• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagan 4: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi

Mudah/tidaknya masalah dikendalikan : 1. kesulitan teknis

2. keragaman perilaku kelompok sasaran 3. prosentase kelompok sasaran dibanding

jumlah populasi

4. ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan

Kemampuan kebijakan untuk merestrukturkan proses

implementasi

1.kejelasan dan konsistensi tujuan

2.digunakan teori kausal yang memadai

3.ketepatan alokasi sumber daya 4.keterpaduan hierarki dalam

dan diantara pelaksana 5.aturan-aturan keputusan dari

badan pelaksana

6.rekrutmen pejabat pelaksana

7.akses formal pihak luar

Variasi diluar kebijakan yang mempengaruhi proses

implementasi

1.kondisi sosio-ekonomi dan teknologi

2.dukungan publik 3.sikap dan sumber-sumber

yang dimiliki kelompok pemilih

4.dukungan dari pejabat atasan 5.komitmen dan keterampilan

kepemimpnan pejabat-pejabat pelaksana

Tahap-tahap dalam proses implementasi (variabel tergantung)

Output kebijakan dari badan- badan pelaksana Kepatuhan kelompok sasaran terhadap output kebijakan Dampak nyata output kebijakan Dampak output kebijakan sebagaimana dipersepsi Perbaikan mendasar dalam undang- undang

commit to user

Sumber : Mazmanian A dan Sabatier, Paul A, 1983

Karakteristik masalah :

a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu sisi ada beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan, dipihak lain terdapat masalah-masalah sosial yang relatif sulit dipecahkan. Olehkarena itu, sifat masalah itu sendiri akan mempengaruhi mudah tidaknya suatu program diimplementasikan

b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran. Suatu program akan relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok sasaran adalah homogen. Sebaliknya, apabila kelompok sasran heterogen maka implementasi program akan relatif sulit. c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. Sebuah

program akan relatif sulit diimplementasikan apabila sasarannya mencakup semua populasi. Sebaliknya, program akan mudah diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasaran tidak terlalu besar.

d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau bersufat kognitif akan relatif akan relatif mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat.

commit to user

Karakteristik kebijakan :

a. Kejelasan isi kebijakan. Semakin jelas dan rinci isi kebijakan akan mudah diimplementasikan kerena implementator mudah memahami menterjemahkan dalam tindakan nyata.

b. Seberapa jauh kebijakan mempunyai dukungan teoritis. Kebijakan yang memiliki dasar teoritis memiliki sifat yang lebih manyap karena sudah teruji, walaupun beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada modifikasi.

c. Besarnya alokasi sumberdaya financial terhadap kebijakan tersebut. Keuangan adalah faktor krusial untuk setiap program sosial. Dan setiap program memerlukan dukungan staff untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi dan teknis dll. d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar

berbagai institusi pelaksana. Kegagalan program sering disebabkan kurangnya koordinasi vertikal dan horisontal antarinstansi yang terlibat dalam implementasi program. e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan

pelaksana.

f. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan.

g. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan. Suatu program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat relatif mendapat dukungan daripada sebaliknya.

commit to user

Lingkungan Kebijakan :

a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi. Masyarakat yang terbuka dan terdidik akan relatif mudah untuk menerima program pembaruan daripada masyarakat yang masih tradisional.

b. Dukungan publik terhadap kebijakan. Kebijakan yang memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik, dan sebaliknya.

c. Sikap dari kelompok pemilih dari kelompok masyarakat memberikan pengaruh pada implementasi kebijakan. Sikap tersebut dapat berupa intervensi terhadap keputusan atau kritikan-kritikan terhadap badan-badan pelaksana.

d. Tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementator. Pada akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan kebijakan merupakan variabel yang paling krusial.

