• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKLIM BERINVESTASI

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 90-95)

2.4.1. Keamanan dan Ketertiban 2.4.1.1 Angka Kriminalitas

Angka Kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada tahun tertentu. Artinya dalam satu bulan rata-rata terjadi berapa tindak kriminalitas untuk berbagai kategori seperti curanmor, pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya. Indikator ini berguna untuk menggambarkan

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-91

tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat.

Angka kriminalitas dihitung berdasarkan delik aduan dari penduduk korban kejahatan dalam periode 1 (satu) tahun, untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 2.106 Angka Kriminalitas Kabupaten Bintan Tahun 2005-2009

No Jenis Kriminalitas 2005 2006 2007 2008 2009 R S R S R S R S R S 1 Kejahatan Seksual 4 4 1 4 7 6 6 5 10 9 2 Narkotika 4 4 - 7 9 9 12 12 7 7 3 Pembunuhan 2 2 - - - - 2 2 5 4 4 Pencurian 54 18 44 15 76 40 42 38 61 41 5 Penganiayaan 13 8 3 8 7 5 11 11 8 7 6 Penipuan 4 1 4 6 7 5 1 1 7 3 Jumlah 81 37 52 40 106 65 74 69 98 71 Jumlah penduduk 117.825 121.303 122.677 125.058 127.404 Angka Kriminalitas 6,88 4,29 8,64 5,92 7,69

Sumber : BPS Bintan, Tahun 2009

Berdasarkan data pada tabel di atas, kasus pencurian menjadi angka kriminalitas tertinggi di Kabupaten Bintan, diikuti oleh kasus kejahatan seksual. Sedangkan kasus pembunuhan merupakan kejahatan yang paling jarang terjadi bahkan pada tahun 2007 dan 2008 tidak terdapat kasus pembunuhan.

Angka kriminalitas di Kabupaten Bintan cukup berfluktuasi dimana pada tahun 2006 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu turun sebesar 2,58%, namun pada tahun 2009 meningkat sebesar 1,77%. Peningkatan ini diperkirakan terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk pada tahun 2009.

2.4.1.2 Jumlah Demonstrasi

Jika dilihat dari jumlah demonstrasi yang terjadi pada tahun 2010, maka 90% demontrasi yang dilakukan memiliki legalitas dari kepolisian dan 10%-nya adalah demontrasi ilegal. Artinya, secara umum situasi ketertiban dan keamanan di masyarakat masih aman dan terkendali. Di era demokrasi seperti ini, kegiatan demonstrasi merupakan sesuatu yang wajar dan menjadi bagian dari proses demokratisasi sepanjang tidak bersifat anarkis. Berdasarkan data yang ada, demonstrasi yang terjadi di Kabupaten Bintan tidak berpengaruh terhadap iklim investasi yang ada.

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-92

2.4.2 Kemudahan Perizinan

Jumlah investasi yang masuk di Kabupaten Bintan sangat bergantung pada daya saing investasi yang dimiliki, daya saing tersebut tidak terjadi dengan serta merta melainkan berlangsung secara bertahap, kontiniu dan konsisten dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah kemudahan perizinan. Kemudahan perizinan adalah proses pengurusan izin yang terkait dengan investasi yang dilakukan secara mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

Saat ini, Kabupaten Bintan telah memiliki sistem pelayanan perizinan satu pintu (one stop service) di Badan Promosi Investasi dan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPIPPT) yang melayani 63 jenis layanan perizinan (Berdasarkan Perbup No. 15 Tahun 2009). Melalui OSS ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan perizinan dan memangkas biaya perizinan yang tinggi sehingga menarik minat investor untuk berinvestasi di daerah.

Pada tahun 2010, terdapat 1.712 izin dari 63 jenis perizinan yang telah dikeluarkan OSS. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 6,79% dari tahun sebelumnya yang mencapai 1.603. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.107

Jumlah dan Jenis izin yang dikeluarkan melalui kantor one stop services Kabupaten Bintan, Tahun 2010

