau besar dan kecil. Dari jumlah tersebut hanya 49 buah diantaranya yang berpenghuni, sedangkan sisanya walau pun belum berpenghuni namun sudah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, khususnya usaha perkebunan. Secara administrasi, Kabupaten Bintan terdiri dari 10 kecamatan, 36 desa, dan 15 kelurahan. 3 kecamatan terletak di luar Pulau Bintan yaitu Kecamatan Bintan Pesisir, Kecamatan Mantang dan Kecamatan Tambelan sedangkan sisanya terletak di Pulau Bintan.

Pada tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Bintan melakukan pemekaran wilayahnya melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Toapaya Asri di Kecamatan Gunung Kijang, Desa Dendun, Desa Air Glubi di Kecamatan Bintan Timur, Kelurahan Tanjung Permai, Kelurahan Tanjung Uban Timur di Kecamatan Bintan Utara, Kelurahan Tembeling

(2)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-2

Tanjung di Kecamatan Bintan Teluk Bintan, Desa Kukup dan Desa Pengikik di Kecamatan Tambelan dan Kelurahan Kota Baru di Kecamatan Teluk Sebong.

Selain itu juga dilakukan Pemekaran Kecamatan melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Toapaya, Kecamatan Mantang, Kecamatan Bintan Pesisir dan Kecamatan Seri Kuala Lobam. Dengan terjadinya pemekaran wilayah maka jumlah Kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Bintan bertambah dari 6 (enam) Kecamatan menjadi 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Teluk Bintan, Sri Kuala Lobam, Bintan Utara, Teluk Sebong, Bintan Timur, Bintan Pesisir, Mantang, Gunung Kijang, Toapaya, dan Tambelan.

2.1.1.3 Topografi

Pulau Bintan tidak memiliki perbedaan ketinggian yang menyolok yaitu antara 0-350 meter dari permukaan laut. Penonjolan puncak-puncak bukit antara lain Gunung Bintan 348 meter, Gunung Bintan Kecil 196 meter. Bukit-bukit lainnya merupakan bukit-bukit dengan ketinggian di bawah 100 meter. Bukit-bukit tersebut merupakan daerah hulu-hulu sungai yang sebagian besar mengalir ke arah Utara dan Selatan dengan pola sub paralel, sedangkan pola anak-anak sungainya berpola sub radial. Sungai-sungai itu umumnya pendek-pendek, dangkal dan tidak lebar.

2.1.1.4 Geologi

Berdasarkan kondisi Geomorfologi, Kabupaten Bintan merupakan bagian kontingental yang terkenal dengan nama paparan sunda atau bagian kerak dari Benua Asia. Kondisi Bebatuan di Kabupaten Bintan terdiri dari batu ubahan seperti mika, geneis, metal batu lanau, batuan pasir taupan, granis muskofit, dan batuan lainnya. Juga terdapat batuan aluvium tua terdiri dari batu lempung, pasir krikil, batu alvium muda seperti lumpur, lanau, dan kerakal.

2.1.1.5 Hidrologi

Sungai-sungai di Kabupaten Bintan kebanyakan kecil-kecil dan dangkal, hampir semua tidak berarti untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya hanya digunakan untuk saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu. Sungai yang agak besar terdapat di Pulau Bintan terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS), dua diantaranya DAS besar yaitu DAS Jago seluas 135,8 km² dan DAS Kawal seluas 93,0 km² dan hanya digunakan sebagai sumber air minum. Pasang surut di perairan Pulau Bintan bertipe campuran cenderung semidiurnal atau mixed tide prevailing semidiurnal (Wyrtki, 1961). Dimana saat air pasang/surut penuh dan tidak penuh terjadinya dua kali dalam sehari, tetapi terjadi perbedaan waktu pada antar puncak air tingginya. Hasil prediksi pasut

(3)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-3

menggunakan Oritide-Global Tide Model di sekitar perairan pantai Trikora (Kecamatan Gunung Kijang) pada bulan Juli memperlihatkan bahwa tinggi rata-rata air pasang tertinggi +73,48 cm, air surut terendah -121,31 cm, dengan tunggang maksimum sekitar 194,79 cm dan pada bulan September, tinggi rata-rata air pasang tertinggi +75,69 cm, air surut terendah -101,06 cm dengan tunggang maksimum sekitar 176,75 cm.

Secara umum tatanan air bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan keterdapatannya. Air bawah tanah tersebut terdapat dalam berbagai sistem akuifer dengan litologi yang berbeda-beda. Adapun air bawah tanah tersebut terdiri dari :

A. Air Bawah Tanah Dangkal

Air bawah tanah dangkal pada umumnya tersusun atas endapan aluvium dan kedudukan muka air bawah tanah mengikuti bentuk topografi setempat. Lapisan akuifer ini pada umumnya tersusun atas pasir, pasir lempungan, dan lempung pasiran yang bersifat lepas sampai kurang padu dari endapan aluvium dan hasil pelapukan granit. Kedudukan muka air bawah tanah akan menjadi semakin dalam di daerah yang topografinya tinggi dengan daerah sekitarnya. Kedalaman muka air bawah tanah pada umumnya sekitar 2 m-3 m. Air bawah tanah dangkal ini tersusun atas lapisan akuifer bebas (unconfined aquifer) yang di beberapa tempat bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air yang berupa lapisan lempung dan lempung pasiran. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dangkal sekitar 13 m dan pada umumnya akan menipis ke arah perbukitan.

B. Air Bawah Tanah Dalam

Air bawah tanah dalam di wilayah Kabupaten Bintan tersusun atas litologi berupa pasir kompak, pasir, dan pasir lempungan dan tersusun atas sistem akuifer bebas (unconfined aquifer), walaupun di beberapa tempat terdapat lapisan kedap air yang berupa lempung dan lempung pasiran yang tidak menerus atau hanya membentuk lensa-lensa, sehingga di beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined aquifer) atau semi tertekan (semi confined

aquifer), sehingga secara umum sistem akuifer yang berkembang di wilayah

Pulau Bintan, Kabupaten Bintan tergolong multi-layer dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan akuifernya tidak berada pada level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan akuifer dalam dibatasi oleh granit yang bersifat kedap air sampai mempunyai sifat kelulusan terhadap air yang kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh granit tersebut. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dalam berkisar antara 26 m.

(4)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-4

C. Mata Air

Keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen yang terdapat dalam mata air bawah tanah perbukitan bergelombang. Tipe pemunculannya umumnya diakibatkan oleh pemotongan topografi pada lekuk lereng dengan dataran. Mata air tersebut dapat dimanfaatkan untuk air minum pedesaan.

2.1.1.6 Klimatologi

Pada umumnya wilayah Kabupaten Bintan beriklim tropis. Selama periode Tahun 2005-2010 temperatur rata-rata terendah mencapai 23,9o C dan tertinggi rata-rata 31,8o C dengan kelembaban udara sekitar 85%.

Kabupaten Bintan mempunyai 4 macam perubahan arah angin yaitu :  Bulan Desember-Pebruari : Angin Utara

 Bulan Maret-Mei : Angin Timur

 Bulan Juni-Agustus : Angin Selatan  Bulan September-November : Angin Barat

Kecepatan angin tertinggi adalah 9 knot dan terjadi pada bulan Desember-Januari, sedangkan kecepatan angin terendah pada bulan Maret-Mei.

2.1.1.7 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan merupakan pencerminan dari hubungan antara alam/lahan dengan manusia dalam kegiatannya. Apabila jumlah manusia sangat kecil dibandingkan dengan luas wilayah/kawasan, maka dapat diartikan bahwa penggunaan lahan belum banyak bervariasi sesuai dengan jenis kegiatan yang dilakukan. Pola pemanfaatan ruang merupakan suatu bentuk dari segala aktifitas yang saat ini dilakukan oleh masyarakat di atas suatu lahan. Aktifitas tersebut selanjutnya dikelompokkan dalam suatu guna lahan yang merupakan dominasi dari pemanfaatan ruang yang ada. Adapun penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Bintan diantaranya adalah :

A. Kawasan Permukiman

Berupa kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk mendukung fungsi perumahan tersebut. Lahan permukiman ini menyebar di tiap desa dengan pola linier mengikuti jaringan jalan atau di daerah pantai dengan tingkat kepadatan yang rendah. Beberapa permukiman yang mempunyai kepadatan tinggi berada di pusat ibukota Kecamatan Bintan Timur (Kijang) dan Ibukota Kecamatan Bintan Utara (Tanjunguban).

(5)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-5

B. Kawasan Perkebunan

Pemanfaatan lahan untuk perkebunan berupa tanaman kelapa dan karet. Jenis perkebunan dengan luasan penggunaan cukup besar tersebar di wilayah Kecamatan Toapaya, Gunung Kijang, Bintan Timur dan Bintan Pesisir.

C. Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian yang ada di Kabupaten Bintan meliputi : Kawasan Tanaman Pangan Lahan Kering, yaitu kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan kering untuk tanaman palawija, holtikultura, atau tanaman pangan; Kawasan Perikanan Darat, yaitu kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan, baik berupa pertambakan/kolam maupun perairan darat lainnya; serta Kawasan Perikanan Air Payau dan Laut, yaitu kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan perikanan air payau dan laut baik dalam bentuk budidaya maupun penangkapan.

Jenis pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian di Kabupaten Bintan didominasi kawasan pertanian berupa pertanian lahan kering untuk tanaman palawija, holtikultura dan tanaman pangan. Lahan pertanian ini tersebar hampir di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bintan.

D. Kawasan Hutan

Jenis pemanfaatan untuk hutan di Kabupaten Bintan dapat dibedakan menjadi pemanfaatan untuk hutan lebat/belukar, hutan lindung dan hutan mangrove (bakau). Di Kabupaten Bintan terdapat hutan lindung yaitu Kawasan Hutan Jago di Kecamatan Bintan Utara, Kawasan Hutan Gunung Bintan Kecil di Kecamatan Teluk Sebong, Kawasan Hutan Gunung Bintan di Kecamatan Teluk Bintan, Kawasan Hutan Sei Pulai dan Gunung Lengkuas di Kecamatan Bintan Timur, dan Kawasan Hutan Gunung Kijang di Kecamatan Gunung Kijang.

E. Kawasan Pariwisata

Jenis pemanfaatan pariwisata adalah kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata. Beberapa kawasan pariwisata yang ada saat ini tersebar di Kecamatan Teluk Sebong, yaitu Kawasan Wisata Terpadu Lagoi dan Kecamatan Gunung Kijang, yaitu Kawasan Wisata Pantai Trikora.

F. Kawasan Pertambangan

Jenis pemanfaatan pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pertambangan, baik wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan. Jenis galian tambang yang ada di Kabupaten Bintan adalah bauksit, granit, dan pasir darat. Jenis pemanfaatan lahan

(6)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-6

pertambangan ini terbagi dua, yaitu lahan tambang yang masih aktif dan lahan pasca tambang. Dominasi sebaran lahan tambang dan pasca tambang bauksit berada di Kijang (Kecamatan Bintan Timur), sedangkan tambang pasir darat berada di Busung (Kecamatan Seri Kuala Lobam), Kecamatan Teluk Bintan, serta Kecamatan Gunung Kijang.

G. Kawasan Industri

Jenis pemanfaatan industri adalah Kawasan yang diperuntukkan bagi industri, berupa tempat pemusatan kegiatan industri. Dominasi sebaran kawasan industri ini berada di Lobam (Kecamatan Seri Kuala Lobam), Galang Batang (Kecamatan Gunung Kijang), dan Industri Maritim (Kecamatan Bintan Timur).

H. Kawasan Pemerintahan

Kawasan pemerintahan adalah kawasan yang diperuntukkan sebagai pusat pemerintahan. Kawasan pemerintahan sementara Kabupaten Bintan saat ini terletak di Kijang dan merupakan kawasan milik PT. Aneka Tambang. Saat ini sudah disiapkan satu kawasan yang berfungsi sebagai ibukota baru Kabupaten Bintan serta pusat pemerintahan, yaitu Bandar Seri Bentan yang terletak di Kecamatan Teluk Bintan. Sejak tahun 2008, pusat pemerintahan ini telah mulai dibangun secara bertahap, karena dengan keluarnya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tanjungpinang maka Kabupaten Bintan harus memindahkan kawasan ibukota kabupaten dan pusat pemerintahan.

I. Pemanfaatan Lahan di Gugusan Pulau Tambelan

Perkebunan adalah salah satu potensi yang terdapat di Kecamatan Tambelan, beberapa jenis hasil perkebunan merupakan hasil khas dari Kecamatan Tambelan. Kebiasaan berkebun di ladang pulau-pulau ini telah dilakukan oleh warga Tambelan sejak kurun waktu yang lama. Pada tahun 60-an, hasil perkebunan Tambelan mampu menembus pasar ekspor ke Singapura. Komoditi kopra dan karet merupakan komoditi unggulan yang dihasilkan oleh Kecamatan Tambelan waktu itu. Kegiatan ekspor ini tidak berlangsung lama, hanya dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun, pasar ekspor kopra dan karet mulai melemah.

Proses eksploitasi pada waktu 10 tahun tersebut tanpa adanya peremajaan lahan dan tanaman adalah pemicu lemahnya pasar. Kualitas komoditi pun mulai menurun dan harganya pun turun drastis. Selain itu, pembukaan lahan baru untuk perkebunan juga kurang memperhatikan lingkungan, penebangan liar dan pembakaran adalah cara tercepat untuk membuka lahan baru. Kurangnya pengetahuan dalam hal berkebun dan bercocok tanam juga sangat berpengaruh

(7)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-7

terhadap menurunnya kualitas komoditi kopra dan karet. Penduduk Tambelan awalnya merupakan nelayan, sehingga perubahan dari nelayan menjadi petani ini membawa dampak terhadap pengolahan lahan.

Kebiasaan nelayan yang langsung memanen ikan tanpa harus menyebar benih di laut (tanpa harus menunggu waktu yang lama) sangat berbeda dengan pola petani yang harus menyemai bibit, menanam, merawat dan baru memanen yang membutuhkan waktu yang lama. Perubahan kebiasaan yang drastis ini menyebabkan pengolahan lahan yang salah, dan untuk mendapatkan hasil yang cepat, perusakan kadang dilakukan baik sengaja maupun tidak sengaja.

Karena waktu yang diperlukan dalam proses perkebunan, akhirnya penduduk Tambelan banyak yang kurang melirik sektor ini namun tidak mau meninggalkannya. Akhirnya, lahan yang ada tetap ditanami dengan tanaman seperti cengkih, kopra, karet dan mangga serta tanaman-tanaman buah-buahan yang lain. Kebun-kebun tersebut tidak dirawat dan dibiarkan begitu saja, ketika saat berbuah atau saat tiba waktu panen, pemilik kebun tersebut mendatangi kebun mereka masing-masing untuk memanen hasil perkebunan. Para petani kebun ini memiliki rumah kebun dan mereka biasanya menetap di kebun untuk memanen hasil kebun 3-7 hari bahkan hingga 1 bulan. Setelah proses panen selesai dan hasil panen telah habis, masyarakat kemudian meninggalkan pulau-pulau tersebut dan kembali bekerja sebagai nelayan. Kebiasaan ini menyebabkan hasil yang diperoleh kurang maksimal karena tanaman tidak mendapat perawatan yang benar.

Hutan mangrove banyak ditemui di sepanjang pantai Teluk Tambelan, namun sebagian telah mangalami kerusakan karena keperluan manusia yang menggunakan daerah tersebut untuk keperluan permukiman. Hampir semua kampung (desa) yang ada di pulau Tambelan sebagian besar rumahnya berada di daerah pesisir. Penggunaan lahan di Pulau Tambelan sebagian besar merupakan kawasan lindung laut untuk melindungi terumbu karang, kemudian kawasan hutan produksi konversi, kawasan lindung dan sebagian kecil merupakan kawasan permukiman. Untuk lebih jelas mengenai luasan pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Bintan Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel berikut:

(8)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-8

Tabel 2.1

Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Bintan, Tahun 2011

NO. JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS (Ha) %

Darat Perairan

A. Kawasan Lindung 34.935,06 15.519,42 33,68

1 Hutan Lindung 4.781,97 3,19

2 Kawasan Perlindungan Setempat 21.026,12 14,04

3 Daerah Perlindungan Laut 333,62 0,22

4 Danau 1.083,38 0,72 5 Waduk/Kolong 607,59 0,41 6 Lamun 2.364,85 1,58 7 Terumbu Karang 12.820,95 8,56 8 Mangrove 7.435,99 4,96 B. Kawasan Budidaya 97.910,14 2.951,55 67,33 1 Hutan Produksi 9.236,41 6,17 2 Pertanian 22.237,63 14,84 3 Perkebunan 9.284,78 6,20 4 Pertambangan 7.029,12 4,69 5 Industri 8.831,67 5,90 6 Pariwisata 22.307,22 14,89 7 Permukiman 12.524,04 8,36

8 Zona Bandar Udara 107,06 0,07

9 Kawasan Bandar Seri Bentan 4.843,21 3,23

10 Zona Pelabuhan 2.951,55 1,97

11 TPA 4,70 0,004

Total 131.340,92 18.470,97 100,00

149.811,88 Sumber : Perda Tata Ruang Kab. Bintan 2011-2031, Tahun 2011

(9)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-9

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah 2.1.2.1 Kawasan Perikanan

Kabupaten Bintan memiliki potensi di bidang kelautan dan perikanan yang cukup besar baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Hal ini karena wilayah Kabupaten Bintan sebagian besar adalah wilayah laut dengan luas yang mencapai 57.874,00 km2 dan daratannya terdiri dari pulau-pulau yang secara langsung menciptakan garis pantai yang sangat panjang mencapai 966,54 Km dengan pantai umumnya berpasir, berlumpur dan berkarang. Secara historis, kabupaten ini terkenal akan tebaran pulau-pulau kecil dan wilayah laut yang luas, sehingga mengakibatkan perairannya kaya akan ikan, kerang-kerangan, udang dan biota laut lainnya seperti terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove.

