• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan

A. Mekanisme Kerja

2.8. Paparan Uap Bahan Bakar Minyak

2.9.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hemoglobin

1. Kecukupan Besi dalam Tubuh

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk diekskresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam otot. Suplementasi besi merupakan salah satu cara untuk menanggulangi defisiensi besi dan menurunkan prevalensi anemia (Zulaekah dan Widajanti, 2010).

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

Menurut Wirakusumah, besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (>200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu

32

bagian fungsinal yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan.

3. Kehilangan Darah

Kehilangan darah adalah penyebab umum terjadinya anemia, khususnya anemia karena kekurangan zat besi. Kehilangan darah dapat terjadi dalam jangka pendek atau persisten. Beberapa faktor yang menyebabkan kehilangan darah seperti menstruasi, perdarahan di saluran pencernaan dapat menyebabkan kehilangan drah.

4. Penyakit Kronis

Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup. Orang yang memiliki HIV/AIDS juga dapat mengembangkan anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit.

5. Kehamilan

Selama 6 bulan pertama kehamilan, bagian cair darah perempuan meningkat lebih cepat dibanding jumlah sel darah merah yang dapat menyebabkan terjadinya anemia.

6. Hormon

Tubuh kita membutuhkan hormon erythropoietin untuk membuat sel darah merah. Hormon ini membantu merangsang sumsum tulang untuk membuat sel darah merah. Rendahnya tingkat hormon ini dapat menyebabkan anemia.

7. Obat-obatan

Obat-obatan seperti antibiotik, obat anti kejang, pengobatan kanker atau paparan radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang. Jika sumsum tulang rusak, tidak dapat membuat cukup sel darah merah baru untuk menggantikan sel yang mati.

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Era globalisasi merupakan suatu zaman yang bergerak di ruang lingkup dunia. Era ini mengakibatkan beberapa perubahan penting dalam sektor kehidupan. Era globalisasi ini meningkatkan aktivitas industri, transportasi, dan perdagangan. Menurut Badan Pusat Statistik (2012), terdapat peningkatan jumah kendaraan bermotor yang signifikan mulai dari tahun 2005-2012. Pada tahun 2012 jumlah kendaraan bermotor (transportasi darat) di Indonesia sekitar 94.373.324 unit. Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah salah satu sumber energi utama dalam penggunaan transportasi. Premium, Pertamax dan Solar merupakan jenis bahan bakar minyak yang paling banyak digunakan. Kementrian ESDM mencatat konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia mencapai 46 juta kiloliter (Bensin, Solar dan Minyak Tanah). (Kementrian Keuangan dalam RAPBN tahun 2013, 2013). Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor ini mendorong meningkatnya penggunaan bahan bakar minyak (Hasan, 2012). Perubahan ini juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan tenaga kerja. Perubahan-perubahan pada sektor tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kesehatan kerja para tenaga kerja.

Menurut Komite Nasional Lingkungan Hidup (KNLH) dalam penelitian yang dilakukan Priangkoso (2010), penggunaan bahan bakar minyak ini memiliki dampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan. Bukan hanya emisi gas hasil pembuangan dari kendaraan bermotor tetapi juga paparan langsung uap bahan bakar minyak dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan. Kebanyakan efek berbahaya dari bensin berasal dari unsur logam (timbal) dan bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya, terutama senyawa BTEX (benzena, etilbenzen, toluen, dan xylene), yang ada dalam jumlah kecil (Sentra Informasi Keracunan Nasional - BPOM RI). Jalur masuk paparan uap bahan bakar minyak paling sering terjadi melalui hidung atau terhirup/terinhalasi (Sahb, 2011).Penelitian Uzma et al., (2008) mengemukakan paparan seperti benzena dan

2

karbon monoksida pada bahan bakar minyak dapat menimbulkan efek buruk pada sistem darah, fungsi pernafasan dan fungsi tiroid.

Menurut Tugaswati (2006) paparan timbal/Plumbum(Pb) dapat menyebabkan hipertensi, anemia, gangguan sistem saraf pusat, infertilitas, kerusakan ginjal, gangguan pembentukan hemoglobin dan penurunan Intelligence

quotient (IQ) pada anak-anak dalam 10 tahun mendatang (Mifbhakudin, 2007).

Menurut Connel dan Miller (1995), timbal (Pb) mempengaruhi pembentukan sel-sel darah merah dalam tulang belakang dan menghambat sintesis hemoglobin (Wardani, Setiyono & Listyawati, 2005). Efek pertama pada keracunan timbal kronis sebelum mencapai target organ adalah adanya gangguan pada biosintesis

hem. Pada kadar 10 μg/dL, timbal menghambat aktivitas enzim δ-aminolevulinat

dehidratase (ALAD) dalam eritroblas sumsum tulang dan eritrosit, sehingga

terjadi peningkatan kadar δ-aminolevulinat (δ-ALA) dalam serum dan kemih serta tampak sel berbintik basofilik apabila gangguan ini tidak segera teratasi akan dapat mengakibatkan gangguan terhadap berbagai sistem organ tubuh seperti sistem saraf, organ ginjal, sistem reproduksi, saluran cerna, dan anemia. Timbal menyebabkan 2 macam anemia yaitu anemia hemolitik dalam keadaan keracunan timbal akut dan pada keracunan timbal yang kronis terjadi anemia makrositik hipokromik (Suciani, 2007). Menurut Lichman et al. (2003), anemia tersebut digolongkan menjadi anemia akibat kerja yang disebabkan oleh senyawa-senyawa kimia.

