• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DISEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA."

Copied!
301
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh : DESI KRISTIANA

F 100 050 082

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

ii Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh : DESI KRISTIANA

F 100 050 082

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

iii Disusun : DESI KRISTIANA

F 100 050 082

Telah disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Oleh :

Pembimbing Utama

(4)

iv

DESI KRISTIANA F 100050082

telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 5 November 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Drs. Daliman , SU Penguji Utama

Dra. Wiwien Dinar. P, M.Si Penguji Pendamping I

Dra.Zahrotul Uyun , M.Si Penguji Pendamping II

Surakarta, 5 November 2009 Fakultas Psikologi

Unoversitas Muhammadiyah Surakarta Dekan

(5)

v beserta orang-orang yang sabar.

(Q.S Al Baqarah: 153)

Teruslah berjuang dan iringilah perjuanganmu itu dengan kesabaran dan doa, niscayalah perjuanganmu

tidak akan sia-sia.

(Penulis)

Hasrat dan kemauan adalah tenaga terbesar di dunia ini dan lebih berharga daripada uang, kekuasaan

ataupun pengaruh.

(Shakespeare)

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri

mereka sendiri.

(6)

vi

Dengan mengucap syukur kepada ALLAH SWT,

karya sederhana imi penulis persembahkan untuk :

Ibu dan Bapak tercinta yang senantiasa mencintai,

memberikan kasih sayang, semangat dan do’a yang

tidak terbatas

Kakak dan adik tercinta yang telah memberi

dorongan,dukungan, dan semangat.

Sahabat-sahabat atas dukungan dan motivasi

Almamater Fakultas psikologi Universitas

(7)

vii

senantiasa melimpahkan segala petunjuk, rahmat, serta hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini,

Penulisan skripsi ini dapat terwujud dan selesai dengan baik karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si, selaku dekan fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

2. Bapak Drs. Daliman, SU, selaku pembimbing utama skripsi sekaligus pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan serta petunjuk yang bermanfaat dalam penyususnan skripsi dan selama masa studi penulis di fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Ibu Dra. Wiwien Dinar. P, M.Si, selaku penguji I yang disela-sela kesibukannya telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, serta petunjuk kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

(8)

viii

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi yang telah memberikan bekal ilmu akademik yang bermanfaat bagi penulis. Serta terima kasih banyak untuk staf administrasi Fakultas Psikologi yang telah membantu demi kelancaran administrasi.

7. Terima kasih banyak ditujukan untuk para informan Pengamen disekitar Terminal Tirtonadi Surakarta atas bantuan kerjasamanya dan meluangankan waktu selama penulis mengadakan dan membantu tercapainya tujuan penelitian.

8. Kedua orang tua tercinta, yang selalu mengiringi dengan doa dan memberikan segala daya dan upaya tanpa pamrih.

9. Adik yang menjadi perantara untuk memperkaya pelajaran hidup, serta seluruh keluarga besarku yang selalu memberi dukungan dan semangat.

10.Teman-teman kelas B angkatan 2005, terima kasih atas kebersamaan selama ini yang telah memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 11.Seluruh pihak yang turut serta mengiringi proses penyusunan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ... ix

DAFTAR TABEL... ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAKSI... ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 7

C. Manfaat Penelitian ... 8

D. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

A. Interaksi Sosial ... 10

1. Pengertian Interaksi Sosial ... 10

(10)

x

B. Pengamen ... 26

1. Definisi Pengamen ... 26

2. Faktor- Faktor Penyebab Munculnya Pengamen ... 28

C. Interaksi Sosial Pengamen di Sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta ... 33

D. Pertanyaan Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Gejala Penelitian ... 36

B. Definisi Operasional Gejala Penelitian ... 36

C. Lokasi Penelitian ... 37

D. Informan Penelitian ... 37

E. Metode Pengumpulan Data ... 38

1. Wawancara ... 38

2. Observasi ... 46

3. Dokumentasi ... 49

E. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Persiapan Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian ... 53

1. Orientasi Kancah Penelitian ... 53

(11)

xi

3. Pelaksanaan Observasi ... 58

C. Hasil Analisis Data ... 59

1. Identifikasi Subjek Penelitian ... 59

2. Deskripsi Informan ... 64

3. Keterangan Bagan ... 113

D. Kategorisasi ... 119

E. Pembahasan ... 124

BAB V PENUTUP ... 128

A. Kesimpulan ... 128

B. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130

(12)

xii

Tabel 1 : Guide wawancara dengan informan mengenai identitas diri ... 40

Tabel 2 : Guide wawancara dengan informan mengenai interaksi sosial ... 42

Tabel 3 : Pedoman observasi ... 49

Tabel 4 : Jadwal Kegiatan Wawancara ... 57

(13)

xiii

Bagan 1 : Pelaksanaan Penelitian ... 58

Bagan 2 : Interaksi Sosial Informan I ... 108

Bagan 3 : Interaksi Sosial Informan II ... 109

Bagan 4 : Interaksi Sosial Informan III ... 110

Bagan 5 : Interaksi Sosial Informan IV ... 111

(14)