Disamping itu kegiatan pengolahan hasil perikanan telah pula mulai dikembangkan di Kabupaten Bintan, berupa kegiatan pengeringan (pengasinan), pengasapan, pembuatan kerupuk, pembuatan terasi dan lain sebagainya. Melihat kondisi ini perlu pengembangan akses pasar yang lebih luas, baik akses pasar lokal, antar pulau maupun ekspor. Saat ini, negara-negara yang menjadi importir hasil perikanan dari Kabupaten Bintan adalah Malaysia, Singapura dan Hongkong. Kondisi ini juga ditunjang dengan posisi geografis yang berada di pertemuan antara Laut Natuna dengan laut pedalaman Indonesia (Laut Jawa dan Selat Malaka). Selat Malaka merupakan salah satu laut yang mempunyai produktifitas primer yang tinggi.

Dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), potensi sumberdaya ikan di wilayah perairan laut Natuna dan laut Cina Selatan mencapai 378,2 ribu ton dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah 302,5 ribu ton. Dari potensi tersebut, potensi sumberdaya ikan yang masuk dalam wilayah perairan Kabupaten Bintan adalah 106.018 ton dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan 84.814 ton. Berdasarkan data dari tahun ke tahun produksi perikanan tangkap mengalami peningkatan.

Potensi perikanan dan kelautan Kabupaten Bintan antara lain: - Perikanan Tangkap

- Perikanan Budidaya Laut - Perikanan Budidaya Payau - Perikanan Budidaya Tawar

Volume produksi perikanan yang berasal dari usaha penangkapan di

Kabupaten Bintan pada tahun 2009 tercatat sebesar 19.749,28 ton dengan nilai Rp 138.246.885.000, dibandingkan tahun 2008 yaitu 18.809,10 ton dengan nilai

(10)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-10

sebesar 940,18 ton (5,00%). Sedangkan volume produksi perikanan usaha budidaya laut di Kabupaten Bintan, pada tahun 2008 yaitu 182,36 ton dengan nilai produksi Rp 16.589.285.000,-; sedangkan tahun 2009 tercatat sebanyak 191,49 ton dengan nilai Rp 17.418.749.250,-. Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan produksi sebesar 9,13 ton (5,01%), dan nilai produksi mengalami peningkatan sebesar Rp 829.464.250,- (5,00%). Pada tahun 2010, jumlah rumahtangga perikanan di Kabupaten Bintan sebesar 8.460. Tren ini terus naik sejak tahun 2005 untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 2.2

Volume Produksi Perikanan di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2010 (Ton) No Kecamatan Jenis Produksi % Perikanan Tangkap Budidaya Air Laut Budidaya Air Tawar Budidaya Air Payau Jumlah (Ton) 1. Teluk Bintan 1.336,52 14,04 5,25 - 1.355,81 6,3

2. Seri Koala Lobam 850,22 3,06 20 - 873,28 4,1

3. Bintan Utara 1.324,93 4,22 7 - 1.336,15 6,2 4. Teluk Sebong 1.638,23 3 6 - 1.647,23 7,7 5. Bintan Timur 6.988,37 18,59 65,75 - 7.072,71 33,0 6. Bintan Pesisir 1.195,12 46,78 1,58 - 1.243,48 5,8 7. Mantang 1.083,12 109,6 - - 1.192,72 5,6 8. Gunung Kijang 2.107,85 1 1 - 2.109,85 9,8 9. Toapaya - - 44,1 - 44,1 0,2 10. Tambelan 4.556,18 11,3 - - 4.567,48 21,3 2010 21.080,54 211,59 150,68 - 21.442,81 100 2009 19.749,28 191,49 142,58 - 20.083,35 2008 18.809,10 182,36 213,65 71,53 19.276,64 2007 18.409,38 168,5 117,33 63 18.758,21 2006 20.932,00 130,44 115,3 11 21.188,74 2005 16.907,38 152,18 99,6 6,29 17.165,45

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2011

Dari tabel di atas terlihat besarnya produksi perikanan didominasi oleh Kecamatan Bintan Timur sebesar 33,0%, dan diikuti olah Kecamatan Tambelan sebesar 21,3%.

Sarana penunjang perikanan tahun 2010 yang terdapat di Kabupaten Bintan terdiri dari Pabrik Es 11 unit, Cold Storage 3 buah, TPI/PPI 1 buah, Galangan Kapal 39 buah, dan Unit Pengolahan 1 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

(11)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-11

Demikian juga dengan ketersediaan alat produksi dan armada perikanan, yang pada tahun 2010 terdiri dari 18.733 unit alat penangkapan ikan, 2.329 unit kapal motor, 936 unit motor tempel dan 1.164 unit perahu tanpa motor, 1.659 unit keramba, 77,3 Ha areal kolam, dan 120,8 Ha areal tambak.

Tabel 2.4

Jumlah Alat Produksi Perikanan Menurut Jenisnya di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2010

No. Jenis Alat Produksi Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Alat Tangkap 5.837 5.956 6.240 6.436 17.055 18.733

2. Kapal Motor 2.191 2.216 2.263 2.256 2.278 2.329

3. Motor Tempel 173 284 275 631 886 936

4. Perahu Tanpa Motor 1.247 1.389 1.418 1.164 1.164 1.164 5. Keramba (Kantong) 1.042 1.003 1.130 1.607 1.643 1.659

6. Kolam (Ha) 62 52,7 73 77,31 77,31 77,31

7. Tambak (Ha) 56 119,3 87,00 120,80 120,80 120,80

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2011

Untuk mendukung potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Bintan, telah ditetapkan kawasan minapolitan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 41 tahun 2009. Sebagai tindak lanjutnya, Pemerintah Kabupaten Bintan juga telah menetapkan Keputusan Bupati tentang Kawasan Minapolitan yang meliputi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Mantang, Bintan Pesisir dan Bintan Timur. Rencana pengembangan kawasan minapolitan bertujuan untuk mendorong percepatan pengembangan wilayah dengan kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama. Dalam kawasan minapolitan rencananya akan dikembangkan sistem minabisnis (agroinput, pengolahan hasil, pemasaran dan penyedia jasa). Pengembangan kawasan minapolitan direncanakan untuk meningkatkan jumlah usaha perikanan tangkap, budidaya rumput laut, tripang,

Tabel 2.3

Jumlah Sarana Penunjang Perikanan Menurut Jenis di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2010

No. Infrastruktur

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Pabrik Es 10 10 10 11 11 11

2. UPI (Home Industry) - - - 557 557 1.811

3. Cold Storage 13 13 13 3 3 3

4. TPI/PPI 1 1 1 1 1 1

5. Galangan Kapal 12 12 12 39 39 39

6. Unit Pengolahan - - - 1 1 1

(12)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-12

kerapu, serta sarana dan prasarana lainnya yang mendukung kawasan ini.

Pengembangan minapolitan di 3 kecamatan di atas juga ditunjang oleh besarnya jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) yang terdapat di 3 kecamatan tersebut. Adapun jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) menurut kecamatan di Kabupaten Bintan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.5

Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2010

No. Kecamatan

Rumah Tangga Perikanan Perikanan Tangkap Budidaya Air Laut Budidaya Air Tawar Budidaya Air Payau Jumlah (RTP) 1. Teluk Bintan 1.350 95 21 45 1.481

2. Seri Koala Lobam 335 20 20 - 345

3. Bintan Utara 272 8 35 - 263 4. Teluk Sebong 628 8 55 - 635 5. Bintan Timur 1.704 21 35 - 1.725 6. Bintan Pesisir 1.527 35 3 - 1.550 7. Mantang 915 74 - - 975 8. Gunung Kijang 999 78 15 - 980 9. Toapaya - - 100 - 70 10. Tambelan 910 24 - - 925 2010 8.640 363 284 45 9.332 2009 8.466 297 147 45 8.949 2008 8.460 297 147 45 8.949 2007 7.928 231 70 86 8.288 2006 7.936 215 60 32 8.243 2005 7.709 215 43 21 7.988

Sumber :Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2011

Mengingat besarnya potensi dan peluang usaha/pekerjaan pada sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Bintan, menyebabkan terjadinya peningkatan secara signifikan jumlah Rumah Tangga Perikanan yang melakukan usaha perikanan tangkap, budidaya perikanan laut maupun budidaya perikanan air tawar. Kegiatan usaha perikanan di sektor penangkapan maupun budidaya relatif semakin berkembang dari waktu ke waktu, meskipun didominasi oleh usaha-usaha perikanan skala kecil.

