• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil usaha

Dalam dokumen PROSPEKTUS. PT INDOMOBIL MULTI JASA Tbk (Halaman 41-45)

RASIO PERTUMBUHAN (%) (1)

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN OLEH MANAJEMEN

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil usaha

Berikut ini adalah faktor utama yang mempengaruhi hasil operasi Perseroan.

Kondisi perekonomian Indonesia

Perseroan mengoperasikan bisnisnya dengan mengandalkan tingkat pembelanjaan konsumen di industri otomotif dan akibatnya Perseroan sangat tergantung pada industri otomotif dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Pertumbuhan PDB riil Indonesia masing-masing sekitar 5,02% dan 4,88% pada tahun 2016 dan 2015. Pertumbuhan PDB riil Indonesia pada kuartal satu tahun 2017 dan kuartal dua tahun 2017 adalah 5,01% dan 5,01%.Menurut CEIC, pendapatan per kapita masing-masing sebesar Rp47,96 juta dan Rp45,14 juta pada tahun 2016 dan 2015. Perseroan percaya bahwa peningkatan tingkat pendapatan masyarakat Indonesia sebagian berkontribusi pada peningkatan pangsa pasar dalam pembelian dan pembiayaan kendaraan, serta jasa penyewaan kendaraan. Hal tersebut telah berkontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan pada pembiayaan kendaraan dan bisnis penyewaan kendaraan Perseroan. Namun, pertumbuhan ekonomi yang cenderung stagnan pada kuartal satu dan kuartal dua dapat menyebabkan pertumbuhan pendapatan lambat atau penurunan pendapatan Perseroan, dikarenakan kombinasi penurunan permintaan pembiayaan kendaraan terkait dengan penurunan permintaan untuk kendaraan atau penurunan permintaan jasa penyewaan kendaraan. Selain itu, Perseroan percaya peningkatan aktivitas perusahaan dengan, dan, profitabilitas bisnis di Indonesia yang berkaitkan dengan peningkatan GDP juga memberi kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan bisnis penyewaan kendaraan Perseroan.

Selain daripada itu, permintaan atas produk dan layanan Perseroan dapat dipengaruhi oleh inflasi secara signifikan, seperti kenaikan harga barang konsumsi dapat mengurangi penghasilan bersih. Inflasi juga mempengaruhi hasil operasi Perseroan dengan meningkatkan biaya atas pendapatan. Namun, Perseroan mungkin tidak dapat membebankan kenaikan biaya dalam pembiayaan kendaraan dan bisnis penyewaan kendaraan. Menurut CEIC, laju inflasi tahunan Indonesia masing-masing adalah sebesar 3,02% dan 3,35% pada tahun 2016 dan 2015. Laju inflasi untuk Indonesia tercatat sebesar 2,38% pada Juni 2017 dan 2,60% pada bulan Juli 2017.

Keberhasilan Indomobil dalam distribusi mobil

Sebagian besar bisnis pembiayaan kendaraan Perseroan, kurang lebih sekitar 62,3% dari piutang pembiayaan selama periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2017, terdiri dari piutang pembiayaan yang berasal dari penjualan kendaraan dari merek yang disiapkan atau didistribusikan oleh Indomobil. Selain itu, seluruh mobil penumpang dan mobil untuk pembiayaan kendaraan dikelola langsung oleh dealer Indomobil dan dengan lokasi yang dimiliki sendiri. Oleh karena itu, hasil usaha Perseroan secara signifikan dipengaruhi oleh kinerja dari bisnis distribusi Indomobil. Keberhasilan bisnis distribusi Indomobil bergantung pada sejumlah faktor, termasuk keadaan ekonomi Indonesia, pangsa pasar mobil di Indonesia, fluktuasi suku bunga, pajak kendaraan, serta daya tarik merek yang ditawarkan oleh Indomobil.

Suku bunga, likuiditas dan biaya dana

Suku bunga merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi hasil usaha dalam hubungannya dengan (i) pembiayaan usaha penyewaan kendaraan Perseroan dan (ii) cost of fund dari usaha pembiayaan kendaraan Perseroan.