xiv

Verbatim Interview Informan ... 133

Matriks 1 (DAJ 2) ... 251

Matriks 2 (DAJ 3) ... 252

Matriks 3 (DAJ 4) ... 253

Matriks 4 (FAJ 2) ... 254

Matriks 5 (FAJ 4) ... 255

Matriks 6 (FAJ 5) ... 256

Matriks 7 (FAJ 6) ... 257

Matriks 8 (FIS 1) ... 258

Matriks 9 (AIS 1) ... 259

Matriks 10 (AIS 11) ... 261

Matriks 11 (AIS 12) ... 263

Matriks 12 (AIS 15) ... 264

Matriks 13 (AIS 16) ... 265

Matriks 14 (WIS 1) ... 266

Matriks 15 (WIS 2) ... 267

Matriks 16 (WIS 5) ... 268

Matriks 17 (WIS 6) ... 269

Matriks 18 (WIS 8) ... 270

Identitas Diri Informan ... 271

Surat Kesediaan Menjadi Informan ... 272

(15)

xv

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah pengamen jalanan, terutama di kota Surakarta. Pengamen jalanan timbul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini. Beberapa pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi menggantungkan hidupnya dengan mengamen yang masuk di dalam bus dalam kota maupun bus antar kota. Pengamen sering dikucilkan dan tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki image yang jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Padahal dalam masyarakat setiap individu akan selalu membutuhkan orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, mereka juga membutuhkan orang lain. Kebutuhan akan keberadaan orang lain tersebut sebagai makhluk sosial akan selalu melakukan interaksi sosial dengan individu-individu lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui faktor yang menyebabkan menjadi pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta dan Bagaimana interaksi sosial pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta. Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah Apa saja faktor yang menyebabkan menjadi Pengamen disekitar Terminal Tirtonadi Surakarta dan Bagaimana pengamen disekitar Terminal Tirtonadi Surakarta melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, lingkungan tempat bekerja, maupun lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode wawancara, observasi atau catatan lapangan dan dokumentasi.

Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 5 orang dengan karakteristik, sebagai berikut : a). Usia pengamen 18-30 tahun,b) sudah berada dijalanan minimal 5tahun,c) tidak bergantung secara financial pada keluarga,d) bekerja sebagai pengamen,e) berkeliaran atau berada di sekitar terminal Tirtonadi Surakarta.

(16)

xvi

(17)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah Indonesia telah menghasilkan kemajuan di beberapa sektor-sektor ekonomi namun selain itu tidak bisa dipungkiri pembangunan yang telah dilaksanakan menghasilkan beberapa hal yang kurang baik salah satunya adalah terciptanya kesenjangan sosial-ekonomi dalam masyarakat Indonesia. Satu sisi ada sebagian masyarakat yang mempunyai tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan yang tinggi, akan tetapi ada juga sebagian masyarakat Indonesia yang tingkat pendidikan dan pendapatannya masih rendah bahkan banyak dari masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

(18)

Menurut UUD 1945 (dalam Wilonoyudho, 2006), ”anak terlantar itu

dipelihara oleh negara”. Artinya Pemerintah mempunyai tanggung jawab

terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak – hak asasi anak terlantar dan anak jalanan pada hakekatnya sama dengan Hak - hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan keputusan Presiden RI No.36 Tahun 1990 tentang pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak Anak). Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil right and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family enviorenment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection).

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2000 menunjukkan bahwa salah satu faktor ketidakberhasilan Pembangunan nasional dalam berbagai bidang itu antara lain disebabkan oleh minimnya perhatian pemerintah dan semua pihak terhadap eksistensi keluarga. Perhatian dan treatment yang terfokus pada “keluarga sebagai baris dan sistem

pemberdayaan” yang menjadi pilar utama kehidupan berbangsa dan bernegara

(19)

keluarga yang sehat, kuat, cerdas dan berkualitas. Dengan demikian, masalah anak termasuk anak jalanan perlu adanya penanganan yang berbasis keluarga, karena keluarga adalah penanggung jawab pertama dan utama masa depan anak-anak mereka (Sunusi, 2004).

Anak jalanan tidak seharusnya dipandang dari sisi negatifnya saja. Setiap individu mempunyai sisi baik dan sisi buruk. Anak jalanan selama ini dipandang masyarakat sebagai anak yang banyak membuat ketidaknyamanan di daerah tertentu, yaitu melakukan tindakan kriminal seperti mencopet, memeras, mencuri, menjual narkoba, sampai yang paling menyedihkan seperti melakukan pekerjaan yang bersinggungan dengan seksualitas.

Kecenderungan anak jalanan untuk berbuat kerusakan dan melanggar tatanan hukum dan budaya masyarakat, terjadi akibat semakin sulitnya mencari nafkah dijalan. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya pandangan masyarakat yang menganggap bahwa anak jalanan sebagai sampah masyarakat dan kemudian mempersempit ruang aksessibilitas mereka terhadap fasilitas-fasilitas umum yang menjadi kebutuhan mereka (Fitriani, 2003).

(20)

Surakarta. Bermodal alat musik gitar kecil (kencrung, dalam bahasa Jawa) atau ada yang menggunakan alat seadanya, mereka beraksi sepanjang hari meminta uang seikhlasnya dari para penumpang di dalam bus.

Salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya jumlah pengamen jalanan, terutama di kota Surakarta. Pengamen jalanan timbul akibat adanya kemiskinan dan kesenjangan pendapatan di kota ini. Beberapa pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi menggantungkan hidupnya dengan mengamen yang masuk di dalam bus dalam kota maupun bus antar kota. Bila pergi ke suatu daerah tertentu dengan menggunakan bus yang rutenya melewati Terminal Tirtonadi maka pasti pemandangan pengamen di dalam bus terlihat. Seolah tiada henti-hentinya mereka keluar masuk dalam bus tersebut. Selain itu bila sedang menunggu bus di sekitar Terminal Tirtonadi maka akan terlihat juga beberapa pengamen yang sedang menunggu bus di sekitar Terminal Tirtonadi, mereka sedang mangkal terutama di pintu selatan Terminal Tirtonadi, sebagian dari mereka memainkan alat musik sederhana yang terbuat dari tutup botol minuman bekas yang kemudian dirangkai sedemikian rupa hingga menghasilkan nada tertentu.

(21)

motornya sedang bocor, bahkan diantara mereka ada yang menolong orang yang sedang kecopetan. Fenomena yang muncul ini menunjukkan bahwa pengamen juga mempunyai hubungan sosial yang baik dengan orang-orang disekitarnya.

Pengamen seharusnya dapat dihargai, sehingga mereka merasa bahwa dirinya diakui oleh masyarakat hanya karena keadaan ekonomi yang memaksa mereka untuk mempertahankan hidupnya dengan cara semacam itu. Pengamen sering dikucilkan dan tidak dianggap keberadaannya dalam masyarakat, mereka sudah memiliki image yang jelek dalam masyarakat. Di jalanan mereka berinteraksi dengan nilai dan norma yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Padahal dalam masyarakat setiap individu akan selalu membutuhkan orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, mereka juga membutuhkan orang lain. Kebutuhan akan keberadaan orang lain tersebut sebagai makhluk sosial akan selalu melakukan interaksi sosial dengan individu-individu lainnya.

(22)

individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Sehingga di dalam interaksi sosial individu mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan disekitarnya, individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.

(23)

diadopsi sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku, yang seringkali perilaku acuan yang mereka dapati adalah perilaku yang kurang dan bahkan bertentangan dengan norma sosial yang ada. Salah satu kasus kesalahan mengadopsi perilaku lingkungan adalah kebiasaan mengkonsumsi minuman keras dan obat terlarang. Dalam kajian patologi sosial penyimpangan tersebut dinyatakan sebagai produk dari perilaku defektif anggota keluarga, lingkungan tetangga dekat dan ditambah agresivitas yang tak terkendali dalam diri pengamen itu sendiri.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka penulis ingin mengajukan permasalahan yaitu bagaimana interaksi sosial pada anak jalanan? Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “INTERAKSI SOSIAL PADA PENGAMEN DI

SEKITAR TERMINAL TIRTONADI SURAKARTA”

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui faktor yang menyebabkan menjadi pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta.

(24)

1. Pengamen di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta serta individu lain yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan informan penelitian agar dapat beriteraksi sosial dengan baik dengan lingkungannya sehingga interaksi sosial yang muncul adalah yang positif.

2. Masyarakat luas, khususnya para orang tua pengamen agar memberikan kasih sayang, ketentraman, penerimaan diri bahwa anak jalanan tidak hanya sebagai tulang punggung keluarga atau pencari nafkah utama sehingga orang tua dapat memberikan hak yang sama seperti anak-anak lainnya.

3. Masyarakat di sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta tentang anak jalanan, sehingga pengamen merasa nyaman dan dilindungi keberadaanya.

4. Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan dan acuan dapat menjadi rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

D. Keaslian Penelitian

(25)

pengetahuan penulis belum ada yang meneliti. Selain itu penelitian ini dilakukan pada informan atau pengamen yang berada di sekitar terminal Tirtonadi Surakarta yang bertempat tinggal di Karisidenan Surakarta. Jadi penelitian ini dapat dikatakan asli.

(26)

10

A. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial

Setiap individu akan selalu membutuhkan orang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, dengan kebutuhan akan keberadaan orang lain tersebut maka individu sebagai makhluk sosial akan selalu melakukan interaksi sosial dengan individu-individu lainnya.

Walgito (2007), mengungkapkan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain begitu pula sebaliknya, sehingga akan menjadi suatu hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut juga terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok. Soekanto (2001) mengungkapkan interaksi sosial antar kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Bonner (dalam Ahmadi, 1999) interaksi sosial adalah hubungan antara individu dua individu atau lebih, sehingga individu yang satu akan mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain atau sebaliknya.

(27)

dengan orang lain. Setiap individu akan berusaha untuk menilai dirinya sendiri, menilai perilakunya apakah perilaku tersebut sesuai dengan keadaan orang yang berada disekitarnya, karena pada dasarnya setiap individu akan menyadari konsekuensi yang akan terjadi apabila individu tersebut bertingkah laku berbeda dengan orang-orang yang berada disekelilingnya.

Gerungan (2002) berpendapat bahwa interaksi sosial dapat terjadi bila memenuhi dua aspek yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif, tergantung dari predisposisi sikap seseorang yang menunjukkan kesediaan atau penolakan. Kontak sosial juga bersifat primer, yakni apabila individu yang terlibat bertemu langsung (face to face), atau sekunder yang berarti individu yang terlibat bertemu melalui media tertentu. Sementara Dayakisni dan Hudaniah (2003) mengatakan komunikasi baik maupun verbal ataupun nonverbal merupakan saluran untuk menyampaikan perasaan ataupun ide/ pikiran dan sekaligus sebagai media untuk dapat menafsirkan atau memahami pikiran atau perasaan orang lain.