Berdasarkan teori – teori yang telah dibahas diatas, maka penelitian evaluasi implementasi ini memfokuskan kinerja implementasi program pada proses kepatuhan implementator terhadap prosedur atau standar yang telah ditetapkan serta identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program tersebut. Adapun faktor – faktor yang menjadi pengaruh kuat dalam penelitian adalah bagaimana sumber daya baik sumber daya manusia mau pun dana, proses komunikasi yang terjadi, disposisi atau keinginan dari para

commit to user

pelaksana program, bagaimana kesesuaian dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dukungan masyarakat pada program dalam penelitian ini. Sehingga, dengan adanya faktor-faktor tersebut dapat diketahui faktor keberhasilan atau penghambat program.

B. Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

Mandiri Perkotaan

PNPM Mandiri dalam buku pedoman umum mempunyai pengertian program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

Kunci dari program ini adalah pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sendiri mempunyai pengertian upaya untuk menciptakan/meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

commit to user

Tujuan umum dari program ini adalah Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Tujuan khusus antara lain :

1. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

2. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin (pro-poor).

3. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya, untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

4. Meningkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat, serta kapasitas pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

5. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

commit to user

PNPM-Mandiri menekankan prinsip-prinsip dasar dalam pelaksanaannya, harapannya baik tim pelaksana, masyarakat dan stakeholder

lainnya mampu bergerak secara profesional sehinngga tercapai tujuan yang diinginkan. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut ini:

1. Bertumpu pada pembangunan manusia, pelaksanaan PNPM Mandiri senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

2. Otonomi, dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

3. Desentralisasi, kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

4. Berorientasi pada masyarakat miskin, semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

5. Partisipasi, masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan.

6. Kesetaraan dan keadilan gender, laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap

commit to user

pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.

7. Demokaratis, setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

8. Transparan dan akuntabel, masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.

9. Prioritas, pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

10.Kolaborasi, semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

11.Keberlanjutan, Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

commit to user

12.Sederhana, semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat

Selain prinsip-prinsip diatas, dalam menjalankan program PNPM ini, digunakan juga pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program yaitu pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:

1. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program untuk mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program.

2. Memposisikan masyarakat sebagai penentu/pengambil kebijakan dan pelaku utama pembangunan pada tingkat lokal.

3. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif.

4. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial, budaya dan geografis.

5. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan.

Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dapat dikategorikan dalam dua level. Harapan dari katagori ini yaitu pembagian tugas yang jelas antar level supaya tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaannya. Kedua katagori tersebut mempunyai fungsi

commit to user

yang berbeda. Yaitu PNPM inti dan PMPM penguatan. PNPM-Inti terdiri dari program/kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan, yang mencakup Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW), dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK). Sedangkan PNPM-Penguatan terdiri dari program-program pemberdayaan masyarakat berbasis sektoral, kewilayahan, serta khusus untuk mendukung penanggulangan kemiskinan yang pelaksanaannya terkait pencapaian target tertentu. Pelaksanaan program- program ini di tingkat komunitas mengacu pada kerangka kebijakan PNPM Mandiri.

Dari pembagian katagori diatas, program-program tersebut dapat dikomponenkan dalam empat fungsi besar antara lain : Pertama, Pengembangan Masyarakat yaitu Komponen pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian, pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, disediakan dana pendukung kegiatan pembelajaran masyarakat, pengembangan relawan, dan operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas, mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal

commit to user

pemberdayaan, sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak masyarakat di wilayahnya.

Kedua, bantuan Langsung Masyarakat komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan keswadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, terutama masyarakat miskin. Ketiga, Peningkatan Kapasitas Pemerintahan dan Pelaku Lokal adalah serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku lokal/kelompok peduli lainnya agar mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan sinergi yang positif bagi masyarakat terutama kelompok miskin dalam menyelenggarakan hidupnya secara layak. Kegiatan terkait dalam komponen ini antara lain seminar, pelatihan, lokakarya, kunjungan lapangan yang dilakukan secara selektif, dan sebagainya. Keempat, Bantuan Pengelolaan dan Pengembangan Program meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program.