Perseroan bergantung pada pihak ketiga dan pembiayaan bank untuk mendanai bisnisnya, termasuk bisnis pembiayaan kendaraan dan pembelian kendaraan sewa. Sebagai akibatnya, pada Juni 2017, beban keuangan dinyatakan sebesar 96,48% dari laba neto setelah pajak Perseroan. Kesulitan dalam memperoleh pembiayaan dengan persyaratan diterima secara komersial dan/atau peningkatan biaya pinjaman, akan membatasi kemampuan Perseroan dalam mengembangkan usahanya. Bisnis pembiayaan kendaraan Perseroan umumnya berusaha untuk mempertahankan spread suku bunga yang stabil, dan biasanya dapat meningkatkan tingkat pembiayaan kendaraan apabila cost of fund meningkat, sehubungan dengan tingkat kompetisi.

Perbedaan antara tingkat bunga pembiayaan kendaraan yang mampu dibebankan pada pelanggan khususnya produk pembiayaan dan menjadi cost of fund merupakan salah satu pendorong utama operasi. Cost of fund Perseroan sebagian besar dikarenakan oleh pergerakan bunga benchmark rate yaitu Bunga Bank Indonesia dan perubahan benchmark rate yang terjadi pada bulan Agustus 2016. Benchmark rate Indonesia pada tahun 2015 hingga Agustus 2016 mengacu pada Suku Bunga Bank Indonesia, dan setelah itu mengalami perubahan dimana Benchmark Rate yang digunakan adalah 7-days reverse repo rate. Pada saat mengacu pada Suku Bunga Bank Indonesia, benchmark rate mengalami penurunan sebanyak 125 basis point dari 7,75% menjadi 6,50%. Pada tanggal 23 Agustus 2017 Bank Indonesia menurunkan benchmarkrate atau suku bunga 7-days reverse repo rate sebanyak 25 basis point dari sebelumnya 4,75% menjadi 4,50%. Tingkat suku bunga bisnis pembiayaan kendaraan Perseroan yang dibebankan pada pelanggan juga tergantung pada persaingan di pasar pembiayaan kendaraan, dimana harga akan tergantung pada bagaimana bank dan perusahaan keuangan lainnya menetapkan tingkat bunga untuk pembiayaan.

Permintaan sewa kendaraan jangka panjang dan kemampuan untuk mengamankan kontrak jangka panjang

Permintaan untuk jasa penyewaan dan kendaraan jangka panjang merupakan pendorong yang signifikan untuk pendapatan dan arus kas dari CSM. Pada Juni 2017, CSM memiliki Rp557.208 juta pendapatan dari kontrak sewa. Permintaan untuk layanan sewa dan kemampuan Perseroan untuk mengamankan kontrak jangka panjang tergantung pada sejumlah faktor, termasuk kualitas dan berbagai layanan dan kendaraan, harga dan persaingan dalam penyewaan kendaraan. Permintaan untuk sewa kendaraan dan layanan yang sejenis juga tergantung pada kondisi perekonomian Indonesia karena semua pelanggan CSM merupakan pelanggan korporasi.

Kemampuan CSM untuk memiliki kontrak jangka panjang juga tergantung pada kemampuan CSM untuk mengembangkan ukuran armada dan untuk menggantikan penuaan kendaraan melalui pembelian kendaraan baru dan armada kendaraan serta mendisposisi kendaraan yang digunakan. Pembelian kendaraan baru untuk bisnis rental kendaraan dan lini usaha logistik CSM telah memberikan kontribusi bagi biaya belanja modal Perseroan sejak akuisisi, sebesar 96,07% dari total biaya belanja modal Perseroan tahun 2016.

Nilai penjualan kembali kendaraan yang telah dipakai dalam bisnis rental

Nilai dari hasil penjualan kendaraan yang telah dipakai dalam bisnis rental kendaraan memberikan porsi yang signifikan pada arus kas CSM. Pada tahun 2016, CSM menerima Rp2.381 juta dalam bentuk kas dari penjualan kendaraan yang telah dipakai. Nilai penjualan kembali kendaraan yang telah digunakan milik CSM secara historis lebih tinggi dan signifikan dari nilai buku setelah menerapkan perhitungkan depresiasi berdasarkan kebijakan akuntansi Perseroan. Ketika kendaraan tersebut dijual, selisih antara harga jual dengan nilai buku dicatat sebagai keuntungan atas penjualan aset tetap pada laporan laba rugi sementara seluruh penerimaan kas dari penjualan dicatat dalam laporan arus kas. Dengan perubahan nilai penjualan kembali kendaraan yang telah dipakai maka akan memberikan dampak yang signifikan dalam arus kas bisnis penyewaan kendaraan Perseroan.