No. Jenis Perizinan Jumlah

1 Izin Usaha Industri -

2 Izin Perluasan Industri -

3 Tanda Daftar Industri (TDI) 18

4 Persetujuan Prinsip Industri -

5 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 278

6 Tanda Daftar Gudang (TDG ) 17

7 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 250

8 Surat Izin Tempat Usaha (SITU) 458

9 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 67

10 Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) 13

11 Izin Undang - Undang Gangguan (HO) 121

12 Izin Memperkerjakan Tenaga Asing (IMTA) Perpanjangan 157

13 Izin Pendirian Lembaga Pelatihan Swasta -

14 Surat Izin Pemanfaatan Air 2

15 Izin Usaha Pertambangan (Gol C)

a. Pasir Darat -

b. Granit -

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-93

No. Jenis Perizinan Jumlah

- Penimbunan 5

- Penggalian 5

16 Izin Usaha Pertambangan (Gol B) -

17 Izin Usaha Kelisrtikan

a. Izin Operasi Tenaga Listrikan 6

18 Izin Lokasi 7

19 Izin Rumah Bersalin -

20 Izin Balai Pengobatan 2

21 Izin Praktek Dokter Spesialis -

22 Izin Praktek Dokter Umum 16

23 Izin Praktek Dokter Gigi 4

24 Izin Praktek Bidan 13

25 Izin Praktek Perawat 14

26 Izin Tabib 1

27 Izin Sinse -

28 Izin Akupuntur -

29 Izin Tukang Gigi 1

30 Surat Keterangan / sertifikasi Laik Sehat 74

31 Izin Operasional Pemberantasan Hama 1

32 Surat Izin Apotek 5

33 Izin Toko Obat 5

34 Izin Air Minum Dalam Kemasan 29

35 Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga 8

36 Izin Usaha Angkutan Darat dan Laut -

37 Izin Trayek Angkutan Darat -

38 Izin Operasi Angkutan Darat

39 Surat Izin Usaha Pelayaran -

40 Surat Izin Operasi Perusahaan non Pelayaran (SIOPNP) - 41 Surat Izin Usaha Perusahaan Pelayaran Rakyat (SIUPPER) - 42 Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi (JPT) - 43 Surat Izin Usaha Ekspedisi Muatan Kapal Laut ( EMKL ) -

44 Surat Izin Usaha Tally -

45 Surat Izin Usaha Depo Peti Kemas -

46 Penetapan Izin Lokasi Pelabuhan Laut -

47 Penetapan izin Pembangunan Pelabuhan Laut -

48 Penetapan Izin Pengoperasian Pelabuhan Laut -

49 Penetapan Pemberian izin kerja keruk dan reklamasi pada pelabuhan– pelabuhan yang melayani angkutan antar kota.

- 50 Penetapan Izin Lokasi Pelabuhan Khusus Laut Untuk Pelayaran Angkutan

Laut Antar Kota Dalam Kabupaten.

- 51 Penerbitan Surat Tanda Kebangsaan Kapal Berukuran Tonase Kotor (GT)

Kurang dari 7 (pas kecil)

- 52 Penertiban Surat Izin Usaha Salvage dan/atau Pekerjaan Bawah Air. -

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-94

2.4.3 Sumber Daya Manusia

Kualitas sumber daya manusia suatu daerah dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Angka IPM menunjukkan upaya yang dilakukan suatu daerah dalam membangun manusianya, semakin tinggi nilai IPM maka semakin baik upaya yang dilakukan. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bintan telah berupaya melakukan pembangunan manusia melalui berbagai program pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan standar hidup dari sisi daya beli, kesehatan, dan pendidikan. Pada Tahun 2010 IPM Kabupaten Bintan mencapai 75,03. Capaian IPM ini merupakan komposit dari tiga komponen utama IPM, yaitu : indeks pendidikan 82,97, indeks kesehatan 74,50 dan indeks daya beli masyarakat 79,61.

2.4.4 Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan)

Rasio Ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk usia non produktif merupakan penduduk berusia di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun. Penduduk berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang

No. Jenis Perizinan Jumlah

53 Penertiban Surat Persetujuan Kegiatan Salvage dan/ atau Pekerjaan Bawah Air.

- 54 Penertiban Surat Persetujuan Kerjasama Kerjasama Operasi ( Joint

Operasional ) Kegiatan Salvage dan Atau Pekerjaan Bawah air

- 55 Penertiban Surat Persetujuan Pembangunan dan Aatau Pemasangan

Konstruksi dan/atau instalasi Bawah Air.

- 56 Izin Untuk Mendirikan Bangunan untuk Telekomunikasi. -

57 Izin Usaha Pariwisata 18

58 Izin Usaha Pemanfaatan Kawasan -

59 Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lungkungan (IUJPL) 1

60 Izin Tempat Penampungan Terdaftar Kayu Olahan (TPTKO) 52

61 Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) -

62 Izin-Izin Perkebunan dan Pertanian -

a. Izin Perkebunan Rakyat yang lebih dari 5 Ha -

b. Izin Usaha Perkebunan -

63 Izin – izin Peternakan

a. Tanda Daftar Peternakan Rakyat -

b. Klinik Hewan 1

c. Izin Prkatek Hewan 3

d. Rumah Potong Hewan -

Jumlah 1.712

RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015 II-95

menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi karena sudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap produktif.

Rasio Ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Tabel 2.108 Rasio Ketergantungan Penduduk Kabupaten Bintan Tahun 2005-2010 RR

No Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Jumlah Penduduk Usia < 15 tahun 33.044 33.929 34.236 38.950 35.473 42.869 2. Jumlah Penduduk usia > 64 tahun 3.043 2.954 3.874 2.885 5.384 3.215 3. Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif

(1) &(2)

36.087 36.883 38.110 41.835 40.857 46.084 4. Jumlah Penduduk Usia 15-64 tahun 81.738 82.945 83.202 83.223 86.520 95.071

5. Rasio ketergantungan 44 44 46 50 47 48

Sumber: BPS Kabupaten Bintan dan data diolah

Pada Tabel di atas, rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Bintan cenderung moderat yaitu pada tahun 2005 sebesar 44, meningkat menjadi 48 pada tahun 2010, angka tersebut masih di bawah 50, yang dapat diartikan bahwa beban yang ditanggung penduduk produktif untuk membiayai penduduk non produktif masih dalam batas kewajaran. Rasio Ketergantungan ini harapannya dapat menurun pada tahun-tahun kedepan agar beban penduduk yang produktif tidak meningkat.

Dalam dokumen BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 90-95)

Dokumen terkait