i
ANALISIS PENGARUH GAYA BELAJAR DAN POLA
ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI
BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI SMA
SE-KECAMATAN PURBALINGGA TAHUN AJARAN
2015/2016 DENGAN MOTIVASI BELAJAR SEBAGAI
VARIABEL
INTERVENING
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Catur Tias Pamungkas NIM 7101412057
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
iv 333333
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. (Q.S Al Insyiraah; 5-6)
Orang yang beruntung adalah orang yang bersyukur atas nikmat Allah dan
bersabar atas ujian Allah. (HR. Muslim)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan sebagai ungkapan
terima kasih kepada :
1. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Nur Chamdi
dan Ibu Tuminah) yang senantiasa memberikan
dukungan dan do‟a.
2. Kakak-kakak terkasih (Dwi Lestari dan Trian
Restianto)
3. Universitas Negeri Semarang dan sahabat-sahabat
v
PRAKATA
Puji syukurkehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq,
hidayah, serta inayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Analisis Pengaruh Gaya Belajar dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga Tahun
Ajaran 2015/2016 dengan Motivasi Belajar sebagai Variabel Intervening” dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
Penyusun menyadari sepenuhnya tanpa bimbingan, dorongan, dan bantuan
dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk memperoleh
pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas ekonomi Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan skripsi dan studi dengan baik.
3. Dr. Ade Rustiana, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin kepada
penyusun untuk melakukan penelitian.
4. Amir Mahmud, S.Pd., M.Si., selakudosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang sangat bermanfaat selama
vi
5. Dr. Partono Thomas, M.S. selaku dosen Penguji I dan Fahrur Rozi, S.Pd.,
M.Pd., Ph.D. selaku dosen Penguji II yang telah memberikan banyak
masukan demi lebih baiknya skripsi ini.
6. Drs. Kustomo selaku Kepala SMA N 1 Purbalingga, Joko Mulyanto, S.Pd.
selaku Kepala SMA N 2 Purbalingga, dan Drs. Dody Prastowo selaku Kepala
SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga yang telah memberikan ijin penelitian.
7. Dra. Esti Dian Andayani selaku guru ekonomi SMA N 1 Purbalingga, Heni
Dian, S.Pd. selaku guru ekonomi SMA N 1 Purbalingga, dan Rina
Setyaharini, S.Pd.selaku guru ekonomi SMA Muhammadiyah 1Purbalingga
yang telah membimbing dalam melakukan penelitian di lapangan.
8. Mas Iwan, Mba Dwi, Mas Mistin, Mba Endah, dan keluarga yang telah
memberikan dukungan secara finansial dan moral.
9. Anindita M.P, Arina M.T, Kurnia N.U., Salfira A.L, Niswah L., Ziyan T., dan
teman-teman Shiro group lainnyayang telah berjuang bersama-sama.
10. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satupersatu yang telah
membantu dalam pembuatan skripsi ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia atas kebaikan yang
telah diberikan. Penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penyusun, pembaca, dan semua pihak yang memerlukan.
Semarang,Agustus 2016
vii
SARI
Pamungkas, Catur Tias. 2016. “Analisis Pengaruh Gaya Belajar dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMA Se-Kecamatan Purbalingga Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Motivasi Belajar sebagai Variabel Intervening”. Sarjana Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Amir Mahmud, S.Pd., M.Si.
Kata kunci : Gaya Belajar, Pola Asuh, Motivasi Belajar, Pretasi Belajar.
Prestasi belajar merupakan salah satu tolak ukur untuk menunjukkan keberhasilan suatu pendidikan. Data rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) SMA 2014/2015 Kabupaten Purbalingga menunjukkan adanya penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dan masuk peringkat 13 terendah di Provinsi Jawa Tengah.Berdasarkan observasi awal di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga, diketahui bahwa rata-rata nilai mata pelajaran ekonomi siswa di semua kelas XI IPSmenunjukkanangka yangbelum mencapai kriteria ketuntasan minimum. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah perbedaan prestasi belajar dan motivasi belajar yang disebabkan perbedaan gaya belajar dan pola asuh orang tua siswa. Selanjutnya adakah pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi kelas XI IPS di SMA se-Kecamatan Purbalingga tahun ajaran 2015/2016.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA se-Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 456 siswa dengan jumlah sampel 213 siswa yang dihitung menggunakan rumus Slovin. Pemilihan sampel menggunakan teknik cluster proportional random sampling (sampel imbangan kelompok). Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Metode analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis jalur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan gaya belajar tidak berdampak prestasi belajar, sedangkan perbedaan pola asuh orang tua berdampak pada prestasi belajar. Perbedaan gaya belajar juga diketahui tidak berdampak pada motivasi belajar, sedangkan perbedaan pola asuh orang tua berdampak pada tingkat motivasi belajar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi belajar.
viii
ABSTRACT
Pamungkas, Catur Tias. 2016. “The Analysis of Learning Style and Parenting Style on Grade Students’ Economic Achievement in Purbalingga Subdistrict with Learning Motivation as Intervening Variable”. Final Project. Economic Education Department. Faculty ofEconomics. State University of Semarang. Advisor: Amir Mahmud, S.Pd., M.Si.
Keyword : Learning Style, Parenting Style, Learning Motivation, Learning Achievement.
Learning achievement is one of the parameters for success of an education. Average score of Purbalingga Regency‟s High School National Examination (UN) 2014/2015, it showed that there was a decreased score compared to the Furthermore, there is a positive and significant influence of learning motivation on grade students‟ economic achievement in Purbalingga Subdistrict year 2015/2016.