Benzena yang terdapat dalam bensin juga bisa mempengaruhi kadar hemoglobin darah. Paparan benzena melalui inhalasi dengan kadar tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada sel darah manusia. Benzena secara spesifik mempengaruhi sumsum tulang belakang (jaringan yang menghasilkan sel darah) sehingga dapat menyebabkan anemia aplastik, pendarahan akut, dan kerusakan sel imun (Puspasari, 2009). Derivat dari senyawa benzena seperti anilin dan nitrobenzen juga berpengaruh terhadap sistem darah. Masuknya anilin dan nitrobenzen ke dalam tubuh akan menyebabkan anoksia akibat pembentukan methemoglobin dalam darah yang menyebabkan hilangnya kemampuan darah untuk membawa oksigen (WHO, 1986).

3

Salah satu efek paparan uap BBM yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini adalah tentang efek paparan uap bahan bakar minyak (BBM) terhadap kadar hemoglobin. Hemoglobin adalah pigmen merah pembawa oksigen dalam sel darah merah vertebra. Hemoglobin merupakan protein dengan berat molekul 64.450, yang tersusun dari empat subunit dimana tiap subunitnya mengandung satu gugus heme yang terkonjugasi oleh suatu polipeptida (Guyton dan Hall, 2006). Menurut CCS (Canadian Cardiovascular Sociesty), kadar normal hemoglobin pada pria 14.0 - 17.4 g/dl dan pada wanita berkisar 12.3 - 15.7 g/dl. Kelompok yang terpapar dengan uap BBM memiliki nilai hematopoietik yang lebih rendah daripada kelompok yang tidak terpapar (Okoro, Ani, Ibu, dan Akpohomeh, 2006). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin seseorang diantaranya status gizi, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol, hipertensi, penyakit kronis, kehamilan, kelainan hormonal, konsumsi obat-obatan, dan lama bekerja sebagai pekerja yang terpapar langsung oleh uap BBM.

Operator pompa bensin di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) adalah salah satu kelompok pekerja yang terpapar uap bahan bakar bensin secara langsung (Riyadina, 2002). Di Indonesia tercatat ada ribuan SPBU yang mempekerjakan pria dan wanita sebagai operator SPBU. Menurut survei pemerintah kota Medan tahun 2012, terdapat 68 SPBU di kota Medan yang tersebar di 21 kecamatan di kota Medan (Dinas Komunikasi dan Informatika Medan, 2012). Selain paparan uap bahan bakar minyak secara langsung, lamanya waktu bekerja meningkatkan risiko terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok pekerja tersebut. Jam kerja yang tinggi dan shifting yang lama tersebut semakin meningkatkan resiko paparan uap bahan bakar minyak yang bisa berdampak terhadap kadar Hb para petugas SPBU tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mifbakhuddin (2013), pada pekerja SPBU dengna kadar plumbum dalam darah di atas normal merupakan faktor risiko menurunkan kadar hemoglobin dan kadar hematokrit. Kadar Hb yang rendah pada petugas SPBU akan menimbulkan beberapa gangguan kesehatan yang bisa berdampak pada kinerjanya sehari-hari dan menimbulkan masalah sosial maupun ekonomi.

4

Kesehatan dan keselamatan pekerja merupakan tujuan utama dari program Kesehatan Kerja dalam upaya perlindungan terhadap tenaga kerja. Perlindungan kesehatan terhadap pekerja antara lain dengan menghindari timbulnya penyakit akibat kerja (Riyadina, 2002). Pengetahuan dan tindakan pencegahan merupakan faktor yang dapat mengurangi angka kejadian paparan uap BBM. Pencegahan terhadap paparan uap bahan bakar minyak dapat dilakukan dengan banyak cara. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sangat dianjurkan. Adapun APD yang dianjurkan berupa masker, sarung tangan, dan kacamata pelindung. Upaya pencegahan juga dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah paparan uap BBM yang masuk ke dalam tubuh dengan cara melakukan pergantian jam kerja (Shifting) (Riyadina, 2002). Menurut penelitian Hasan (2012) mengonsumsi kalsium secara teratur dapat menurunkan kadar timbal dalam tubuh akibat paparan uap BBM.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada beberapa SPBU di Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara, terdapat sekitar 16 - 25 petugas operator pada setiap SPBU. Setiap SPBU memiliki petugas operator baik wanita maupun pria dengan jam kerja sekitar 8 jam setiap harinya. Setiap petugas operator SPBU berkerja tanpa menggunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan maupun kacamata pelindung.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan pencegahan paparan uap bahan bakar minyak para petugas SPBU yang kemudian dihubungkan dengan kadar hemoglobin darah. Penelitian ini akan dilakukan di SPBU yang terdapat di Jalan Arteri Ring Road, kota Medan, Sumatera Utara.

Dokumen terkait