(28)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan suatu proses yang cukup kompleks. Floyd Allport (dalam Walgito, 2003) perilaku dalam interaksi sosial tidaklah sederhana, tetapi perilaku didasari oleh berbagai faktor psikologis eksternal atau dari luar. Faktor-faktor tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Faktor Imitasi

Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2003) imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik. Contoh dari imitasi eksternal, apabila seseorang telah dididik untuk mengikuti suatu tradisi tertentu yang melingkupi segala situasi sosial maka orang tersebut akan memiliki suatu kerangka tingkah laku dan sikap moral yang dapat menjadi pokok pangkal guna memperluas perkembangan perilaku yang positif. Sedangkan dampak negatif dari pola imitasi dalam interaksi sosial apabila perilaku yang diimitasi adalah perilaku yang salah, baik secara moral maupun hukum, sehingga diperlukan upaya yang kuat untuk menolaknya.

(29)

tertentu, cara memberi isyarat, cara berpakaian, adat istiadat dan konvensi-konvensi dipelajari melalui imitasi (G. Tarde dalam Ahmadi, 1999).

b. Faktor Sugesti

Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2003) sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial mempunyai arti yang hampir sama. Keduanya merupakan suatu proses yang saling berpengaruh antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya. Sedang Gerungan dalam (Dayaksini dan Hudaniah, 2003) mngartikan, sugesti dapat dilakukan dan diterima oleh individu lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu.

(30)

adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan idolanya. Sedang menurut Dayaksini dan Hudaniyah (2003) proses identifikasi pertama-tama berlangsung secara tidak sadar, dan selanjutnya irrasional. Artinya, identifikasi dilakukan berdasarkan perasaan-perasaan atau kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional dimana identifikasi akan berguna untuk melengkapi sistem norma, cita-cita dan pedoman bagi yang bersangkutan.

Faktor lain yang memegang peranan dalam interaksi sosial adalah faktor identifikasi. Freud (dalam Walgito, 2003) identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain. Sehubungan dengan identifikasi ini Freud menjelaskan bagaimana anak mempelajari norma-norma sosial dari orang tuanya.

d. Faktor Simpati

(31)

Simpati merupakan perasaan rasa tertarik kepada orang lain, maka simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan atas dasar perasaan emosi. Dalam simpati orang merasa tertarik kepada orang lain yang seakan-akan berlangsung dengan sendirinya, apa sebabnya merasa tertarik sering tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut. Disamping individu mempunyai kecenderungan tertarik pada orang lain, individu juga mempunyai kecenderungan untuk menolak orang lain yang sering disebut dengan antipati. Jadi jika simpati bersifat positif, maka antipati bersifat negatif.

(32)

menarik akan lebih berbahagia.

Walgito (2007) mengungkapkan untuk melihat baik buruknya interaksi dari setiap individu, pada dasarnya dapat dilihat dari berbagai macam ukuran, diantaranya adalah :

a. Frekuensi Interaksi

Dapat dilihat berdasarkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain, apakah individu tersebut sering melakukan interaksi atau tidak. Apabila seseorang sering mengadakan interaksi dengan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa frekuensi berinteraksinya tinggi. Individu yang memiliki frekuensi interaksi sosial yang tinggi, memiliki kemampuan berinteraksi yang baik dengan orang lain, begitu pula sebaliknya apabila frekuensi interaksi sosial rendah, maka individu tersebut memiliki kemampuan interaksi yang kurang dengan orang lain.

b. Intensitas Interaksi

(33)

komunikatifnya kurang bahkan rendah dan hal ini akan berdampak pada orientasi berinteraksinya yang bersifat negatif.

c. Popularitas Interaksi

Popularitas interaksi adalah banyak sedikitnya teman berinteraksi. Jika seseorang semakin populer dalam berinteraksi, berarti makin banyak individu yang berinteraksi dengannya.

(34)

bila memenuhi dua aspek yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial dapat bersifat positif/ negatif tergantung dari predisposisi sikap seseorang yang menunjukkan kesediaan/penolakan. Kontak sosial dapat bersifat primer, yakni apabila individu terliahat bertemu langsung (face to face), atau sekunder yang berarti individu yang terlibat melalui media tertentu.

Davis (dalam Syani, 2002) mengemukakan aspek interaksi sosial adalah sebagai berikut :

a. Komunikasi, merupakan proses informasi dan pengertian dari individu yang satu kepada individu yang lain. Komunikasi secara konsepsional mengandung arti memberitahukan berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai untuk mengguggah partisipasi agar hak-hak yang diberitahukan itu menjadi milik bersama.

b. Partisipasi, sebagai pengertian mental emosional seseorang didalam situasi kelompok dan mendorong individu tersebut untuk menyumbangkan pikiran dan perasaan bagi tercapainya tujuan dalam serta bertanggung jawab terhadap suatu organisasi tertentu.

Soekanto (2004) mengungkapkan suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi syarat :

a. Adanya kontak sosial (social contact)

(35)

namun dalam perkembangannya sebagai gejala sosial ternyata tidak berarti harus hubungan badaniah, dimana orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya saja saling menyapa, saling tersenyum, berbincang-bincang. Dalam kondisi tersebut kita tidak dianjurkan untuk saling bersentuhan ataupun berhubungan badaniah. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu : antara orang perorangan, antara orang perorangan dengan suatu kelompok manusia ataupun sebaliknya, dan juga dengan cara terjadinya hubungan antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

b. Adanya Komunikasi

(36)

memungkinkan terjadinya kerja sama antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia. Terdapat dua macam komunikasi yaitu searah dan dua arah, (a). Komunikasi searah bila dalam proses komunikasi itu tidak ada umpan balik dari komunikan (penerima pesan) kepada komunikator (penyampai pesan), dalam proses ini komunikator memberikan pesan kepada komunikan, dan komunikan menerima saja apa yang dikemukakan komunikator tanpa memberikan respon balik, dengan demikian komunikasi bersifat pasif. (b). Sedangkan komunikasi dua arah adalah komunikasi yang menempatkan komunikan lebih aktif, dalam arti komunikan dapat atau perlu memberikan tanggapan sebagai umpan balik tentang pesan yang diterima dari komunikator saling memberikan umpan, sehingga masing-masing pihak aktif dalam proses komunikasi.