The study population was all students of grade high school in Purbalingga Subdistrict academic year 2015/2016 amounted to 456 students, 213 students used as sample and calculated by using the Slovin formula. The sample selection used cluster proportional random sampling technique. Methods of data collection used questionnaires and documentation. The data analysis methods were descriptive analysis and path analysis.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBNG ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
SARI ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 11
1.3.Tujuan Penelitian ... 12
1.4.Manfaat Penelitian ... 13
BAB II LANDASAN TEORI ... 14
2.1.Teori Belajar ... 14
x
2.1.2.Teori Koneksionisme (Thorndike) ... 15
2.2.Prestasi Belajar Ekonomi ... 16
2.2.1. Pengertian Prestasi Belajar ... 16
2.2.2. Pengertian Prestasi Belajar Ekonomi... 19
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 20
2.3.Motivasi Belajar ... 25
2.3.1.Pengertian Motivasi Belajar ... 25
2.3.2. Teori-teori Motivasi ... 26
2.3.2.1. Teori Kebutuhan... 26
2.3.2.2. Teori Behavioristik... 27
2.3.2.3. Teori Naluri (Insting) ... 27
2.3.3.Jenis dan Ciri Motivasi Belajar... 28
2.4.Gaya Belajar ... 29
2.4.1. Pengertian Gaya Belajar ... 29
2.4.2. Macam-Macam Gaya Belajar ... 31
2.4.2.1. Gaya Belajar Visual ... 31
2.4.2.2. Gaya Belajar Auditorial ... 33
2.4.2.3. Gaya Belajar Kinestetik ... 35
2.5.Pola Asuh Orang Tua ... 38
2.5.1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ... 38
2.5.2. Jenis Pola Asuh Orang Tua... 39
2.5.2.1.Pola Asuh Otoriter ... 39
xi
2.5.2.3. Pola Asuh Permisif ... 41
2.6.Penelitian Terdahulu ... 42
2.7.Kerangka Berpikir ... 44
2.7.1. Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 44
2.7.2. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 46
2.7.3. Hubungan Gaya Belajar dengan Motivasi Belajar ... 47
2.7.4. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Belajar... 49
2.7.5. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 50
2.8.Hipotesis Penelitian ... 52
BAB III METODE PENELITIAN ... 53
3.1.Jenis dan Desain Penelitian ... 53
3.2.Populasi dan Sampel ... 53
3.2.1. Populasi ... 53
3.2.2. Sampel ... 54
3.3.Variabel Peneitian ... 56
3.3.1.Prestasi Belajar Ekonomi ... 56
3.3.2. Motivasi Belajar... 56
3.3.3. Gaya Belajar ... 57
3.3.4. Pola Asuh Orang Tua... 58
3.4.Metode Pengumpulan Data ... 60
3.4.1. Dokumentasi ... 60
xii
3.5.Teknik Analisis Uji Coba Instrumen ... 62
3.5.1. Uji Validitas ... 62
3.5.2.Uji Reliabilitas ... 64
3.6.Metode Analisis Data ... 65
3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 65
3.6.1.1.Analisis Statistik Deskriptif Variabel Prestasi Belajar... 67
3.6.1.2.Analisis Statistik Deskriptif Variabel Motivasi Belajar ... 68
3.6.2.Analisis Statistik Inferensial ... 72
3.6.2.1.Analisis Jalur (Path Analysis) ... 73
3.6.2.2. Uji Hipotesis ... 76
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80
4.1.Hasil Penelitian ... 80
4.1.1.Deskripsi Objek Penelitian ... 80
4.1.2.Analisis Statistik Deskriptif ... 80
4.1.2.1. Analisis Deskriptif Prestasi Belajar Ekonomi ... 80
4.1.2.2.Analisis Deskriptif Gaya Belajar ... 82
4.1.2.3. Analisis Deskriptif Pola Asuh Orang Tua ... 82
4.1.2.4. Analisis Deskriptif Motivasi Belajar ... 83
4.1.3.Analisis Statistik Inferensial ... 84
4.1.3.1.Analisis Jalur (Path Analysis) ... 84
4.1.3.2. Uji Hipotesis ... 90
xiii
4.1.3.2.2. Uji MANOVA (Multivariate Analysis of Variance ) ... 93
4.2.Pembahasan ... 100
4.2.1.Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 100
4.2.2. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 102
4.2.3. Hubungan Gaya Belajar dengan Motivasi Belajar ... 104
4.2.4.Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Belajar... 106
4.2.5.Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 109
BAB V PENUTUP ... 110
5.1.Simpulan ... 110
5.2.Saran ... 110
DAFTAR PUSTAKA ... 112
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar SMA di Kecamatan Purbalingga ...4
Tabel 1.2 Rata-Rata Nilai UAS Kelas XI IPS Mapel Ekonomi SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016 ...5
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya ...42
Tabel 3.1 Jumlah Populasi ...53
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ...55
Tabel 3.3 Indikator Gaya Belajar ...58
Tabel 3.4 Indikator Pola Asuh Orang Tua ...59
Tabel 3.5 Hasil Analisis Uji Validitas Motivasi Belajar ...63
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ...65
Tabel 3.7 Konversi Format Nilai 0-100 ke Skala 1-4 ...67
Tabel 3.8 Kriteria Nilai Prestasi Belajar Ekonomi ...68
Tabel 3.9 Kriteria Variabel Motivasi Belajar ...69
Tabel 3.10 Kriteria Indikator Tekun, Ulet dalam Mengerjakan Tugas, dan SenangMemecahkan Masalah/Soal-soal ...70
Tabel 3.11 Kriteria Indikator Senang Bekerja Mandiri ...70
Tabel 3.12 Kriteria Indikator Cepat Bosan dengan Tugas-tugas Rutin ...71
Tabel 3.13 Kriteria Indikator Tidak Mudah Melepaskan Hal-hal yang Diyaikini ...72
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Prestasi Belajar Ekonomi ...81
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Statistik Prestasi Belajar Ekonomi...81
Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Gaya Belajar ...82
Tabel 4.4 Deskriptif Statistik Pola Asuh Orang Tua...83
xv
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Belajar ...84
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linear Berganda dengan Gaya Belajar Visual & Pola Asuh Otoriter sebagai Excluded Group serta Prestasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...85
Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda dengan Gaya Belajar Auditorial & Pola Asuh Demokrasi sebagai Excluded Group serta Prestasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...85
Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda dengan Gaya Belajar Visual & Pola Asuh Otoriter sebagai Excluded Group serta Motivasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...87
Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Linear Berganda dengan Gaya Belajar Auditorial & Pola Asuh Demokrasi sebagai Excluded Group serta Motivasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...88
Tabel 4.11 Hasil Uji t dengan Gaya Belajar Visual & Pola Asuh Otoriter sebagai Excluded Group serta Prestasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...90
Tabel 4.12 Hasil Uji t dengan Gaya Belajar Auditorial & Pola Asuh Demokrasi sebagai Excluded Group serta Prestasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...90
Tabel 4.13 Hasil Uji t dengan Gaya Belajar Visual & Pola Asuh Otoriter sebagai Excluded Group serta Motivasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...92
Tabel 4.14 Hasil Uji t dengan Gaya BelajarAuditorial & Pola Asuh Demokrasi sebagai Excluded Group serta Motivasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...92
Tabel 4.15 Uji Box’s Test ...93
Tabel 4.16 Uji Levene’s Test ...94
Tabel 4.17 Uji Multivariate...94
Tabel 4.18 Analisis Test of Between-Subjects Effects ...95
Tabel 4.19 Analisis Estimated Marginal Means ...96
Tabel 4.20 Uji Multiple Comparisons ...96
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Antara Gaya Belajar, Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar ...52
Gambar 3.1 Model Analisis Jalur Gaya Belajar dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Melalui Motivasi Belajar ...75
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 122
Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 124
Lampiran 3 Tabulasi Data Uji Coba Instrumen ... 132
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian ... 134
Lampiran 5 Kisi-kisi Angket Penelitian ... 136
Lampiran 6 Angket Penelitian ... 138
Lampiran 7 Daftar Nilai Ulangan Tengah Semester Genap Responden SMA se-Kecamatan Purbalingga Tahun Ajaran 2015/2016 Setelah Dikonversi Kedalam Format Nilai 1-4 ... 145
Lampiran 8 Tabulasi Angket Penelitian ... 147
Lampiran 9 Analisis Deskriptif Prosentase ... 177
Lampiran 10 Analisis Statistik Deskriptif ... 211
Lampiran 11 Regresi Linier Berganda ... 212
Lampiran 12 Uji Hipotesis ... 214
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian... 219
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya jaman, pendidikan menjadi sektor yang
penting dalam mengembangkan kehidupan manusia dan juga dalam
meningkatkan kemajuan suatu negara. Pendidikan merupakan proses interaksi
belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga
menjadi mandiri dan utuh. Dapat pula dikatakan bahwa pendidikan merupakan
suatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan menuju
ke arah kedewasaan. Pada setiap bidang kehidupan tentu akan membutuhkan
pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan mutu dalam pendidikan sangat penting
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya
manusia yang berkualitas akan dapat meningkatkan perekonomian dan kehidupan
negara.
Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal
3telahdijelaskan fungsi dan tujuan pendidikan yang berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang prosesnya
berlangsung seumur hidup dan dalam pelaksanaannya dapat terwujud melalui
formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang terjadi di dalam kehidupan
keluarga dimana orang tua sangat berperan dalam pembentukan watak,
kepribadian serta perkembangan emosional anak. Pendidikan non formal adalah
pendidikan yang terjadi di masyarakat, dan pendidikan formal adalah pendidikan
yang diselenggarakan disekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara
berjenjang dan berkesinambungan.
Febrianita (2013) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah terdapat proses belajar mengajar yang akan menghasilkan perubahan
pada diri individu yaitu pengetahuan atau pengalaman baru. Untuk
mengetahuiefektivitas siswa dalam belajar, kemampuannya dapat diukur dan
terbaca dalam prestasi belajar siswa. Permendikbud No. 66 Tahun 2013
mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang akan dicapai seseorang ketika
mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi peserta didik adalah hasil
penilaian dari kegiatan belajar yang telah dilakukan dan merupakan bentuk
perumusan akhir yang diberikan oleh guru untuk melihat sampai dimana
kemampuan peserta didik yang diukur melalui penilaian otentik, penilaian diri,
penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, uji mutu tingkat kompetensi,
ujian nasional, dan ujian sekolah atau madrasah.
Salah satu prinsip penilaian prestasi belajar adalah menggunakan acuan
kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan
siswa. Tuntas tidak tuntasnya suatu penilaian hasil belajar ditentukan oleh
pencapaian minimal dikenal dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).
Kriteria ketuntasan menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi yang
dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100
merupakan kriteria ketuntasan ideal. Sedangkan target ketuntasan nasional
diharapkan minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria
ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara
bertahap.
Prestasi belajar ekonomi merupakan prestasi belajar yang dicapai dengan
kegiatan belajar di sekolah khususnya setelah siswa mempelajari mata pelajaran
ekonomi. Prestasi belajar ekonomi dipacu agar siswadapat mencapai hasil yang
maksimal, karena mata pelajaran ekonomi tidak hanya penguasaan teori-teori
ekonomi saja, tetapi juga berisi tentang keterampilan menghitung, menggunakan
logika, dan menuntut ketelitian siswa. Mata pelajaran ekonomi merupakan mata
pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa yang masuk dalam peminatan sosial pada
Sekolah Menengah Atas (SMA). Selain itu, mata pelajaran ekonomi merupakan
salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN). Hal ini
menjadikan mata pelajaran ekonomi menjadi salah satu mata pelajaran yang
penting dan harus dikuasai oleh siswa.
Data dari diknas.purbalinggakab.go.id menunjukkan bahwa rata-rata nilai
Ujian Nasional SMA tahun ajaran 2014/2015 di Kabupaten Purbalingga adalah
sebesar 57,85. Hal ini berarti rata-rata nilai UN Kabupaten Purbalingga
berada di peringkat ke-23 dari keseluruhan 35 kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah.
Kecamatan Purbalingga merupakan kecamatan kota dimana kegiatan
bidang pendidikannya paling maju dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di
Kabupaten Purbalingga. Berikut rician daftar SMA di Kecamatan Purbalingga:
Tabel 1.1. Daftar SMA di Kecamatan Purbalingga
No Nama Sekolah Status Akreditasi
1. SMA N 1 Purbalingga Negeri A
2. SMA N 2 Purbalingga Negeri A
3. SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Swasta A Sumber: Dokumentasi Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga Tahun 2015 Tabel 2.1. menunjukkan bahwa semua SMA yang berada di Kecamatan
Purbalingga memperoleh akreditasi A. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa
fasilitas sekolah dan guru yang dimiliki sudah berkualitas. Namun pada
kenyataannya prestasi belajar siswa masih ada yang belum menunjukkan hasil
sesuai dengan yang diharapkan.
Siswa dikatakan berhasil dalam proses kegiatan belajar apabila siswa
tersebut telah mencapai KKM. Apabila nilai siswa di bawah KKM maka dapat
dikatakan bahwa siswa tersebut belum berhasil dalam proses kegiatan belajar
mengajar di kelas (Ningrum, 2013). Berdasarkan observasi awal yang telah
dilakukan di salah satu SMA di Kecamatan Purbalingga dapat dilihat bahwa
prestasi belajar mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS dapat dibilang belum
optimal. Hal itu dapat dilihat dari data rata-rata nilai Ulangan Akhir Semester
(UAS) Semester Gasal kelas XI IPS di salah satu SMA Kecamatan Purbalingga
Tabel 1.2. Rata-Rata Nilai UAS Kelas XI IPS Mapel Ekonomi SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016
Kelas Ekonomi Kriteria
Nilai KKM
XI IPS 1 66 75 Di Bawah KKM
XI IPS 2 63 75 Di Bawah KKM
XI IPS 3 67 75 Di Bawah KKM
XI IPS 4 64 75 Di Bawah KKM
XI IPS 5 58 75 Di Bawah KKM
Sumber : SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga (diolah)
Adanya program remedial yang diselenggarakan menjadi tolak ukur masih
kurang baiknya prestasi belajar siswa. Syah (2008) menyatakan bahwa prestasi
belajar dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan
faktor pendekatan belajar. Salah satu faktor internal yang sangat mempengaruhi
prestasi belajar siswa adalah motivasi belajar siswa itu sendiri.