(13)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-13 Tabel 2.6

Nilai Produksi Perikanan Menurut Jenis Produksi di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2010 (Rp.)

No. Kecamatan

Jenis Produksi Penangkapan Ikan Budidaya Air

Laut Budidaya Air Tawar Budidaya Air Payau Jumlah (Rp) 1. Teluk Bintan 12.696.983.481 1.258.196.221 78.750.000 - 14.033.929.702 2. Seri Koala Lobam 8.077.056.750 273.848.242 300.000.000 - 8.650.904.992 3. Bintan Utara 12.586.798.096 378.305.820 105.000.000 - 13.070.103.916 4. Teluk Sebong 15.563.194.500 268.874.072 90.000.000 - 15.922.068.572 5. Bintan Timur 66.389.510.250 1.666.123.000 986.250.000 - 69.041.883.250 6. Bintan Pesisir 11.353.646.942 4.192.418.970 23.625.000 - 15.569.690.912 7. Mantang 10.289.680.558 9.822.776.478 - - 20.112.457.036 8. Gunung Kijang 20.024.615.192 89.624.691 15.000.000 - 20.129.239.883 9. Toapaya - - 661.500.000 - 661.500.000 10. Tambelan 43.283.682.231 1.012.579.756 - - 44.296.261.987 2010 200.265.168.000 18.962.747.250 2.260.125.000 - 221.488.040.250 2009 138.246.885.000 17.044.200.000 1.796.080.000 - 157.282.165.000 2008 131.663.700.000 16.589.285.000 1.711.080.000 1.643.770.000 151.607.835.000 2007 128.865.560.000 10.008.940.000 1.524.237.000 1.525.000.000 141.923.737.000 2006 144.436.700.000 12.028.487.460 1.506.080.580 77.025.500.000 234.996.768.040 2005 115.901.729.000 12.935.956.010 1.080.948.600 - 129.918.633.610 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2011

Tabel 2.7

Jumlah Izin yang dikeluarkan Menurut Jenis di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2010

No Jenis Izin Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Usaha Penangkapan Ikan 125 108 118 206 322 415

2. Usaha Budidaya Ikan 32 9 15 20 16 17

3. Usaha Pengumpulan Ikan 41 51 36 37 53 43

4. Usaha Pengangkutan Ikan 7 3 1 10 8 15

5. Tanda Pencatatan Kegiatan

Perikanan (TPKP) - - 275 - - -

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Tahun 2011

2.1.2.2 Kawasan Pertanian

Kabupaten Bintan mempunyai potensi lahan pertanian yang cukup menjanjikan namun potensi lahan tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Dari potensi lahan yang tersedia pada tahun 2010 yang mencapai 22.237,63 Ha, baru sekitar 3.728 Ha atau 16% yang dimanfaatkan. Besarnya potensi lahan pertanian yang belum dimanfaatkan merupakan tantangan bagi pemerintah daerah ke depan untuk mengembangkan sektor pertanian untuk menjadi salah satu sektor andalan daerah.

(14)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-14

dibandingkan tahun 2008 yang hanya berjumlah 43 Ha, telah terjadi kenaikan sekitar 472,09%. Produktivitas talas dan kacang tanah mengalami penurunan masing-masing 2,014% dan 7,37% pada tahun 2009 apabila dibandingkan dengan produktivitas tahun 2008. Sedangkan produktivitas ubi kayu dan ubi jalar mengalami kenaikan sebesar 0,39% dan 1,77%.

Produksi tanaman sayuran pada tahun 2009 mencapai 8.088 ton, sedangkan pada tahun 2008 tercatat 7.901 ton atau naik sekitar 2,36%. Pada tahun 2009 produksi tertinggi didominasi oleh bayam, yakni sebesar 2.471 ton, kemudian diikuti sawi sebesar 1.778 ton. Sedangkan produksi terendah adalah petai yaitu hanya 15 ton. Produksi buah terbanyak pada tahun 2009 adalah pisang yaitu mencapai 1.066 ton, diikuti pepaya sebesar 902 ton.

Tabel 2.8

Potensi lahan pertanian untuk komoditas Padi, Palawija, Sayur-sayuran dan Buah-buahan di Kabupaten Bintan Tahun 2010

No. Kecamatan Padi (Ha) Palawija (Ha) Sayur – Sayuran (Ha) Buah – buahan (Ha) Jumlah Potensi Lahan Yang telah diusaha kan Potensi Lahan Yang telah diusahakan Potensi Lahan Yang telah diusahakan Potensi Lahan Yang telah diusahakan Potensi Lahan Yang telah diusahakan 1 Bintan Timur 80 - 1.069 72 2.406 344 1.603 252,5 5.158 668,5 2 Toapaya 40 - 450 100 1.120 200 3.102 582 4.712 882 3 Gunung Kijang 120 - 300 61 660 99 1.670 212 2.750 372 4 Teluk Bintan 450 17 386 12 796 138 530 417,5 2.162 584,5 5 Teluk Sebong 290 29 1.013 112 1.770 206,5 1.457 232,5 4.530 580 6 Seri Kuala Lobam 60 14 304 46 325 56 278 40,5 967 156,5 7 Bintan Utara 10 - 400 118 975 121,5 512 121 1.897 360,5

8 Tambelan - - 72 33 250 - 163 85 485 118

9 Mantang - - - 5 - - - 5

10 Bintan Pesisir - - - 1 - - - 1

Jumlah 1.050 60 3.994 554 8.302 1.165 9.315 1.943 22.661 3.728

Sumber : Laporan Tahunan Bidang Pertanian Dinas Kehutanan dan Pertanian Tahun 2010

Produksi tanaman perkebunan di Kabupaten Bintan didominasi oleh Karet dan Kelapa. Luas areal tanaman kelapa turun 18,067% yaitu dari 6.332 hektar tahun 2008 menjadi 5.188 hektar tahun 2009. Luas tanaman menghasilkan turun sebesar 26,70% menjadi 2.866 Ha pada tahun 2009, tetapi produksinya naik menjadi 8.976,28 ton.

Besarnya potensi pertanian dan perkebunan di Kabupaten Bintan dapat terlihat dari luasnya areal pertanian dan perkebunan. Pada tahun 2009 tercatat luas areal pertanian mencapai 5.044 Ha atau (3,82%) dan luas areal perkebunan

(15)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-15

yang mencapai 10,171,19 Ha atau (7,71%). Luasnya areal pertanian dan perkebunan ini telah mendorong peningkatan jumlah produksi.

Kabupaten Bintan mempunyai potensi pertanian tanaman pangan yang cukup menjanjikan. Akan tetapi, belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini terlihat dari luas lahan potensi yang tersedia cukup luas yang mencapai 5.044 Ha.

Tabel 2.9

Produktivitas Padi dan Tanaman Palawija Menurut Kecamatan di Kabupaten Bintan Tahun 2006-2009

Kecamatan

Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/ha) Padi Jagung Ubi

Kayu

Ubi Jalar

Kacang

Tanah Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Teluk Bintan 48 60 33 1,6 28,23 150 110 8

Seri Kuala Lobam 36 162 66 - 25,71 162 110 - Bintan Utara - 410 360 14,6 - 151,85 150 7,3 Teluk Sebong 61 180 132 4,8 21,03 150 110 8 Bintan Timur - 83 450 55 1,6 - 29,64 150 110 8 Bintan Pesisir - 15 - - - 150 - - Mantang - - - - - - - - Gunung Kijang - 195 33 2,4 - 150 110 8 Toapaya - 125 50 8 - 156,25 100 8 Tambelan - 450 - - - 150 - - 2009 145 3,37 2,047 729 33 24,17 83 150,52 125,69 7,67 2008 18 2,054 247 24 24 149,93 123,5 8,28 2007 15 35,68 2,085 407 34,67 27,27 528 150 107,1 8,25 2006 4 1,774 356,5 36,00 26,67 138,59 103,33 7,83

Sumber : BPS Kabupaten Bintan Tahun 2010

2.1.2.3 Energi dan Sumber Daya Mineral

Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Kabupaten Bintan. Dengan orientasi pasar internasional, sektor pertambangan mempunyai nilai tambah yang relatif tinggi. Jenis barang galian yang diproduksi terdiri dari bauksit, granit, dan pasir darat. Dari 3 (tiga) jenis kegiatan pertambangan yang ada di Kabupaten Bintan, pertambangan pasir darat cukup mendominasi sampai kegiatan ekspornya dihentikan pada awal tahun 2007 berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 02/M-DAG/PER/I/2007 tanggal 22 Januari 2007. Sejak ekspor pertambangan pasir darat dihentikan, kegiatan pertambangan lebih didominasi oleh pertambangan bauksit dimana pada tahun 2010 volume produksinya mencapai 5.866.569,35 ton dan volume penjualan 6.083.383,66. Gambaran umum jumlah kegiatan pertambangan yang ada di Kabupaten Bintan adalah sebagai berikut :

(16)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-16 Tabel 2.10

Jumlah Kegiatan Pertambangan yang ada di Kabupaten Bintan Tahun 2010

No Jenis Kegiatan Tambang Jumlah Perusahaan

1 Pasir Darat 5

2 Batu Granit 5

3 Bauksit 9

4 Pertambangan Rakyat 11

Jumlah 30

Sumber : Laporan Tahunan Bupati Bintan Bidang Pertambangan dan Energi Thn 2010 Untuk volume penjualan granit pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.11

Volume Penjualan Granit Kabupaten Bintan Tahun 2010

No Jenis Penjualan Volume Penjualan (m3)

1 Penjualan Eksport 1.624.392,22

2 Penjualan Antar Pulau 1.281.233,84

3 Penjualan Lokal 106.374,74

4 Total 3.012.000,00

Sumber : Laporan Tahunan Bupati Bintan Bidang Pertambangan dan Energi Tahun 2010 Disamping bauksit, granit, dan pasir darat Kabupaten Bintan juga memiliki potensi bahan galian yang belum dimanfaatkan seperti kaolin, kromit, molybdenum, antimony, wolfram, andesit dan kwarsa profit yang besaran cadangannya belum diketahui.