Unsur-unsur dalam komunikasi :

a. komunikator atau penyampai dalam hal ini dapat berujud antara lain orang yang sedang bicara, orang yang sedang menulis, orang yang sedang menggambar, orang yang sedang menyiarkan berita di TV. b. pesan yang disampaikan oleh komunikator, yang dapat berujud

(37)

sebagai media komunikasi dapat berujud media komunikasi cetak dan non cetak dapat verbal dan non verbal.

d. penerima pesan atau komunikan, ini dapat berupa seorang individu, tetapi juga dapat sekelompok individu-individu. Komunikan dapat berbentuk antara lain sebagai pendengar, penonton, ataupun pembaca.

Abdulsyani (2002) interaksi sosial dapat terjadi jika telah memenuhi tahapan sebagai berikut :

a. Kontak Sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.

b. Komunikasi

Komunikasi adalah bahwa seseorang memberi tafsiran perilakuan orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah, sikap) perasaan-perasaan apa yang disampaikan oleh orang tersebut.

c. Keterlibatan

Keterlibatan adalah kemampuan untuk mengadakan penjajagan lebih lanjut atau dalam untuk mengetahui status seseorang.

(38)

lain, dapat melalui penglihatan, pendengaran atau pembauan. Seseorang akan mendapatkan gambaran fisik, misalnya jenis kelamin, tinggi, perkiraan umur. Kemudian individu tersebut akan mengadakan persepsi terhadap orang lain, mengadakan persepsi sosial, ataupun persepsi kepada orang. Setelah itu, kontak umumnya meningkat ke interactional contact. Individu akan bertukar informasi yang sifatnya superficial. Dalam tahapan ini, seseorang dapat melanjutkan interaksinya atau dapat memutuskannya ataupun tetap pada tahapan ini.

b. Keterlibatan

Seseorang mulai mengadakan penjajagan lebih lanjut, misalnya menanyakan tentang pekerjaan, tempat tinggal dan lain sebagainya. Individu akan menghadapi 3 alternatif, yaitu interaksi diputuskan (exit), diteruskan atau tetap. Apabila cocok, maka hubungan meningkat ke hubungan yang lebih intens.

c. Keintiman

(39)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa terjadinya interaksi sosial haruslah memenuhi syarat-syarat, diantaranya karena adanya kontak sosial merupakan hubungan yang terjadi antara individu tanpa adanya hubungan badaniah atau bersentuhan, komunikasi merupakan proses informasi dan pengertian antara individu satu dengan individu lain, keterlibatan yang akan membuat individu untuk mulai mengadakan penjajagan dan syarat lain yaitu keintiman yang merupakan komitmen yang dibuat antara individu satu dengan individu lainnya.

4. Dampak Interaksi Sosial

Faris dan Dunham (dalam Notosoedirdjo, 2007) memberikan pandangan bahwa interaksi sosial sangat mempengaruhi kesehatan mental. Lingkungan kehidupan, tempat tinggal dapat memberikan peluang untuk meningkatkan hubungan interpersonal, sementara itu pola tempat tinggal tertentu dapat menghambat dan menimbulkan kesulitan untuk hubungan interpersonal.

(40)

dalam kelompok umur yang lebih muda dan tua darinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dampak interaksi sosial mempengaruhi kesehatan mental yaitu psikis, di mana individu akan mampu mengadakan hubungan timbal balik, berkomunikasi dengan individu lain secara baik dengan lingkungannya.

5. Dinamika Interaksi Sosial Secara Psikologis

(41)

tindakan-tindakan individu, bukan terhadap individunya dan timbulnya hanya satu pihak saja, yaitu pada individu yang melakukan perbuatan itu. Misalnya cermin-cermin merupakan pemantulan tetapi cermin tidak bisa melihat.

b. Interaksi antara manusia dengan manusia, bersifat dinamis, memberi respon tertentu pada manusia lain, dan proses kejiwaan yang timbul terdapat pada segala pihak yang bersangkutan. Misalnya jika individu melihat tingkah laku atau perbuatan individu lain, maka timbul kesadaran tertentu yang kiranya sesuai dengan kesadaran indivdu yang sedang diamatinya itu, seperti melihat orang menangis, hal itu dapat diketahui bahwa orang itu susah atau sedih.

(42)
(43)

menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun di tempat-tempat umum. Anak jalanan adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, salah satunya bekerja dengan mengemis dan menjadi pengamen, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya.

