• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH GAYA BELAJAR DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI SMA SE KECAMATAN PURBALINGGA TAHUN AJARAN 20152016 DENGAN MOTIVASI BELAJAR SEBAGAI VARIABE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH GAYA BELAJAR DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI SMA SE KECAMATAN PURBALINGGA TAHUN AJARAN 20152016 DENGAN MOTIVASI BELAJAR SEBAGAI VARIABE"

Copied!
238
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS PENGARUH GAYA BELAJAR DAN POLA

ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI

BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI SMA

SE-KECAMATAN PURBALINGGA TAHUN AJARAN

2015/2016 DENGAN MOTIVASI BELAJAR SEBAGAI

VARIABEL

INTERVENING

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Catur Tias Pamungkas NIM 7101412057

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)

iv 333333

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama

kesulitan ada kemudahan. (Q.S Al Insyiraah; 5-6)

 Orang yang beruntung adalah orang yang bersyukur atas nikmat Allah dan

bersabar atas ujian Allah. (HR. Muslim)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan sebagai ungkapan

terima kasih kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Nur Chamdi

dan Ibu Tuminah) yang senantiasa memberikan

dukungan dan do‟a.

2. Kakak-kakak terkasih (Dwi Lestari dan Trian

Restianto)

3. Universitas Negeri Semarang dan sahabat-sahabat

(5)

v

PRAKATA

Puji syukurkehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq,

hidayah, serta inayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Analisis Pengaruh Gaya Belajar dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga Tahun

Ajaran 2015/2016 dengan Motivasi Belajar sebagai Variabel Intervening” dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

Penyusun menyadari sepenuhnya tanpa bimbingan, dorongan, dan bantuan

dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan diselesaikan dengan baik. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang,

yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk memperoleh

pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Wahyono, M.M., Dekan Fakultas ekonomi Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga dapat

menyelesaikan skripsi dan studi dengan baik.

3. Dr. Ade Rustiana, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin kepada

penyusun untuk melakukan penelitian.

4. Amir Mahmud, S.Pd., M.Si., selakudosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi yang sangat bermanfaat selama

(6)

vi

5. Dr. Partono Thomas, M.S. selaku dosen Penguji I dan Fahrur Rozi, S.Pd.,

M.Pd., Ph.D. selaku dosen Penguji II yang telah memberikan banyak

masukan demi lebih baiknya skripsi ini.

6. Drs. Kustomo selaku Kepala SMA N 1 Purbalingga, Joko Mulyanto, S.Pd.

selaku Kepala SMA N 2 Purbalingga, dan Drs. Dody Prastowo selaku Kepala

SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Dra. Esti Dian Andayani selaku guru ekonomi SMA N 1 Purbalingga, Heni

Dian, S.Pd. selaku guru ekonomi SMA N 1 Purbalingga, dan Rina

Setyaharini, S.Pd.selaku guru ekonomi SMA Muhammadiyah 1Purbalingga

yang telah membimbing dalam melakukan penelitian di lapangan.

8. Mas Iwan, Mba Dwi, Mas Mistin, Mba Endah, dan keluarga yang telah

memberikan dukungan secara finansial dan moral.

9. Anindita M.P, Arina M.T, Kurnia N.U., Salfira A.L, Niswah L., Ziyan T., dan

teman-teman Shiro group lainnyayang telah berjuang bersama-sama.

10. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satupersatu yang telah

membantu dalam pembuatan skripsi ini.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia atas kebaikan yang

telah diberikan. Penyusun berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penyusun, pembaca, dan semua pihak yang memerlukan.

Semarang,Agustus 2016

(7)

vii

SARI

Pamungkas, Catur Tias. 2016. “Analisis Pengaruh Gaya Belajar dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMA Se-Kecamatan Purbalingga Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Motivasi Belajar sebagai Variabel Intervening”. Sarjana Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Amir Mahmud, S.Pd., M.Si.

Kata kunci : Gaya Belajar, Pola Asuh, Motivasi Belajar, Pretasi Belajar.

Prestasi belajar merupakan salah satu tolak ukur untuk menunjukkan keberhasilan suatu pendidikan. Data rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) SMA 2014/2015 Kabupaten Purbalingga menunjukkan adanya penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dan masuk peringkat 13 terendah di Provinsi Jawa Tengah.Berdasarkan observasi awal di SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga, diketahui bahwa rata-rata nilai mata pelajaran ekonomi siswa di semua kelas XI IPSmenunjukkanangka yangbelum mencapai kriteria ketuntasan minimum. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah perbedaan prestasi belajar dan motivasi belajar yang disebabkan perbedaan gaya belajar dan pola asuh orang tua siswa. Selanjutnya adakah pengaruh positif dan signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi kelas XI IPS di SMA se-Kecamatan Purbalingga tahun ajaran 2015/2016.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA se-Kecamatan Purbalingga tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 456 siswa dengan jumlah sampel 213 siswa yang dihitung menggunakan rumus Slovin. Pemilihan sampel menggunakan teknik cluster proportional random sampling (sampel imbangan kelompok). Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Metode analisis data adalah analisis deskriptif dan analisis jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan gaya belajar tidak berdampak prestasi belajar, sedangkan perbedaan pola asuh orang tua berdampak pada prestasi belajar. Perbedaan gaya belajar juga diketahui tidak berdampak pada motivasi belajar, sedangkan perbedaan pola asuh orang tua berdampak pada tingkat motivasi belajar. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa motivasi belajar berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi belajar.

(8)

viii

ABSTRACT

Pamungkas, Catur Tias. 2016. “The Analysis of Learning Style and Parenting Style on Grade Students’ Economic Achievement in Purbalingga Subdistrict with Learning Motivation as Intervening Variable”. Final Project. Economic Education Department. Faculty ofEconomics. State University of Semarang. Advisor: Amir Mahmud, S.Pd., M.Si.

Keyword : Learning Style, Parenting Style, Learning Motivation, Learning Achievement.

Learning achievement is one of the parameters for success of an education. Average score of Purbalingga Regency‟s High School National Examination (UN) 2014/2015, it showed that there was a decreased score compared to the Furthermore, there is a positive and significant influence of learning motivation on grade students‟ economic achievement in Purbalingga Subdistrict year 2015/2016.

The study population was all students of grade high school in Purbalingga Subdistrict academic year 2015/2016 amounted to 456 students, 213 students used as sample and calculated by using the Slovin formula. The sample selection used cluster proportional random sampling technique. Methods of data collection used questionnaires and documentation. The data analysis methods were descriptive analysis and path analysis.

