• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-1 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1 Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Bengkulu Utara adalah salah satu dari 10 kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu, dengan Ibukota Arga Makmur, terdiri dari 14 kecamatan, 215 desa dan 5 kelurahan, dengan luas wilayah daratan 4.424,60 Km2. Dari luas wilayah tersebut, wilayah Kabupaten Bengkulu Utara berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia maka secara keseluruhan bagian daratan yang berbatasan dengan lautan sepanjang lebih kurang 239,1 Km terdiri dari bagian daratan yang berada di Pulau Sumatera sepanjang 115,9 Km dan wilayah yang berada di Pulau Enggano dengan panjang pantai lebih kurang 123,2 Km, sehingga sesuai dengan kewenangannya maka Kabupaten Bengkulu Utara memiliki wilayah laut seluas 2.088 Km2. Adapun batas wilayah Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Muko–Muko; 2. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bengkulu Tengah;

3. Sebelah Timur dengan Provinsi Jambi dan Kabupaten Lebong, dan Rejang Lebong; 4. Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

2.1.1.2 Letak dan Kondisi Geografis

a. Posisi Astronomis

Posisi astronomis Kabupaten Bengkulu Utara terletak posisi geografis Kabupaten Bengkulu Utara terletak antara 101° 32’-102° 8’ BT dan 2°15’-4° LS.

b. Kondisi Geostrategik

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Provinsi Bengkulu, Kota Bengkulu ditetapkan sebagai tiga ibukota pemerintahan yaitu sebagai ibukota provinsi, Ibukota Kotamadya Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Utara. Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Bengkulu Utara dan semakin kompleksnya permasalahan pembangunan dan kemasyarakatan seiring dengan perkembangan pembangunan, maka sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1976, Ibukota Kabupaten Bengkulu Utara dipindahkan ke Kota Arga Makmur pada Tanggal 8 Oktober 1976.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003, Kabupaten Bengkulu Utara dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Muko-Muko. Kemudian pada Tahun 2008, Kabupaten Bengkulu Utara kembali memekarkan wilayahnya yaitu Kabupaten Bengkulu Tengah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Bengkulu Tengah di Provinsi Bengkulu dan sejak saat itu pengelolaan wilayah serta Pemerintahan

(2)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-2 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Muko-Muko dan Kabupaten Bengkulu Tengah menjadi terpisah.

Kota Arga Makmur sebagai Ibukota Kabupaten Bengkulu Utara, dari Kota Bengkulu (Ibukota Provinsi Bengkulu) dapat ditempuh melalui beberapa alternatif jalan dengan jarak sebagai berikut :

a. Melalui Lubuk Durian dengan jarak 76 Km.

b. Melalui Lais dengan jarak 72 Km.

c. Melalui Tanjung Agung Palik-Dusun Kali dengan jarak 60 Km.

d. Melalui Tanjung Agung Palik-Dusun Curup-Kemumu dengan jarak 63 Km.

e. Melalui Kota Agung-Dusun Curup-Dusun Kali dengan jarak 74 Km.

Jarak antara Kota Arga Makmur ke ibukota-ibukota kecamatan di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jarak Antara Kota Arga Makmur ke Ibukota Kecamatan

di Kabupaten Bengkulu Utara

No Kecamatan Jarak (Km)

1 Kota Arga Makmur 0

2 Putri Hijau 104 3 Napal Putih 110 4 Ketahun 70 5 Batik Nau 55 6 Lais 27 7 Giri Mulya 30 8 Padang Jaya 15 9 Kerkap 27 10 Air Besi 25 11 Air Napal 40 12 Hulu Palik 32 13 Air Padang 12 14 Enggano 186,42 Mil

Sumber : Dinas Kimpraswil Kabupaten Bengkulu Utara, 2010.

c. Kondisi/ kawasan

Kondisi secara umum Kabupaten Bengkulu Utara ditinjau dari pola ruang eksisting wilayah perencanaan, dapat dikelompokan meliputi pedalaman, terpencil, pesisir, pegunungan serta kepulauan. Wilayah pedalaman banyak terdapat di sekitar perbatasan kawasan hutan lindung yang memanjang dari utara sampai selatan wilayah Kabupaten Bengkulu Utara sepanjang Bukit Barisan, dengan aksesibilitas transportasi yang masih sangat minim. Demikian juga wilayah pegunungan merupakan kawasan hutan lindung atau cagar alam sepanjang Bukit Barisan. Sedangkan wilayah pesisir berada sepanjang pantai barat Kabupaten Bengkulu Utara dengan panjang 115,9 Km.

Selain wilayah daratan atau wilayah yang berada di Pulau Sumatera, Kabupaten Bengkulu Utara juga memiliki wilayah kepulauan yaitu Pulau Enggano dan Pulau Mega. Secara administratif, Pulau Enggano adalah merupakan wilayah kecamatan sendiri dengan nama Kecamatan Enggano, dengan luas wilayah 400 Km2, terletak di zona perairan Samudera Hindia pada posisi antara 102,05° BT dan 5,17° - 5,31° LS. Pulau

(3)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-3 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Enggano terdiri dari 3 pulau kecil yaitu: Pulau Dua, Pulau Bangkai, dan Pulau Merbau yang sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai nelayan dan petani kelapa. Secara ekologi, Pulau Enggano sangat kaya dengan sumber daya alam, baik yang terdapat di daratan maupun di perairan lautnya. Di pulau tersebut terdapat dua kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam yaitu:

a) Taman Buru Gunung Nanu’ua b) Taman Wisata Alam Laut Enggano

Di Taman Buru Gunung Nanu’ua, terdapat dua spesies burung langka yang dilindungi yaitu Burung Kaca Mata dan Burung Celepuk Enggano. Peran kawasan strategis nasional Pulau Enggano dan Pulau Mega ini adalah sebagai berikut:

a. Diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan pertahanan dan keamanan negara berdasarkan geostrategi nasional;

b. Diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan; atau c. Merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang

berbatasan langsung dengan negara tetangga.

d. Rencana Pola Ruang

Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang nasional dan provinsi, kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang untuk masa mendatang, maka dapat dirumuskan rencana pola ruang untuk Kabupaten Bengkulu Utara sebagaimana dipaparkan di bawah ini :

Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Kawasan Hutan Lindung

Tujuan perlindungan terhadap kawasan hutan lindung adalah untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan. Dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, kawasan hutan lindung telah ditetapkan pada TGHK dengan total luas 40.298,60 Ha.

Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Seluruh kawasan TNKS, hutan lindung dan kawasan dengan kelas lereng di atas 30% merupakan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya. TNKS sebagai kawasan suaka alam dan hutan lindung dibahas terpisah dengan kawasan yang mempunyai kelerengan di atas 30%. Kawasan dengan kelerengan di atas 30% dua kawasan diatas mencapai luas 112.469,60 Ha. Fakta lapangan menggambarkan bahwa sebagian kawasan ini berada dalam kondisi dengan bukaan vegetasi yang cukup luas dan tanaman perkebunan. Hasil super impose peta kelas lereng di atas 30% dengan peta rawan longsor menunjukkan bahwa hampir seluruh kawasan tersebut merupakan kawasan rawan longsor. Mengingat ancaman bencana alam di Kabupaten Bengkulu Utara tidak saja dari potensi longsor namun juga rawan gempa, maka untuk menghindari bencana yang lebih besar serta mengikuti

(4)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-4 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

penataan ruang yang berbasis konservasi, seluruh kawasan yang berada pada kelerengan di atas 30% harus diperbaiki melalui penanaman tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Rencana pengelolaan kawasan di atas 30% ini adalah dengan melakukan reboisasi pada kawasan yang sudah kritis dengan pendekatan partisipasi masyarakat lokal yang didukung oleh pemerintah dan lembaga peduli lingkungan lainnya.

Kawasan Perlindungan Setempat

Di seluruh wilayah Kabupaten Bengkulu Utara terdapat 17 DAS dengan karakteristik yang khusus yaitu luas DAS relatif kecil dari hulu sampai dengan hilir. Terdapat 4 sumber air/ mata air dan terdapat 11 sungai besar yang seluruhnya bermuara ke Samudera Hindia. Secara umum sebagian besar kebutuhan air baku Kabupaten Bengkulu Utara sangat tergantung dari keberadaan kawasan lindung di wilayah Timur Kabupaten Bengkulu Utara. Pada sisi lain keseimbangan neraca air dan kualitas iklim regional, khususnya di wilayah Provinsi Bengkulu cukup tergantung dari keberadaan TNKS dan hutan lindung di Kabupaten Bengkulu Utara.

Hal penting lain terkait dengan kawasan lindung ini, adalah keberlanjutan dari luas dan produktivitas pertanian sawah, serta pengendalian banjir. Diantaranya upaya yang dapat dilakukan untuk memulihkan kawasan lindung setempat adalah dengan menetapkan Garis Sempadan Sungai (GSS), catchment area (kawasan sekitar mata air dan hulu sungai) dan garis sempadan pantai. Mengacu pada ketetapan sempadan yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

Kawasan Suaka Alam

Kelompok kawasan suaka alam yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara terdiri dari :

 Cagar Alam;

 Taman Nasional;

 Suaka Alam Laut;

 Cagar Budaya.