Belanja modal dan depresiasi

Dalam rangka mempertahankan dan memperluas bisnis penyewaan kendaraan, Perseroan telah mengeluarkan dan berharap akan melanjutkan belanja modal yang signifikan untuk pembelian kendaraan baru serta akuisisi armada kendaraan yang sudah eksis. Belanja modal dan pengeluaran investasi tersebut telah dan diperkirakan akan terus memiliki dampak terhadap kondisi keuangan dan likuiditas Perseroan. Sebagai contoh, pada tahun 2016, Perseroan menggunakan Rp651.733 juta untuk pembelian kendaraan baru. Sementara hal ini memiliki efek dalam meningkatkan nilai aset tetap, hasil operasi juga telah dipengaruhi oleh peningkatan beban penyusutan dalam kaitannya dengan penyusutan kendaraan dari hasil akuisisi. Total belanja modal dan total beban penyusutan Perseroan pada aset tetap adalah Rp651.733 juta dan Rp207.402 juta pada tahun 2016.

Piutang pembiayaan bermasalah, penurunan kerugian, penghapusan dan pemulihan

Hasil operasi dan kondisi keuangan bisnis pembiayaan kendaraan Perseroan diharapkan akan dipengaruhi oleh tingkat dari NPFRs, penurunan kerugian, write-off dan pemulihan. Tingkat NPFRs dipengaruhi oleh, antara lain, tingkat pertumbuhan ekonomi secara umum di Indonesia, kesulitan yang melekat dalam hal restrukturisasi atau pengumpulan piutang pembiayaan bermasalah, jumlah NPFRs yang dihapuskan dan persetujuan kredit serta kebijakan pengawasan.

Pada tanggal 30 Juni 2017, rasio NPFRs Perseroan untuk piutang pembiayaan mencapai 0.09% untuk bisnis pembiayaan kendaraan. Sebuah ketentuan penurunan nilai diakui piutang bila ada bukti obyektif dimana tidak akan ada pemulihan jumlah tercatat sesuai dengan ketentuan asli piutang. Jumlah kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai piutang tercatat dan present value dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada suku bunga efektif. Piutang pembiayaan konsumen dihapuskan setelah menunggak lebih dari 180 hari. Penerimaan dari piutang pembiayaan yang telah dihapusbukukan diakui sebagai pendapatan dari pemulihan piutang yang telah dihapusbukukan, penalti dan sanksi administrasi pada saat dicatat.

Estimasi Akuntansi Penting

Estimasi akuntansi penting Perseroan adalah yang dipercaya paling penting dalam menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha dan yang membutuhkan pertimbangan terberat manajemen, subyektif atau justifikasi yang kompleks. Dalam banyak kasus, perlakuan akuntansi tertentu secara khusus ditentukan oleh PSAK Indonesia dengan tidak perlu penerapan penyesuaian / justifikasi Perseroan. Dalam beberapa keadaan tertentu, bagaimanapun juga, penyusunan laporan keuangan yang didasarkan pada PSAK Indonesia mengharuskan manajemen untuk membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi total aset dan kewajiban serta pengungkapan kontinjensi atas aset dan kewajiban pada tanggal laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Hasil aktual dapat berbeda dari estimasi tersebut. Estimasi Perseroan didasarkan pada pengalaman historis dan pada berbagai asumsi dimana mereka mempercayai akan kewajarannya. Namun, estimasi akuntansi merefleksikan justifikasi yang signifikan dan ketidakpastian serta cukup sensitif dalam memberikan hasil material yang berbeda ketika didasarkan pada asumsi dan kondisi yang berbeda. Perseroan meyakini bahwa estimasi akuntansi telah dijelaskan di bawah ini.

Pendapatan

Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi akan diperoleh Perseroan dan jumlahnya dapat diukur secara handal tanpa memperhitungkan kapan pembayaran dilakukan. Pendapatan diukur pada nilai wajar pembayaran yang diterima atau dapat diterima, tidak termasuk diskon, rabat dan Pajak Pertambahan Nilai.