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBNG ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 11

1.3.Tujuan Penelitian ... 12

1.4.Manfaat Penelitian ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

2.1.Teori Belajar ... 14

(10)

x

2.1.2.Teori Koneksionisme (Thorndike) ... 15

2.2.Prestasi Belajar Ekonomi ... 16

2.2.1. Pengertian Prestasi Belajar ... 16

2.2.2. Pengertian Prestasi Belajar Ekonomi... 19

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 20

2.3.Motivasi Belajar ... 25

2.3.1.Pengertian Motivasi Belajar ... 25

2.3.2. Teori-teori Motivasi ... 26

2.3.2.1. Teori Kebutuhan... 26

2.3.2.2. Teori Behavioristik... 27

2.3.2.3. Teori Naluri (Insting) ... 27

2.3.3.Jenis dan Ciri Motivasi Belajar... 28

2.4.Gaya Belajar ... 29

2.4.1. Pengertian Gaya Belajar ... 29

2.4.2. Macam-Macam Gaya Belajar ... 31

2.4.2.1. Gaya Belajar Visual ... 31

2.4.2.2. Gaya Belajar Auditorial ... 33

2.4.2.3. Gaya Belajar Kinestetik ... 35

2.5.Pola Asuh Orang Tua ... 38

2.5.1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ... 38

2.5.2. Jenis Pola Asuh Orang Tua... 39

2.5.2.1.Pola Asuh Otoriter ... 39

(11)

xi

2.5.2.3. Pola Asuh Permisif ... 41

2.6.Penelitian Terdahulu ... 42

2.7.Kerangka Berpikir ... 44

2.7.1. Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 44

2.7.2. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 46

2.7.3. Hubungan Gaya Belajar dengan Motivasi Belajar ... 47

2.7.4. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Belajar... 49

2.7.5. Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 50

2.8.Hipotesis Penelitian ... 52

BAB III METODE PENELITIAN ... 53

3.1.Jenis dan Desain Penelitian ... 53

3.2.Populasi dan Sampel ... 53

3.2.1. Populasi ... 53

3.2.2. Sampel ... 54

3.3.Variabel Peneitian ... 56

3.3.1.Prestasi Belajar Ekonomi ... 56

3.3.2. Motivasi Belajar... 56

3.3.3. Gaya Belajar ... 57

3.3.4. Pola Asuh Orang Tua... 58

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 60

3.4.1. Dokumentasi ... 60

(12)

xii

3.5.Teknik Analisis Uji Coba Instrumen ... 62

3.5.1. Uji Validitas ... 62

3.5.2.Uji Reliabilitas ... 64

3.6.Metode Analisis Data ... 65

3.6.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 65

3.6.1.1.Analisis Statistik Deskriptif Variabel Prestasi Belajar... 67

3.6.1.2.Analisis Statistik Deskriptif Variabel Motivasi Belajar ... 68

3.6.2.Analisis Statistik Inferensial ... 72

3.6.2.1.Analisis Jalur (Path Analysis) ... 73

3.6.2.2. Uji Hipotesis ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80

4.1.Hasil Penelitian ... 80

4.1.1.Deskripsi Objek Penelitian ... 80

4.1.2.Analisis Statistik Deskriptif ... 80

4.1.2.1. Analisis Deskriptif Prestasi Belajar Ekonomi ... 80

4.1.2.2.Analisis Deskriptif Gaya Belajar ... 82

4.1.2.3. Analisis Deskriptif Pola Asuh Orang Tua ... 82

4.1.2.4. Analisis Deskriptif Motivasi Belajar ... 83

4.1.3.Analisis Statistik Inferensial ... 84

4.1.3.1.Analisis Jalur (Path Analysis) ... 84

4.1.3.2. Uji Hipotesis ... 90

(13)

xiii

4.1.3.2.2. Uji MANOVA (Multivariate Analysis of Variance ) ... 93

4.2.Pembahasan ... 100

4.2.1.Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 100

4.2.2. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 102

4.2.3. Hubungan Gaya Belajar dengan Motivasi Belajar ... 104

4.2.4.Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Motivasi Belajar... 106

4.2.5.Hubungan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Ekonomi ... 109

BAB V PENUTUP ... 110

5.1.Simpulan ... 110

5.2.Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar SMA di Kecamatan Purbalingga ...4

Tabel 1.2 Rata-Rata Nilai UAS Kelas XI IPS Mapel Ekonomi SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016 ...5

Tabel 2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya ...42

Tabel 3.1 Jumlah Populasi ...53

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ...55

Tabel 3.3 Indikator Gaya Belajar ...58

Tabel 3.4 Indikator Pola Asuh Orang Tua ...59

Tabel 3.5 Hasil Analisis Uji Validitas Motivasi Belajar ...63

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ...65

Tabel 3.7 Konversi Format Nilai 0-100 ke Skala 1-4 ...67

Tabel 3.8 Kriteria Nilai Prestasi Belajar Ekonomi ...68

Tabel 3.9 Kriteria Variabel Motivasi Belajar ...69

Tabel 3.10 Kriteria Indikator Tekun, Ulet dalam Mengerjakan Tugas, dan SenangMemecahkan Masalah/Soal-soal ...70

Tabel 3.11 Kriteria Indikator Senang Bekerja Mandiri ...70

Tabel 3.12 Kriteria Indikator Cepat Bosan dengan Tugas-tugas Rutin ...71

Tabel 3.13 Kriteria Indikator Tidak Mudah Melepaskan Hal-hal yang Diyaikini ...72

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik Prestasi Belajar Ekonomi ...81

Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Statistik Prestasi Belajar Ekonomi...81

Tabel 4.3 Deskriptif Statistik Gaya Belajar ...82

Tabel 4.4 Deskriptif Statistik Pola Asuh Orang Tua...83

(15)

xv

Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Belajar ...84

Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linear Berganda dengan Gaya Belajar Visual & Pola Asuh Otoriter sebagai Excluded Group serta Prestasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...85

Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Linear Berganda dengan Gaya Belajar Auditorial & Pola Asuh Demokrasi sebagai Excluded Group serta Prestasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...85

Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda dengan Gaya Belajar Visual & Pola Asuh Otoriter sebagai Excluded Group serta Motivasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...87

Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Linear Berganda dengan Gaya Belajar Auditorial & Pola Asuh Demokrasi sebagai Excluded Group serta Motivasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...88

Tabel 4.11 Hasil Uji t dengan Gaya Belajar Visual & Pola Asuh Otoriter sebagai Excluded Group serta Prestasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...90

Tabel 4.12 Hasil Uji t dengan Gaya Belajar Auditorial & Pola Asuh Demokrasi sebagai Excluded Group serta Prestasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...90

Tabel 4.13 Hasil Uji t dengan Gaya Belajar Visual & Pola Asuh Otoriter sebagai Excluded Group serta Motivasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...92

Tabel 4.14 Hasil Uji t dengan Gaya BelajarAuditorial & Pola Asuh Demokrasi sebagai Excluded Group serta Motivasi Belajar Sebagai Variabel Dependen ...92

Tabel 4.15 Uji Box’s Test ...93

Tabel 4.16 Uji Levene’s Test ...94

Tabel 4.17 Uji Multivariate...94

Tabel 4.18 Analisis Test of Between-Subjects Effects ...95

Tabel 4.19 Analisis Estimated Marginal Means ...96

Tabel 4.20 Uji Multiple Comparisons ...96

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Antara Gaya Belajar, Pola Asuh Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar ...52

Gambar 3.1 Model Analisis Jalur Gaya Belajar dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Melalui Motivasi Belajar ...75

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 122

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 124

Lampiran 3 Tabulasi Data Uji Coba Instrumen ... 132

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian ... 134

Lampiran 5 Kisi-kisi Angket Penelitian ... 136

Lampiran 6 Angket Penelitian ... 138

Lampiran 7 Daftar Nilai Ulangan Tengah Semester Genap Responden SMA se-Kecamatan Purbalingga Tahun Ajaran 2015/2016 Setelah Dikonversi Kedalam Format Nilai 1-4 ... 145

Lampiran 8 Tabulasi Angket Penelitian ... 147

Lampiran 9 Analisis Deskriptif Prosentase ... 177

Lampiran 10 Analisis Statistik Deskriptif ... 211

Lampiran 11 Regresi Linier Berganda ... 212

Lampiran 12 Uji Hipotesis ... 214

Lampiran 13 Surat Izin Penelitian... 219

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya jaman, pendidikan menjadi sektor yang

penting dalam mengembangkan kehidupan manusia dan juga dalam

meningkatkan kemajuan suatu negara. Pendidikan merupakan proses interaksi

belajar mengajar yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga

menjadi mandiri dan utuh. Dapat pula dikatakan bahwa pendidikan merupakan

suatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan menuju

ke arah kedewasaan. Pada setiap bidang kehidupan tentu akan membutuhkan

pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan mutu dalam pendidikan sangat penting

untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya

manusia yang berkualitas akan dapat meningkatkan perekonomian dan kehidupan

negara.

Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal

3telahdijelaskan fungsi dan tujuan pendidikan yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang prosesnya

berlangsung seumur hidup dan dalam pelaksanaannya dapat terwujud melalui

(19)

formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang terjadi di dalam kehidupan

keluarga dimana orang tua sangat berperan dalam pembentukan watak,

kepribadian serta perkembangan emosional anak. Pendidikan non formal adalah

pendidikan yang terjadi di masyarakat, dan pendidikan formal adalah pendidikan

yang diselenggarakan disekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara

berjenjang dan berkesinambungan.

Febrianita (2013) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan di

sekolah terdapat proses belajar mengajar yang akan menghasilkan perubahan

pada diri individu yaitu pengetahuan atau pengalaman baru. Untuk

mengetahuiefektivitas siswa dalam belajar, kemampuannya dapat diukur dan

terbaca dalam prestasi belajar siswa. Permendikbud No. 66 Tahun 2013

mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang akan dicapai seseorang ketika

mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi peserta didik adalah hasil

penilaian dari kegiatan belajar yang telah dilakukan dan merupakan bentuk

perumusan akhir yang diberikan oleh guru untuk melihat sampai dimana

kemampuan peserta didik yang diukur melalui penilaian otentik, penilaian diri,

penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester,

ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, uji mutu tingkat kompetensi,

ujian nasional, dan ujian sekolah atau madrasah.

Salah satu prinsip penilaian prestasi belajar adalah menggunakan acuan

kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan

siswa. Tuntas tidak tuntasnya suatu penilaian hasil belajar ditentukan oleh

(20)

pencapaian minimal dikenal dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Kriteria ketuntasan menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi yang

dinyatakan dengan angka maksimal 100 (seratus). Angka maksimal 100

merupakan kriteria ketuntasan ideal. Sedangkan target ketuntasan nasional

diharapkan minimal 75. Satuan pendidikan dapat memulai dari kriteria

ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara

bertahap.

Prestasi belajar ekonomi merupakan prestasi belajar yang dicapai dengan

kegiatan belajar di sekolah khususnya setelah siswa mempelajari mata pelajaran

ekonomi. Prestasi belajar ekonomi dipacu agar siswadapat mencapai hasil yang

maksimal, karena mata pelajaran ekonomi tidak hanya penguasaan teori-teori

ekonomi saja, tetapi juga berisi tentang keterampilan menghitung, menggunakan

logika, dan menuntut ketelitian siswa. Mata pelajaran ekonomi merupakan mata

pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa yang masuk dalam peminatan sosial pada

Sekolah Menengah Atas (SMA). Selain itu, mata pelajaran ekonomi merupakan

salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional (UN). Hal ini

menjadikan mata pelajaran ekonomi menjadi salah satu mata pelajaran yang

penting dan harus dikuasai oleh siswa.

Data dari diknas.purbalinggakab.go.id menunjukkan bahwa rata-rata nilai

Ujian Nasional SMA tahun ajaran 2014/2015 di Kabupaten Purbalingga adalah

sebesar 57,85. Hal ini berarti rata-rata nilai UN Kabupaten Purbalingga

(21)

berada di peringkat ke-23 dari keseluruhan 35 kabupaten di Provinsi Jawa

Tengah.

Kecamatan Purbalingga merupakan kecamatan kota dimana kegiatan

bidang pendidikannya paling maju dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di

Kabupaten Purbalingga. Berikut rician daftar SMA di Kecamatan Purbalingga:

Tabel 1.1. Daftar SMA di Kecamatan Purbalingga

No Nama Sekolah Status Akreditasi

1. SMA N 1 Purbalingga Negeri A

2. SMA N 2 Purbalingga Negeri A

3. SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Swasta A Sumber: Dokumentasi Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga Tahun 2015 Tabel 2.1. menunjukkan bahwa semua SMA yang berada di Kecamatan

Purbalingga memperoleh akreditasi A. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa

fasilitas sekolah dan guru yang dimiliki sudah berkualitas. Namun pada

kenyataannya prestasi belajar siswa masih ada yang belum menunjukkan hasil

sesuai dengan yang diharapkan.

Siswa dikatakan berhasil dalam proses kegiatan belajar apabila siswa

tersebut telah mencapai KKM. Apabila nilai siswa di bawah KKM maka dapat

dikatakan bahwa siswa tersebut belum berhasil dalam proses kegiatan belajar

mengajar di kelas (Ningrum, 2013). Berdasarkan observasi awal yang telah

dilakukan di salah satu SMA di Kecamatan Purbalingga dapat dilihat bahwa

prestasi belajar mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS dapat dibilang belum

optimal. Hal itu dapat dilihat dari data rata-rata nilai Ulangan Akhir Semester

(UAS) Semester Gasal kelas XI IPS di salah satu SMA Kecamatan Purbalingga

(22)

Tabel 1.2. Rata-Rata Nilai UAS Kelas XI IPS Mapel Ekonomi SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016

Kelas Ekonomi Kriteria

Nilai KKM

XI IPS 1 66 75 Di Bawah KKM

XI IPS 2 63 75 Di Bawah KKM

XI IPS 3 67 75 Di Bawah KKM

XI IPS 4 64 75 Di Bawah KKM

XI IPS 5 58 75 Di Bawah KKM

Sumber : SMA Muhammadiyah 1 Purbalingga (diolah)

Adanya program remedial yang diselenggarakan menjadi tolak ukur masih

kurang baiknya prestasi belajar siswa. Syah (2008) menyatakan bahwa prestasi

belajar dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan

faktor pendekatan belajar. Salah satu faktor internal yang sangat mempengaruhi

prestasi belajar siswa adalah motivasi belajar siswa itu sendiri.

Uno (2007) menyatakan bahwa motivasi dan belajar merupakan dua hal

yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif

permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil praktek atau penguatan yang

dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar dan yang menimbulkan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh individu dapat terjadi.

Shih & Gamon (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa motivasi

dan gaya belajar merupakan dua faktor signifikan dalam pencapaian belajar

pembelajaran. Semakin tinggi tingkat motivasi dan penggunaan gaya belajar,

semakin tinggi pula pencapaian prestasi belajar di kelas. Sejalan dengan hal itu,

(23)

belajar, gaya belajar, dan berpikir kritis secara bersama-sama maupun secara

parsial berpengaruh terhadap Indeks Prestasi Kumulatif.