Adapun potensi beberapa bahan tambang dan galian yang sudah diketahui antara lain : bauksit di Pulau Bintan dan sekitarnya diperkirakan berjumlah 14 juta ton, kaolin 125.000 m3, cadangan granit masih sekitar 700 juta m3, pasir 39 juta m3, pasir kuarsa sekitar 215 juta m3, andesit 3000 juta m3 dan basalt 118 juta m3.

2.1.2.4 Sektor Perindustrian

Sektor industri kini merupakan sektor utama dalam perekonomian Kabupaten Bintan. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Bintan selama lima tahun terakhir. Sebagai gambaran, pada tahun 2009 peran industri pengolahan diperkirakan mencapai lebih dari setengah (51,29%) komponen pembentukan PDRB. Industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Pengelompokan itu berdasarkan pada banyaknya pekerja yang terlibat didalamnya tanpa memperhatikan penggunaan mesin produksi yang digunakan atau pun modal yang ditanamkan. Pengumpulan data industri besar dan sedang dilakukan secara lengkap setiap tahun.

(17)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-17

Pada tahun 2009 jumlah perusahaan industri besar/sedang mencapai 55 perusahaan atau berkurang 1 perusahaan dibandingkan tahun 2008. Penurunan jumlah perusahaan diikuti dengan bertkurangnya jumlah tenaga kerja yang diserap.

2.1.2.5 Sektor Perdagangan

Kegiatan perdagangan di Kabupaten Bintan meliputi perdagangan lokal, perdagangan antar pulau dan ekspor. Kegiatan perdagangan lokal terlihat pada aktivitas yang terjadi pada pusat-pusat perdagangan di Kabupaten Bintan. Perkembangan kegiatan perdagangan di Kecamatan Bintan Utara dipengaruhi oleh keberadaan kawasan industri Lobam. Kegiatan perdagangan di Kecamatan Bintan Utara terpusat di Kota Tanjung Uban yang terdapat 2 pasar tradisional yaitu Pasar Baru dan Pasar Lama. Sedangkan perkembangan kegiatan perdagangan di Kecamatan Bintan Timur terdapat di lokasi Pasar Jalan Merdeka dan Pasar Barek Motor. Sedangkan di kecamatan lain kegiatan perdagangan lokal ditunjukkan dengan adanya prasarana perdagangan seperti toko dan warung

Pada tahun 2009, nilai ekspor melalui Kabupaten Bintan tercatat 152,32 juta US$, atau turun sekitar 73,17% disbanding tahun sebelumnya. Nilai impor pada tahun 2009 tercatat 370,57 juta US$ atau turun sekitar 61,98% dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 974,58 juta US$. Jika dilihat volume import, negara-negara asal utama barang pada tahun 2009 masih didominasi oleh Singapura, Malaysia dan Taiwan. Volume impor dari Singapura mencapai 258.447,93 ton, Malaysia sebesar 158.068,68 ton dan Taiwan sebesar 130.371,11 ton.

2.1.2.6 Sektor Pariwisata

Potensi obyek wisata di Kabupaten Bintan terdiri dari wisata alam, wisata budaya dan minat khusus yang tersebar di berbagai kecamatan. Secara keseluruhan obyek wisata di Kabupaten Bintan berjumlah 19 obyek wisata baik yang sudah maupun yang sedang dikembangkan. Meskipun demikian, masih banyak lagi potensi pariwisata di Kabupaten Bintan yang belum mendapatkan penanganan dan sentuhan dari investor sehingga secara ekonomi dan sosial belum memberikan kontribusi bagi masyarakat maupun bagi daerah. Berikut adalah beberapa potensi pariwisata Kabupaten Bintan yang memiliki prospek yang besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

(18)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-18

Tabel 2.12

Potensi Wisata di Kabupaten Bintan Sampai Tahun 2008

Kecamatan Objek Wisata Jenis Objek Wisata

Teluk Sebong Kawasan terpadu wisata Lagoi Resort Desa Wisata Sebong Pereh Budaya

Pantai Sakera Pantai

Kampung Sri Bintan Ekowisata

Makam Datok Panaon Sejarah

Tour Mangrove Sei Kecil Alam

Teluk Bintan Gunung Bintan Alam

Hutan Mangrove Sungai

Makam Panjang Pengujan Sejarah

Makam Bukit Batu Sejarah

Tembeling Danau dan Agrowisata

Gunung Kijang Pantai Trikora Bahari

Perkampungan Nelayan Kawal Alam

Tanjung Pesona Tirta

Bukit Kerang Sejarah

Bintan Agro Resort KM.36 Bahari

Bintan Timur Gunung Lengkuas Alam

Taman Rekreasi Kota Bahari

Tambelan Makam Sultan Muhayat Syah Sejarah

Habitat Penyu Budidaya

Teluk Abik Bahari

Taman Laut Bahari

Pulau Bungin Alam

Bintan Pesisir Pulau Mapur Bahari

Pulau Nikoi Bahari

Pulau Mangkil Bahari

Toapaya Perkebunan Buah Naga Agrowisata

Perkebunan Nenas Agrowisata

Bintan Utara Pantai Sakera Bahari

Pantai Sungai Lepah Bahari

Makam Hang Nadim Sejarah

(19)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-19 Tabel 2.13

Potensi Objek Wisata di Kabupaten Bintan 2003-2007 Objek Wisata Lokasi

Wisata Jenis Wisata Daya Tarik (atraksi) Kegiatan Wisata Keterangan Tanjung Berakit Pantai Alam Keindahan

Alam

Menikmati keindahan alam Kota lama Tanjung

Uban

Kota City tour Peninggalan Sejarah Menikmati keindahan kota Fasilitas terbatas Makam Hang Nadim Makam Sejarah/ Budaya Peninggalan Sejarah

Ziarah Belum ada fasilitas, jalan tanah Pulau Beralas Bakau dan P. Beralas Pasir Pulau dan pantai Alam Kehidupan Masyarakat Menikmati keindahan alam Dalam rencana

Perkebunan Nanas Perkebunan Agrowisata Keindahan alam

Kunjungan dan hiking

Dalam rencana Pantai Tambelan Pantai dan

Taman Laut Alam Keindahan alam dan penangkaran penyu Menikmati keindahan alam Fasilitas terbatas Makam Sultan Muhayatsyah

Makam Budaya Peninggalan sejarah Ziarah dan kegiatan keagamaan Fasilitas terbatas Pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Bintan

Pantai Alam Keindahan

alam Menikmati keindahan alam Fasilitas terbatas Danau Wisata Sekitar

danau

Alam Rekreasi Olahraga air Dalam rencana Makam Panjang Makam Budaya Peninggalan

Sejarah Ziarah dan keagamaan Fasilitas terbatas dan jalan tanah Makam Datuk Panaon

Makam Budaya Peninggalan sejarah

Ziarah dan keagamaan

Fasilitas terbatas Makam Bukit Batu Makam Budaya Peninggalan

sejarah

Ziarah dan keagamaan

Fasilitas terbatas

Sumber : Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Rippda) Kab. Bintan, Tahun 2008

Sarana wisata yang terdiri dari hotel dan restoran di Kabupaten Bintan selama tahun 2002 – 2006 mengalami peningkatan yang signifikan. Dari 26 hotel yang terdapat di Kabupaten Bintan, 13 unit diantaranya adalah hotel berbintang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut :

(20)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-20

Tabel 2.14

Sarana Wisata di Kabupaten Bintan 2003-2007

Jenis Sarana Tahun

2003 2004 2005 2006 2007

Hotel - - - 25 26

Restoran 105 108 121 128 149

Sumber : Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Rippda) Kab. Bintan, Tahun 2008