Permintaan sewa kendaraan jangka panjang dan kemampuan untuk mengamankan kontrak jangka panjang

Permintaan untuk jasa penyewaan dan kendaraan jangka panjang merupakan pendorong yang signifikan untuk pendapatan dan arus kas dari CSM. Pada Juni 2017, CSM memiliki Rp557.208 juta pendapatan dari kontrak sewa. Permintaan untuk layanan sewa dan kemampuan Perseroan untuk mengamankan kontrak jangka panjang tergantung pada sejumlah faktor, termasuk kualitas dan berbagai layanan dan kendaraan, harga dan persaingan dalam penyewaan kendaraan. Permintaan untuk sewa kendaraan dan layanan yang sejenis juga tergantung pada kondisi perekonomian Indonesia karena semua pelanggan CSM merupakan pelanggan korporasi.

Kemampuan CSM untuk memiliki kontrak jangka panjang juga tergantung pada kemampuan CSM untuk mengembangkan ukuran armada dan untuk menggantikan penuaan kendaraan melalui pembelian kendaraan baru dan armada kendaraan serta mendisposisi kendaraan yang digunakan. Pembelian kendaraan baru untuk bisnis rental kendaraan dan lini usaha logistik CSM telah memberikan kontribusi bagi biaya belanja modal Perseroan sejak akuisisi, sebesar 96,07% dari total biaya belanja modal Perseroan tahun 2016.

Nilai penjualan kembali kendaraan yang telah dipakai dalam bisnis rental

Nilai dari hasil penjualan kendaraan yang telah dipakai dalam bisnis rental kendaraan memberikan porsi yang signifikan pada arus kas CSM. Pada tahun 2016, CSM menerima Rp2.381 juta dalam bentuk kas dari penjualan kendaraan yang telah dipakai. Nilai penjualan kembali kendaraan yang telah digunakan milik CSM secara historis lebih tinggi dan signifikan dari nilai buku setelah menerapkan perhitungkan depresiasi berdasarkan kebijakan akuntansi Perseroan. Ketika kendaraan tersebut dijual, selisih antara harga jual dengan nilai buku dicatat sebagai keuntungan atas penjualan aset tetap pada laporan laba rugi sementara seluruh penerimaan kas dari penjualan dicatat dalam laporan arus kas. Dengan perubahan nilai penjualan kembali kendaraan yang telah dipakai maka akan memberikan dampak yang signifikan dalam arus kas bisnis penyewaan kendaraan Perseroan.

Belanja modal dan depresiasi

Dalam rangka mempertahankan dan memperluas bisnis penyewaan kendaraan, Perseroan telah mengeluarkan dan berharap akan melanjutkan belanja modal yang signifikan untuk pembelian kendaraan baru serta akuisisi armada kendaraan yang sudah eksis. Belanja modal dan pengeluaran investasi tersebut telah dan diperkirakan akan terus memiliki dampak terhadap kondisi keuangan dan likuiditas Perseroan. Sebagai contoh, pada tahun 2016, Perseroan menggunakan Rp651.733 juta untuk pembelian kendaraan baru. Sementara hal ini memiliki efek dalam meningkatkan nilai aset tetap, hasil operasi juga telah dipengaruhi oleh peningkatan beban penyusutan dalam kaitannya dengan penyusutan kendaraan dari hasil akuisisi. Total belanja modal dan total beban penyusutan Perseroan pada aset tetap adalah Rp651.733 juta dan Rp207.402 juta pada tahun 2016.

Piutang pembiayaan bermasalah, penurunan kerugian, penghapusan dan pemulihan

Hasil operasi dan kondisi keuangan bisnis pembiayaan kendaraan Perseroan diharapkan akan dipengaruhi oleh tingkat dari NPFRs, penurunan kerugian, write-off dan pemulihan. Tingkat NPFRs dipengaruhi oleh, antara lain, tingkat pertumbuhan ekonomi secara umum di Indonesia, kesulitan yang melekat dalam hal restrukturisasi atau pengumpulan piutang pembiayaan bermasalah, jumlah NPFRs yang dihapuskan dan persetujuan kredit serta kebijakan pengawasan.