Dalam menjalankan program ini, pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintahan daerah sampai pemerintahan terkecil disuatu wilayah dengan didampingi konsultan serta fasilitator dari tingkat kecamatan sampai desa. Banyaknya stakeholder yang terlibat dalam program ini sebagai wujud

commit to user

tanggungjawab bersama terhadap pengentasan kemiskinan yang mempunyai efek multidimensi.

Berdasarkan pembahasan diatas maka dalam penelitian ini ingin mengetahui program Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, alasan fokus penelitian ini adalah karena lokasi penelitain masuk dalam kriteria daerah yang berhak mendapatkan programPNPM Mandiri serta lokasi penelitian berada pada kecamatan di wilayah perkotaan.

C. Evaluasi Implementasi Program Pembangunan Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

Evaluasi merupakan salah satu rangkaian dalam proses kebijakan publik. Proses ini cukup strategis untuk mengetahui kualitas kebijakan yang dilaksanakan. Evaluasi implementasi ditujukan pada proses pelaksanaan kebijakan atau program. Terdapat dua hal yang menjadi fokus perhatian dalam implementasi, yaitu kepatuhan terhadap prosedur atau standard dalam proses implementasi , serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses implementasi

Evaluasi implementasi program PNPM mandiri Perkotaan merupakan suatu proses untuk menilai kinerja program tersebut. Untuk melihat proses implementasi, maka dalam penelitian ini memfokuskan pada kepatuhan terhadap petunjuk pelaksanaan dan teknis (Juklak-Juknis) PNPM Mandiri Perkotaan serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi.

commit to user

Faktor-faktor strategis yang mempengaruhi implementasi PNPM mandiri tersebut antara lain :

1. Sumber daya

Sumber daya merupakan segenap sumber ( fisik maupun non fisik) yang dimiliki oleh seseorang atau instansi. Sumber daya dalam konteks implementasi dapat digolongkan menjadi dua jenis sumber daya yakni : a. SDM (sumber daya manusia), meliputi kuantitas dan kualitas (kompetensi) SDM yang menjalankan program (implementator)

b. SDO ( Sumber daya organisasi), meliputi seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi guna mendukung proses implementasi suatu program atau kebijakan, diantaranya dana.

Sumber daya inilah yang menjadi penentu terwujudnya program yang akan dilaksanakan.

2. Sikap Pelaksana / disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementator mempunyai disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diingkan oleh pembuat kebijakan dan sebaliknya. dampak dari kecenderung- kecederungan pelaksana kebijakan adalah akan banyak kebijakan masuk zona ketidakacuhan. Ada kebijakan yang dikerjakan secara efektif karena mendapat dukungan langsung dari para pelaksana kebijakan, namun kebijakan lain mungkin akan bertentangan dengan pandangan

commit to user

pelaksana kebijakan, sehingga akan menghambat implementasi kebijakan. Sikap pelaksana menjadi faktor pendukung untuk kesuksesan suatu program.

3. Komunikasi

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran serta dari mana kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga mengurangi distorsi implementasi. Implementasi yang efektif, meminta para pelaksana (implementor) tidak sekedar dengan suatu petunjuk yang jelas, tetapi yang penting adalah adanya konsisten komunikasi dari atas ke bawah, dalam arti arus komunikasi yang terjadi harus jelas dan tegas. Bila tidak, maka akan membuka peluang bagi para pelaksana untuk menafsirkan kebijakan tersebut. Atau dengan kata lain, perlu dihindari adanya suatu hal yang dapat menimbulkan suatu kegaduhan, kebingungan diantara para pelaksana, sebagai akibat dari adanya kelonggaran-kelonggaran dalam menafsirkan kebijakan tersebut. Terpenting lagi harus adanya ketetapan dan keakuratan informasi kebijakan, sehingga para pelaksana dapat mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tujuan yang sebenarnya ingin dicapai dari implementasi kebijakan tersebut, dan mereka dapat mengetahui dengan tegas dan jelas, apa yang seharusnya mereka lakukan.