Uno (2007) menyatakan bahwa motivasi dan belajar merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil praktek atau penguatan yang
dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang menimbulkan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh individu dapat terjadi.
Shih & Gamon (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa motivasi
dan gaya belajar merupakan dua faktor signifikan dalam pencapaian belajar
pembelajaran. Semakin tinggi tingkat motivasi dan penggunaan gaya belajar,
semakin tinggi pula pencapaian prestasi belajar di kelas. Sejalan dengan hal itu,
belajar, gaya belajar, dan berpikir kritis secara bersama-sama maupun secara
parsial berpengaruh terhadap Indeks Prestasi Kumulatif.
Menurut Febrianita (2013), faktor internal lain yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah gaya belajar. Gaya belajar merupakan cara dan kebiasaan
siswa dalam mempelajari sesuatu. Kadangkala siswa belum mengetahui dan
memahami gaya belajarnya sendiri, sebagian besar masih beranggapan bahwa
belajar itu merupakan suatu tuntutan bukan suatu kebutuhan. Akibatnya siswa
tidak mengetahui cara belajar yang menyenangkan untuk dirinya, padahal
pemahaman gaya belajar yang dimiliki siswa akan lebih mengoptimalkan
belajar.
Gaya belajar merupakan faktor yang penting dalam belajar. Hal ini sesuai
yang diungkapkan oleh Hamalik (2009), bahwa seseorang yang ingin berhasil
dalam belajar hendaknya mempunyai sikap serta belajar dengan baik. Wulandari
(2011) berpendapat bahwa gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor
alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak
dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Mengenali
gaya belajar sendiri belum tentu membuat siswa menjadi lebih pandai. Tapi
dengan mengenali gaya belajar, siswa akan dapat menentukan cara belajar yang
lebih efektif. Siswa lebih termotivasi untuk belajar karena tahu bagaimana
memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar
siswa dapat optimal.
Lebih dari dua dekade lalu, DePorter (1992) mengembangkan instrumen
Cara belajar yang dimiliki siswa sering disebut dengan gaya belajar atau
modalitas belajar siswa. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari
bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah
informasi. Terdapat tiga gaya belajar seseorang yaitu visual (cenderung belajar
melalui apa yang dilihat), auditorial (belajar melalui apa yang didengar) dan
kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan). Mengenali kecenderungan
modalitas yang dimiliki dapat melatih siswa untuk menjadi pembelajar yang
kritis, kreatif, dan mandiri (DePorter & Hernacki, 2012).
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah pola asuh
orang tua yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Gunarsa (2009)
menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang
diterapkan pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu ke waktu.
Hurlock (2006) berpendapat bahwa pola asuh orang tua terdiri dari tiga tipe
yaitu pola asuh dengan berbagai macam peraturan ketat (otoriter/authoritarian), pola asuh yang ditandai adanya pengakuan orang tua terhadap anak dimana anak
diberi kesempatan untuk tidak selalu bergantung pada orang tua
(demokratis/authoritative), dan pola asuh yang ditandai dengan cara orang tua mendidik anak yang cenderung bebas (permisif/permissive).
Berdasarkan penelitian Azizah (2012) diketahui bahwa terdapat hubungan
positif yang signifikan antara tipe pola asuh keluarga dengan prestasi belajar.
Turner et. al. (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hasil penelitian menunjukkan orangtua demokratis mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa,
akademik. Sejalan dengan hal itu, penelitian Nel (2013) menunjukkan
adahubungan yang kuat antara pola asuh orang tua dan hasil belajar siswa di
sekolah khususnya mengenai pola demokrasi, otoriter, dan permisif.
Adapun penelitian ini untuk menganalisis bagaimana gaya belajar dan pola
asuh orang tua yang berbeda pada setiap siswa berpengaruh terhadap pencapaian
prestasi belajar siswa dengan menambah variabel motivasi sebagai variabel
intervening. Hal tersebut yang mengakibatkan penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya dimana penelitian sebelumnya hanya
menggunakan gaya belajar dan pola asuh sebagai variabel tunggal sedangkan
dalam penelitian ini gaya belajar dan pola asuh orang tua bersifat kategorikal
yang menjadikannya variabel dummy. Selain itu, dengan adanya motivasi sebagai variabel intervening, maka metode analisisnya pun akan menjadi berbeda dengan penelitian sebelumnya dengan menambahkan uji selain regresi
berganda untuk lebih meyakinkan hasil penelitian.
Seperti yang telah diketahui, gaya belajar setiap siswa berbeda-beda. Hal
ini bergantung pada bagaimana cara masing-masing siswa menyerap informasi
dengan mudah (modalitas). Modalitas yang berbeda membuat setiap siswa
mengolah informasi dengan cara yang berbeda pula, sehingga siswa yang
diberikan suatu pembelajaran yang sama belum tentu memiliki pengalaman yang
sama antara siswa satu dan yang lainnya. Di sisi lain strategi transfer informasi
(gaya mengajar) yang digunakan guru dalam pembelajaran cenderung masih
banyak yang monoton dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini
mampu menangkap informasi secara optimal. Padahal antara gaya mengajar
guru dan gaya belajar siswa adalah dua hal yang sangat berkaitan, saling
mendukung satu sama lain, dan sangat menentukan keberhasilan suatu proses
mengajar belajar (Munif Chatib dalam Suparman, 2010).
Dryden dalam Fatma (2009) mengemukakan bahwa ketidaksesuaian gaya
mengajar guru dalam proses pembelajaran dengan gaya belajar siswa telah
menyebabkan kegagalan pada banyak anak dan menjadi penyebab terbesar
kegagalan sekolah. Cara pandang sekolah yang mengasumsikan bahwa setiap
siswa mempunyai gaya belajar yang sama dan mengklasifikasikan siswa
sehingga siswa pintar dan siswa bodoh telah mengingkari fitrah kemanusiaan
yang sesungguhnya dan menjerumuskan sebagian siswa pada kegagalan. Oleh
karena itu mengetahui gaya belajar siswa dengan tepat akan dapat mendorong
seluruh kemampuan potensial mereka.