Pada tanggal 30 Juni 2017, rasio NPFRs Perseroan untuk piutang pembiayaan mencapai 0.09% untuk bisnis pembiayaan kendaraan. Sebuah ketentuan penurunan nilai diakui piutang bila ada bukti obyektif dimana tidak akan ada pemulihan jumlah tercatat sesuai dengan ketentuan asli piutang. Jumlah kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai piutang tercatat dan present value dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada suku bunga efektif. Piutang pembiayaan konsumen dihapuskan setelah menunggak lebih dari 180 hari. Penerimaan dari piutang pembiayaan yang telah dihapusbukukan diakui sebagai pendapatan dari pemulihan piutang yang telah dihapusbukukan, penalti dan sanksi administrasi pada saat dicatat.

Estimasi Akuntansi Penting

Estimasi akuntansi penting Perseroan adalah yang dipercaya paling penting dalam menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha dan yang membutuhkan pertimbangan terberat manajemen, subyektif atau justifikasi yang kompleks. Dalam banyak kasus, perlakuan akuntansi tertentu secara khusus ditentukan oleh PSAK Indonesia dengan tidak perlu penerapan penyesuaian / justifikasi Perseroan. Dalam beberapa keadaan tertentu, bagaimanapun juga, penyusunan laporan keuangan yang didasarkan pada PSAK Indonesia mengharuskan manajemen untuk membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi total aset dan kewajiban serta pengungkapan kontinjensi atas aset dan kewajiban pada tanggal laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Hasil aktual dapat berbeda dari estimasi tersebut. Estimasi Perseroan didasarkan pada pengalaman historis dan pada berbagai asumsi dimana mereka mempercayai akan kewajarannya. Namun, estimasi akuntansi merefleksikan justifikasi yang signifikan dan ketidakpastian serta cukup sensitif dalam memberikan hasil material yang berbeda ketika didasarkan pada asumsi dan kondisi yang berbeda. Perseroan meyakini bahwa estimasi akuntansi telah dijelaskan di bawah ini.

Pendapatan

Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi akan diperoleh Perseroan dan jumlahnya dapat diukur secara handal tanpa memperhitungkan kapan pembayaran dilakukan. Pendapatan diukur pada nilai wajar pembayaran yang diterima atau dapat diterima, tidak termasuk diskon, rabat dan Pajak Pertambahan Nilai.

Untuk semua instrumen keuangan yang diukur berdasarkan biaya perolehan diamortisasi, pendapatan atau biaya bunga dicatat dengan menggunakan metode suku bunga efektif, yaitu suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur dari instrumen keuangan, sebagaimana mestinya, digunakan periode yang lebih singkat, sampai mencapai nilai tercatat neto dari aset keuangan atau liabilitas keuangan.

Pendapatan sewa yang timbul dari sewa operasi atas properti investasi diakui secara garis lurus selama periode sewa dan termasuk dalam pendapatan

Piutang pembiayaan konsumen

Piutang pembiayaan konsumen merupakan jumlah piutang setelah dikurangi bagian yang dibiayai bank-bank sehubungan dengan transaksi kerjasama pembiayaan bersama, pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui dan penyisihan atas penurunan nilai piutang pembiayaan konsumen. Pendapatan pembiayaan konsumen yang belum diakui, yang merupakan selisih antara jumlah keseluruhan pembayaran angsuran yang akan diterima dari konsumen dengan jumlah pokok pembiayaan konsumen, ditambah atau dikurangi pendapatan atau biaya proses pembiayaan bersih, diakui sebagai pendapatan sesuai dengan jangka waktu kontrak pembiayaan konsumen berdasarkan metode suku bunga efektif dari piutang pembiayaan konsumen. Perseroan tidak mengakui pendapatan pembiayaan konsumen secara kontraktual yang piutangnya telah lewat jatuh tempo lebih dari tiga bulan. Pendapatan bunga yang telah diakui selama tiga bulan tetapi belum tertagih, dibatalkan pengakuannya. Pendapatan tersebut akan diakui sebagai pendapatan pada saat pembayaran piutang diterima.