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Secara teknis, Kabupaten Bintan termasuk wilayah yang relatif aman terhadap bencana besar seperti gempa, tsunami, dan letusan gunung berapi karena berdasarkan SNI 03-1726-2002, tentang Wilayah Gempa Indonesia, Kabupaten Bintan termasuk dalam Wilayah Gempa I dengan kemungkinan potensi gempa paling rendah. Sedangkan wilayah gempa yang paling berpotensial berada pada Wilayah Gempa VI. Meskipun demikian, bencana yang mungkin terjadi di Kabupaten Bintan adalah rawan gelombang pasang, banjir, longsor, angin puting beliung, dan abrasi pantai. Kawasan rawan bencana ini tersebar di beberapa lokasi di Kabupaten Bintan, yaitu :

a. Kawasan Rawan Gelombang Pasang

Kawasan yang berada di sekitar pantai sangat rawan terhadap gelombang pasang dan angin kencang. Kawasan ini umumnya terletak di pulau-pulau kecil dan daerah pesisir, seperti di Kecamatan Gunung Kijang, Bintan Utara, Sri Kuala Lobam, dan pulau-pulau kecil di Kecamatan Bintan Pesisir, Mantang, Tambelan dan Pulau Mapur.

b. Kawasan Rawan Banjir dan Longsor

Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang diidentifikasikan sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Bintan terdapat di Kecamatan Bintan Utara, Bintan Timur, Seri Kuala Lobam dan Gunung Kijang memiliki kondisi geologi yang mendukung terjadinya banjir serta kontur wilayah yang cenderung rata.

c. Kawasan Rawan Bencana Angin Puting Beliung

Kawasan rawan bencana angin puting beliung terdapat di Pulau Bintan bagian utara.

(21)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-21

d. Kawasan Rawan Abrasi

Kawasan yang rawan terhadap abrasi diantaranya adalah Pantai Trikora sepanjang ± 10 Km, Pantai Tanjung Uban sepanjang ± 5 Km, Pantai Sei Kecil – Sakera sepanjang ± 10 Km, dan Pantai Lobam sepanjang ± 4 Km.

2.1.4 Demografi

2.1.4.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur

Penduduk sebagai salah satu komponen dalam sistem perwilayahan memiliki peranan yang penting sebagai subyek pemanfaat ruang. Selain sebagai pemanfaat ruang, penduduk juga memainkan peranan sebagai pelaku perubahan ruang. Oleh karena itu, dinamika kependudukan memiliki peranan yang penting bagi perkembangan suatu wilayah yang dinamis.

Sebagai subyek pembangunan, sumber daya kependudukan merupakan faktor kunci dalam menjalankan roda pembangunan. Semakin tinggi kualitas sumber daya kependudukan, semakin berkualitas pulalah hasil pembangunan yang dicapai. Sedangkan sebagai obyek pembangunan, sumber daya kependudukan juga perlu mendapat perhatian, perbaikan, serta ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya agar pembangunan fisik dan non fisik dapat berjalan seimbang.

Tabel 2.15

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2010

No Kelompok Umur Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010 1. 0-4 12.171 11.079 11.560 14.760 12.208 16.533 2. 5-9 10.858 11.687 11.048 12.465 12.457 14.783 3. 10-14 10.015 11.163 11.628 11.725 10.808 11.553 4. 15-19 8.441 9.764 9.677 10.968 10.755 10.258 5. 20-24 12.199 11.291 11.014 12.454 9.543 13.189 6. 25-29 14.054 14.150 14.344 13.586 13.504 16.889 7. 30-34 12.713 10.456 11.245 13.009 12.047 15.537 8. 35-39 9.753 10.392 10.258 10.409 10.946 12.065 9. 40-44 7.714 8.561 7.868 7.769 9.076 9.092 10. 45-49 6.231 7.942 6.183 5.859 7.839 6.858 11. 50-54 3.682 4.646 5.549 4.299 5.297 4.994 12. 55-59 4.073 3.074 3.690 2.937 4.175 3.614 13. 60-64 2.878 2.669 3.374 1.933 3.338 2.575 14. 65-69 1.704 1.472 2.341 1.279 2.311 1.963 15. 70+ 1.339 1.482 1.533 1.606 3.073 1.252 Jumlah 117.825 121.303 122.677 125.058 127.404 142.281 Dependency Rasio 0,44 0,44 0,46 0,50 0,50 0,48 Sumber : BPS Kabupaten Bintan Tahun 2011

(22)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-22

Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Bintan mencapai 142.281 jiwa dan terdiri dari 36.598 rumah tangga. Sedangkan jumlah penduduk tahun 2005 adalah sebesar 117.825 jiwa maka Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kabupaten Bintan adalah sebesar 2,98%.

Dengan luas wilayah darat 1.319,51 km2 maka kepadatan penduduk rata-rata Kabupaten Bintan tahun 2010 (perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayahnya) sebesar 107 jiwa/km2.

Gambar 2.1

Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 2.1.4.2 Sebaran Penduduk

Dengan luas wilayah darat 1.319,51 km2 maka kepadatan penduduk rata-rata Kabupaten Bintan tahun 2010 (perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayahnya) sebesar 107 jiwa/km2

2.1.4.3 Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sementara itu, sampai dengan tahun 2010 angka sex ratio Kabupaten Bintan mencapai 107 sedangkan Dependency Ratio mencapai 0,48, artinya seorang penduduk usia produktif di Kabupaten Bintan harus mampu menanggung kurang dari 1 orang penduduk yang lain (0,48).

Pada tahun 2010, struktur penduduk Kabupaten Bintan berdasarkan kelompok umur berada pada kategori kelompok umur produktif (15-64 tahun) sebesar 95.071 jiwa atau 66,82 %. Sedangkan untuk kelompok umur non produktif sebesar 34.531 jiwa atau 33,18 %. Saat ini proporsi penduduk laki-laki cenderung meningkat, hal ini diperkirakan karena banyaknya pencari kerja yang

(23)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-23

masuk ke Kabupaten Bintan. Jika dilihat dari bentuk piramida penduduk, maka Kabupaten Bintan memiliki potensi angkatan kerja yang cukup besar dengan dominasi kelompok umur 24 sampai 39 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :

Tabel 2.16

Jumlah Penduduk Kabupaten Bintan dirinci per Kecamatan Tahun 2010

Kecamatan

Penduduk

Sex Ratio Laki-laki Perempuan Laki-laki +

Perempuan

Teluk Bintan 4,755 4,179 8,934 114

Bintan Utara 10,644 10,550 21,194 101

Teluk Sebong 8,257 7,472 15,999 114

Seri Kuala Lobam 8,029 9,603 17,632 84

Bintan Timur 20,319 18,687 39,006 109 Gunung Kijang 6,573 5,434 12,007 121 Mantang 2,128 1,768 3,896 120 Bintan Pesisir 4,390 3,615 8,005 121 Toapaya 5,731 4,902 10,633 117 Tambelan 2,568 2,407 4,975 107 Bintan 73,664 68,617 142,281 107

Sumber: BPS Kabupaten Bintan Tahun 2011

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga. Aspek ini membahas mengenai kondisi umum kesejahteraan masyarakat sebagai bagian dari indikator kinerja pembangunan secara keseluruhan. Lebih lanjut, aspek kesejahteraan masyarakat juga membahas mengenai fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, fokus kesejahteraan sosial, fokus seni budaya dan olah raga.

2.2.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dilakukan terhadap indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi Kabupatan Bintan, PDRB per kapita, persentase penduduk di atas garis kemiskinan, dan angka kriminalitas yang tertangani.

(24)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-24

2.2.1.1 Pertumbuhan PDRB

Indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai nilai tambah seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Nilai tambah barang dan jasa yang dihitung berdasarkan referensi harga yang berlaku pada tahun tertentu dikenal dengan PDRB atas dasar harga berlaku yang berguna untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi suatu daerah, sedangkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung berdasarkan harga pada satu tahun tertentu dikenal dengan PDRB atas dasar harga konstan, dimana harga pada tahun 2000 dijadikan sebagai dasar penghitungannya dan ini berguna untuk melihat besarnya laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Perkembangan kondisi umum ekonomi Kabupaten Bintan yang merupakan gambaran kinerja makro dari penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang positif, meskipun pada kenyataannya perkembangan kondisi nasional tetap memberikan warna dalam menyertai dinamika perkembangan kondisi ekonomi pada daerah-daerah di seluruh Indonesia, termasuk Kabupaten Bintan. Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan bila terdapat peningkatan nilai tambah dari hasil produksi barang dan jasa pada periode tertentu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi daerah tercermin melalui pertumbuhan angka PDRB sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.17