Cagar Alam

Tujuan perlindungan terhadap cagar alam (sebagai bagian dari kawasan suaka alam) adalah untuk melindungi keanekaragaman tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan umumnya. Di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara cagar alam telah ditetapkan dalam TGHK dengan total luas 1.647,57 Ha. Lebih jelasnya penyebaran cagar alam di Kabupaten Bengkulu Utara.

Taman Nasional

Tujuan perlindungan terhadap Taman Nasional adalah untuk pengembangan pendidikan, rekreasi, pariwisata serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran. Di Kabupaten Bengkulu Utara, Taman Nasional telah

(5)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-5 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

ditetapkan dalam TGHK dengan luas 72.171 Ha dan dapat didelineasikan dalam peta wilayah Kabupaten Bengkulu Utara. Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dengan luas 72.121 Ha dan terletak di wilayah Kecamatan Napal Putih dan Kecamatan Putri Hijau.

Suaka Alam Laut

Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Suaka Alam Laut adalah untuk melindungi keanekaragaman flora dan fauna, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata dan ilmu pengetahuan. Arahan Kawasan Suaka Alam Laut di Kabupaten Bengkulu Utara, terutama pada kawasan laut yang berupa terumbu karang dan padang lamun, terdapat dua terumbu karang dan satu padang lamun, yaitu :

 Terumbu Karang Pulau Mega

 Terumbu Karang di sekeliling Pulau Eggano

 Padang Lamun di sekitar Kahyapu Pulau Enggano.

Cagar Budaya

Tujuan perlindungan terhadap cagar budaya (ilmu pengetahuan) adalah untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan–peninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan monumen nasional dan keanekaragaman bentukan geologi, yang berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan manusia maupun alam. Di Kabupaten Bengkulu Utara telah diusulkan tujuh situs cagar budaya yang terdiri dari peninggalan sejarah dan purbakala, mencakup klasifikasi peninggalan: purbakala, kolonial, budaya/agama, dan perjuangan (merebut dan mempertahankan kemerdekaan), berdasarkan letaknya situs Cagar Budaya di Kabupaten Bengkulu Utara, antara lain :

 Situs Makam Putri Lindung Bulan;

 Situs Rumah Bersejarah Napal Putih;

 Situs Makam Pasirah Dukun;

 Situs Tugu H Van Amstei;

 Situs Makam Ratu Samban;

 Situs Bunker Jepang.

Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana Tsunami, sebagian besar kawasan rawan bencana tsunami terletak pada pesisir pantai. Hampir semua desa yang berada di kawasan pesisir potensial terkena bencana tsunami, yaitu desa tepi pantai mulai dari Kecamatan Air Napal, Air Besi, Lais, Air Padang, Batik Nau, Ketahun sampai Kecamatan Putri Hijau.

Kawasan Rawan Bencana Longsor, bahaya longsor merupakan ancaman bencana alam yang mempunyai cakupan paling luas dibanding ancaman bahaya alam lainnya di Kabupaten Bengkulu Utara. Sebagian besar penyebab longsor diduga karena penggundulan hutan atau areal dengan kemiringan di atas 30%. Dari seluruh kecamatan yang ada, hanya Kecamatan Padang Jaya dan Kecamatan Kerkap yang mempunyai potensi longsor.

(6)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-6 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Kawasan Rawan Banjir, sebagian besar terdapat di Kecamatan Lais, Batik Nau, Air Besi dan kawasan pesisir lainnya. Penyebab utama dari banjir pada kawasan tersebut adalah karena kerusakan kawasan tangkapan air, sehingga terjadi surface run off (limpasan) yang tinggi sehingga badan sungai tidak mampu menampung limpasan pada wilayah cekungan/datar. Meskipun demikian untuk kawasan banjir di Kecamatan Lais , Batik Nau, Air Besi dan kawasan pesisir lainnya juga disebabkan karena daerah cekungan yang cukup luas, sehingga pada saat musim hujan juga terjadi genangan (banjir) yang luas.

Kawasan Lindung Lainnya

Kawasan lindung lainnya hanya terdiri dari Taman Buru. Tujuan perlindungan terhadap Taman Buru adalah untuk pengembangan pendidikan, rekreasi, pariwisata serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran.Di Kabupaten Bengkulu Utara, Taman Buru telah ditetapkan dalam TGHK dengan luas 7.271,00 Ha Register 59 dan dapat didelineasikan dalam peta wilayah Kabupaten Bengkulu Utara yaitu, Taman Buru Gunung Nunu’ua dengan luas 7.271 Ha terletak di Kecamatan Pulau Enggano.

Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Usulan Perubahan Kawasan Hutan

Rencana pola penetapan kawasan hutan yang meliputi kawasan hutan lindung, hutan produksi, hutan produksi terbatas, maupun taman nasional mengacu pada peraturan terkait oleh menteri kehutanan tanpa mengubah fungsi dan penggunaan ruangnya. Walaupun begitu, sampai dengan Tahun 2009, telah diajukan beberapa usulan peninjauan kembali dalam rangka melakukan pelepasan, perluasan, maupun perubahan fungsi ruang yang saat ini merupakan kawasan hutan lindung, hutan produksi, maupun hutan produksi terbatas oleh pemerintah daerah dalam rangka memaksimalkan fungsi dan pemanfaatan ruang yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Adapun review atau pengajuan peninjauan tersebut berdasarkan Surat Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu No. 522/246/2010 tentang Rencana Penggunaan Lokasi Usulan Review Kawasan Hutan di Provinsi Bengkulu Tahun 2010.

Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara mempunyai luas total 67.612,49 Ha yang terdiri atas :

 Hutan Produksi Terbatas : 48.009,49 Ha

 Hutan Produksi Tetap : 19.603,00 Ha

Hutan Produksi Terbatas

Sebagaimana telah ditetapkan dalam TGHK, ada tiga kawasan hutan produksi terbatas di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara yang penyebarannya sebagai berikut : Hutan Produksi Terbatas Lebong Kandis dengan luas wilayah 30.806,51 Ha terletak di Kecamatan Putri Hijau, dan Kecamatan Napal Putih.

(7)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-7 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

 Hutan Produksi Terbatas Ketahun dengan luas wilayah 15.011,20 Ha terletak di Kecamatan Ketahun;

 Hutan Produksi Terbatas Malakoni, dengan luas wilayah 2.191,78 Ha terletak di Pulau Enggano.

Hutan Produksi Tetap

Sebagaimana telah ditetapkan dalam TGHK, ada tiga kawasan hutan produksi tetap di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, yang penyebarannya sebagai berikut :

 Hutan Produksi Tetap Air Rami, dengan luas 9.502,00 Ha

 Hutan Produksi Tetap Air Urai – Serangai, dengan luas 6.640 Ha

 Hutan Produksi Tetap Bintunan dengan luas 3.461 Ha.

Kawasan Pertanian

Pertanian Lahan Basah, berdasarkan data irigasi luas pertanian padi sawah adalah 15.609 Ha. Bila diambil kondisi Daerah Irigasi (DI) yang baik dan sedang, maka luasnya menjadi 11.185 Ha. Pemasaran hasil produksi tanaman pangan dilakukan dengan cara petani menjual beras kepada para pedagang atau tengkulak dan selanjutnya dijual kepada para pedagang besar di Ibukota Kecamatan. Pengembangan pertanian lahan basah di Kabupaten Bengkulu diarahkan pada lokasi setiap Kecamatan yang berpotensi terutama Kecamatan Arga Makmur (Kemumu), Lais (Bendungan Air Lais), Rawa-rawa Air Hitam, Ketahun (Gunung Payung), Napal Putih, Putri Hijau dan Batik Nau.

Pertanian Lahan Kering, dalam ilmu pertanian jenis pertanian ini dikenal dengan pertanian tanpa genangan atau unirrigated land, seperti tanaman palawija, kacang-kacangan, jagung dan lain-lain. Secara eksisting jenis tanaman pertanian lahan kering yang potensial dikembangkan di Kabupaten Bengkulu Utara adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang hijau dan kacang tanah. Jenis pertanian lahan kering ini dikembangkan pada lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta kesesuaian lahan maupun fakta lapangan. Kegiatan ini diarahkan untuk diintensifkan di Kecamatan Lais, Giri Mulya dan Ketahun atau pada KTM Lagita seluas 99,51 Ha dan ditunjang oleh Giri Mulya dan kecamatan lainnya sebagai daerah penunjang KTM Lagita. Mengingat letak geografis kecamatan-kecamatan di atas, maka Ketahun lebih diarahkan sebagai sentra produksi pertanian lahan kering skala kabupaten, sedangkan Lais untuk pemenuhan sendiri dan Giri Mulya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penduduk di sebelah timur kabupaten.