Pengamen merupakan komunitas yang relatif baru dalam kehidupan pinggiran perkotaan, setelah kaum gelandangan, pemulung, pekerja sex kelas rendah, selain itu juga dianggap sebagai “virus social” yang mengancam kemampuan hidup masyarakat, artinya pengamen jalanan dianggap sebagai anak nakal, tidak tahu sopan santun, brutal, pengganggu ketertiban masyarakat. Oleh karena itu tidak mengherankan jika mereka sering diperlakukan tidak adil dan kurang manusiawi terutama oleh kelompok masyarakat yang merasa terganggu oleh komunitas anak jalanan seperti golongan ekonomi kelas atas (Suswandari, 2000).

Menurut Fitriani (2003) anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran dijalanan dengan cara mereka sendiri bekerja sebagai pengamen, penyemir sepatu, penjual Koran, pengemis, atau bahkan melacur.

(44)

dijalan atau tempat-tempat umum lainnya, tidak atau bergantung dengan keluarga, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup dijalanan. 2. Faktor- Faktor Penyebab Munculnya Pengamen

Menurut hasil penelitian Artidjo Alkastar (dalam Sudarsono, 1995) tentang potret Anak jalanan yang bekerja sebagai pengamen menyatakan bahwa yang menyebabkan menuju kearah kehidupan jalanan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yaitu sebagai berikut :

a. Faktor Intern meliputi : kemalasan, tidak mau bekerja keras, tidak kuat mental, cacat fisik dan psikis, adanya kemandirian hidup untuk tidak bergantung kepada orang lain.

b. Faktor Ekstern meliputi :

 Faktor ekonomi : pengamen dihadapkan kepada kemiskinan keluarga dan sempitnya lapangan pekerjaan yang ada.

 Faktor geografis : kondisi tanah tandus dan bencana alam yang tak terduga.

 Faktor sosial : akibat arus urbanisasi penduduk dari desa ke kota tanpa disertai partisipasi masyarakat dalam usaha kesejahteraan sosial.

(45)

 Faktor kultural : lebih bertendensi pasrah kepada nasib dan hukum adat yang membelenggu.

 Faktor lingkungan : anak dari keluarga pengamen telah mendidik anak menjadi pengamen pula.

 Faktor agama : kurangnya pemahaman agama, tipisnya iman dan kurang tabah dalam menghadapi cobaan hidup.

Menurut Pungki, dkk. (2002) faktor-faktor munculnya anak jalanan adalah: (a) banyaknya fasilitas umum dikota besar yang menawarkan kemudahan seperti ; pusat kegiatan perdagangan jasa, transportasi, hiburan, kesenian, perkantoran yang merupakan faktor penarik dari kota tersebut, sehingga membuat semua orang tertarik termasuk anak jalanan, (b) faktor lingkungan keluarga yang diwarnai oleh ketidakharmonisan, baik perceraian, percekcokan, kehadiran orang tua tiri, (c) faktor ekonomi rumah tangga yang kurang mendukung memaksa setiap anggota keluarga untuk mencari penghasilan dan nafkah sendiri, (d) faktor pendidikan yang rendah, sangat mudah bagi anak untuk terjerumus ke jalan.

(46)

c. Macam-macam Pengamen Jalanan

Pengamen ada di mana-mana mulai di perempatan jalan raya, di dalam bis kota, di rumah makan, di ruko, di perumahan, di kampung, di pasar, dan lain sebagainya. Penampilan pengamen pun macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa saja sampai penampilan banci / bencong, anak punk, preman, pakaian pengemis dan pakaian seksi nan minim. Pengamen terkadang sangat mengganggu ketenangan kita akan tetapi mau bagaimana lagi. Jika mereka tidak mengamen mereka mau makan apa dan daripada mereka melakukan kejahatan lebih baik mengamen secara baik-baik walawpun mengganggu. Berikut ini adalah macam-macam pengamen :

a. Pengamen Baik

Pengamen yang baik adalah pengamen profesional yang memiliki kemampuan musikalitas yang mampu menghibur sebagian besar pendengarnya. Para pendengar pun merasa terhibur dengan ngamenan pengamen yang baik sehingga mereka tidak sungkan untuk memberi uang receh maupun uang besar untuk pengamen jenis ini. Pengamen ini pun sopan dan tidak memaksa dalam meminta uang. b. Pengamen Tidak Baik

(47)

menyindir atau mengeluh langsung ke pendengarnya jika tidak mendapatkan uang seperti yang diharapkan.

c. Pengamen Pengemis

Pengamen ini tidak memiliki musikalitas sama sekali dan permainan musik maupun vokal pun sesuka hatinya/ seenak hatinya. Setelah mengamen mereka tetap menarik uang receh dari para pendengarnya. Dibanding mengamen mereka lebih mirip pengemis karena hanya bermodal dengan nekat saja dalam mengamen serta hanya berbekal belas kasihan dari orang lain dalam mencari uang. d. Pengamen Pemalak / Penebar Teror

(48)

mengamen tetapi juga melakukan tindakan kejahatan seperti sambil mencopet, sambil nodong, menganiaya orang lain, melecehkan orang lain, dan lain sebagainya. Kalau menemukan pengamen jenis ini jangan ragu untuk melaporkan mereka ke polisi agar modus mereka tidak ditiru orang lain.

f. Pengamen Cilik / Anak-Anak

Pengamen jenis ini ada yang bagus tetapi ada juga yang sangat tidak enak untuk didengar. Yang tidak enak didengar inilah yang lebih condong mengemis daripada mengamen. Akan tetapi bagaimanapun juga mereka hanya anak-anak bocah cilik yang menjadi korban situasi dari orang-orang jahat dan tidak kreatif di sekitarnya. Pengamen anak ini bisa dipaksa menjadi pengamen oleh orang tua, oleh preman, dsb namun juga ada yang atas kemauan sendiri dengan berbagai motif. Sebaiknya jangan diberi uang agar tidak ada anak-anak yang menjadi pengamen. Mereka seharusnya tidak berada di jalanan (Media Indonesia Online. com).