Menurut Febrianita (2013), faktor internal lain yang mempengaruhi

prestasi belajar adalah gaya belajar. Gaya belajar merupakan cara dan kebiasaan

siswa dalam mempelajari sesuatu. Kadangkala siswa belum mengetahui dan

memahami gaya belajarnya sendiri, sebagian besar masih beranggapan bahwa

belajar itu merupakan suatu tuntutan bukan suatu kebutuhan. Akibatnya siswa

tidak mengetahui cara belajar yang menyenangkan untuk dirinya, padahal

pemahaman gaya belajar yang dimiliki siswa akan lebih mengoptimalkan

belajar.

Gaya belajar merupakan faktor yang penting dalam belajar. Hal ini sesuai

yang diungkapkan oleh Hamalik (2009), bahwa seseorang yang ingin berhasil

dalam belajar hendaknya mempunyai sikap serta belajar dengan baik. Wulandari

(2011) berpendapat bahwa gaya belajar setiap orang dipengaruhi oleh faktor

alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak

dapat diubah dalam diri seseorang bahkan dengan latihan sekalipun. Mengenali

gaya belajar sendiri belum tentu membuat siswa menjadi lebih pandai. Tapi

dengan mengenali gaya belajar, siswa akan dapat menentukan cara belajar yang

lebih efektif. Siswa lebih termotivasi untuk belajar karena tahu bagaimana

memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar

siswa dapat optimal.

Lebih dari dua dekade lalu, DePorter (1992) mengembangkan instrumen

(24)

Cara belajar yang dimiliki siswa sering disebut dengan gaya belajar atau

modalitas belajar siswa. Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari

bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah

informasi. Terdapat tiga gaya belajar seseorang yaitu visual (cenderung belajar

melalui apa yang dilihat), auditorial (belajar melalui apa yang didengar) dan

kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan). Mengenali kecenderungan

modalitas yang dimiliki dapat melatih siswa untuk menjadi pembelajar yang

kritis, kreatif, dan mandiri (DePorter & Hernacki, 2012).

Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah pola asuh

orang tua yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Gunarsa (2009)

menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah pola perilaku orang tua yang

diterapkan pada anak yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu ke waktu.

Hurlock (2006) berpendapat bahwa pola asuh orang tua terdiri dari tiga tipe

yaitu pola asuh dengan berbagai macam peraturan ketat (otoriter/authoritarian), pola asuh yang ditandai adanya pengakuan orang tua terhadap anak dimana anak

diberi kesempatan untuk tidak selalu bergantung pada orang tua

(demokratis/authoritative), dan pola asuh yang ditandai dengan cara orang tua mendidik anak yang cenderung bebas (permisif/permissive).

Berdasarkan penelitian Azizah (2012) diketahui bahwa terdapat hubungan

positif yang signifikan antara tipe pola asuh keluarga dengan prestasi belajar.

Turner et. al. (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hasil penelitian menunjukkan orangtua demokratis mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa,

(25)

akademik. Sejalan dengan hal itu, penelitian Nel (2013) menunjukkan

adahubungan yang kuat antara pola asuh orang tua dan hasil belajar siswa di

sekolah khususnya mengenai pola demokrasi, otoriter, dan permisif.

Adapun penelitian ini untuk menganalisis bagaimana gaya belajar dan pola

asuh orang tua yang berbeda pada setiap siswa berpengaruh terhadap pencapaian

prestasi belajar siswa dengan menambah variabel motivasi sebagai variabel

intervening. Hal tersebut yang mengakibatkan penelitian ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya dimana penelitian sebelumnya hanya

menggunakan gaya belajar dan pola asuh sebagai variabel tunggal sedangkan

dalam penelitian ini gaya belajar dan pola asuh orang tua bersifat kategorikal

yang menjadikannya variabel dummy. Selain itu, dengan adanya motivasi sebagai variabel intervening, maka metode analisisnya pun akan menjadi berbeda dengan penelitian sebelumnya dengan menambahkan uji selain regresi

berganda untuk lebih meyakinkan hasil penelitian.

Seperti yang telah diketahui, gaya belajar setiap siswa berbeda-beda. Hal

ini bergantung pada bagaimana cara masing-masing siswa menyerap informasi

dengan mudah (modalitas). Modalitas yang berbeda membuat setiap siswa

mengolah informasi dengan cara yang berbeda pula, sehingga siswa yang

diberikan suatu pembelajaran yang sama belum tentu memiliki pengalaman yang

sama antara siswa satu dan yang lainnya. Di sisi lain strategi transfer informasi

(gaya mengajar) yang digunakan guru dalam pembelajaran cenderung masih

banyak yang monoton dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini

(26)

mampu menangkap informasi secara optimal. Padahal antara gaya mengajar

guru dan gaya belajar siswa adalah dua hal yang sangat berkaitan, saling

mendukung satu sama lain, dan sangat menentukan keberhasilan suatu proses

mengajar belajar (Munif Chatib dalam Suparman, 2010).

Dryden dalam Fatma (2009) mengemukakan bahwa ketidaksesuaian gaya

mengajar guru dalam proses pembelajaran dengan gaya belajar siswa telah

menyebabkan kegagalan pada banyak anak dan menjadi penyebab terbesar

kegagalan sekolah. Cara pandang sekolah yang mengasumsikan bahwa setiap

siswa mempunyai gaya belajar yang sama dan mengklasifikasikan siswa

sehingga siswa pintar dan siswa bodoh telah mengingkari fitrah kemanusiaan

yang sesungguhnya dan menjerumuskan sebagian siswa pada kegagalan. Oleh

karena itu mengetahui gaya belajar siswa dengan tepat akan dapat mendorong

seluruh kemampuan potensial mereka.

Analisis mengenaigaya belajar, motivasi, dan prestasi siswa dapat berguna

untuk mengetahui siswa dengan gaya belajar mana yang mempunyai motivasi

maupun prestasi belajar yang tinggi dan yang rendah. Dengan diketahuinya hal

tersebut, siswa dapat mengenali dan memahami gaya belajarnya sendiri sehingga

dapat menggunakan teknik-teknik yang cocok dalam belajar ekonomi untuk

meningkatkan kecepatan dan kualitas belajar masing-masing individu. Dengan

mengetahui gaya belajar siswa yang berbeda juga dapat membantu guru untuk

mampu mendekati semua atau hampir semua siswa dengan menyampaikan

(27)

ekonomi dapat tersampaikan dan diterima secara merata oleh semua siswa

melalui modalitasnya masing-masing.

Lingkungan keluarga sebagai salahsatu faktor eksternal, baik secara

langsungataupun tidak langsung akan berpengaruhterhadap munculnya motivasi

belajaranak.Orang tua seharusnya berperan dalam menciptakan situasi

lingkungan keluarga yang mendukung peningkatan motivasi belajar anak. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan membantu, membimbing, dan mengarahkan

pemecahan masalah yang dihadapi anak, misalnya masalah pelajaran dan

pergaulan, agar prestasi anak pun dapat meningkat. Namun demikian tidak

semua orangtua mampu menerapkansikapnya sesuaidengan situasi yang

mendukung motivasibelajar anak-anaknya. Sebagian besar orang tua sadar atau

tidak, kurang memperhatikan akan sikap kepemimpinan dan pola asuh terhadap

anaknya yang dapat mempengaruhi motivasidan prestasi belajar anaknya

(Mustolikh & Shalihati, 2014).