Pertanian Palawija, ciri khas dari pertanian palawija ini adalah tanaman lahan kering yang bernilai ekonomi tinggi, seperti jagung, ubi kayu, kacang tanah. Komoditas pertanian palawija yang terdapat di Kabupaten Bengkulu Utara cukup menonjol dan potensial untuk terus dikembangkan, tanaman jagung mempunyai luas lahan tanaman 1.422 Ha dengan jumlah produksi 4.286 Ton, tanaman ubi kayu mempunyai luas tanam 1.099 Ha dengan produksi sebesar 14.800,9 Ton sedangkan tanaman kacang tanah mempunyai luas tanam 1.610 Ha dengan jumlah produksi sebesar 1.723 Ton. Tanaman palawija lainnya yang juga potensial untuk dikembangkan adalah ubi jalar dan kacang kedelai. Sebagian besar jenis komoditas ini dikembangkan di Kecamatan Kerkap, Argamakmur, Padang Jaya dan Putri Hijau. Mengingat karakteristik wilayah dan

(8)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-8 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

penduduk serta kesesuaian lahan yang ada, maka keempat kawasan ini diarahkan sebagai kawasan penyangga bagi KTM Lagita dengan komoditas unggulannya adalah palawija.

Pertanian Hortikultura, untuk komoditas hortikultura yang potensial untuk dikembangkan adalah sayur-sayuran. Ada tiga jenis komoditi yang berpotensi untuk dapat dikembangkan, yakni: Cabe, Tomat dan Ketimun. Luas total pemanfaatan ruang pertanian hortikultura yang digunakan untuk kegiatan pertanian bagi penanaman ketiga komoditi tersebut adalah 2.066,921 Ha, yang tersebar di seluruh kecamatan. Rencana pengembangan pertanian hortikultura berada pada seluruh kecamatan, dimana kecamatan yang berada pada KTM Lagita sebagai sentra pengembangan. Secara spesifik, pola ruang dapat dilihat dari peta pola ruang Kabupaten Bengkulu Utara seperti pada Gambar 2.1 sebagai berikut.

Gambar 2.1.

Peta Pola Ruang Kabupaten Bengkulu Utara 2011-2031

e. Rencana Pola Ruang Rencana Sistem Perkotaan

Pusat-pusat permukiman yang menjadi pusat pelayanan wilayah umumnya merupakan wilayah kawasan perkotaan yang menjadi simpul pelayanan bagi wilayah sekitarnya (hinterland). Semakin besar ukuran dan semakin kompleks fungsi suatu kawasan perkotaan akan semakin luas pula jangkauan pelayanannya (service area). Rencana sistem perkotaan Provinsi Bengkulu di Kabupaten Bengkulu Utara adalah peningkatan status Kota Arga Makmur dari PKWp menjadi PKW dan Ketahun, Malakoni menjadi PKWp. Rencana pengembangan sistem perkotaan dimaksudkan untuk menggambarkan peran dan fungsi setiap kota dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan dalam lingkup Kabupaten Bengkulu Utara. Pengembangannya dilakukan melalui pembentukan pusat-pusat kegiatan yang ditetapkan secara hierarkhi sesuai potensi yang dimiliki setiap pusat kegiatan atau didasarkan pada arah kebijakan pengembangan. Artinya, penetapan sesuai potensi didasarkan pada kondisi saat ini (eksisting), baik yang menyangkut sumber daya manusia, sumber daya alam dan sumber daya buatan; sedangkan arah kebijakan pengembangan didasarkan pada

(9)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-9 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

tujuan yang akan dicapai melalui pengembangan suatu pusat kegiatan yang rencana pengembangan kedepan dalam kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun mendatang. Dalam kajian pola keterkaitan (lingkages) antar simpul/pusat ini akan dipertimbangkan :

 Identifikasi simpul/pusat dan keefektifannya sebagai pusat pelayanan.  Orientasi dan jarak pelayanan pusat yang bersangkutan.

 Administrasi pemerintahan, terutama pada tingkat kecamatan dan kabupaten.

Dari analisis data lapangan, tim penyusunan data dan informasi kewilayahan pendukung review RTRW Kabupaten Bengkulu Utara, pusat pelayanan yang efektif di pedesaan adalah desa yang memiliki pasar mingguan, yang melayani atau menjadi orientasi dari desa-desa di sekitarnya. Pelayanan yang paling efektif dalam hal ini adalah pelayanan ekonomi, khususnya perdagangan yang mencakup pemasaran produksi dan distribusi barang konsumsi. Ibu Kota Kecamatan (IKK) mempunyai pelayanan ekonomi, pelayanan sosial, pelayanan administrasi, pelayanan pemerintahan kecamatan dan jasa-jasa lainnya. Sedangkan ibu kota kabupaten mempunyai pelayanan yang lebih kompleks/lengkap. Rencana sistem perkotaan di Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebagai berikut;

 Pusat Arga Makmur untuk tingkat Kabupaten Bengkulu Utara sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp), dengan fungsi sebagai:

 Pusat pemerintahan kabupaten & kecamatan.  Pusat permukiman perkotaan.

 Pusat pendidikan umum.  Pusat perdagangan dan jasa.

 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada pada Ketahun dan Malakoni dengan fungsi sebagai:

 Pusat pemerintahan kecamatan.  Perdagangan skala lokal.

 Kawasan pertanian dan perkebunan dengan pengolahan hasil pertanian dan perkebunan.

 Kawasan pariwisata.

 Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) berada pada Kota Lais, Kota Bani, Giri Mulya dan Lubuk Durian dengan fungsi sebagai:

 Pusat pemerintahan kecamatan.  Permukiman perkotaan.

 Kawasan penunjang agropolitan dan minapolitan.

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) berada di Batik Nau, Napal Putih, Padang jaya, Air Napal, Air Besi, Hulu Palik dan Air Padang dengan fungsi sebagai:

 Pusat pemerintahan kecamatan.  Permukiman perdesaan.

(10)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-10 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat Jaringan Jalan

Sebelum merumuskan rencana pengembangan jaringan jalan, perlu kiranya disampaikan terlebih dahulu sistem jaringan yang ada dan dikaitkan dengan rencana sistem pusat-pusat perkotaan, sebagaimana yang akan dijelaskan di bawah ini. Jaringan Jalan kolektor 1, adalah jalan yang menghubungkan PKWp Kota Arga Makmur (Ibukota Kabupaten Bengkulu Utara) –Lais– PKL Ketahun–Muko Muko–Kota Bengkulu, kondisi jaringan jalan kolektor 1 sebagian besar dalam kondisi rusak, terutama jalan Lais-Ketahun. Fungsi jaringan jalan kolektor 1 juga merupakan jalur lintas barat Sumatera yang menghubungkan beberapa pusat perkotaan, yaitu :

a. PPK Kota Bani (Kecamatan Putri Hijau). b. PPK Lais (Kecamatan Lais).

c. PPK Lubuk Durian (Kecamatan Kerkap).

d. PPL Batik Nau (Kecamatan Batik Nau). e. PPL Air Napal (Kecamatan Air Napal). f. PPL Air Besi (Kecamatan Air Besi).

Jaringan jalan kolektor 3, terdapat 31 ruas jalan sepanjang 571,67 Km yang merupakan jalan kolektor 3, yaitu: segmen jalan yang menghubungkan PKWp Karang Tinggi–PKL Lubuk Durian. Kondisi jalan saat ini perlu perbaikan ruas jalan terutama pusat-pusat perkotaan yang dihubungkan oleh jalan provinsi ini adalah :

 PKL Lubuk Durian (Kerkap).

 PKWp Arga Makmur.

 PPK Padang Jaya.

 PPK Air Napal.

 PPL Hulu Palik.

 PPL Air Padang.

Segmen jalan yang menghubungkan PKWp Kota Arga Makmur dengan PKWp Muara Aman (Ibukota Kabupaten Lebong). Jalan ini melalui PPK Giri Mulya dan Padang Jaya. Segmen jalan yang menghubungkan PKWp Arga Makmur dengan PKL Ketahun yang melintasi PPK Lais dan PPL Batik Nau. Kondisi jalan saat ini sebagian besar rusak. Jaringan lokal (kabupaten), selain segmen jalan arteri primer dan arteri sekunder di atas, selebihnya adalah jalan kolektor primer yang secara status terdapat 119 ruas jalan dengan panjang total 614,23 Km yang menghubungkan IKK ke masing-masing kecamatan dengan Kota Arga Makmur.

Rencana Pengembangan Fungsi Jalan

Berdasarkan pertimbangan di atas maka rencana pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebagai berikut: jalan Kolektor 1 yang berstatus jalan nasional yaitu pengembangan jaringan jalan kolektor 1 meliputi ruas jalan yang menghubungkan simpul-simpul sebagai berikut :

 Ipuh Sebelat.

 Seblat Ketahun.

 Ketahun – DS Air Limas – Bintunan.

(11)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-11 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

 Lais – Kerkap.

 Kerkap – Ps. Pedati.

Pengembangan jaringan jalan kolektor 3, yang bersatus sebagai jalan provinsi berupa peningkatan jalan provinsi yang menghubungkan simpul-simpul sebagai berikut: jalan lokal (kabupaten) berstatus sebagai jalan kabupaten adalah seluruh jalan lokal primer yang menghubungkan simpul-simpul PPK dan PPL dengan desa-desa yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara.