commit to user

Selain konsistensi komunikasi, para pelaksana harus mengetahui apa yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam implementasi kebijakan tersebut. Ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan untuk implementasi suatu kebijakan harus disampaikan pada orang-orang yang tepat, dan mereka harus menjadi jelas, akurat, konsisten terhadap ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut. Jika tidak, maka akan terjadi salah pengertian di antara mereka dalam mengimplementasikan suatu kebijakan dan hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

4. Struktur Birokrasi(SOP/juklak-juknis)

Indikator minimal dari hal ini adalah SOP / standart operational prosedure. Dengan adanya SOP ini diharapkan dalam implementasi kebijakan sesuai dengan arah yang diinginkan, tidak melenceng dari yang diharapkan. SOP yang dimaksud dalam program PNPM Mandiri Perkotaan adalah petunjuk pelaksanaan dan teknis (Juklak-Juknis). Juklak-Juknis ini menjadi pedoman dan panduan utama implementator dalam melaksanakan tugasnya.

5. Dukungan Publik

Dukungan publik terhadap kebijakan mempunyai faktor yang strategis juga. Publik dalam hal ini kelompok sasaran atau target group dari program atau kebijakan sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan suatu implementasi program. Kebijakan atau program yang memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik, dan sebaliknya. Dukungan target group sangat beragam, dapat

commit to user

berupa partisipasi dalam kegiatan, kepatuhan terhadap hasil musyawarah, atau yang lainnya.

D. Kerangka Pemikiran

Kemiskinan merupakan tantangan pembangunan disetiap pemerintahan baik pusat maupun wilayah di Indonesia yang harus segera untuk diselesaikan. Pemerintahan pusat sudah mempunyai i’tikad yang baik untuk segera menyelesaikan masalah kemiskinan di Indonesia dengan mengeluarkan kebijakan program penanggulangan kemiskinan dengan berbagai lapisan kegiatan yang langsung dan tepat sasaran. Hal ini bisa dilihat dengan program-program pemerintah yang terdiri dari berbagai klaster yang mempunyai target yang berbeda-beda tetapi mempunyai tujuan yang sama. Antara lain yaitu : Bantuan operasional sekolah (BOS), jaminan kesehatan masyarakat, pemberdayaan masyarakat, bantuan usaha mandiri dan lain sebagainya.

Tahun 2007 Presiden Bambang Yudhoyono mensosialisasikan program Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri. Program PNPM bertujuan untuk Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Maka, pelaksanaannya pada tahun 2008 untuk semua daerah di Indonesia. Pelaksana program PNPM ini adalah pemerintahan daerah dengan mengalokasikan dana pendampingan dalam anggaran pembangunan belanja daerah serta masyarakat sebagai

commit to user

pelaksana dilapangan dengan pendampingan dari tim PNPM Mandiri (fasilitator).

Dalam proses implementasi program PNPM Mandiri terdapat panduan atau juklak-juknis kegiatan PNPM, jadi dalam implementasi program PNPM harus sesuai dengan juklak-juknis yang telah ditetapkan. Dari juklak-juknis tersebut program PNPM dilaksanakan. Untuk menilai kinerja implementasi, maka maka dilakukan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi, yaitu komunikasi, Sumberdaya, Disposisi, Struktur Birokrasi, dan dukungan publik (kelompok sasaran).