Analisis mengenaigaya belajar, motivasi, dan prestasi siswa dapat berguna
untuk mengetahui siswa dengan gaya belajar mana yang mempunyai motivasi
maupun prestasi belajar yang tinggi dan yang rendah. Dengan diketahuinya hal
tersebut, siswa dapat mengenali dan memahami gaya belajarnya sendiri sehingga
dapat menggunakan teknik-teknik yang cocok dalam belajar ekonomi untuk
meningkatkan kecepatan dan kualitas belajar masing-masing individu. Dengan
mengetahui gaya belajar siswa yang berbeda juga dapat membantu guru untuk
mampu mendekati semua atau hampir semua siswa dengan menyampaikan
ekonomi dapat tersampaikan dan diterima secara merata oleh semua siswa
melalui modalitasnya masing-masing.
Lingkungan keluarga sebagai salahsatu faktor eksternal, baik secara
langsungataupun tidak langsung akan berpengaruhterhadap munculnya motivasi
belajaranak.Orang tua seharusnya berperan dalam menciptakan situasi
lingkungan keluarga yang mendukung peningkatan motivasi belajar anak. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan membantu, membimbing, dan mengarahkan
pemecahan masalah yang dihadapi anak, misalnya masalah pelajaran dan
pergaulan, agar prestasi anak pun dapat meningkat. Namun demikian tidak
semua orangtua mampu menerapkansikapnya sesuaidengan situasi yang
mendukung motivasibelajar anak-anaknya. Sebagian besar orang tua sadar atau
tidak, kurang memperhatikan akan sikap kepemimpinan dan pola asuh terhadap
anaknya yang dapat mempengaruhi motivasidan prestasi belajar anaknya
(Mustolikh & Shalihati, 2014).
Analisis mengenai pola asuh orang tua siswa dilakukan untuk mengetahui
tipe pola asuh orang tua siswa mana yang memiliki kecenderungan motivasi dan
prestasi belajar ekonomi yang tinggi. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan pihak sekolah dalam kaitannya dengan kemitraan sekolah dan
keluarga. Karena kerjasama antara sekolah dan keluarga perlu ditingkatkan
supaya tidak terjadi kontradiksi atau ketidakselarasan antara nilai-nilai yang
harus dipegang teguh oleh siswa di sekolah dan yang harus siswa ikuti di
Guru-guru yang berpengalaman, mengetahui pentingnya membuat orang
tua terlibat dalam pendidikan anak-anak. Dalam sebuah survey menyebutkan
keterlibatan orang tua sebagai prioritas nomor satu untuk meningkatkan kualitas
pendidikan (Chira dalam Santrock, 2009). Untuk itu, dengan mengetahui pola
asuh orang tua dari siswanya, guru dapat memberikan arahan atau bimbingan
kepada orang tua yang agar dapat lebih memperhatikan pola asuhnya sehingga
anak dapat lebih termotivasi untuk belajar dan mencapai prestasi belajar yang
maksimal.
Gaya belajar dan pola asuh orang tua yang berbeda-beda, jika
diidentifikasi dan dianalisis pengaruhnya terhadap motivasi dan prestasi belajar
siswa dimungkinkan dapat dijadikan sarana untuk menambah motivasi siswa
dalam belajar yang akhirnya juga mendorong peningkatan prestasi belajar siswa
di sekolah, khususnya siswa kelas XI IPS SMA se-Kecamatan Purbalingga.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka penulis bermaksud
mengadakan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Gaya Belajar dan Pola
Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMA
Se-Kecamatan Purbalingga Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Motivasi
Belajar sebagai Variabel Intervening”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
1. Apakah gaya belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa
kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga?
2. Apakah pola asuh orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi
siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga?
3. Apakahgaya belajar berpengaruh terhadap tigkat motivasi belajar siswa kelas
XI SMA se-Kecamatan Purbalingga?
4. Apakah pola asuh orang tua berpengaruh terhadaptingkat motivasi belajar
siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga?
5. Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa
kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar ekonomi
siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga.
2. Untuk menganalisis pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar
ekonomi siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga.
3. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar terhadap tingkat motivasi belajar
siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga.
4. Untuk menganalisis pengaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat motivasi
siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga.
5. Untuk menganalisis pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.
b. Diharapkan dapat menambah referensi bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian sejenis berikutnya dalam rangka meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, dapat menjadi masukan dalam memperluas pengetahuan dan
wawasan memahami gaya belajar dan pola asuh orang tua melalui
motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi, sehingga proses
pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik.
b. Bagi siswa, dapat membantu meningkatkan prestasi belajar ekonomi siswa
dengan mengenali gaya belajar yang dimiliki.
c. Bagi sekolah, sebagai bahan informasi tentang gaya belajar dan pola asuh
orang tua siswa, sehingga diharapkan dapat memberikan kebijakan yang
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Teori Belajar
2.1.1.Teori Behaviorisme
Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya
aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori
mental state. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja (Hamalik, 2009:43).
Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar
adalah bahwa hasil belajar (perubahan tingkah laku) itu tidak disebabkan oleh
kemampuan internal manusia (insight), tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon. Untuk itu, agar aktivitas belajar siswa di kelas dapat
mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian
rupa (menarik dan spesifik) sehingga mudah direspon siswa (Rifa‟i & Anni,
2009:90).
Hubungan stimulus-respon ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan
otomatis dalam belajar. Dengan latihan-latihan maka hubungan-hubungan itu
akan semakin menjadi kuat. Inilah yang disebut S-R Bond Theory (Hamalik, 2009:43). Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan siswa pada masa lalu dan
masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Dengan
demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi
2.1.2.Teori Koneksionisme (Thorndike)
Prinsip Teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan panca indra
(sense impression) dengan implus untuk bertindak (impulse to action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau
hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itulah, TeoriThorndike disebut
Connectionism atau Bond Psychology (Bahrudin, 2010:166). Thorndike menyatakan pandangan bahwa tipe pembelajar yang paling fundamental adalah
pembentukan asosiasi-asosiasi (koneksi-koneksi) antara pengalaman-pengalaman
indrawi (persepsi terhadap stimulus atau peristiwa) dan impuls-impuls saraf
(respon-respon) yang memberikan manifestasinya dalam bentuk perilaku.
Thorndike percaya bahwa pembelajaran sering terjadi melalui rangkaian
eksperimen menyeleksi dan mengkoneksikanatau biasa disebut trial and error (Schunk, 2012:101).
Teori belajar trial and error mempunyai empat ciri-ciri,yaitu adanya motif yang mendorong aktivitas, adanya berbagai respon terhadap situasi, adanya
eliminasi respon-respon yang gagal atau salah, dan adanya kemajuan reaksi-reaksi
dalam mencapai tujuan (Bahrudin, 2010:166). Dalam penelitiannya, Thorndike
menemukan tiga hukum pokok dalam proses belajar berupa “Law of Readiness”
dimana jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau
bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan. “Law of Exercise” dimana makin
banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat
hubungan itu dan praktek perlu disertai dengan “reward”. Terakhir adalah “Law
dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan menjadi lebih kuat.