Rencana Pengembangan Terminal

Dengan memperhatikan rencana struktur ruang yang telah dirumuskan, rencana pengembangan sistem jaringan jalan dan keberadaan terminal yang ada (eksisting), jenis dan kelas pelayanannya, rencana pengembangan terminal angkutan penumpang untuk Bengkulu Utara adalah sebagai berikut :

1. Terminal Tipe B di Ibukota Kabupaten (PKWp), bersifat peningkatan.

2. Terminal Ketahun, Terminal Lais, Giri Mulya, Kota Bani Tipe C (PKL), bersifat peningkatan.

3. Lubuk Durian, Napal Putih, Padang Jaya, Air Napal terminal lokal (PPK), bersifat pengembangan.

4. Air Padang, Napal Putih terminal lokal (PPL), bersifat pengembangan. Rencana Pengembangan Rel Kereta Api di Kabupaten Bengkulu Utara

1. Mengembangkan jaringan transportasi kereta api khususnya untuk angkutan barang dan atau orang serta produk komoditas berskala besar.

2. Mendukung pengembangan sistem tranportasi terpadu di Sumatera melalui pengintegerasian kota-kota pantai, baik industri pertambangan, pariwisata maupun Kota Agropolitan.

3. Strategi pengembangan rel kereta api ruas Bengkulu–Batik Nau–Ketahun–Kota Bani–Muko-muko.

Rencana Pengembangan Pelabuhan Laut dan Penyeberangan

Rencana pengembangan pelabuhan laut dilakukan dengan pertimbangan untuk meningkatkan aksesibilitas, mendukung kegiatan ekonomi dan pengembangan kawasan dengan memperhatikan kebijakan struktur ruang nasional, provinsi, kebijakan pembangunan daerah, RPJMD, RPJPD, rencana zonasi kawasan pesisir, fungsi, skala pelayanan dan keberadaan pelabuhan yang ada. Adapun kriteria pengembangan pelabuhan laut adalah sebagai berikut:

Pelabuhan Nasional

 Melayani kegiatan pelayaran dan bongkar muat peti kemas angkutan laut

nasional dan internasional dalam jumlah menengah.

 Menjangkau wilayah pelayanan menengah.

 Memiliki fungsi sebagai simpul pendukung pemasaran produk kawasan andalan ke pasar nasional.

(12)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-12 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

 Merupakan bagian dari prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN dalam sistem

transportasi antar provinsi.

 Memberikan akses bagi pengembangan pulau-pulau kecil dan kawasan andalan laut, termasuk pengembangan kawasan tertinggal.

 Berada di luar kawasan lindung dan,

 Berada pada perairan yang memiliki kedalaman paling sedikit sembilan meter.

Pelabuhan Regional

 Melayani kegiatan pelayaran dan bongkar muat angkutan laut nasional dan regional, pelayaran rakyat, angkutan sungai, dan angkutan perintis dalam jumlah menengah.

 Merupakan bagian dari prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN dan PKW/ PKWp dalam sistem transportasi antar provinsi.

 Berfungsi sebagai simpul pendukung pemasaran produk kawasan andalan ke

pasar regional.

 Memberi akses bagi pengembangan kawasan andalan laut, kawasan pedalaman

sungai, dan pulau-pulau kecil, termasuk pengembangan kawasan tertinggal.

 Berada di luar kawasan lindung dan,

 Berada pada perairan yang memiliki kedalaman paling sedikit empat meter.

Pelabuhan Lokal

 Melayani kegiatan pelayaran dan bongkar muat angkutan laut lokal dan regional,

pelayaran rakyat, angkutan sungai, dan angkutan perintis dalam jumlah kecil.

 Merupakan bagian dari prasarana penunjang fungsi pelayanan PKW/ PKWp atau

PKL dalam sistem transportasi antar kabupaten/kota dalam satu provinsi.

 Berfungsi sebagai simpul pendukung pemasaran produk kawasan budidaya di sekitarnya ke pasar lokal.

 Berada di luar kawasan lindung.

 Berada pada perairan yang memiliki kedalaman paling sedikit satu setengah meter dan,

 Dapat melayani pelayaran rakyat.

Rencana Sistem Jaringan Energi

Tidak terdapat jaringan SUTET di Kabupaten Bengkulu Utara, yang ada hanya jaringan transmisi lokal pembagi yang berasal dari PLTD. Kondisi faktual saat ini adalah suplai listrik untuk Kabupaten Bengkulu Utara berada dalam kondisi yang terbatas. Aliran listrik di Kabupaten Bengkulu Utara masih bersumber dari Provinsi Bengkulu yang dialiri melalui sub-sub ranting PLTD yang berada di enam wilayah yaitu PLTD sub ranting Kerkap, Lubuk Durian, Arga Makmur, Lais, Kuro Tidur dan Ketahun.

PLTD tersebut saat sekarang berada dalam kinerja yang rendah, karena keterbatasan sumber energi listrik. Artinya pasokan listrik untuk Kabupaten Bengkulu Utara adalah defisit dan akan tidak terpenuhi kebutuhan pelanggan untuk tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu diperlukan pada masa mendatang pengembangan sumber energi listrik yang baru untuk mengimbangi sumber energi dari PLTD yang sangat

(13)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-13 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

terbatas. Mengingat akan terjadinya perubahan struktur ekonomi wilayah yang saat ini didominasi sektor primer akan bergeser ke kegiatan sekunder dan tersier, maka untuk kegiatan sekunder (industri) diperlukan adanya pasokan listrik yang memadai dan stabil. Sedangkan rencana pengembangan sistem jaringan listrik di Kabupaten Bengkulu Utara adalah sebagai berikut :

 Mengoptimalkan sumber energi yang ada yaitu PLTD yang berada di sub ranting

Kerkap, Lubuk Durian, Arga Makmur, Lais, Kuro Tidur dan Ketahun sebagai sumber energi untuk kawasan perkotaan.

 Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) di Hulu Lais, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Seblat Kecamatan Napal Putih, Ketahun.

 Pengembangan prasarana pembangkit energi listrik baru dengan memanfaatkan

panas bumi, tenaga surya, tenaga air dan gelombang laut.

 Pengembangan jaringan energi listrik dilakukan melalui pembangunan jaringan interkoneksi Sumatera bagian barat meliputi pengembangan jaringan kawat saluran udara, kabel bawah tanah, dan atau kabel bawah laut.

 Sistem jaringan terisolasi tegangan tinggi 150 KV dikembangkan di Pulau Enggano di Kabupaten Bengkulu Utara.

Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi

Dalam upaya untuk menarik investasi dan sekaligus meningkatkan perekonomian wilayah adalah tersedianya infrastruktur telekomunikasi yang memadai. Saat ini telekomunikasi nirkabel sudah bertumbuhkembang di Kabupaten Bengkulu Utara, dimana sampai Tahun 2009 sudah beroperasi 4 provider telekomunikasi nirkabel yaitu Telkom, Excelindo, Ceria dan Indosat. Total BTS yang telah terpasang di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara adalah 34 unit yang tersebar di seluruh kecamatan. Mengingat besarnya peran telekomunikasi memerlukan dukungan dari teknologi informasi seperti telepon nirkabel dan internet, maka pengelolaan infrastruktur telekomunikasi yang cenderung berteknologi tinggi, seperti perlunya penggunaan bersama BTS (join provider). Satu BTS dapat digunakan secara bersama 3-7 provider. Efisiensi ini tidak saja akan mengurangi biaya masing-masing provider tapi juga akan menciptakan estetika permukiman dan pengurangan dampak negatif dari sistem BTS- tersebut, seperti pengurangan sebaran (radius) radiasi dari pancaran elektromagnetik BTS tesebut. Pengembangan jaringan internet ke seluruh kantor kecamatan dan lembaga pelayanan publik lainnya. Pemanfaatan TI juga akan meningkatkan profesionalitas, efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas kerja pemerintahan, baik secara internal maupun eksternal.

Pengembangan sistem telekomunikasi adalah pengembangan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana bertujuan :

a. memberikan arah penyelenggaraan telekomunikasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. menyediakan sarana telekomunikasi yang terjangkau masyarakat dan merata seluruh wilayah.

c. menyediakan pengembangan sistem jaringan teknologi informasi yang terjangkau

dan merata di seluruh wilayah.

d. menyediakan sarana telekomunikasi pada waktu kondisi darurat apabila terjadi bencana alam.

(14)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-14 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi meliputi telekomunikasi teresterial dan telekomunikasi satelit. Pengembangan telekomunikasi teresterial direncanakan sebagai berikut :

a. Pengembangan jangkauan pelayanan dan kualitas pelayanan jaringan telepon kabel sesuai dengan kebutuhan serta arah pengembangan kabupaten.

b. Pengembangan sistem jaringan kabel telekomunikasi bawah tanah dengan sistem

ducting dan terpadu dengan sistem jaringan bawah tanah lainnya.