Analisis mengenai pola asuh orang tua siswa dilakukan untuk mengetahui

tipe pola asuh orang tua siswa mana yang memiliki kecenderungan motivasi dan

prestasi belajar ekonomi yang tinggi. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan pihak sekolah dalam kaitannya dengan kemitraan sekolah dan

keluarga. Karena kerjasama antara sekolah dan keluarga perlu ditingkatkan

supaya tidak terjadi kontradiksi atau ketidakselarasan antara nilai-nilai yang

harus dipegang teguh oleh siswa di sekolah dan yang harus siswa ikuti di

(28)

Guru-guru yang berpengalaman, mengetahui pentingnya membuat orang

tua terlibat dalam pendidikan anak-anak. Dalam sebuah survey menyebutkan

keterlibatan orang tua sebagai prioritas nomor satu untuk meningkatkan kualitas

pendidikan (Chira dalam Santrock, 2009). Untuk itu, dengan mengetahui pola

asuh orang tua dari siswanya, guru dapat memberikan arahan atau bimbingan

kepada orang tua yang agar dapat lebih memperhatikan pola asuhnya sehingga

anak dapat lebih termotivasi untuk belajar dan mencapai prestasi belajar yang

maksimal.

Gaya belajar dan pola asuh orang tua yang berbeda-beda, jika

diidentifikasi dan dianalisis pengaruhnya terhadap motivasi dan prestasi belajar

siswa dimungkinkan dapat dijadikan sarana untuk menambah motivasi siswa

dalam belajar yang akhirnya juga mendorong peningkatan prestasi belajar siswa

di sekolah, khususnya siswa kelas XI IPS SMA se-Kecamatan Purbalingga.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka penulis bermaksud

mengadakan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Gaya Belajar dan Pola

Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMA

Se-Kecamatan Purbalingga Tahun Ajaran 2015/2016 dengan Motivasi

Belajar sebagai Variabel Intervening”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

(29)

1. Apakah gaya belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa

kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga?

2. Apakah pola asuh orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi

siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga?

3. Apakahgaya belajar berpengaruh terhadap tigkat motivasi belajar siswa kelas

XI SMA se-Kecamatan Purbalingga?

4. Apakah pola asuh orang tua berpengaruh terhadaptingkat motivasi belajar

siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga?

5. Apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa

kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar ekonomi

siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga.

2. Untuk menganalisis pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar

ekonomi siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga.

3. Untuk menganalisis pengaruh gaya belajar terhadap tingkat motivasi belajar

siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga.

4. Untuk menganalisis pengaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat motivasi

siswa kelas XI SMA se-Kecamatan Purbalingga.

5. Untuk menganalisis pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar

(30)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

b. Diharapkan dapat menambah referensi bagi peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian sejenis berikutnya dalam rangka meningkatkan

kemampuan memecahkan masalah siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, dapat menjadi masukan dalam memperluas pengetahuan dan

wawasan memahami gaya belajar dan pola asuh orang tua melalui

motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi, sehingga proses

pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik.

b. Bagi siswa, dapat membantu meningkatkan prestasi belajar ekonomi siswa

dengan mengenali gaya belajar yang dimiliki.

c. Bagi sekolah, sebagai bahan informasi tentang gaya belajar dan pola asuh

orang tua siswa, sehingga diharapkan dapat memberikan kebijakan yang

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Teori Belajar

2.1.1.Teori Behaviorisme

Behaviorisme adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Timbulnya

aliran ini disebabkan rasa tidak puas terhadap teori psikologi daya dan teori

mental state. Sebabnya ialah karena aliran-aliran terdahulu hanya menekankan pada segi kesadaran saja (Hamalik, 2009:43).

Aspek penting yang dikemukakan oleh aliran behavioristik dalam belajar

adalah bahwa hasil belajar (perubahan tingkah laku) itu tidak disebabkan oleh

kemampuan internal manusia (insight), tetapi karena faktor stimulus yang menimbulkan respon. Untuk itu, agar aktivitas belajar siswa di kelas dapat

mencapai hasil belajar yang optimal, maka stimulus harus dirancang sedemikian

rupa (menarik dan spesifik) sehingga mudah direspon siswa (Rifa‟i & Anni,

2009:90).

Hubungan stimulus-respon ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan

otomatis dalam belajar. Dengan latihan-latihan maka hubungan-hubungan itu

akan semakin menjadi kuat. Inilah yang disebut S-R Bond Theory (Hamalik, 2009:43). Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan siswa pada masa lalu dan

masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Dengan

demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi

(32)

2.1.2.Teori Koneksionisme (Thorndike)

Prinsip Teori Thorndike adalah belajar asosiasi antara kesan panca indra

(sense impression) dengan implus untuk bertindak (impulse to action). Asosiasi itulah yang menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau

hilangnya kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itulah, TeoriThorndike disebut

Connectionism atau Bond Psychology (Bahrudin, 2010:166). Thorndike menyatakan pandangan bahwa tipe pembelajar yang paling fundamental adalah

pembentukan asosiasi-asosiasi (koneksi-koneksi) antara pengalaman-pengalaman

indrawi (persepsi terhadap stimulus atau peristiwa) dan impuls-impuls saraf

(respon-respon) yang memberikan manifestasinya dalam bentuk perilaku.

Thorndike percaya bahwa pembelajaran sering terjadi melalui rangkaian

eksperimen menyeleksi dan mengkoneksikanatau biasa disebut trial and error (Schunk, 2012:101).

Teori belajar trial and error mempunyai empat ciri-ciri,yaitu adanya motif yang mendorong aktivitas, adanya berbagai respon terhadap situasi, adanya

eliminasi respon-respon yang gagal atau salah, dan adanya kemajuan reaksi-reaksi

dalam mencapai tujuan (Bahrudin, 2010:166). Dalam penelitiannya, Thorndike

menemukan tiga hukum pokok dalam proses belajar berupa “Law of Readiness”

dimana jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau

bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan. “Law of Exercise” dimana makin

banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat

hubungan itu dan praktek perlu disertai dengan “reward”. Terakhir adalah “Law

(33)

dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan menjadi lebih kuat.

Bilamana hubungan dibarengi “state of affairs” yang mengganggu, maka

kekuatan hubungan menjadi berkurang (Dalyono, 2007).

Law of Effect juga berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan akan diingat dan dipelajari dengan

sebaik-baiknya, sedangkan segala tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan akan

dihilangkan dan dilupakan (Purwanto, 2009:99). Namun dalam perkembangan

teorinya diketahui bahwa tingkah laku yang berakibat tidak menyenangkan

(hukuman) merupakan sarana yang efektif untuk mengubah perilaku karena

hukuman tidak mengajari siswa perilaku yang benar, tetapi lebih berperan

memberitahukan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Hal ini juga berlaku pada

keterampilan kognitif. Jadi hukuman menekan respon, tetapi respon tersebut tidak

dilupakan (Schunk, 2012:105).

