• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu proses yang cukup kompleks. Floyd Allport (dalam Walgito, 2003) perilaku dalam interaksi sosial tidaklah sederhana, tetapi perilaku didasari oleh berbagai faktor psikologis eksternal atau dari luar. Faktor-faktor tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Faktor Imitasi

Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2003) imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik. Contoh dari imitasi eksternal, apabila seseorang telah dididik untuk mengikuti suatu tradisi tertentu yang melingkupi segala situasi sosial maka orang tersebut akan memiliki suatu kerangka tingkah laku dan sikap moral yang dapat menjadi pokok pangkal guna memperluas perkembangan perilaku yang positif. Sedangkan dampak negatif dari pola imitasi dalam interaksi sosial apabila perilaku yang diimitasi adalah perilaku yang salah, baik secara moral maupun hukum, sehingga diperlukan upaya yang kuat untuk menolaknya.

Proses terjadinya imitasi ini adalah adanya perilaku meniru yang dilakukan oleh individu dari individu lain, atau meniru dari dirinya sendiri. Misalnya pada anak-anak yang sedang belajar bahasa, seakan-akan mereka mengimitasi dirinya sendiri, mengulang-ulang

bunyi, kata-kata, melatih fungsi-fungsi lidah dan mulut untuk berbicara. Bahkan tidak hanya berbahasa saja, tetapi juga tingkah laku tertentu, cara memberi isyarat, cara berpakaian, adat istiadat dan konvensi-konvensi dipelajari melalui imitasi (G. Tarde dalam Ahmadi, 1999).

b. Faktor Sugesti

Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2003) sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial mempunyai arti yang hampir sama. Keduanya merupakan suatu proses yang saling berpengaruh antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya. Sedang Gerungan dalam (Dayaksini dan Hudaniah, 2003) mngartikan, sugesti dapat dilakukan dan diterima oleh individu lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu.

Sugesti dimaksudkan pada pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan. Sugesti dapat dibedakan menjadi dua yakni, (a). Auto-sugesti yaitu sugesti terhadap diri sendiri (sugesti internal), sugesti yang datang dari dalam diri individu yang bersangkutan dan (b).

Hetero-sugesti yaitu sugesti yang datang dari orang lain (sugesti eksternal). Baik Auto-sugesti atau Hetero-sugesti dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang cukup penting.

14 c. Faktor Identifikasi

Didefinisikan oleh Bonner (dalam Gerungan, 2002) identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan idolanya. Sedang menurut Dayaksini dan Hudaniyah (2003) proses identifikasi pertama-tama berlangsung secara tidak sadar, dan selanjutnya irrasional. Artinya, identifikasi dilakukan berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional dimana identifikasi akan berguna untuk melengkapi sistem norma, cita-cita dan pedoman bagi yang bersangkutan.

Faktor lain yang memegang peranan dalam interaksi sosial adalah faktor identifikasi. Freud (dalam Walgito, 2003) identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Sehubungan dengan identifikasi ini Freud menjelaskan bagaimana anak mempelajari norma-norma sosial dari orang tuanya.

d. Faktor Simpati

Dayaksini dan Hudaniah (2003), simpati merupakan suatu bentuk interaksi yang melibatkan adanya ketertarikan individu terhadap individu lainnya. Simpati timbul tidak berdasarkan pada pertimbangan yang logisng dan rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan. Menurut Walgito (2002) dengan timbulnya simpati, akan terjalin saling pengertian yang mendalam antara individu satu dengan individu yang lain. Maka interaksi sosial yang berdasarkan

atas simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan dengan interaksi baik atas dasar sugesti maupun imitasi.

Simpati merupakan perasaan rasa tertarik kepada orang lain, maka simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan atas dasar perasaan emosi. Dalam simpati orang merasa tertarik kepada orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa sebabnya merasa tertarik sering tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut. Disamping individu mempunyai kecenderungan tertarik pada orang lain, individu juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain yang sering disebut dengan antipati. Jadi jika simpati bersifat positif, maka antipati bersifat negatif.

Setiap individu pada dasarnya dapat melakukan interaksi dengan individu lain, akan tetapi bentuk dari tiap interaksi tersebut berbeda-beda, dan dari setiap interaksi tersebut juga akan memberikan respon yang berbeda dari setiap individu. Hurlock (2005) menyatakan penampilan, pakaian dan perhiasan akan mempengaruhi orang dalam interaksi sosialnya. Dijelaskan oleh Hurlock dalam interaksi sosial, penampilan fisik yang menarik merupakan potensi yang menguntungkan dan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh berbagai hasil yang menyenangkan bagi pemiliknya, salah satu keuntungan yang sering diperoleh adalah individu akan lebih mudah dalam memperoleh berteman. Selanjutnya, orang-orang yang menarik akan lebih mudah diterima dalam pergaulan dan dinilai lebih positif oleh orang lain dibandingkan dengan teman lainnya yang kurang

16 menarik, orang yang menarik lebih mudah menyesuaikan diri daripada mereka yang kurang menarik, sehingga pada akhirnya individu yang menarik akan lebih berbahagia.