Bilamana hubungan dibarengi “state of affairs” yang mengganggu, maka
kekuatan hubungan menjadi berkurang (Dalyono, 2007).
Law of Effect juga berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan akan diingat dan dipelajari dengan
sebaik-baiknya, sedangkan segala tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan akan
dihilangkan dan dilupakan (Purwanto, 2009:99). Namun dalam perkembangan
teorinya diketahui bahwa tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan
(hukuman) merupakan sarana yang efektif untuk mengubah perilaku karena
hukuman tidak mengajari siswa perilaku yang benar, tetapi lebih berperan
memberitahukan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Hal ini juga berlaku pada
keterampilan kognitif. Jadi hukuman menekan respon, tetapi respon tersebut tidak
dilupakan (Schunk, 2012:105).
2.2.Prestasi Belajar Ekonomi
2.2.1.Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar, harus
bertitik tolak terlebih dahulu tentang pengertian belajar itu sendiri. Belajar adalah
suatu adaptasi atau proses penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif (Syah,2008:90). Sejalan dengan hal itu, Slameto (2010:2)
mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
lingkungannya. Lebih luas lagi, Djamarah (2008:13) mengemukakan bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya menyangkut kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
psikomotorik (keterampilan).
Hamalik (2009:38) menyebutkan bahwa bukti seorang telah belajar ialah
terjadinya perubahan tingkah laku orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia
terdiri dari sejumlah aspek. Adapun aspek itu adalah pengetahuan, pemahaman,
kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi
pekerti (etika), sikap, dan lain-lain. Sedangkan menurut Slameto (2010:3-5)
tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri adanya
perubahan tingkah laku terjadi secara sadar, perubahan bersifat kontinu
(berkesinambungan) dan fungsional, perubahan bersifat positif (semakin banyak)
dan aktif (atas dasar usaha sendiri), perubahan besifat permanen (bertahan dalam
jangka waktu yang lama), perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah pada
tingkah laku yang ditetapkan, serta perubahan mencakup seluruh aspek tingkah
laku (sikap keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya).
Kemampuan intelektual sangat mempengaruhi keberhasilan belajar
seseorang yang terlihat dari prestasi belajar yang didapat. Untuk mengetahui
prestasi tersebut perlu diadakan evaluasi dengan tujuan mengetahui kemampuan
seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar tidak dapat
belajar yang merupakan proses pembelajaran. Sudjana (2009:3) menyatakan
prestasi belajar pada hakikatnya adalah perubahan-perubahan tingkah laku yang
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Suryadi Suryabrata dalam
Prasetya (2012:54) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
dari hasil latihan, pengalaman yang didukung oleh kesadaran. Jadi prestasi belajar
merupakan hasil dari perubahan dalam proses belajar.
Darsono (2000:110-111) menyebutkan bahwa pengumpulan informasi hasil
belajar dapat ditempuh melalui dua cara yaitu teknik tes yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan kognitif siswa (biasanya berupa tes obyektif, tes jawaban
singkat, dan tes uraian) dan teknik non tes yang lebih banyak bertujuan untuk
mengungkap kemampuan psikomotorik dan hasil belajar efektif siswa (biasanya
melalui observasi, wawancara dan angket). Sedangkan Arikunto (2002:33-39)
menyebutkan tes dibedakan menjadi tiga macam yaitu: (1) tes diagnostik adalah
tes yang digunakan untuk menentukan kelemahan dan kelebihan siswa dengan
melihat gejala-gejalanya sehingga diketahui kelemahan dan kelebihan tersebut
pada siswa dapat dilakukan perlakuan yang tepat, (2) tes formatif adalah untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah memahami suatu satuan pelajaran tertentu
dan diberikan sebagai usaha memperbaiki proses belajar, serta (3) tes sumatif
dapat digunakan pada ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir
semester. Dari tes formatif dan tes sumatif inilah prestasi belajar siswa diketahui.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran setelah melalui tahap
diketahui setelah melakukan evaluasi dan evaluasi dapat memperlihatkan tentang
tinggi atau rendahnya prestasi belajar.
2.2.2. Pengertian Prestasi Belajar Ekonomi
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses. Sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Mata pelajaran ekonomi merupakan salah satu mata
pelajaran yang dilaksanakan pada peminatan Sosial di Sekolah Menengah Atas
(SMA).
Materi pokok mata pelajaran ekonomi yang harus dikuasai oleh siswa kelas
XI IPS adalah mengenai pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,
ketenagakerjaan, pendapatan nasional, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), perpajakan, indeks
harga dan inflasi, kebijakan moneter, pelaku ekonomi dan sistem perekonomian
Indonesia, pasar modal, perdagangan internasional, serta kerjasama internasional.
Ada beberapa bentuk penilaian, yaitu berupa tes tertulis, penilaian portofolio,
penilaian produk, dan unjuk kerja. Bentuk penilaian tidak sama untuk setiap
materi pokoknya, bergantung pada kriteria materi pokok yang harus dikuasai
siswa.
Mengacu pada pengertian prestasi belajar di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar Ekonomi adalah keberhasilan dalam hal penguasaan dan
pemahaman pengetahuan serta keterampilan seputar Mata Pelajaran Ekonomi
Sudjana (2009:15) mengatakan bahwa diantara ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran. Karena itu, unsur yang ada dalam prestasi siswa terdiri dari hasil
belajar dan nilai siswa.
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari
perilaku lama ke perilaku yang baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru.
Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana siswa dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada, sehingga
terdapat reaksi yang muncul dari siswa. Reaksi yang dilakukan merupakan usaha
untuk menciptakan kegiatan belajar sekaligus menyelesaikannya. Sehingga
nantinya akan mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada siswa
sebagai hal baru serta menambah pengetahuan.
Secara umum prestasi belajar siswa sangat beragam, hal ini tentu saja
mempunyai faktor-faktor penyebabnya. Beberapa ahli telah membahas mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Secara garis
besar faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat, aspek yaitu
aspek fisiologis, psikologis, lingkungan dan instrumental. Aspek fisiologis
merupakan faktor internal yang berasal dari dalam diri setiap individu, sedangkan
aspek lingkungan dan instrumental merupakan faktor eksternal yang berasal dari
Aspek fisiologis meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menunjukkan kebugaran organ-organ tubuh dapat mempengaruhi semangat
dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah akan
berdampak secara langsung pada kualitas penyerapan materi pelajaran (Syah,
2008:132). Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan
kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalau mengindahkan
ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan
ibadah (Slameto, 2010:55).