2.2.Prestasi Belajar Ekonomi

2.2.1.Pengertian Prestasi Belajar

Sebelum memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar, harus

bertitik tolak terlebih dahulu tentang pengertian belajar itu sendiri. Belajar adalah

suatu adaptasi atau proses penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara

progresif (Syah,2008:90). Sejalan dengan hal itu, Slameto (2010:2)

mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

(34)

lingkungannya. Lebih luas lagi, Djamarah (2008:13) mengemukakan bahwa

belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungannya menyangkut kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan

psikomotorik (keterampilan).

Hamalik (2009:38) menyebutkan bahwa bukti seorang telah belajar ialah

terjadinya perubahan tingkah laku orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia

terdiri dari sejumlah aspek. Adapun aspek itu adalah pengetahuan, pemahaman,

kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, budi

pekerti (etika), sikap, dan lain-lain. Sedangkan menurut Slameto (2010:3-5)

tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri adanya

perubahan tingkah laku terjadi secara sadar, perubahan bersifat kontinu

(berkesinambungan) dan fungsional, perubahan bersifat positif (semakin banyak)

dan aktif (atas dasar usaha sendiri), perubahan besifat permanen (bertahan dalam

jangka waktu yang lama), perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah pada

tingkah laku yang ditetapkan, serta perubahan mencakup seluruh aspek tingkah

laku (sikap keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya).

Kemampuan intelektual sangat mempengaruhi keberhasilan belajar

seseorang yang terlihat dari prestasi belajar yang didapat. Untuk mengetahui

prestasi tersebut perlu diadakan evaluasi dengan tujuan mengetahui kemampuan

seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran. Prestasi belajar tidak dapat

(35)

belajar yang merupakan proses pembelajaran. Sudjana (2009:3) menyatakan

prestasi belajar pada hakikatnya adalah perubahan-perubahan tingkah laku yang

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Suryadi Suryabrata dalam

Prasetya (2012:54) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai

dari hasil latihan, pengalaman yang didukung oleh kesadaran. Jadi prestasi belajar

merupakan hasil dari perubahan dalam proses belajar.

Darsono (2000:110-111) menyebutkan bahwa pengumpulan informasi hasil

belajar dapat ditempuh melalui dua cara yaitu teknik tes yang bertujuan untuk

mengetahui kemampuan kognitif siswa (biasanya berupa tes obyektif, tes jawaban

singkat, dan tes uraian) dan teknik non tes yang lebih banyak bertujuan untuk

mengungkap kemampuan psikomotorik dan hasil belajar efektif siswa (biasanya

melalui observasi, wawancara dan angket). Sedangkan Arikunto (2002:33-39)

menyebutkan tes dibedakan menjadi tiga macam yaitu: (1) tes diagnostik adalah

tes yang digunakan untuk menentukan kelemahan dan kelebihan siswa dengan

melihat gejala-gejalanya sehingga diketahui kelemahan dan kelebihan tersebut

pada siswa dapat dilakukan perlakuan yang tepat, (2) tes formatif adalah untuk

mengetahui sejauh mana siswa telah memahami suatu satuan pelajaran tertentu

dan diberikan sebagai usaha memperbaiki proses belajar, serta (3) tes sumatif

dapat digunakan pada ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada akhir

semester. Dari tes formatif dan tes sumatif inilah prestasi belajar siswa diketahui.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

merupakan tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran setelah melalui tahap

(36)

diketahui setelah melakukan evaluasi dan evaluasi dapat memperlihatkan tentang

tinggi atau rendahnya prestasi belajar.

2.2.2. Pengertian Prestasi Belajar Ekonomi

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses. Sedangkan prestasi merupakan

hasil dari proses belajar. Mata pelajaran ekonomi merupakan salah satu mata

pelajaran yang dilaksanakan pada peminatan Sosial di Sekolah Menengah Atas

(SMA).

Materi pokok mata pelajaran ekonomi yang harus dikuasai oleh siswa kelas

XI IPS adalah mengenai pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,

ketenagakerjaan, pendapatan nasional, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), perpajakan, indeks

harga dan inflasi, kebijakan moneter, pelaku ekonomi dan sistem perekonomian

Indonesia, pasar modal, perdagangan internasional, serta kerjasama internasional.

Ada beberapa bentuk penilaian, yaitu berupa tes tertulis, penilaian portofolio,

penilaian produk, dan unjuk kerja. Bentuk penilaian tidak sama untuk setiap

materi pokoknya, bergantung pada kriteria materi pokok yang harus dikuasai

siswa.

Mengacu pada pengertian prestasi belajar di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar Ekonomi adalah keberhasilan dalam hal penguasaan dan

pemahaman pengetahuan serta keterampilan seputar Mata Pelajaran Ekonomi

(37)

Sudjana (2009:15) mengatakan bahwa diantara ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di

sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan

pengajaran. Karena itu, unsur yang ada dalam prestasi siswa terdiri dari hasil

belajar dan nilai siswa.

2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari

perilaku lama ke perilaku yang baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru.

Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana siswa dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada, sehingga

terdapat reaksi yang muncul dari siswa. Reaksi yang dilakukan merupakan usaha

untuk menciptakan kegiatan belajar sekaligus menyelesaikannya. Sehingga

nantinya akan mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada siswa

sebagai hal baru serta menambah pengetahuan.

Secara umum prestasi belajar siswa sangat beragam, hal ini tentu saja

mempunyai faktor-faktor penyebabnya. Beberapa ahli telah membahas mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Secara garis

besar faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat, aspek yaitu

aspek fisiologis, psikologis, lingkungan dan instrumental. Aspek fisiologis

merupakan faktor internal yang berasal dari dalam diri setiap individu, sedangkan

aspek lingkungan dan instrumental merupakan faktor eksternal yang berasal dari

(38)

Aspek fisiologis meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menunjukkan kebugaran organ-organ tubuh dapat mempengaruhi semangat

dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah akan

berdampak secara langsung pada kualitas penyerapan materi pelajaran (Syah,

2008:132). Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan

kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalau mengindahkan

ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan

ibadah (Slameto, 2010:55).

Aspek psikologis adalah faktor yang bersifat rohaniah. Menurut Syah

(2008:133), banyak faktor yang masuk dalam aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, di

antara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial

itu adalah intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.

Tingkat intelegensi atau kecerdasan (IQ) tak dapat diragukan lagi sangat

menentukan tingkat keberhasilan belajar. Semakin tinggi kemampuan inteligensi

siswa maka semakin besar peluang meraih sukses, akan tetapi sebaliknya semakin

rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil peluang meraih sukses

(Syah, 2008:132). Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi

yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya karena belajar adalah suatu

proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan

intelegensi hanya salah satu di antara faktor lainnya (Slameto, 2010:56).

(39)

siswa yang merespon dengan positif merupakan awal yang baik bagi proses

pembelajaran yang akan berlangsung sedangkan sikap negatif terhadap guru

ataupun pelajaran apalagi disertai dengan sikap benci maka akan berdampak pada

pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar yang kurang maksimal (Syah,

2008:133).

Bakat atau aptitude menurut Hilgard dalam Slameto (2010:57) adalah “the capacity to learn”. Dengan kata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Syah

(2008:133) menyatakan bahwa setiap individu mempunyai bakat dan setiap

individu yang memiliki bakat akan berpotensi untuk mencapai prestasi sampai

tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat akan dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian prestasi belajar pada bidang-bidang

tertentu.