Walgito (2007) mengungkapkan untuk melihat baik buruknya interaksi dari setiap individu, pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai macam ukuran, diantaranya adalah :

a. Frekuensi Interaksi

Dapat dilihat berdasarkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain, apakah individu tersebut sering melakukan interaksi atau tidak. Apabila seseorang sering mengadakan interaksi dengan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa frekuensi berinteraksinya tinggi. Individu yang memiliki frekuensi interaksi sosial yang tinggi, memiliki kemampuan berinteraksi yang baik dengan orang lain, begitu pula sebaliknya apabila frekuensi interaksi sosial rendah, maka individu tersebut memiliki kemampuan interaksi yang kurang dengan orang lain.

b. Intensitas Interaksi

Intensitas interaksi adalah mendalam tidaknya seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, apabila intensitas interaksi dengan orang lain lebih intensif (intim), maka dapat dikatakan makin baik kemampuan berinteraksi orang tersebut. Individu yang mampu berinteraksi lebih intensif (intim) dengan individu lain akan berorientasi positif pada setiap kegiatan yang dilakukannya, dan

kemampuan berkomunikasinya akan semakin tinggi. Sedangkan individu yang memiliki intensi rendah, maka kemampuan komunikatifnya kurang bahkan rendah dan hal ini akan berdampak pada orientasi berinteraksinya yang bersifat negatif.

c. Popularitas Interaksi

Popularitas interaksi adalah banyak sedikitnya teman berinteraksi. Jika seseorang semakin populer dalam berinteraksi, berarti makin banyak individu yang berinteraksi dengannya.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial adalah faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi dan faktor simpati. Interaksi sosial yang baik dan yang buruk pada dasarnya dapat memberikan dampak bagi setiap individu. Apabila individu semakin sering mengadakan interaksi, melakukan interaksi yang mendalam dengan individu lain dan banyaknya teman yang dimiliki pada individu (populer) akan membuat individu memiliki kemampuan berinteraksi yang baik dengan individu lainnya. Hal tersebut akan memberikan keuntungan baginya dan individu akan lebih berbahagia, namun apabila setiap individu tidak mampu untuk melakukan interaksi sosial, maka individu akan cenderung merasa terkucilkan dari kelompoknya, dan akan mengakibatkan gangguan mental bagi individu tersebut.

18 3. Aspek- aspek Interaksi Sosial

Sugiarto (2004) berpendapat bahwa interaksi sosial dapat terjadi bila memenuhi dua aspek yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat positif/ negatif tergantung dari predisposisi sikap seseorang yang menunjukkan kesediaan/penolakan. Kontak sosial dapat bersifat primer, yakni apabila individu terliahat bertemu langsung (face to face), atau sekunder yang berarti individu yang terlibat melalui media tertentu.

Davis (dalam Syani, 2002) mengemukakan aspek interaksi sosial adalah sebagai berikut :

a. Komunikasi, merupakan proses informasi dan pengertian dari individu yang satu kepada individu yang lain. Komunikasi secara konsepsional mengandung arti memberitahukan berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai untuk mengguggah partisipasi agar hak-hak yang diberitahukan itu menjadi milik bersama.

b. Partisipasi, sebagai pengertian mental emosional seseorang didalam situasi kelompok dan mendorong individu tersebut untuk menyumbangkan pikiran dan perasaan bagi tercapainya tujuan dalam serta bertanggung jawab terhadap suatu organisasi tertentu.

Soekanto (2004) mengungkapkan suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi syarat :

a. Adanya kontak sosial (social contact)

Kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Kontak

merupakan tahapan pertama dari terjadinya interaksi sosial. Secara fisik kontak baru akan terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, namun dalam perkembangannya sebagai gejala sosial ternyata tidak berarti harus hubungan badaniah, dimana orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya saja saling menyapa, saling tersenyum, berbincang-bincang. Dalam kondisi tersebut kita tidak dianjurkan untuk saling bersentuhan ataupun berhubungan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu : antara orang perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia ataupun sebaliknya, dan juga dengan cara terjadinya hubungan antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

b. Adanya Komunikasi

Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada badaniah), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Dengan adanya komunikasi sikap-sikap dan perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang – perseorangan dapat diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan dilakukannya.