Aset Tetap

Perseroan menerapkan PSAK No. 16 (Revisi 2011), “Aset Tetap dan ISAK No. 25, “Hak atas Tanah”.

ISAK No. 25 menetapkan bahwa biaya pengurusan legal hak atas tanah dalam bentuk Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB) dan Hak Pakai (HP) ketika tanah diperoleh pertama kali diakui sebagai bagian dari biaya perolehan tanah pada akun “Aset Tetap” dan tidak diamortisasi. Sementara biaya pengurusan atas perpanjangan atau pembaruan legal hak atas tanah dalam bentuk HGU, HGB dan HP diakui sebagai bagian dari akun “Beban Tangguhan” pada laporan posisi keuangan konsolidasian dan diamortisasi sepanjang mana yang lebih pendek antara umur hukum hak dan umur ekonomi tanah.

Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria. Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan, biaya inspeksi itu diakui ke dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan terpenuhi. Semua biaya perbaikan dan pemeliharaan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada saat terjadinya.

Penyusutan dan amortisasi dihitung dengan menggunakan metode straight line selama taksiran masa manfaat ekonomis aset tetap sebagai berikut:

Tipe Aset Perkiraan Usia aset Persentase Pertumbuhan

(Tahun) (%)

Bangunan dan prasarana 20 5

Kendaraan 5 hingga 8 20 – 12,5

Perlengkapan kantor 5 20

Mesin dan peralatan 5 20

Pengembangan bangunan yang disewa (termasuk dalam bangunan dan prasarana) 1 hingga 5 100 – 20

Kendaraan sewa ditransfer ke persediaan kendaraan bekas sebesar nilai bukunya pada saat kendaraan sewa tersebut dihentikan untuk disewakan dan hendak dijual. Nilai dari penjualan aset terkait kemudian diakui sebagai pendapatan.

Tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan dan tidak disusutkan.

Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari “Aset Tetap” pada laporan posisi keuangan konsolidasian. Akumulasi biaya perolehan akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat aset tersebut selesai dikerjakan dan siap untuk digunakan. Berdasarkan PSAK No. 26 (Revisi 2008), “Biaya Pinjaman”, beban bunga dan biaya pinjaman lainnya yang timbul untuk mendanai pembangunan atau pemasangan aset tetap dikapitalisasi. Kapitalisasi biaya pinjaman dihentikan pada saat pembangunan atau pemasangan telah selesai dan aset yang dibangun atau dipasang tersebut telah siap untuk digunakan. Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dimasukkan dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya.

Pada setiap akhir tahun buku, nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan ditelaah kembali, dan jika sesuai dengan keadaan, disesuaikan secara prospektif

Aset dan Liabilitas Pajak Tangguhan

Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui berdasarkan konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari perbedaan jumlah tercatat aset dan liabilitas dalam laporan keuangan dan dasar pengenaan pajaknya pada setiap tanggal neraca. Liabilitas pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan akumulasi kerugian fiskal sejauh terdapat kemungkinan penghasilan kena pajak akan tersedia di masa mendatang yang dikompensasi dengan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan serta akumulasi kerugian fiskal yang dapat dimanfaatkan.

Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur pada tarif pajak yang diharapkan akan digunakan pada tahun ketika aset direalisasi atau ketika liabilitas dilunasi berdasarkan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan. Perubahan nilai tercatat aset dan liabilitas pajak tangguhan yang disebabkan oleh perubahan tarif pajak dibebankan pada tahun berjalan, kecuali untuk transaksi-transaksi yang sebelumnya telah langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas.

Instrumen keuangan

Perseroan menerapkan PSAK No. 50 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Penyajian”, PSAK No. 55 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran” dan PSAK No. 60 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”.

Aset keuangan diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo dan aset keuangan tersedia untuk dijual. Grup menentukan klasifikasi aset keuangan pada saat pengakuan awal dan, jika diperbolehkan dan sesuai, akan dievaluasi kembali setiap akhir tahun keuangan.

Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajar. Dalam hal investasi tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.

Aset keuangan Perseroan mencakup kas dan setara kas, piutang usaha, piutang pembiayaan, piutang lain-lain, dan aset keuangan tidak

Dalam dokumen PROSPEKTUS. PT INDOMOBIL MULTI JASA Tbk (Halaman 41-45)