Minat (interest) dapat diartikan kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi hasil

belajar siswa, sebagai contoh siswa yang mempunyai minat dalam bidang

matematika akan lebih fokus dan intensif ke dalam bidang tersebut sehingga

memungkinkan mencapai hasil yang memuaskan (Syah, 2008:134). Jika terdapat

siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar siswa

tersebut mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang

menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan

cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu (Slameto,

(40)

Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk

berbuat sesuatu atau pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi

bisa berasal dari dalam diri setiap individu dan datang dari luar individu tersebut

(Syah, 2008:134). Motivasi yang timbul karena kebutuhan dari dalam diri siswa

dianggap lebih baik dibandingkan dengan motivasi yang disebabkan oleh

rangsangan dari luar. Namun dalam praktiknya, sering motivasi dari dalam itu

tidak ada atau belum timbul sehingga perlu adanya rangsangan dari luar (Hamalik,

2009:51). Dalam membentuk motif yang kuat dalam belajar dapat dilaksanakan

dengan adanya latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan

yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar (Slameto,

2010:58).

Aspek lingkungan meliputi lingkungan orang tua dan keluarga, sekolah,

serta masyarakat. Lingkungan yang paling banyak berperan dan mempengaruhi

kegiatan belajar siswa adalah lingkungan orang tua dan keluarga (Syah,

2008:134). Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara

orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana ruma tangga, dan

keadaan ekonomi keluarga (Slameto, 2010:60). Semuanya dapat memberi dampak

baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan prestasi yang dapat dicapai

siswa (Syah, 2008:134).

Lingkungan sekolah sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar

yang kondusif. Suasana belajar penting artinya bagi kegiatan belajar. Karena itu,

guru dan siswa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar sekolah

(41)

Lingkungan sekolah juga meliputi para guru yang harus menunjukkan sikap dan

perilaku yang simpatik serta menjadi teladan dalam hal belajar, staf-staf

administrasi di lingkungan sekolah, dan teman-teman di sekolah dapat

mempengaruhi semangat belajar siswa (Syah, 2008:135).

Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi karena siswa juga

berada dalam suatu kelompok masyarakat dan teman-teman sepermainan serta

kegiatan-kegiatan dalam kehidupan bermasyarakat dan pergaulan sehari-hari yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar (Syah, 2008:135). Mass media juga ikut berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Mass media berupa bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain.

Mass yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga belajarnya, sebaliknya mass yang jelek juga dapat berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka

perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana

pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah maupun

masyarakat (Slameto, 2010:70).

Terakhir adalah aspek atau faktor instrumental. Termasuk dalam

instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi

adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana

dan fasititas, serta manajemen yang berlaku di sekolah (Purwanto, 2007:107).

Kurikulum meliputi segala kegiatan dan bahan pengajaran yang diberikan kepada

siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Guru

sebagai pengajar harus mengusahakan metode mengajar yang setepat, efisien dan

(42)

manajemen sekolah harus memadai agar dapat menunjang siswa dalam belajarnya

(Slameto, 2010:67). Di dalam keseluruhan sistem maka instrumental input

merupakan faktor yang sangat penting pula dan paling menentukan dalam

pencapaian hasil/output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akan terjadi di dalam diri si

pelajar (Purwanto, 2007:107).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa

di sekolah sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena

prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor-faktor tersebut dan saling

berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kelemahan salah satu faktor akan

dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan demikian,

tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah didukung oleh

faktor fisiologis, psikologis, dan instrumental.

2.3.Motivasi Belajar

2.3.1.Pengertian Motivasi Belajar

Anoraga (2014:34) menyatakan bahwa dalam pengertian umum, motivasi

dikatakan sebagai kebutuhan yang mendorong perbuatan ke arah suatu tujuan

tertentu. Menurut Sardiman (2011:73), motivasi berasal dari kata motif yang

artinya daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif

dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk

(43)

Mc. Donald dalam Hamalik (2010:106) menjelaskan bahwa motivasi adalah

suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sedang Slavin dalam Rifa‟i

& Anni (2012:159) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah proses internal

yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus

menerus.

Berdasarkan pengertian motivasi dari beberapa ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan, dan

memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat

tercapai, dalam hal ini adalah untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan.

Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan

kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan yang dibutuhkan, dalam hal ini adalah

pencapaian tujuan.

2.3.2.Teori-teori Motivasi

2.3.2.1. Teori Kebutuhan

Maslow merupakan pakar teori kebutuhan manusia yang menjelaskan

konsep motivasi untuk memenuhi kebutuhan (Rifa‟i & Anni, 2012:146). Teori ini

mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk yang tidak puas hanya dengan

terpenuhi satu kebutuhan, tetapi manusia akan merasa puas jika semua kebutuhan

terpenuhi (Prayitno, 2009:34). Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang

(44)

fisik maupun psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila pemimpin atau

pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, maka hal yang

dilakukan terlebih dahulu adalah berusaha mengetahui apa kebutuhan-kebutuhan

orang yang akan dimotivasinya.

2.3.2.2. Teori Behavioristik

Teori ini berpendapat bahwa motivasi dikontrol oleh lingkungan. Suatu

tingkah laku yang bermotivasi terjadi apabila konsekuensi tingkah laku itu dapat

menggetarkan emosi individu yaitu menjadi suka atau tidak suka (Prayitno,

2009:34). Konsep motivasi erat hubungannya dengan suatu prinsip bahwa

perilaku yang diperkuat (reinforced) di masa lalu adalah lebih mungkin diulangi lagi dibandingkan dengan perilaku yang tidak diperkuat atau dihukum (Rifa‟i &

Anni, 2012:144).

2.3.2.3. Teori Naluri (Insting)

Teori ini mengatakan kekuatan biologis adalah kekuatan yang dibawa sejak

lahir. Kekuatan biologis inilah yang membuat seseorang bertindak menurut cara

tertentu, demikianlah dasar pemikiran teori ini. Kekuatan insting inilah yang

seolah-olah memaksa seseorang untuk berbuat dengan cara tertentu, untuk

mengadakan pendekatan kepada rangsang dengan cara tertentu (Handoko,

2008:10). Pada dasarnya manusia memiliki tiga naluri yaitu naluri

mempertahankan diri, mengembangkan diri, dan mengembangkan atau

(45)

2.3.3.Jenis dan Ciri Motivasi Belajar

Motivasi untuk melakukan sesuatu berasal dari berbagai faktor, dapat dari

dalam (intrinsik) maupun luar (ekstrinsik) individu (Rifa‟i & Anni, 2012:136).

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsi tidak perlu

dirangsang dari luar karena dari dalam diri setiap individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Hal ini dapat dikaitkan pada seorang siswa yang belajar

didorong karena ingin mendapat pengetahuan, nilai, dan ketrampilan (Sardiman,

2011:86). Dalam hal ini, pujian atau hadiah atau sejenisnya tidak diperlukan,

karena tidak akan menyebabkan siswa bekerja atau belajar untuk mendapatkan

pujian atau hadiah itu (Hamalik, 2009:112).