(49)

atau tanpa ikatan dengan keluarga.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak jalanan terbagi di beberapa kategori, yaitu anak jalanan yang hidup dan tumbuh di jalanan, anak jalanan yang hidup dan menggelandang di jalanan tetapi secara periodik pulang dan anak jalanan yang berada di jalanan hanya untuk mencari nafkah. Sedangkan Pengamen itu sendiri adalah bagian dari anak jalanan yang terbagi menjadi enam yaitu : pengamen baik, pengamen tidak baik, pengamen pengemis, pengamen pemalak, pengamen penjahat dan pengamen cilik.

C. Interaksi Sosial Pengamen di Sekitar Terminal Tirtonadi Surakarta Pengamen banyak berinteraksi dengan sopir, kernet, dan pedagang kaki lima. Kekerasan hidup, uang, dan bagaimana memenuhi kebutuhan konsumtif adalah hal-hal yang memenuhi orientasi hidup mereka. Sehingga secara umum perkembangan orientasi pemikiran mereka mengalami akselerasi dibandingkan dengan anak seusianya. Mereka cenderung teraleniasi dari dunia anak-anak.

(50)

dan menghindari ajakan teman dari perbuatan asusila. Penulis melihat kuatnya pertahanan diri ini lebih dikarenakan masih adanya bimbingan orang tua dalam kehidupan mereka. Sedangkan untuk pengamen yang kurang atau tanpa perhatian orang tua, mereka rentan terhadap pengaruh lingkungannya. Kurangnya perhatian orang tua terutama dalam bentuk bimbingan untuk bersikap dan berperilaku serta disiplin dan kontrol diri yang baik, membuat pertahanan diri mereka rapuh. Mereka mengadopsi perilaku lingkungan di terminal tanpa filtrasi. Perilaku sekelilingnya seringkali diadopsi sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku, yang seringkali perilaku acuan yang mereka dapati adalah perilaku yang kurang dan bahkan bertentangan dengan norma sosial yang ada. Salah satu kasus kesalahan mengadopsi perilaku lingkungan adalah kebiasaan mengkonsumsi minuman keras dan obat terlarang. Dalam kajian patologi sosial peyimpangan tersebut dinyatakan sebagai produk dari perilaku detektif anggota keluarga, lingkungan tetangga dekat dan ditambah agresivitas yang tak terkendali dalam diri anak itu sendiri (Tauran, 2007).

(51)

Berdasarkan pada beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam berinteraksi sosial pengamen sering mengadopsi perilaku dari orang-orang yang ada disekitarnya. Sedangkan tidak semua pengamen masih mempunyai tingkat pendidikan yang membuatnya dapat menyaring beberapa perilaku yang didapat dari lingkungannya.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Apa saja faktor yang menyebabkan menjadi Pengamen disekitar Terminal Tirtonadi Surakarta?

(52)

36

penelitian guna memperoleh pemahaman berdasarkan pada tradisi metodologi penyelidikan tertentu untuk mengeksplorasi masalah kemanusiaan atau masalah sosial dalam setting yang alami (Aminuddin, 1990).

Kajian terhadap data penelitian akan dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bukan angka-angka matematik atau statistik.

A. Gejala Penelitian

Dalam penelitian ini, gejala yang hendak penulis ungkap adalah interaksi sosial pada pengamen disekitar Terminal Tirtonadi Surakarta.

B. Definisi Operasional Gejala Penelitian 1. Interaksi Sosial

(53)

besar menghabiskan waktunya dan atau berkeliaran dijalan atau tempat-tempat umum lainnya dengan cara menyanyikan lagu untuk mendapatkan uang, tidak atau bergantung dengan keluarga, dan mempunyai kemampuan untuk bertahan hidup dijalanan.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada pengamen yang beroperasi di daerah terminal tirtonadi Surakarta. Komunitas pengamen di terminal tirtonadi ini tidak memiliki tempat khusus untuk mangkal. Biasanya berpindah-pindah tempat dan tidak menetap, walaupun mereka terbagi sesuai dengan tempat yang telah ditentukan.

D. Informan Penelitian

Salah satu yang dilakukan peneliti sebelum mengumpulkan data adalah menentukan informan penelitian. Informan penelitian ini adalah individu yang ikut serta dalam penelitian, darimana data dikumpulkan.

(54)

Alasan peneliti menggunakan informan dengan karakteristik tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana Interaksi Sosial yang terjadi pada Pengamen yang berusia di atas 18 tahun dalam menghadapi kehidupan dijalanan. Sesuai dengan persyaratan kualitatif dengan jenis fenomenologi yaitu Pengamen yang mencari nafkah disekitar Terminal Tirtonadi .

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara untuk menggali interaksi sosial pengamen . Observasi dan dokumentasi untuk mengetahui gambaran perilaku anak jalanan di sekitar Terminal Tirtonadi. 1. Wawancara

(55)

yang bersifat lintas waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan bahkan masa yang akan datang.

Menurut Banister dkk (Poerwandari, 1998), wawancara merupakan percakapan dan Tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara dilakukan untuk memperoleh pengetahuan atau informasi tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan suatu tema atau permasalahan yang diteliti, dan bermaksud untuk melakukan eksplorasi terhadap adanya isu tersebut.