Ketika implementasi sesuai dengan perencanaan dan dilaksanakan dengan petunjuk yang ada maka dapat dikatakan implementasi tersebut sukses atau sebaliknya, ketika tidak sesuai dengan perencanaan dan petunjuk yang ada maka dapat dipastikan implementasi tersebut gagal. Keberhasilan dalam implementasi program PNPM Mandiri Perkotaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.

commit to user

Bagan 5 Kerangka Pikir

Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi :

1.Sumberdaya 2.komunikasi

3.Disposisi / sikap pelaksana 4.SOP/Juklak-juknis

5.Dukungan publik (kelompok sasaran) Pelaksanaan Program PNPM Mandiri Perkotaandi kelurahan Semanggi juklak-juknis pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan Program PNPM Mandiri Perkotaan

Tahapan Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan :

1. Persiapan atau Sosialisasi awal 2. Pelaksanaan

a. Rembug Keswadayaan Masyarakat (RKM) atau Rembug Warga b. Refleksi Kemiskinan c. Pemetaan Swadaya

d. Pembentukan Lembaga

Keswadayaan Masyarakat (LKM)

e. Penyusunan Program Jangka

Menengah Pronangkis 2009-2011 dan Rencana Tahunan 2009

f. Pelaksanaan Kegiatan 3. Review Program 4. Rembug Warga Tahunan

commit to user

E. Definisi Konseptual dan Operasional

1. Definisi Konseptual

a. Evaluasi Implementasi

Merupakan kegiatan yang menyangkut penilaian terhadap proses kinerja kebijakan atau program.

b. Pembangunan Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan

PNPM Mandiri Perkotaan adalah program-program penanggulangan kemiskinan nasional berbasis pemberdayaan masyarakak melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Program ini dilaksanakan pada tingkat kecamatan di Kota.

c. Evaluasi Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan

Evaluasi implementasi program PNPM mandiri merupakan suatu proses untuk menilai kinerja program tersebut. Peoses penilaian mefokuskan pada kepatuhan terhadap petunjuk pelaksanaan dan teknis (Juklak-Juknis) dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan serta identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi program PNPM Mandiri Mandiri Perkotaan.

commit to user

2. Definisi Operasional

a. Evaluasi Implementasi PNPM Mandiri Perkotaan tahun

2008-2009 di Kelurahan Semanggi

Evaluasi implementasi program pembangunan nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri Perkotaan adalah proses menilai kinerja pelaksanaan program PNPM mandiri Perkotaan tahun 2008-2009 di Kelurahan Semanggi. Untuk menilai pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan tersebut maka digunakan dua indikator yaitu :

1. Kepatuhan terhadap petunjuk pelaksanan dan teknis ( Juklak- Juknis)

2. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program PNPM tersebut, antara lain :

1. Sumber daya

Sumber daya yang memadai dan mendukung sangat diperlukan agar implementasi dapat berjalan dengan lancar. Sumber daya yang dibutuhkan dalam implementasi PNPM Mandiri Perkotaan ini antara lain :

a. Fasilitator sebagai pendamping untuk pelaksanaan PNPM, Lurah, LKM serta KSM atau masyarakat.

commit to user

2. Sikap Pelaksana / disposisi

Apabila implementator mempunyai disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diingkan oleh pembuat kebijakan dan sebaliknya. dampak dari kecenderung-kecederungan pelaksana kebijakan adalah akan banyak kebijakan masuk zona ketidakacuhan. Ada kebijakan yang dikerjakan secara efektif karena mendapat dukungan langsung dari para pelaksana kebijakan, namun kebijakan lain mungkin akan bertentangan dengan pandangan pelaksana kebijakan, sehingga akan menghambat implementasi kebijakan. Apakah diposisi yang dimiliki oleh stakholder yang terkait baik atau sebaliknya. Stakeholder yang terlibat atau pelaksana dalam program PNPM Mandiri Perkotaan di Surakarta terkhusus Kelurahan Semanggi antara lain :

a. Kepala kelurahan Semanggi dan jajarannya

b. Konsultan dan fasilitator PNPM Mandiri di Kelurahan Semanggi

c. Lembaga Kswadayaan Masyarakat (LKM)

d. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau masyarakat

3. Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana untuk menghubungkan tujuan program dengan pelaksana program agar program dapat direalisasikan dengan baik. Komunikasi antar pelaksana harus dijalankan dengan baik. Pola komunikasi yang dibangun adalah

commit to user

top-down dan buttom- up karena proses implementasi melibatkan

Dokumen terkait