Motivasi ekstrinsikadalah motivasi aktif dan berfungsi karena adanya

rangsangan dari luar. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan

sebagai bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan

aktivitas belajar (Sardiman, 2011:86). Dalam hal belajar, motivasi ekstrinsik

disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti angka, kredit, ijazah,

tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan, sarkasme, ejekan, dan

hukuman (Hamalik, 2009:112-113).

Motivasi seseorang tidak dapat diukur secara langsung (Rifa‟i & Anni,

2012:134). Namun, dengan mengamati perilakunya, akan dapat diketahui

bagaimana motivasi yang ada dalam diri seseorang. Sardiman (2011:83)

menyebutkan bahwa motivasi yang ada dalam diri seseorang memiliki ciri-ciri:

(46)

lama, dan tidak pernah berhenti sebelum selesai), (2) ulet menghadapi kesulitan

(tidak lekas putus asa), (3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam

masalah (minat untuk sukses), (4) lebih senang bekerja mandiri, (5) cepat bosan

pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat monoton, berulang-ulang begitu

saja, sehingga kurang kreatif), (6) dapat mempertahankan pendapatnya (kalau

sudah yakin akan sesuatu), (7) tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah

diyakini, serta(8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila sesorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang

tersebut selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Dengan adanya usaha yang

tekun dan terutama didasari adanya motivasi maka seseorang yang belajar akan

melahirkan hasil belajar yang baik.

2.4.Gaya Belajar

2.4.1.Pengertian Gaya Belajar

Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat

lambat (Uno, 2008:180). Oleh karena itu, manusia sering kali harus menempuh

cara yang berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang

sama. Ada siswa yang lebih senang menulis hal-hal yang telah disampaikan oleh

guru ketika proses pembelajaran berlangsung. Adapula siswa yang lebih senang

mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru, serta adapula siswa yang lebih

(47)

siswa selama proses pembelajaran berlangsung maka akan tercipta suatu cara

belajar yang menjadi suatu kebiasaan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Cara belajar yang dimiliki seseorang sering disebut dengan gaya belajar atau

modalitas belajar. Walaupun masing-masing peneliti menggunakan istilah yang

berbeda dan menemukan berbagai cara untuk mengatasi gaya belajar seseorang,

telah disepakati secara umum adanya dua kategori utama tentang bagaimana

seseorang belajar. Pertama, bagaimana cara seseorang menyerap informasi dengan

mudah (modalitas) dan kedua, cara seseorang mengatur dan mengolah informasi

tersebut (Hamruni, 2009:65). Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari

bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah

informasi (DePorter & Hernacki, 2012:110). Modalitas belajar sendiri merupakan

berbagai cara yang digunakan sistem otak-pikiran untuk mengakses pengalaman

(masukan) dan mengungkapkan pengalaman (keluaran). Seluruh modalitas sangat

berkaitan erat dengan indera manusia (Samples, 2002:147).

Para ahli lain berpendapat bahwa gaya belajar adalah kebiasaan yang

mencerminkan cara seseorang memperlakukan pengalaman yang diperoleh

melalui modalitas (Samples, 2002:146). Gaya belajar berhubungan dengan cara

siswa belajar, serta cara belajar yang disukai. Gaya belajar adalah cara yang

konsisten yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus atau

informasi, cara mengingat, berfikir, dan memecahkan soal (Keefe dalam

Sugihartono, 2012:53).

Setiap individu cenderung memiliki gaya belajar yang berbeda. Istilah gaya

(48)

oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat,

berpikir, dan memecahkan soal (Nasution, 2008:94). Seorang siswa yang akrab

dengan gaya belajarnya sendiri akan dapat mengambil langkah-langkah penting

untuk membantu dirinya belajar dengan lebih cepat, lebih mudah, lebih

menyenangkan, dan lebih efektif (Hamruni, 2009:65).

Dari beberapa definisi gaya belajar di atas dapat disimpulkan bahwa gaya

belajar adalah cara yang dipakai seseorang dalam proses belajar yang meliputi

bagaimana menangkap, mengatur, serta mengolah informasi yang diterima

sehingga pembelajaran menjadi efektif. Gaya belajar mengingatkan tentang

individualitas setiap siswa yang dapat digunakan untuk membantu dalam

menerapkan cara dan strategi pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan gaya

belajar masing-masing siswa.

2.4.2.Macam-Macam Gaya Belajar

2.4.2.1. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual menjelaskan bahwa seseorang harus melihat dulu

buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya (Uno, 2008:181). Modalitas ini

mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang,

potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini (DePorter, 2010:123).

Orang dengan gaya belajar visual memiliki kebutuhan yang tinggi untuk melihat

dan menangkap informasi secara visual sebelum memahaminya. Pembelajar

(49)

orang dengan gaya belajar visual memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna

dan pemahaman yang cukup terhadap artistik (Subini, 2011:118-119).

Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan

ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Anak cenderung untuk

duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Anak berpikir menggunakan

gambar-gambar di otaknya dan belajar lebih cepat dengan menggunakan

tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.

Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk

mendapatkan informasi. Anak sangat menyenangi jika di dalam kelas tertempel

gambar-gambar dengan aneka warna dengan berbagai jenis gambar (Suparman,

2010:66-67).

Pembelajar visual cenderung memiliki beberapa kebiasaan yang

menunjukkan ciri-ciri orang yang belajar dengan gaya visual. Ciri-ciri tersebut

yaitu: rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, perencana dan pengatur jangka

panjang yang baik, pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang

sebenarnya dalam pikirannya, mengingat apa yang dilihat dari pada yang

didengar, mengingat dengan asosiasi visual, mempunyai masalah untuk

mengingat intruksi verbal kecuali jika ditulis dan sering kali minta bantuan orang

untuk mengulanginya, lebih suka membaca daripada dibacakan, mencoret-coret

tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat, lebih suka melakukan

demonstrasi daripada berpidato, lebih suka seni daripada musik, sering kali

Gambar

Tabel 2.1. Kajian Penelitian Sebelumnya
gambar, grafik ataupun bagan. Di sisi lain, setiap orang memiliki gaya belajar
Gambar 2.1.
Tabel 3.1. Jumlah Populasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

perbedaan prestasi belajar siswa berdasarkan pola asuh orang tua (pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif) pada mata pelajaran akuntansi

KONTRIBUSI MOTIVASI BELAJAR DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP DI MTs N GONDANGREJO FILIAL NGADILUWIH.. MATESIH

terdapat pola asuh yang salah , maka peneliti mengangkat judul “ Konstribusi kedisiplinan belajar dan pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh pola asuh terhadap prestasi, pengaruh motivasi terhadap prestasi, pola asuh dan motivasi bersama-sama

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa lingkungan belajar dan pola asuh orang tua bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar

hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang tua secara parsial dengan prestasi belajar fisika kelas VIII semester genap SMP se- Kecamatan Nanggulan

Penelitian ini menunjukkan variabel motivasi berprestasi dan pola asuh orang tua secara bersama- sama mempunyai hubungan dengan prestasi belajar IPS sebesar

Hasil analisis data yang didapat dari empat tipe pola asuh orang tua, disimpulkan bahwa pola asuh demokratis memiliki hubungan positif yang signifikan dengan prestasi belajar siswa pada