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 114,36 124,85 139,41 150,22 162,55 175,37 2. Pertambangan & penggalian 254,22 266,89 277,44 292,80 307,06 325,84 3. Industri pengolahan 1.336,40 1.392,96 1.441,85 1.502,41 1.562,13 1.634,16 4. Listrik, gas dan air bersih 6,52 6,87 7,40 7,72 8,05 8,38 5. B a n g u n a n 66,44 72,00 78,92 84,96 90,69 96,90 6. Perdagangan, hotel dan restoran 435,04 467,20 506,33 540,08 576,17 615,25 7. Pengangkutan dan komunikasi 83,50 88,76 95,02 100,54 106,55 112,77 8. Keuangan, persewaan dan jasa 36,11 37,86 40,04 42,88 45,78 48,65 9. J a s a - j a s a 67,97 71,83 77,11 82,30 88,07 93,47 PDRB 2.400,56 2.529,22 2.663,52 2.803,91 2.947,05 3.110,79

LPE 5,28 5,36 5,31 5,27 5,11 5,56

(25)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-25

Tabel 2.18

Laju Pertumbuhan Per Sektor Kabupaten Bintan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan Sektor (%)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 7,37 9,17 11,67 7,75 8,2 7,89

2. Pertambangan & penggalian 4,52 4,99 3,95 5,54 4,87 6,11 3. Industri pengolahan 4,77 4,23 3,51 4,2 3,98 4,61 4. Listrik, gas dan air bersih 4,05 5,47 7,68 4,3 4,27 4,1 5. B a n g u n a n 5,61 8,37 9,61 7,65 6,75 6,85 6. Perdagangan, hotel dan restoran 7,79 7,39 8,37 6,67 6,68 6,78 7. Pengangkutan dan komunikasi 4,84 6,29 7,05 5,81 5,98 5,84 8. Keuangan, persewaan dan jasa 3,24 4,85 5,77 7,1 6,75 6,28 9. J a s a - j a s a 0,94 5,68 7,35 6,74 7,01 6,12

LPE 5,28 5,36 5,31 5,27 5,11 5,56

Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2011

Tabel 2.19

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 147,72 166,25 191,22 210,95 232,55 255,65 2. Pertambangan & penggalian 329,51 357,88 384,98 416,92 446,26 487,81 3. Industri pengolahan 1.591,60 1.713,63 1.842,53 196.804 2.077,06 2.255,84 4. Listrik, gas dan air bersih 9,20 10,08 11,30 12,25 13,11 14,10 5. B a n g u n a n 87,48 97,82 111,64 123,44 151,60 165,12 6. Perdagangan, hotel dan restoran 561,74 622,08 688,26 749,46 804,63 893,39 7. Pengangkutan dan komunikasi 109,62 118,52 129,23 140,85 152,60 166,11 8. Keuangan, persewaan dan jasa 41,91 45,31 49,78 54,51 59,19 64,73 9. J a s a - j a s a 82,40 87,72 94,30 102,99 112,99 122,12 PDRB 2.961,18 3.219,29 3.503,24 3.792,96 4.049,98 4.424,87 Sumber : BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2011

(26)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-26

Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB Kabupaten Bintan tahun 2005 atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 2,961 trilyun meningkat menjadi 4,002 trilyun pada tahun 2009 yang diukur dari sembilan sektor lapangan usaha yaitu Sektor Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih; Bangunan/Konstruksi; Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan Jasa-jasa.

Selaras dengan indikator kinerja PDRB, indikator kinerja makro ini merepresentasikan keberhasilan ataupun kegagalan menyeluruh dari Pemerintah Kabupaten Bintan di dalam menjalankan misinya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bintan. PDRB Kabupaten Bintan yang dihitung menurut harga kini (current price) menunjukkan kontribusi atau pangsa masing-masing sektor dalam struktur perekonomian daerah berdasarkan harga yang berlaku dalam tahun yang bersangkutan yang di dalamnya telah tercakup unsur tingkat inflasi makro Kabupaten Bintan.

Mengingat PDRB harga berlaku mengandung unsur inflasi makro nampaknya tinggi rendahnya %tase tersebut lebih diakibatkan tingginya tingkat inflasi dalam periode yang bersangkutan. Dengan demikian, PDRB harga berlaku belum secara riil menggambarkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bintan. Untuk memperlihatkan pertumbuhan PDRB secara riil Pemerintah Kabupaten Bintan menggunakan PDRB harga konstan. PDRB harga konstan ini merepresentasikan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bintan tanpa dipengaruhi oleh masalah perubahan harga atau inflasi yang terjadi atas barang dan jasa yang diproduksi karena menggunakan harga dasar yang konstan, yakni harga dasar

Tabel 2.20

Distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2005-2010

Lapangan Usaha Distribusi PDRB (%)

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 4,99 5,16 5,46 5,56 5,74 5,78

2. Pertambangan & penggalian 11,13 11,12 10,99 10,99 11,02 11,02 3. Industri pengolahan 53,75 53,23 52,6 51,89 51,29 50,98 4. Listrik, gas dan air bersih 0,31 0,31 0,32 0,32 0,32 0,32 5. B a n g u n a n 2,95 3,04 3,19 3,27 3,74 3,73 6. Perdagangan, hotel dan restoran 18,97 19,32 19,65 19,76 19,87 20,19 7. Pengangkutan dan komunikasi 3,7 3,68 3,69 3,7 3,77 3,75 8. Keuangan, persewaan dan jasa 1,42 1,41 1,42 1,44 1,46 1,46 9. J a s a - j a s a 2,78 2,72 2,69 2,72 2,79 2,76

PDRB 100 100 100 100 100 100

(27)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-27

tahun tertentu yang dipilih. Berdasarkan data sementara yang diperoleh dari BPS Kabupaten Bintan bahwa pada tahun 2009 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 Kabupaten Bintan mencapai Rp 2,935 Trilyun. Perkembangan kondisi makro ekonomi Kabupaten Bintan selama periode 2005–2009 cenderung fluktuatif. Kondisi perekonomian Kabupaten Bintan pada tahun 2009 masih mengalami tekanan yang berat dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2009, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bintan melambat 4,68% dari tahun 2005 sebesar 5,28%. Tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bintan selama tahun 2009 relatif lebih didorong oleh sektor tersier dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,72%. Selanjutnya, pertumbuhan sektor primer dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,93% dan pertumbuhan sektor sekunder sebesar 4,11%.

Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi untuk masing-masing sektor sangatlah bervariasi. Beberapa sektor ada yang mengalami pertumbuhan yang berarti seperti sektor pertanian, petenakan, kehutanan, perikanan tumbuh sebesar 7,37% pada tahun 2005 menjadi 8,20% pada tahun 2009. Sektor kelistrikan, pada tahun 2005 tumbuh sebesar 4,05% meningkat menjadi 4,27% pada tahun 2009. Sektor bangunan dan konstruksi termasuk sektor ekonomi yang relatif tinggi pertumbuhannya, yaitu dari 5,61% pada tahun 2005 menjadi 6,75% pada tahun 2009. Begitu juga dengan sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 4,84% pada tahun 2005 menjadi 5,98% pada tahun 2009. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 3,24% pada tahun 2005 meningkat menjadi 6,75% pada tahun 2009. Sektor jasa merupakan sektor yang mampu menyerap tenaga kerja ketiga terbesar selain dari sektor pertanian dan perdagangan pertumbuhannya meningkat tajam dari 0,94% pad tahun 2005 menjadi 7,01% pada tahun 2009.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sektor yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian daerah karena menjadi penyedia lapangan kerja yang cukup besar. Meskipun demikian, pada akhir periode yang lalu pertumbuhan sektor ini mengalami perlambatan dari 7,79% pada tahun 2005 menjadi 5,39% pada tahun 2009. Selain itu, laju pertumbuhan sektor industri yang biasanya cukup tinggi juga mengalami penurunan dari 4,77% pada tahun 2005 menjadi 3,96% pada tahun 2009. Melambatnya pertumbuhan kedua sektor ini terutama disebabkan oleh menguatnya isu penyakit global seperti flu babi dan flu burung serta krisis ekonomi global yang melanda negara-negara maju yang sangat mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan internasional dan investasi khususnya penanaman modal asing ke Kabupaten Bintan.

(28)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-28

2.2.1.2 Laju Inflasi

Setelah pada bulan Juli sebelumnya di Kota Tanjungpinang mengalami deflasi, ternyata pada Juli 2011 ini terjadi kenaikan indeks Harga Konsumen (IHK) dari 123,52 pada bulan Juli 2011 menjadi 126.84 di bulan ini, yang berarti mengalami inflasi sebesar 0,25%. Dari sebanyak 324 paket komoditas Kota Tanjungpinang, 69 komoditi diantaranya mengalami perubahan harga, dimana sebanyak 50 komoditi mengalami kenaikan harga dan 19 komoditi lainnya mengalami penurunan harga. Komoditi kebutuhan masyarakat yang mengalami kenaikan harga, antara lain: ikan selar, beras, rokok kretek filter, telor ayam ras, biaya sekolah dasar, daging ayam beras, rokok kretek, ikan kembung, ikan teri, sawi hijau, emas perhiasan, angkutan udara, sate, biaya SLTP, dan bayam. Sebaliknya komoditi yang mengalami penurunan harga antara lain: cabe merah, cabe rawit, obat dengan resep, cabe hijau, jeruk, gula pasir, kol putih, kubis, minyak goreng, ikan tenggiri, kacang hijau, ketimun, dan televisi berwarna.