Pengembangan telekomunikasi satelit direncanakan sebagai berikut :

a. Pengaturan pola penyebaran titik lokasi menara telekomunikasi didasarkan sifat lingkungan, kepadatan bangunan serta kepadatan jasa telekomunikasi.

b. Pembangunan menara telekomunikasi yang sesuai dengan kaidah penataan

ruang kota, keamanan dan ketertiban, lingkungan, estetika dan kebutuhan telekomunikasi pada umumnya.

c. Penggunaan menara bersama sebagaimana diatur dalam peraturan penggunaan

menara bersama.

Selanjutnya ditinjau dari struktur ruang, Kabupaten Bengkulu Utara terdiri dari : a. Pusat kegiatan wilayah di Arga Makmur dengan fungsi pusat pemerintahan,

perdagangan, jasa, pendidikan dan kesehatan.

b. Pusat kegiatan lokal di Ketahun dan Malakoni yang berfungsi sebagai pusat pengembangan sumber daya laut, perikanan dan pertanian pangan.

c. Pengembangan komoditas unggulan Kabupaten Bengkulu Utara yaitu kelapa

sawit, kelapa, karet, padi, perikanan tangkap dan budidaya.

d. Sistem jaringan transportasi utama terdiri dari jalan nasional yang membujur dari Kecamatan Air Napal sampai Kota Bani Kecamatan Putri Hijau dan jalan provinsi yang melintang dari Lubuk Durian–Kerkap–Padang Jaya–Giri Mulya. Jalan provinsi penting lainnya adalah yang menghubungkan Kecamatan Arga Makmur dengan Kecamatan Air Besi. Sistem jaringan lain seperti listrik dan telepon kabel mengikuti pola jalan yang ada.

e. Sebaran fasilitas utama mengikuti perkembangan masing-masing IKK (kaitannya dengan tata ruang), namun fasilitas kesehatan, sekolah dasar, pasar tradisional tersebar merata di setiap IKK. Fasilitas umum yang berskala kabupaten atau melayani beberapa kecamatan seperti RSUD, Telkom, PLN (Cabang Arga Makmur), PDAM, perbankan, toko swalayan terdapat di Kecamatan Arga Makmur dan Kecamatan Ketahun (RTRW Kabupaten Bengkulu Utara 2011-2031).

Secara spesifik, struktur ruang dapat dilihat dari peta struktur ruang Kabupaten Bengkulu Utara sebagaimana Gambar 2.2 sebagai berikut.

(15)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-15 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Gambar 2.2.

Peta Struktur Ruang Kabupaten Bengkulu Utara 2011-2031

Profil Wilayah Kepulauan di Kabupaten Bengkulu Utara

Kebijakan strategis terkait dengan wilayah kepulauan dapat ditetapkan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi ataupun pemerintah kabupaten/kota. Untuk Kabupaten Bengkulu Utara terdapat kebijakan tentang kawasan strategis nasional, yaitu Kawasan Strategis Pulau Enggano dan Pulau Mega.

Pulau Enggano dan Pulau Mega adalah kelompok kepulauan yang terletak di Samudera Indonesia yang merupakan satu dari dua belas pulau kecil terluar nasional yang berhadapan dengan laut lepas. Keberadaannya sebagai pulau terluar wilayah NKRI merupakan kawasan strategis pertahanan keamanan nasional.

Kawasan Strategis di Kabupaten Bengkulu Utara

Dalam rangka pengembangan wilayah, dalam konteks kawasan strategis Bengkulu Utara, Pemerintah Provinsi Bengkulu menetapkan di Kabupaten Bengkulu Utara terdapat tiga kawasan strategis, yaitu:

a. Kawasan Strategis Kota Terpadu Mandiri Lagita yaitu Kecamatan Ketahun, Lais, Batik Nau dan Giri Mulya sebagai Kota Terpadu Mandiri (KTM) Lagita yang berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional.

b. Kawasan Strategis Enggano sebagai kawasan strategis kegiatan ekonomi

ekspor-impor Provinsi dan sekitarnya, yang bertumpu pada fungsi pelabuhan untuk perdagangan hasil-hasil pertanian, perikanan dan kelautan.

c. Kawasan pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan untuk mempercepat

pertumbuhan kawasan tertinggal yaitu ibukota-ibukota kabupaten yang diusulkan untuk menjadi PKW, sebagai PKW promosi yaitu Kecamatan Arga Makmur. Peta kawasan strategis Kabupaten Bengkulu Utara adalah seperti pada Gambar 2.3 sebagai berikut.

(16)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-16 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Sumber : Rancangan RTRW Kaupaten Bengkulu Utara,

2011-2031

Gambar 2.3.

Peta Kawasan Strategis Kabupaten Bengkulu Utara

2.1.1.3 Topografi

Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara pada umumnya memiliki topografi yang sangat variatif mulai dataran sampai berbukit-bukit. Daerah datar hanya di daerah perkotaan dan hinterland Kota Arga Makmur. Daerah dengan ketinggian 10 – 150 m dari permukaan laut terdapat di bagian pantai barat yang membentang dari selatan ke utara.

Sedangkan di bagian timur merupakan daerah yang berbukit dengan ketinggian rata-rata 541 meter dari permukaan laut. Kondisi topografi merupakan faktor utama yang paling besar pengaruhnya terhadap kerusakan lingkungan jika dibandingkan dengan faktor-faktor lain. Topografi yang dimaksud dinyatakan dalam persen kemiringan, makin besar kemiringannya makin besar pula resiko kerusakan lingkungan yang terjadi. Data mengenai kelas lereng lahan di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut.

(17)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-17 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Tabel 2.2.

Kelas Lereng di Kabupaten Bengkulu Utara

Kemiringan ( 0 ) Persentase Luas (% )

0-3 0-8 8-15 15-25 25-40 >40 16,59 11,32 18,36 16,32 11,30 25,80 Jumlah 100,00

Sumber : Bengkulu Utara Dalam Angka Tahun 2009.

2.1.1.4 Aspek Geologi

Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara berada di Pulau Sumatera yang merupakan wilayah rawan terhadap bencana alam gempa bumi. Hal ini dikarenakan Pulau Sumatera berada pada jalur pertemuan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia, dimana pertemuan antara dua lempeng tersebut berada di Samudera Indonesia dan merupakan daerah subduksi berpotensi sebagai sumber gempa bumi tektonik. Apabila gempa bumi terjadi dengan pusat gempa (epicentrum) di lautan maka dapat berakibat terjadinya tsunami, mengingat wilayah Kabupaten Bengkulu Utara memiliki panjang pantai (termasuk pantai Enggano) sekitar 239,1 Km dan ketinggian rata-rata kurang dari 30 meter dari permukaan laut, maka Kabupaten Bengkulu Utara merupakan daerah rawan tsunami.

Sementara itu di daratan Pulau Sumatera juga terdapat sumber gempa tektonik lainnya berupa Patahan Semangko pada bagian Barat dari Pulau Sumatera membujur dari arah utara ke arah selatan. Selain itu secara vulkanik, Kabupaten Bengkulu Utara juga rawan terhadap bencana gempa bumi vulkanik yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi yang ada di Pulau Sumatera.

Dilihat dari jenis tanahnya, berdasarkan klasifikasi FAO (1974), USDA (1975) dan PPT (1982), ternyata Kabupaten Bengkulu Utara memiliki tujuh jenis tanah, yaitu organosol, alluvial, regosol, andosol, latosol, podsolik dan litosol. Masing-masing jenis tanah tersebut tersebar di Kabupaten Bengkulu Utara, dengan luas tiap-tiap klasifikasi jenis seperti pada Tabel 2.3 berikut.

(18)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-18 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Tabel 2.3.

Proporsi Luas Masing-masing Klasifikasi Tanah di Kabupaten Bengkulu Utara

No Jenis Tanah Persentase (%)

1 Organosol 1,14

2 Aluvial 5,95

3 Regosol 1,68

4 Podsolik Merah Kuning (PMK) 11,87

5 Latosol 29,75

6 Asosiasi Lotosol dan PMK 21,00

7 Andosol 1,27

8 Asosiasi Latosol dan Andosol 3,88

9 Asosiasi Andosol dan Regosol 2,61

10 Asosiasi PMK dan litosol 15,95

11 Asosiasi Podsolik Coklat & PMK/Litosol 4,91

Jumlah 100,00

Sumber : Bengkulu Utara Dalam Angka, 2009. [

[[[[

Selain memiliki potensi untuk budidaya pertanian dalam arti luas, Kabupaten Bengkulu Utara memiliki potensi di bidang pertambangan dan galian antara lain batubara, emas serta bahan galian C yang tersebar di seluruh Kabupaten Bengkulu Utara. Potensi hipotetik tambang batubara lebih kurang 150.000.000 ton dan batubara merupakan hasil tambang yang utama di Kabupaten Bengkulu Utara.

2.1.1.5 Aspek Hidrologi

Penelaahan aspek hidrologi mencakup sisi ketersediaan dan pemanfaatan sumbar-sumber air di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara. Ketersediaan air dapat diidentifikasi terutama dari aliran masuk (in) atau aliran permukaan (surface run-off). Sedangkan sisi pemanfaatannya tergantung dari jenis pemakaian (irigasi, sumber energi, konsumsi penduduk, serta faktor kehilangan air (discharges) secara alami.