Aspek psikologis adalah faktor yang bersifat rohaniah. Menurut Syah
(2008:133), banyak faktor yang masuk dalam aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di
antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial
itu adalah intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.
Tingkat intelegensi atau kecerdasan (IQ) tak dapat diragukan lagi sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar. Semakin tinggi kemampuan inteligensi
siswa maka semakin besar peluang meraih sukses, akan tetapi sebaliknya semakin
rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil peluang meraih sukses
(Syah, 2008:132). Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi
yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya karena belajar adalah suatu
proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan
intelegensi hanya salah satu di antara faktor lainnya (Slameto, 2010:56).
siswa yang merespon dengan positif merupakan awal yang baik bagi proses
pembelajaran yang akan berlangsung sedangkan sikap negatif terhadap guru
ataupun pelajaran apalagi disertai dengan sikap benci maka akan berdampak pada
pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar yang kurang maksimal (Syah,
2008:133).
Bakat atau aptitude menurut Hilgard dalam Slameto (2010:57) adalah “the capacity to learn”. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Syah
(2008:133) menyatakan bahwa setiap individu mempunyai bakat dan setiap
individu yang memiliki bakat akan berpotensi untuk mencapai prestasi sampai
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat akan dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian prestasi belajar pada bidang-bidang
tertentu.
Minat (interest) dapat diartikan kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa, sebagai contoh siswa yang mempunyai minat dalam bidang
matematika akan lebih fokus dan intensif ke dalam bidang tersebut sehingga
memungkinkan mencapai hasil yang memuaskan (Syah, 2008:134). Jika terdapat
siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar siswa
tersebut mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang
menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan
cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu (Slameto,
Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu atau pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi
bisa berasal dari dalam diri setiap individu dan datang dari luar individu tersebut
(Syah, 2008:134). Motivasi yang timbul karena kebutuhan dari dalam diri siswa
dianggap lebih baik dibandingkan dengan motivasi yang disebabkan oleh
rangsangan dari luar. Namun dalam praktiknya, sering motivasi dari dalam itu
tidak ada atau belum timbul sehingga perlu adanya rangsangan dari luar (Hamalik,
2009:51). Dalam membentuk motif yang kuat dalam belajar dapat dilaksanakan
dengan adanya latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan
yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar (Slameto,
2010:58).
Aspek lingkungan meliputi lingkungan orang tua dan keluarga, sekolah,
serta masyarakat. Lingkungan yang paling banyak berperan dan mempengaruhi
kegiatan belajar siswa adalah lingkungan orang tua dan keluarga (Syah,
2008:134). Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana ruma tangga, dan
keadaan ekonomi keluarga (Slameto, 2010:60). Semuanya dapat memberi dampak
baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan prestasi yang dapat dicapai
siswa (Syah, 2008:134).
Lingkungan sekolah sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar
yang kondusif. Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Karena itu,
guru dan siswa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar sekolah
Lingkungan sekolah juga meliputi para guru yang harus menunjukkan sikap dan
perilaku yang simpatik serta menjadi teladan dalam hal belajar, staf-staf
administrasi di lingkungan sekolah, dan teman-teman di sekolah dapat
mempengaruhi semangat belajar siswa (Syah, 2008:135).
Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi karena siswa juga
berada dalam suatu kelompok masyarakat dan teman-teman sepermainan serta
kegiatan-kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat dan pergaulan sehari-hari yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar (Syah, 2008:135). Mass media juga ikut berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Mass media berupa bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain.
Mass yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga belajarnya, sebaliknya mass yang jelek juga dapat berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka
perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana
pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah maupun
masyarakat (Slameto, 2010:70).
Terakhir adalah aspek atau faktor instrumental. Termasuk dalam
instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi
adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana
dan fasititas, serta manajemen yang berlaku di sekolah (Purwanto, 2007:107).
Kurikulum meliputi segala kegiatan dan bahan pengajaran yang diberikan kepada
siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Guru
sebagai pengajar harus mengusahakan metode mengajar yang setepat, efisien dan
manajemen sekolah harus memadai agar dapat menunjang siswa dalam belajarnya
(Slameto, 2010:67). Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input
merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam
pencapaian hasil/output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akan terjadi di dalam diri si
pelajar (Purwanto, 2007:107).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa
di sekolah sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena
prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor-faktor tersebut dan saling
berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kelemahan salah satu faktor akan
dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan demikian,
tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah didukung oleh
faktor fisiologis, psikologis, dan instrumental.
2.3.Motivasi Belajar
2.3.1.Pengertian Motivasi Belajar
Anoraga (2014:34) menyatakan bahwa dalam pengertian umum, motivasi
dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah suatu tujuan
tertentu. Menurut Sardiman (2011:73), motivasi berasal dari kata motif yang
artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk
Mc. Donald dalam Hamalik (2010:106) menjelaskan bahwa motivasi adalah
suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedang Slavin dalam Rifa‟i
& Anni (2012:159) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah proses internal
yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus
menerus.
Berdasarkan pengertian motivasi dari beberapa ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan, dan
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat
tercapai, dalam hal ini adalah untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan.
Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan yang dibutuhkan, dalam hal ini adalah
pencapaian tujuan.
2.3.2.Teori-teori Motivasi
2.3.2.1. Teori Kebutuhan
Maslow merupakan pakar teori kebutuhan manusia yang menjelaskan
konsep motivasi untuk memenuhi kebutuhan (Rifa‟i & Anni, 2012:146). Teori ini
mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang tidak puas hanya dengan
terpenuhi satu kebutuhan, tetapi manusia akan merasa puas jika semua kebutuhan
terpenuhi (Prayitno, 2009:34). Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang
fisik maupun psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila pemimpin atau
pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, maka hal yang
dilakukan terlebih dahulu adalah berusaha mengetahui apa kebutuhan-kebutuhan
orang yang akan dimotivasinya.
2.3.2.2. Teori Behavioristik
Teori ini berpendapat bahwa motivasi dikontrol oleh lingkungan. Suatu
tingkah laku yang bermotivasi terjadi apabila konsekuensi tingkah laku itu dapat
menggetarkan emosi individu yaitu menjadi suka atau tidak suka (Prayitno,
2009:34). Konsep motivasi erat hubungannya dengan suatu prinsip bahwa
perilaku yang diperkuat (reinforced) di masa lalu adalah lebih mungkin diulangi lagi dibandingkan dengan perilaku yang tidak diperkuat atau dihukum (Rifa‟i &
Anni, 2012:144).