20 Komunikasi memungkinkan terjadinya berbagai macam penafsiran tehadap tingkah laku orang lain. Komunikasi juga memungkinkan terjadinya kerja sama antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia. Terdapat dua macam komunikasi yaitu searah dan dua arah, (a). Komunikasi searah bila dalam proses komunikasi itu tidak ada umpan balik dari komunikan (penerima pesan) kepada komunikator (penyampai pesan), dalam proses ini komunikator memberikan pesan kepada komunikan, dan komunikan menerima saja apa yang dikemukakan komunikator tanpa memberikan respon balik, dengan demikian komunikasi bersifat pasif. (b). Sedangkan komunikasi dua arah adalah komunikasi yang menempatkan komunikan lebih aktif, dalam arti komunikan dapat atau perlu memberikan tanggapan sebagai umpan balik tentang pesan yang diterima dari komunikator saling memberikan umpan, sehingga masing-masing pihak aktif dalam proses komunikasi.

Unsur-unsur dalam komunikasi :

a. komunikator atau penyampai dalam hal ini dapat berujud antara lain orang yang sedang bicara, orang yang sedang menulis, orang yang sedang menggambar, orang yang sedang menyiarkan berita di TV. b. pesan yang disampaikan oleh komunikator, yang dapat berujud

pengetahuan, pemikiran, ide, sikap dan sebagainya. Pesan ini berkaitan dengan lambing-lambang yang mempunyai arti.

c. media atau saluran, yaitu merupakan perangkat yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator. Ini yang sering disebut sebagai media komunikasi dapat berujud media komunikasi cetak dan non cetak dapat verbal dan non verbal.

d. penerima pesan atau komunikan, ini dapat berupa seorang individu, tetapi juga dapat sekelompok individu-individu. Komunikan dapat berbentuk antara lain sebagai pendengar, penonton, ataupun pembaca.

Abdulsyani (2002) interaksi sosial dapat terjadi jika telah memenuhi tahapan sebagai berikut :

a. Kontak Sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

b. Komunikasi

Komunikasi adalah bahwa seseorang memberi tafsiran perilakuan orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah, sikap) perasaan-perasaan apa yang disampaikan oleh orang tersebut.

c. Keterlibatan

Keterlibatan adalah kemampuan untuk mengadakan penjajagan lebih lanjut atau dalam untuk mengetahui status seseorang.

Selanjutnya, DeVito (dalam Walgito, 2007) mengemukakan seseorang berinteaksi haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, yaitu :

22 a. Kontak

Tahapan ini, seseorang mengadakan kontak perseptual dengan orang lain, dapat melalui penglihatan, pendengaran atau pembauan. Seseorang akan mendapatkan gambaran fisik, misalnya jenis kelamin, tinggi, perkiraan umur. Kemudian individu tersebut akan mengadakan persepsi terhadap orang lain, mengadakan persepsi sosial, ataupun persepsi kepada orang. Setelah itu, kontak umumnya meningkat ke

interactional contact. Individu akan bertukar informasi yang sifatnya

superficial. Dalam tahapan ini, seseorang dapat melanjutkan interaksinya atau dapat memutuskannya ataupun tetap pada tahapan ini.

b. Keterlibatan

Seseorang mulai mengadakan penjajagan lebih lanjut, misalnya menanyakan tentang pekerjaan, tempat tinggal dan lain sebagainya. Individu akan menghadapi 3 alternatif, yaitu interaksi diputuskan

(exit), diteruskan atau tetap. Apabila cocok, maka hubungan meningkat ke hubungan yang lebih intens.

c. Keintiman

Keintiman akan membuat interaksi lebih intens, pada umumnya terdapat komitmen interpersonal, yaitu kedua individu komit antara individu satu dengan individu lainnya dan hubungan ini masih bersifat

Komitmen akan bersifat terbuka, misalnya pada orang tua, saudara-saudaranya dan teman-temannya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa terjadinya interaksi sosial haruslah memenuhi syarat-syarat, diantaranya karena adanya kontak sosial merupakan hubungan yang terjadi antara individu tanpa adanya hubungan badaniah atau bersentuhan, komunikasi merupakan proses informasi dan pengertian antara individu satu dengan individu lain, keterlibatan yang akan membuat individu untuk mulai mengadakan penjajagan dan syarat lain yaitu keintiman yang merupakan komitmen yang dibuat antara individu satu dengan individu lainnya.

Dokumen terkait