Untuk aliran air permukaan, di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara terdapat empat belas Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan karakteristik luas DAS yang relatif kecil dari hulu sampai dengan hilir. Debit air yang mengalir pada sungai-sungai di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, terutama pada sungai-sungai besar seperti Air Lais, Air Sebelat, Air Ketahun, Air Bintunan dan Air Serangai cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air dalam berbagai jenis pemanfaatannya.

Terdapat empat sumber air/mata air dan terdapat sebelas sungai besar yang pada umumnya berhulu di kawasan hutan lindung dan taman nasional yang berada di wilayah utara dan timur Kabupaten Bengkulu Utara yang bermuara di Samudera Hindia sebagaimana tercantum pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5, sehingga kelestarian hutan lindung dan hutan konservasi sangat berpengaruh terhadap ketersediaan air untuk berbagai keperluan di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara.

(19)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-19 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Tabel 2.4.

Sebaran Mata Air di Kabupaten Bengkulu Utara

No Nama/Lokasi Lokasi Debit (m3/dtk)

1. Air Kemumu Kemumu -

2. Air Lais Kec. Lais 24,52

3. Air Ketahun Ketahun-Napal

Putih

589,24

4. Air Seblat Seblat 314,20

Sumber : Bengkulu Utara Dalam Angka, 2009.

Tabel 2.5.

Sungai di Kabupaten Bengkulu Utara

No Sungai dan DAS Panjang (Km) Debit Air (m3/dtk)

1 Air Ketahun 84 Maks : 589,24 Min : 19,30

2 Air Seblat 78 Maks : 314,20 Min : 27,00

3 Air Palik 146 Maks : 21,50 Min : 0,37

4 Air Lais 145 Maks : 24,52 Min : 2,28

5 Air Padang 94 Maks : 91,10 Min : 2,42

6 Air Bintunan 121 Maks : 29,01 Min : 3,75

7 Air Serangai 131 Maks : 76,60 Min : 0,50

8 Air Urai 76 Maks : 86,90 Min : 1,05

9 Air Senaba 29 Maks : 75,00 Min : 5,00

10 Air Sabai 51 Maks : 171,00 Min : 1,50

Sumber: Bengkulu Utara Dalam Angka, 2009.

2.1.1.6 Aspek Klimatologi

Kabupaten Bengkulu Utara merupakan daerah yang mempunyai temperatur rata-rata tahunan antara 22˚C - 24˚C dengan curah hujan tahunan selama Tahun 2005-2009 sebanyak 3.683,40 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 165,60 kali/tahun. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmid dan Ferguson, daerah ini tergolong tipe iklim C dengan tinggi kelembaban 60–70%. Jumlah bulan basah 3,6 dan bulan kering 3,2 dengan rata-rata dimulai dari bulan Oktober dan berakhir pada bulan Juli. Keadaan tersebut tentunya cukup mendukung bagi berkembangnya semua sektor kegiatan penduduk khususnya pertanian dan perkebunan.

Jumlah rata-rata hari hujan terbanyak berada di bulan April, Desember dan Oktober. Sedangkan jumlah hari hujan terendah terjadi di bulan Februari. Rata-rata hujan dan curah hujan dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan 2.7 sebagai berikut.

(20)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-20 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Tabel 2.6. Rata-rata Curah Hujan

Di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2005-2009

NO BULAN 2005 (mm) 2006 (mm) 2007 (mm) 2008 (mm) 2009 (mm) Rata-rata (mm) 1 Januari - 195 467 161 320 228,60 2 Februari - 127 398 186 188 179,80 3 Maret - 123 364 439 198 224,80 4 April - 260 398 2242 582 696,40 5 Mei 127 127 250 147 261 182,40 6 Juni 134 134 399 306 233 241,20 7 Juli 267 267 389 255 203 276,20 8 Agustus 31 31 215 508 279 212,80 9 September 51 51 287 343 510 248,40 10 Oktober 44 44 644 742 500 394,80 11 November 207 207 256 149 655 294,80 12 Desember 243 626 451 535 661 503,20 Total 1.104 2.192 4.518 6.013 4.590 3.683,40

Sumber : BPS Kabupaten Bengkulu Utara.

Tabel 2.7.

Jumlah Hari Hujan di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2005-2009 (kali) NO BULAN 2005 (kali) 2006 (kali) 2007 (kali) 2008 (kali) 2009 (kali) Rata-rata (kali) 1 Januari - 14 19 9 19 12,20 2 Februari - 15 20 11 15 12,20 3 Maret - 14 22 18 17 14,20 4 April - 9 19 14 16 11,60 5 Mei 11 11 14 8 11 11,00 6 Juni 15 15 16 13 13 14,40 7 Juli 13 13 16 11 12 13,00 8 Agustus 2 2 11 17 15 9,40 9 September 6 6 12 22 16 12,40 10 Oktober 4 4 20 23 23 14,80 11 November 19 19 14 21 21 18,80 12 Desember 11 27 18 25 27 21,60 Total 81 149 201 192 205 165,60

(21)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-21 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Dengan melihat pola hujan dan sesuai dengan pola iklim global, maka wilayah Kabupaten Bengkulu Utara tergolong kepada wilayah dengan iklim tropis basah yang relatif tanpa musim kering (Humid Tropical Climate with No Dry Season), yang diberi simbol Af (sesuai dengan Kriteria Koppen serta selaras dengan klasifikasi menurut Schmid dan Ferguson menurut Oldeman dan menurut Mohr).

Dengan tipe iklim tropis basah ini, maka potensial bagi pengembangan pertanian. Namun di lain pihak dengan karakter topografi/morfologi wilayah di atas, sangat diperlukan upaya pelestarian kawasan lindung dalam rangka konservasi sumber daya air dan memberikan perlindungan kawasan bawahannya, khususnya kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air.

2.1.1.7 Penggunaan Lahan

Sebagian besar wilayah Kabupaten Bengkulu Utara masih didominasi oleh hutan, lahan budidaya pertanian, semak belukar dan hanya sebagian kecil merupakan lahan-lahan yang terdegradasi. Penggunaan lahan-lahan yang terjadi akibat kegiatan masyarakat terhadap tanah dapat menunjukkan pola kecenderungan arah perkembangan daerah itu sendiri. Penggunaan lahan yang terrencana akan melestarikan sumber daya hutan dan air, yang sangat diperlukan untuk masa yang akan datang. Namun penggunaan lahan pada akhir-akhir ini cenderung tidak terencana akibat pembukaan lahan pertanian, perkebunan, permukiman, pertambangan dan sebagainya. Kondisi penggunaan lahan di Kabupaten Bengkulu Utara sebagaimana terlihat pada Tabel 2.8 berikut.

Tabel 2.8.

Penggunaan Lahan di Kabupaten Bengkulu Utara

No Penggunaan Lahan Luas (Km2) Persentase %

1 Permukiman 58,68 1,33%

2 Hutan 1.412,00 31,91%

3 Hutan Bekas Terbangun 423,43 9,57%

4 Belukar 40,57 0,92%

5 Belukar Muda & Karet 1.112,54 25,14%

6 Belukar Muda 5,95 0,13%

7 Sawah 158,06 3,57%

8 Perkebunan Kelapa Sawit 297,00 6,71%

9 Perkebunan Karet 299,56 6,77%

10 Perkebunan Sawit Masyarakat 104,62 2,36%

11 Perkebunan Coklat 117,88 2,66%

12 Kebun Campur 308,47 6,97%

13 Lahan Terbuka 85,84 1,94%

Jumlah 4.424,6 100 %

(22)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-22 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah 2.1.2.1 Sektor Pertanian

Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam struktur perekonomian di Kabupaten Bengkulu Utara. Hal ini dapat dilihat baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Secara umum terlihat jelas bahwa aktifitas sehari-hari yang menonjol dari masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara bermatapencaharian dari sektor pertanian, mulai dari hulu dalam bentuk kegiatan bercocok tanam maupun ke hilir dalam bentuk kegiatan pemasaran dan pengolahan hasil-hasil pertanian. Demikian juga dari segi penggunaan lahan didominasi oleh lahan pertanian dalam arti luas yaitu pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Perkembangan yang terlihat secara spesifik pada akhir-akhir ini dengan adanya perubahan dalam bentuk peningkatan teknis budidaya pertanian, yang semula dengan cara-cara tradisional maka saat ini meningkat dengan penerapan teknologi pertanian, baik dari segi penggunaan bibit, pemupukan, penyiapan lahan, pemeliharaan tanaman, pemberantasan hama penyakit tanaman maupun pada tahapan pasca panen yaitu pemungutan hasil pemasaran dan pengolahan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani. Hal ini menunjukkan sudah adanya kesadaran baik secara pribadi petani maupun berkat adanya stimulan dan pembinaan dari pemerintah daerah.