2.3.2.3. Teori Naluri (Insting)
Teori ini mengatakan kekuatan biologis adalah kekuatan yang dibawa sejak
lahir. Kekuatan biologis inilah yang membuat seseorang bertindak menurut cara
tertentu, demikianlah dasar pemikiran teori ini. Kekuatan insting inilah yang
seolah-olah memaksa seseorang untuk berbuat dengan cara tertentu, untuk
mengadakan pendekatan kepada rangsang dengan cara tertentu (Handoko,
2008:10). Pada dasarnya manusia memiliki tiga naluri yaitu naluri
mempertahankan diri, mengembangkan diri, dan mengembangkan atau
2.3.3.Jenis dan Ciri Motivasi Belajar
Motivasi untuk melakukan sesuatu berasal dari berbagai faktor, dapat dari
dalam (intrinsik) maupun luar (ekstrinsik) individu (Rifa‟i & Anni, 2012:136).
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsi tidak perlu
dirangsang dari luar karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Hal ini dapat dikaitkan pada seorang siswa yang belajar
didorong karena ingin mendapat pengetahuan, nilai, dan ketrampilan (Sardiman,
2011:86). Dalam hal ini, pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan,
karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan
pujian atau hadiah itu (Hamalik, 2009:112).
Motivasi ekstrinsikadalah motivasi aktif dan berfungsi karena adanya
rangsangan dari luar. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan
sebagai bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar (Sardiman, 2011:86). Dalam hal belajar, motivasi ekstrinsik
disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka, kredit, ijazah,
tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan, sarkasme, ejekan, dan
hukuman (Hamalik, 2009:112-113).
Motivasi seseorang tidak dapat diukur secara langsung (Rifa‟i & Anni,
2012:134). Namun, dengan mengamati perilakunya, akan dapat diketahui
bagaimana motivasi yang ada dalam diri seseorang. Sardiman (2011:83)
menyebutkan bahwa motivasi yang ada dalam diri seseorang memiliki ciri-ciri:
lama, dan tidak pernah berhenti sebelum selesai), (2) ulet menghadapi kesulitan
(tidak lekas putus asa), (3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam
masalah (minat untuk sukses), (4) lebih senang bekerja mandiri, (5) cepat bosan
pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat monoton, berulang-ulang begitu
saja, sehingga kurang kreatif), (6) dapat mempertahankan pendapatnya (kalau
sudah yakin akan sesuatu), (7) tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah
diyakini, serta(8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila sesorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang
tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dengan adanya usaha yang
tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan
melahirkan hasil belajar yang baik.
2.4.Gaya Belajar
2.4.1.Pengertian Gaya Belajar
Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah
pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat
lambat (Uno, 2008:180). Oleh karena itu, manusia sering kali harus menempuh
cara yang berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang
sama. Ada siswa yang lebih senang menulis hal-hal yang telah disampaikan oleh
guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Adapula siswa yang lebih senang
mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru, serta adapula siswa yang lebih
siswa selama proses pembelajaran berlangsung maka akan tercipta suatu cara
belajar yang menjadi suatu kebiasaan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Cara belajar yang dimiliki seseorang sering disebut dengan gaya belajar atau
modalitas belajar. Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang
berbeda dan menemukan berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang,
telah disepakati secara umum adanya dua kategori utama tentang bagaimana
seseorang belajar. Pertama, bagaimana cara seseorang menyerap informasi dengan
mudah (modalitas) dan kedua, cara seseorang mengatur dan mengolah informasi
tersebut (Hamruni, 2009:65). Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari
bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah
informasi (DePorter & Hernacki, 2012:110). Modalitas belajar sendiri merupakan
berbagai cara yang digunakan sistem otak-pikiran untuk mengakses pengalaman
(masukan) dan mengungkapkan pengalaman (keluaran). Seluruh modalitas sangat
berkaitan erat dengan indera manusia (Samples, 2002:147).
Para ahli lain berpendapat bahwa gaya belajar adalah kebiasaan yang
mencerminkan cara seseorang memperlakukan pengalaman yang diperoleh
melalui modalitas (Samples, 2002:146). Gaya belajar berhubungan dengan cara
siswa belajar, serta cara belajar yang disukai. Gaya belajar adalah cara yang
konsisten yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus atau
informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal (Keefe dalam
Sugihartono, 2012:53).
Setiap individu cenderung memiliki gaya belajar yang berbeda. Istilah gaya
oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat,
berpikir, dan memecahkan soal (Nasution, 2008:94). Seorang siswa yang akrab
dengan gaya belajarnya sendiri akan dapat mengambil langkah-langkah penting
untuk membantu dirinya belajar dengan lebih cepat, lebih mudah, lebih
menyenangkan, dan lebih efektif (Hamruni, 2009:65).
Dari beberapa definisi gaya belajar di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar adalah cara yang dipakai seseorang dalam proses belajar yang meliputi
bagaimana menangkap, mengatur, serta mengolah informasi yang diterima
sehingga pembelajaran menjadi efektif. Gaya belajar mengingatkan tentang
individualitas setiap siswa yang dapat digunakan untuk membantu dalam
menerapkan cara dan strategi pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan gaya
belajar masing-masing siswa.
2.4.2.Macam-Macam Gaya Belajar
2.4.2.1. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual menjelaskan bahwa seseorang harus melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya (Uno, 2008:181). Modalitas ini
mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang,
potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini (DePorter, 2010:123).
Orang dengan gaya belajar visual memiliki kebutuhan yang tinggi untuk melihat
dan menangkap informasi secara visual sebelum memahaminya. Pembelajar
orang dengan gaya belajar visual memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna
dan pemahaman yang cukup terhadap artistik (Subini, 2011:118-119).
Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan
ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Anak cenderung untuk
duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Anak berpikir menggunakan
gambar-gambar di otaknya dan belajar lebih cepat dengan menggunakan
tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.
Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk
mendapatkan informasi. Anak sangat menyenangi jika di dalam kelas tertempel
gambar-gambar dengan aneka warna dengan berbagai jenis gambar (Suparman,
2010:66-67).
Pembelajar visual cenderung memiliki beberapa kebiasaan yang
menunjukkan ciri-ciri orang yang belajar dengan gaya visual. Ciri-ciri tersebut
yaitu: rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, perencana dan pengatur jangka
panjang yang baik, pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang
sebenarnya dalam pikirannya, mengingat apa yang dilihat dari pada yang
didengar, mengingat dengan asosiasi visual, mempunyai masalah untuk
mengingat intruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering kali minta bantuan orang
untuk mengulanginya, lebih suka membaca daripada dibacakan, mencoret-coret
tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat, lebih suka melakukan
demonstrasi daripada berpidato, lebih suka seni daripada musik, sering kali