• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2. Prestasi Belajar Ekonomi

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari perilaku lama ke perilaku yang baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru. Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana siswa dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada, sehingga terdapat reaksi yang muncul dari siswa. Reaksi yang dilakukan merupakan usaha untuk menciptakan kegiatan belajar sekaligus menyelesaikannya. Sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada siswa sebagai hal baru serta menambah pengetahuan.

Secara umum prestasi belajar siswa sangat beragam, hal ini tentu saja mempunyai faktor-faktor penyebabnya. Beberapa ahli telah membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat, aspek yaitu aspek fisiologis, psikologis, lingkungan dan instrumental. Aspek fisiologis merupakan faktor internal yang berasal dari dalam diri setiap individu, sedangkan aspek lingkungan dan instrumental merupakan faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu.

Aspek fisiologis meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menunjukkan kebugaran organ-organ tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah akan berdampak secara langsung pada kualitas penyerapan materi pelajaran (Syah, 2008:132). Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalau mengindahkan ketentuan- ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah (Slameto, 2010:55).

Aspek psikologis adalah faktor yang bersifat rohaniah. Menurut Syah (2008:133), banyak faktor yang masuk dalam aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.

Tingkat intelegensi atau kecerdasan (IQ) tak dapat diragukan lagi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar. Semakin tinggi kemampuan inteligensi siswa maka semakin besar peluang meraih sukses, akan tetapi sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil peluang meraih sukses (Syah, 2008:132). Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi hanya salah satu di antara faktor lainnya (Slameto, 2010:56).

Sikap (attitude) adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek (Notoadmodjo, 2003:124). Sikap

siswa yang merespon dengan positif merupakan awal yang baik bagi proses pembelajaran yang akan berlangsung sedangkan sikap negatif terhadap guru ataupun pelajaran apalagi disertai dengan sikap benci maka akan berdampak pada pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar yang kurang maksimal (Syah, 2008:133).

Bakat atau aptitude menurut Hilgard dalam Slameto (2010:57) adalah “the capacity to learn”. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Syah (2008:133) menyatakan bahwa setiap individu mempunyai bakat dan setiap individu yang memiliki bakat akan berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian prestasi belajar pada bidang-bidang tertentu.

Minat (interest) dapat diartikan kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sebagai contoh siswa yang mempunyai minat dalam bidang matematika akan lebih fokus dan intensif ke dalam bidang tersebut sehingga memungkinkan mencapai hasil yang memuaskan (Syah, 2008:134). Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar siswa tersebut mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita- cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu (Slameto, 2010:57).

Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi bisa berasal dari dalam diri setiap individu dan datang dari luar individu tersebut (Syah, 2008:134). Motivasi yang timbul karena kebutuhan dari dalam diri siswa dianggap lebih baik dibandingkan dengan motivasi yang disebabkan oleh rangsangan dari luar. Namun dalam praktiknya, sering motivasi dari dalam itu tidak ada atau belum timbul sehingga perlu adanya rangsangan dari luar (Hamalik, 2009:51). Dalam membentuk motif yang kuat dalam belajar dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar (Slameto, 2010:58).

Aspek lingkungan meliputi lingkungan orang tua dan keluarga, sekolah, serta masyarakat. Lingkungan yang paling banyak berperan dan mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah lingkungan orang tua dan keluarga (Syah, 2008:134). Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana ruma tangga, dan keadaan ekonomi keluarga (Slameto, 2010:60). Semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan prestasi yang dapat dicapai siswa (Syah, 2008:134).

Lingkungan sekolah sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif. Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Karena itu, guru dan siswa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar sekolah yang baik, menyenangkan, menantang, dan menggairahkan (Hamalik, 2009:52).

Lingkungan sekolah juga meliputi para guru yang harus menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik serta menjadi teladan dalam hal belajar, staf-staf administrasi di lingkungan sekolah, dan teman-teman di sekolah dapat mempengaruhi semangat belajar siswa (Syah, 2008:135).

Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi karena siswa juga berada dalam suatu kelompok masyarakat dan teman-teman sepermainan serta kegiatan-kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat dan pergaulan sehari-hari yang dapat mempengaruhi prestasi belajar (Syah, 2008:135). Mass media juga ikut berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Mass media berupa bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain. Mass yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga belajarnya, sebaliknya mass yang jelek juga dapat berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat (Slameto, 2010:70).

Terakhir adalah aspek atau faktor instrumental. Termasuk dalam instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasititas, serta manajemen yang berlaku di sekolah (Purwanto, 2007:107). Kurikulum meliputi segala kegiatan dan bahan pengajaran yang diberikan kepada siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Guru sebagai pengajar harus mengusahakan metode mengajar yang setepat, efisien dan efektif mungkin agar siswa dapat belajar dengan baik. Sarana dan fasilitas serta

manajemen sekolah harus memadai agar dapat menunjang siswa dalam belajarnya (Slameto, 2010:67). Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil/output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akan terjadi di dalam diri si pelajar (Purwanto, 2007:107).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor-faktor tersebut dan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kelemahan salah satu faktor akan dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah didukung oleh faktor fisiologis, psikologis, dan instrumental.

Dokumen terkait