Laju inflansi tahun kalender (Januari-Juli) 2011 di Kota Tanjungpinang sebesar 0,91%, jauh lebih rendah dibanding laju inflansi priode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 3,07%. Sedangan laju inflansi year on year (Juli 2011 dibandingan dengan Juli 2010) di Kota Tanjungpinang sebesar 3,95%, juga lebih rendah dibandingan laju inflansi periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 4,48%.

2.2.1.3 PDRB Per Kapita

Indikator kinerja lain yang terkait dengan besaran Produk Domestik Regional Bruto adalah PDRB per kapita. Angka PDRB per kapita Kabupaten Bintan memperlihatkan rata-rata pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk dan dapat merepresentasikan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bintan sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :

(29)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-29 Tabel 2.21

Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2005-2010

No Rincian Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010 1. Produk Domestik

Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah)

2.400,56 2.529,22 2.663,52 2.809,91 2.947,05 3.110,79

2. Penyusutan Barang Modal (Milyar Rupiah)

168,29 177,31 186,73 196,57 206,60 218,08 3. Produk Domestik

Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah)

2.232,27 2.351,91 2.476,80 2.607,35 2.740,45 2.892,71

4. Pajak Tak Langsung Netto (Milyar Rupiah)

261,51 275,53 290,16 305,45 321,05 338,89 5. Produk Domestik

Regional Netto Atas Dasar Harga Faktor (Milyar Rupiah)

1.970,75 2.079,38 2.186,64 2.301,89 2.419,40 2.553,83

5. Per Kapita Produk Domestik Regional Bruto (juta Rupiah)

20,37 20,85 21,71 22,42 23,13 21,86

6. Per Kapita Pendapatan Regional (juta Rupiah)

16,73 17,12 17,82 18,41 18,99 17,95 BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2011

Selama ini Produk Domestik Regional Bruto pendapatan per kapita masih tetap dipakai sebagai tolok ukur kemajuan pembangunan suatu daerah. PDRB per kapita merupakan PDRB atas dasar harga berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selang lima tahun terakhir ini PDRB per kapita Kabupaten Bintan atas dasar harga berlaku mengalami kenaikan yang cukup berarti. Pada tahun 2005 PDRB perkapita mencapai Rp25,13 juta naik menjadi Rp26,54 juta tahun 2006. Pada tahun 2009 PDRB per kapita Kabupaten Bintan mencapai Rp 31,79 juta dan tahun 2010 sedikit mengalami penurunan menjadi Rp31,10 juta. Meskipun demikian, dapat digambarkan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Bintan sedikit demi sedikit mulai membaik.

(30)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-30 Tabel 2.22

Pendapatan Regional dan Angka Perkapita Kabupaten Bintan Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2005-2010

NO Rincian Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010 1. Produk Domestik

Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah)

2.961,18 3.219,29 3.503,24 3.769,96 4.049,98 4.424,87

2. Penyusutan Barang Modal (Milyar Rupiah)

207,59 225,69 245,59 265,90 283,92 310,20 3. Produk Domestik

Regional Netto Atas Dasar Harga Pasar (Milyar Rupiah)

2.753,59 2.993,60 3.257,64 3.527,06 3.766,06 4.114,67

4. Pajak Tak Langsung Netto (Milyar Rupiah)

322,59 350,71 381,64 413,20 441,2 482,04 5. Produk Domestik

Regional Netto Atas Dasar Harga Faktor (MilyarRupiah)

2.431,00 2.642,90 2.876,01 3.113,86 3.324,86 3632,63

5. Per Kapita Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah)

25,13 26,54 28,56 30,33 31,79 31,10

6. Per Kapita Pendapatan Regional (Juta Rupiah)

20,63 21,79 23,44 24,90 26,10 25,30 BPS Kabupaten Bintan, Tahun 2011

2.2.2. Kesejahteraan Sosial 2.2.2.1. Pendidikan

2.2.2.2. Angka Melek Huruf

Dewasa ini pembangunan pendidikan di Kabupaten Bintan relatif terus membaik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya persentase penduduk yang melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Menurut data Susenas tahun 2010, persentase penduduk dewasa yang melek huruf di Bintan mencapai sekitar 98,06%. Begitu pula rata-rata lama sekolah, pada tahun 2005 rata-rata lama sekolah penduduk Bintan baru sekitar 6,65 tahun atau tamat SD meningkat menjadi 7,82 tahun di tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 7,91 tahun.

Pendidikan sesungguhnya adalah upaya sadar seseorang atau masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta memperluas wawasan. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan kebutuhan zaman. Penduduk dengan kemampuannya sendiri diharapkan dapat meningkatkan partisipasinya dalam berbagai kegiatan, sehingga di masa mendatang mereka dapat hidup lebih layak. Dalam konteks ini, pendidikan adalah suatu sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Pendidikan merupakan elemen penting pembangunan dan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat. Tidak itu saja, pendidikan berperan penting dalam meningkatkan

(31)

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-31

kualitas hidup individu, masyarakat dan bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia serta mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial ekonomi satu bangsa. Kualitas pendidikan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.

Memang kendala utama upaya pembangunan pendidikan saat ini adalah kemiskinan dan keterbelakangan. Bagi keluarga yang tidak mampu, biaya pendidikan anak tidak dapat dipenuhi. Oleh karenanya, sebagian dari mereka tidak bisa menyekolahkan anaknya baik laki-laki maupun perempuan, dan cenderung mengarahkan anak-anaknya untuk bekerja membantu perekonomian rumahtangga. Sebagian mereka beranggapan bahwa pendidikan tidak menjamin perbaikan taraf hidup. Khususnya tidak akan menjamin bisa memperoleh pekerjaan yang layak, apalagi untuk anak perempuan. Akibatnya timbul keengganan para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya, terutama anak perempuan, sampai ke jenjang yang lebih tinggi.

2.2.2.3. Angka Rata-Rata Lama Sekolah

Indeks pendidikan ditunjang oleh indikator : angka melek huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah (RLS). Indikator-indikator tersebut dapat menggambarkan mutu sumber daya manusia/SDM dan jumlah tahun yang dihabiskan dalam menempuh semua jenis pendidikan formal. Pada tahun 2010, %tase penduduk dewasa (usia 15 Tahun keatas) yang melek huruf mencapai 98,09%, dengan rata-rata lama sekolah mencapai 7,91 tahun.

Tabel 2.23

Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah dan Indeks Pendidikan Kabupaten Bintan Tahun 2005-2010

No Tahun Rata-rata Lama Sekolah Indeks Pendidikan

1. 2005 6,67 80,16 2. 2006 7,03 80,52 3. 2007 7,15 80,92 4. 2008 7,76 82,41 5. 2009 7,82 82,76 6. 2010 7,91 82,97

Gambar

Tabel 2.25  Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka  Partisipasi Murni (APM) SD Tahun 2010
Tabel 2.39 Proporsi Penduduk Miskin Terhadap Jumlah Penduduk di Kabupaten Bintan,  Tahun 2005-2010  Tahun  Jumlah Penduduk (Jiwa)  Laju Pertumbuhan Penduduk (%)  Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)  % Penduduk Miskin   2005  117.825  2,18  17.096  14,51  2006  1
Tabel 2.40 Rasio Penduduk Yang Bekerja Kabupaten Bintan, Tahun 2005-2010
Tabel 2.42 Jumlah Sarana Seni, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Bintan   Tahun 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Suryanti (2017) sampel ikan bilih yang ditemukan selama penelitian di danau Toba lebih banyak jenis kelamin jantan (4.044 ekor) dibandingkan ikan jenis

Berdasarkan wawancara tersebut peneliti memberikan angket analisis kebutuhan kepada 30 siswa peserta esktrakurikuler futsal SMP Negeri 1 Kembangbahu Kabupaten

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “ Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$, Tingkat Suku Bunga SBI Dan PMA Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa

1. Bagi Peserta didik: 1) Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dan examples non examples diharapkan aktifitas dan prestasi belajar

Dia menggunakan pendekatan yang luas dalam kepribadian dan mendefinisikan sebagai “cabang dari psikologi yang pada prinsipnya memepelajari kehidupan manusia dan faktor-faktor apa

Sekali aktif di suatu sistem, network worm dapat berlaku seperti virus atau bacteria, atau menempelkan program trojan horse atau melakukan sejumlah aksi menjengkelkan atau

Hasil penghitungan analisa Gambar 6 diatas menunjukkan persentase pemotongan sapi perah betina umur produktif sebanyak 26 % atau 47 ekor dari total pemotongan 184

Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam sertifikasi Guru.. Jakarta : PT, Grafindo