Sektor pertanian yang meliputi sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor peternakan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan dilihat secara makro, dalam periode Tahun 2005-2010 tetap memiliki peran terbesar diantara sembilan sektor pembentuk PDRB yaitu rata-rata 37,33%. Periode Tahun 2007-2008 sektor pertanian selalu mengalami pertumbuhan positif. Penunjang utama pertumbuhan pada periode tersebut yaitu pertumbuhan ekonomi pada sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor perkebunan, hal ini sejalan dengan kondisi riil di lapangan yaitu adanya upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan terutama beras dan ekstensifikasi serta intensifikasi pengusahaan tanaman perkebunan. Peran sektor pertanian dalam pembentukan PDRB berdasarkan harga berlaku dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 2.4 sebagai berikut.

Gambar 2.4.

Peran Sektor Pertanian Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

(23)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-23 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Pada Gambar 2.4 diatas dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bengkulu Utara hingga pada tahun 2010 sudah mencapai 38,66%. Kondisi dimaksud menunjukan bahwa sektor pertanian hingga tahun 2010, masih memegang peran penting dalam mendukung sistem perekonomian di Kabupaten Bengkulu Utara.

Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan

Dari lima sub sektor pembentuk sektor pertanian, sub sektor tanaman bahan makanan memiliki kontribusi terbesar dalam PDRB. Hal ini sekaligus mendeskripsikan bahwa sub sektor ini memiliki peran yang sangat strategis dalam kaitannya dengan ketahanan pangan daerah. Meskipun demikian, kontribusinya terhadap perekonomian daerah cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Secara riil, hal ini antara lain disebabkan oleh tingginya tingkat konversi lahan dari lahan tanaman pangan menjadi lahan non tanaman pangan, khususnya tanaman perkebunan baik perkebunan rakyat maupun perkebunan milik perusahaan besar swasta. Sementara kecenderungan petani melakukan konversi lahan tersebut antara lain disebabkan oleh masih rendahnya tingkat pendapatan yang diperoleh dari usaha tani tanaman pangan. Terjadinya konversi pada lahan sawah beririgasi teknis, terutama disebabkan tidak tercukupinya air irigasi secara memadai dan berkelanjutan, serta tingginya gangguan hama penyakit tanaman. Implementasi dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah hal mendesak dalam rangka antisipasi konversi lahan tersebut serta dalam rangka peningkatan ketahanan pangan di Kabupaten Bengkulu Utara di masa yang akan datang.

Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman pangan antara lain, dengan pemberian bantuan benih/bibit, perbaikan infrastruktur pertanian, peningkatan kemampuan SDM petani dan aparatur pertanian, penyediaan permodalan serta perbaikan sistem pemasaran hasil pertanian khususnya tanaman pangan.

Dalam periode Tahun 2006-2010 capaian-capaian pembangunan pada sub sektor tanaman bahan makanan adalah seperti yang terlihat pada Tabel 2.9 sebagai berikut.

Tabel 2.9.

Jumlah Produksi Tanaman Pangan

No Jenis Komoditi Produksi (ton/tahun)

2006 2007 2008 2009 2010 1. Padi sawah 58.099,30 118.264,91 168.290,43 12.126,60 105.251 2. Padi ladang 12.918,80 8.825,00 27.477,50 3.977,20 8.831 3. Jagung 8.887,06 19.560,70 38.908,45 18.235,00 33.440 4. Ubi kayu 6.839,60 19.412,90 5.014,20 5.533,50 4.449 5. Ubi jalar 3.875,20 7.896,90 3.839,90 3.511,10 3.079 6. Kacang tanah 1.537,20 15.49,51 2.030,24 3.221,38 4.167 7. Kacang hijau 373,29 441,87 350,51 335,34 516 8. Kedelai 211,68 128,24 422,20 1.099,20 638

(24)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-24 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Dari data di atas dapat diketahui bahwa produksi tanaman pangan dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi produksi, namun khususnya padi menunjukkan tren peningkatan. Penurunan produksi pada Tahun 2009 disebabkan oleh adanya pemekaran kabupaten pada Tahun 2008, sehingga data produksi terjadi pemisahan pada Tahun 2009. Hal ini sejalan dengan diperolehnya penghargaan sebagai daerah yang surplus beras pada Tahun 2008 dari Presiden RI. Sehingga dari segi ketahanan pangan khususnya beras, dari sisi ketersediaan pada periode 2006-2008 menunjukkan keberhasilan. Apalagi bila ditambah dengan produksi bahan pangan nonberas, maka dapat dikatakan bahwa Kabupaten Bengkulu Utara tidak memiliki permasalahan yang terkait dengan ketersediaan dan ketahanan pangan.

Sub Sektor Perkebunan

Produksi sub sektor perkebunan baik secara kualitatif maupun kuantitatif mengalami peningkatan. Secara spesifik, dengan adanya pembukaan lahan-lahan baru atau konversi lahan non perkebunan untuk tanaman perkebunan, baik oleh masyarakat maupun Perkebunan Besar Swasta (PBS). Dari 4.424.6 Km2 luas wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, maka sekitar 3% adalah lahan tanaman perkebunan. Meskipun luasnya relatif kecil, namun telah memberikan kontribusi yang besar dalam rangka menggerakkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara. Adapun luas tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Bengkulu Utara dirinci pada Tabel 2.10 sebagai berikut.

Tabel 2.10

Luas Tanaman Perkebunan Rakyat

NO JENIS

KOMODITI

LUAS TANAMAN - TAHUN (Ha)

2005 2006 2007 2008 2009 2010 1 Karet 34.360 34.368 33.321,4 31.207,0 22.144,5 29.956 2 Kopi Robusta 22.377 22.477 20.294,1 1.699,0 18.107,8 11.326,5 3 Kelapa 4.431 3.707 2.696,9 6.915,3 2.105,0 2.184,8 4 Kelapa Sawit 20.169 19.372 23.581 21.323,8 22.144,5 41.904,9 5 Cengkeh 212 238 2288 143,6 143,6 101 6 Kakao 1.486 1.735 3.471,5 2.273,3 2.187,5 2.864,5 7 Lada 599 521 307,5 108,8 105 96,8 8 Kayu manis 714 743 432 110,3 109 91,1 9 Kemiri 106 136 46 5,5 5,4 3,6 10 Aren 212 140 37,3 1 0,9 0,9 11 Kapuk 156 154 250 76 87,7 0,6 12 Pinang 627 606 618,8 804 162,5 121,5 13 Nilam 618 256 145,3 28 56,2 - 14 Temulawak 2 2 - - - - 15 Jahe 50 195 19,5 11 9 - 16 Kencur 39 40 16,5 8 7 - 17 Kunyit 35 29 21,5 9 8 - 18 Vanili 9 9 11,0 3 3 -

Sumber : Bengkulu Utara Dalam Angka 2006-2010.

Dari Tabel 2.10, di atas terlihat bahwa komoditas andalan perkebunan di Kabupaten Bengkulu Utara yaitu kelapa sawit dan karet, khusus untuk komoditi kelapa sawit mengalami peningkatan yang cukup signifikan antara Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2007. Namun pada Tahun 2008 mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya pemekaran kabupaten. Sedangkan untuk komoditi karet mengalami

(25)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-25 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

penurunan antara Tahun 2005-2007. Penurunan tersebut disebabkan tingginya tingkat konversi lahan dari komoditi tanaman karet ke kelapa sawit, terutama kebun karet rakyat yang telah tua atau rusak.

Dalam pengembangan usaha perkebunan rakyat, peran Unit-unit Pembibitan Kecil (UPK) sangat penting dalam penyediaan bibit unggul tanaman perkebunan. Sampai dengan Tahun 2009 terdapat sebanyak 29 UPK, terdiri dari UPK karet sebanyak 26 unit, dan UPK kelapa sawit sebanyak 3 unit.

Pengembangan sektor perkebunan juga ditandai oleh semakin meningkatnya investasi swasta di bidang perkebunan di Kabupaten Bengkulu Utara. Sampai dengan Tahun 2010 terdapat sebanyak 23 Perkebunan Besar Swasta (PBS) yang terdiri dari 12 Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan komoditi kelapa sawit, 5 Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan komoditi karet dan 6 Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan komoditi kakao, dengan luas konsesi seluruhnya mencapai 70.678 Ha. Namun dari 23 Perkebunan Besar Swasta (PBS) tersebut, lima diantaranya sudah tidak aktif lagi.

Selain itu, perkembangan sektor perkebunan juga terlihat dari peningkatan investasi dalam usaha pengolahan hasil perkebunan melalui pembangunan pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit. Sebelum Tahun 2006 hanya terdapat satu pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (crude palm oil) dengan kapasitas 45 ton per jam Tandan Buah Segar (TBS). Namun hingga Tahun 2009 terdapat 4 pabrik CPO dengan kapasitas keseluruhan 135 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam, dan 2 pabrik lagi dalam proses pembangunan pada Tahun 2011. Apabila 6 pabrik CPO tersebut seluruhnya telah beroperasi, maka akan memiliki kapasitas keseluruhan maksimal sebesar 270 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam.

Meskipun demikian, keseluruhan kapasitas pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut masih belum mampu secara optimal menampung produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang berasal dari PBS dan kebun rakyat. Hal ini ditambah dengan masuknya TBS dari kabupaten lain di sekitar Kabupaten Bengkulu Utara. Keterbatasan kapasitas tersebut telah mengakibatkan lemahnya posisi tawar petani kebun sawit dalam hal harga produksi sehingga menyebabkan rendahnya tingkat harga TBS di tingkat petani.

Permasalahan dalam rangka pengembangan perkebunan di Kabupaten Bengkulu Utara adalah harga yang masih relatif rendah bila dibandingkan dengan harga kelapa sawit di beberapa provinsi lain di Sumatera. Selain itu, produktivitas perkebunan rakyat di Kabupaten Bengkulu Utara juga masih relatif rendah dibanding daerah lain, yang antara lain disebabkan oleh banyak faktor seperti, masih sulitnya memperoleh sarana produksi, terutama pupuk dan bibit bermutu, serta masih rendahnya kualitas infrastruktur transportasi di sentra-sentra perkebunan rakyat, yang mengakibatkan tingginya biaya transportasi yang pada akhirnya menyebabkan rendahnya pendapatan petani kebun kelapa sawit.

Rendahnya kualitas dan kuantitas infrastruktur transportasi seperti jalan produksi menyebabkan rendahnya pendapatan yang diterima petani perkebunan. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya produksi dalam kaitannya dengan biaya pengangkutan hasil produksi. Dalam hal ini pemerintah daerah telah melakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Antara Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2010 telah dibangun jalan produksi sepanjang 32,20 Km di 20 desa dengan menggunakan dana alokasi khusus bidang pertanian. Selain itu kegiatan-kegiatan lintas program juga diarahkan dalam rangka mendukung aksesibilitas sentra-sentra perkebunan rakyat,

(26)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-26 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

antara lain PNPM mandiri pedesaan, bantuan sosial kementerian PDT, PPIP dari kementerian pekerjaan umum dan dari sumber pendanaan lainnya.

Dalam rangka perluasan areal perkebunan terutama kebun rakyat maka dilaksanakan program revitalisasi perkebunan, dengan komoditi karet yang terdiri dari pola kemitraan dan pola individual yang didanai melalui Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP). Untuk pola kemitraan dengan komoditi kelapa sawit seluas 3.523,75 Ha dengan jumlah peserta sebanyak 1.762 KK serta untuk komoditi karet seluas 104 Ha dengan peserta sebanyak 52 KK.

Sub Sektor Peternakan

Sub sektor peternakan memiliki banyak peran bagi masyarakat, antara lain sebagai sumber pendapatan masyarakat, sebagai sumber pemenuhan gizi hewani dan sebagai sumber peningkatan ketahanan pangan. Peran sub sektor peternakan terhadap perekonomian di Kabupaten Bengkulu Utara cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, yang terlihat dari kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Bengkulu Utara sebagaimana pada Gambar 2.5 sebagai berikut.

Gambar 2.5.

Peran Sub Sektor Peternakan Terhadap PDRB Kabupaten Bengkulu Utara Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2005-2010

Sumber : Hasil Analisis.

Komoditi unggulan di bidang peternakan di Kabupaten Bengkulu Utara antara lain adalah :

1. Usaha budidaya sapi potong, 2. Usaha penggemukan sapi potong 3. Usaha budidaya ternak kambing

4. Usaha budidaya unggas berupa ayam buras, ayam potong dan petelur.

Dilihat dari potensinya, sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara cukup aman untuk penyebaran dan pengembangan peternakan. Hal ini ditunjukkan dengan Indeks Daya Dukung (IDD) yang mempunyai nilai rata-rata di atas 4, yang meliputi wilayah Kecamatan Arga Makmur, Lais, Padang Jaya, Giri Mulya,

(27)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH II-27 DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2011-2016

Ketahun, Batik Nau, Napal Putih dan Putri Hijau. Hanya Kecamatan Kerkap, Air Besi dan Kecamatan Air Napal yang memiliki nilai IDD sebesar 2,27 sehingga dianggap kurang aman untuk penyebaran dan pengembangan peternakan di masa yang akan datang.

Perkembangan populasi ternak di Kabupaten Bengkulu Utara selama periode 2006–2008 secara umum mengalami kenaikan yang signifikan dari waktu ke waktu, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.11 sebagai berikut.

Tabel 2.11.

Jumlah Populasi Ternak Kabupaten Bengkulu Utara

No Jenis Ternak Jumlah (Ekor)

2006 2007 2008 2009 2010 1 Sapi 28.882 33.169 36.576 33.115 35.548 2 Kerbau 11.081 11.463 11.714 4.110 4.442 3 Kambing 29.651 33.655 38.036 20.263 25.481 4 Domba 1.319 1.447 1.493 1.634 1.785 5 Babi 281 373 452 361 478 6 Ayam Buras 441.818 622.463 863.991 399.308 608.813 7 Ayam Petelur 17.634 18.506 18.771 19.369 19.896 8 Ayam Pedaging 145.774 225.969 298.098 1.132.547 1.169.070 9 Itik 23.511 24.643 25.609 2.546 3.250 10 Entok 7.748 7.904 7.978 6.718 6.769 11 Angsa 1.408 1.570 1.933 1.253 1.285 12 Puyuh 1.011 1.157 1.325 2.835 3.517 13 Kelinci 436 471 516 379 424

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara, 2006-2010.

Secara umum, populasi ternak mengalami peningkatan rata-rata di atas 10% sejak Tahun 2006 hingga Tahun 2008. Penurunan populasi beberapa jenis ternak pada Tahun 2009 disebabkan adanya pemekaran kabupaten pada Tahun 2008, sehingga data populasi ternak mulai dipisahkan pada Tahun 2009. Jumlah populasi ternak kerbau mengalami peningkatan relatif kecil, hal ini disebabkan ternak kerbau pada umumnya dipelihara secara tradisional. Sejalan dengan perkembangan populasi ternak, produksi dan konsumsi daging atau telur juga menunjukkan peningkatan pada periode Tahun 2006-2009 untuk produksi dan konsumsi daging atau telur dari ternak yang dipelihara secara modern, seperti sapi, ayam potong dan ayam petelur.

Dukungan sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam pembangunan peternakan. Sampai dengan Tahun 2010 telah terdapat pos Inseminasi Buatan (IB) sebanyak 7 unit, 6 diantaranya sudah memiliki bangunan dan 1 pos belum memiliki bangunan yaitu di Kecamatan Giri Mulya. Sedangkan Pos Kesehatan Hewan (Poskeswan) sebanyak 2 unit, UPTD pembibitan ternak 1 unit (sekarang masuk ke wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah), pabrik pakan mini ternak ruminansia 1 unit, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) sebanyak 3 unit yaitu di Kecamatan Arga Makmur, Ketahun dan Putri Hijau, serta penyediaan bibit hijauan makanan ternak. Dari sisi kelembagaan di tingkat petani dalam rangka pembinaan, sampai saat ini telah terbentuk 285 kelompok tani ternak yang terdiri dari BPLM/PMUK/LM3 sebanyak 20 kelompok, IFAD sebanyak 215 kelompok, APBD sebanyak 20 kelompok dan koperasi sebanyak 30 kelompok.

Beberapa permasalahan dalam pembangunan pada sub sektor peternakan antara lain keterbatasan ketersediaan sarana produksi dan pelayanan kesehatan hewan. Sarana produksi terutama ketersediaan nitrogen cair dan semen beku dalam

Gambar

Tabel 2.49 di atas menunjukkan bahwa pada Tahun 2011 rata-rata jumlah anak di  keluarga    sudah  mendekati  angka  ideal    serta  sudah  tingginya  kesadaran  masyarakat  dalam melaksanakan progam keluarga berencana, hal ini  ditunjukkan dengan tingginya

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pertama yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Yudaningrum (2014) yang berjudul “Keefektifan Strategi POINT dalam Pembelajaran Membaca

Height Equivalent of Theoritical Plate atau sering disebut HETP, banyak terdapat proses pemisahan seperti dalam menara destilasi, proses absorpsi dan proses adsorpsi HETP adalah

Secara umum, lokasi pabrik sebaiknya dekat dengan sumber bahan baku, sumber air, jalan raya, berada di kota besar (terdapat unit perbengkelan dan menyediakan

Hasil penghitungan analisa Gambar 6 diatas menunjukkan persentase pemotongan sapi perah betina umur produktif sebanyak 26 % atau 47 ekor dari total pemotongan 184

Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode pengumpulan data model likert, alat pengumpulan data menggunakan skala kepuasan kerja (29 item; α =

Perangkat lunak yang dikembangkan untuk GIS secara konseptual terdiri dari dua bagian : paket inti ( core ) yang digunakan untuk pemetaan dijital dasar dan

Selama engkau telah bertaubat dari hal itu dan menyesali perbuatanmu baginya, dan engkau berketatapan hati bahwa ucapan buruk itu tidak akan keluar lagi dari mulutmu

Transisi menjadi orangtua akan sulit bagi orangtua yang masih remaja, tugas-tugas perkembangan orangtua seringkali diperburuk oleh kebutuhan dan tugas perkembangan remaja salah