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan petujuk secara umum. Menurut Patton (Moleong, 1991) yaitu wawancara yang menggunakan kerangka dan garis besar/ pokok yang ditanyakan saja, dalam proses wawancara penyusunan pokok-pokok itu dilakukan sebelum proses wawancara dilakukan dan garis besar tersebut tidak perlu ditanyakan secara berurutan, hal itu untuk menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden, dalam konteks wawancara yang sebenarnya.

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara yang dilakukan tanpa perantara orang, antara peneliti dengan subjek. Teknik wawancara

seperti ini dimaksudkan untuk mendapatkan data “kasar” dari subjek dan

(56)

sebenarnya dengan fakta yang ada tanpa adanya rekayasa ataupun manipulasi, yaitu sebagai berikut :

Guide wawancara dengan informan mengenai identitas diri

NO

Data diri Pengamen 1. Nama, tempat tanggal lahir, usia, alamat rumah / tempat tinggal ?

2. Anak ke berapa dari berapa saudara ?

3. Hobi dan cita – cita ? 4. Riwayat pendidikan ? 5. Nama Ayah, Nama Ibu,

Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu ?

6. Kegiatan sehari – hari yang dilakukan ?

7. Apakah harapan atau keinginan Pengamen dalam kehidupan ? 2

anda untuk menjadi pengamen ?

(57)

dijalanan (mulai dari jam berapa sampai jam berapa) ? 5. Bagaimana perasaan menjadi

pengamen ? Faktor Eksternal Penyebab

menjadi Pengamen

6. Bagaimana keadaan ekonomi Orang tua pengamen?

7. Bagaimana kondisi keluarga pengamen ?

8. Bagaimana keadaan lingkungan tempat tinggal pengamen ? 9. Apakah faktor lain yang

(58)

kode TEORITIS WAWANCARA 1

FIS

Faktor interaksi sosial Faktor Internal Penyebab

Menjadi Pengamen

1. Darimana bisa tahu mengenai dunia jalanan ?

2. Bagaimana proses sampai bisa menjadi pengamen ?

3. Apa yang menjadi motivasi untuk menjadi pengamen ?

Faktor Eksternal Penyebab Menjadi Pengamen

4. Hal apa saja yang membuat tertarik menjadi pengamen? 5. Adakah seseorang yang juga

sebagai pengamen yang kemudian dijadikan idola dalam segala hal ?

(59)

2 AIS

Aspek interaksi sosial Kontak Sosial

1. Bagaimana ekspresi / perilaku jika bertemu dengan orang tua ? 2. Bagaimana perilaku jika bertemu

dengan teman dirumah atau teman sesama pengamen ?

3. Bagaimana sikap jika bertemu dengan kernet bus disekitar tempat pengamen ?

4. Bagaimana sikap jika bertemu dengan sopir bus disekitar tempat bekerja sebagai pengamen ? 5. Bagaimana sikap jika bertemu

dengan para pedagang asongan atau kaki lima tempat bekerja sebagai pengamen ?

(60)

Bahasa yang digunakan ?

8. Bagaimana komunikasi yang terjalin dengan teman sesama pengamen ? dan bahasa yang digunakan?

9. Bagaimana komunikasi yang terjalin dengan sopir bus dan kernet bus ?

10. Bagaimana komunikasi yang terjalin dengan pedagang asongan, pedagang warung, dan pedagang lain yang berada disekitar terminal ?

11. Adakah bahasa khusus atau kode kode yang digunakan saat bertemu dengan sesama pengamen jika ada rasia mendadak?

(61)

ingin berkumpul dengan teman sesama pengamen ?

14. Teman seperti apa yang diinginkan sehingga tertarik untuk berkumpul di jalanan ? 15. Apakah ada pengaruh jika

suasana hati sedang senang atau sedih untuk tetap berkumpul dengan teman sesama pengamen? 16. Bagaimana jika ada teman sesama pengamen atau orang lain yang mendapat musibah dan meminta bantuan ?

3 WIS

Wujud Interaksi Sosial Hubungan timbal balik

1. Bagaimana hubungan yang terjalin selama ini dengan ayah ? 2. Bagaimana hubungan yang

terjalin selama ini dengan ibu ? 3. Bagaimana hubungan yang

terjalin dengan saudara kandung ( kakak atau adik ) ?

(62)

5. Bagaimana hubungan yang terjalin dengan sopir bus disekitar terminal tirtonadi ?

6. Bagaimana hubungan yang terjalin dengan kernet bus ? 7. Bagaimana hubungan yang

terjalin dengan pedagang disekitar terminal tirtonadi ? 8. Bagaimana hubungan yang

terjalin dengan tetangga disekitar tempat tinggal rumahnya ?

2. Observasi

(63)

Pencatatan data dan informasi dilakukan secara deskriptif, yaitu mencatat sebanyak mungkin data atau informasi-informasi yang mendukung suatu gejala tanpa disertai interpretasi-interpretasi dan evaluasi dari observer. Pengamat tidak mencatat kesimpulan dan interpretasi, melainkan data konkrit yang berkenaan dengan suatu fenomena yang diamati (Poerwandari, 1998).

Menurut Patton (Poerwandari, 1998), observasi merupakan penelitian bersifat terbuka, berorientasi pada penemuan-penemuan sebagai pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan yang nyata, kecenderungan untuk dipengaruhi oleh berbagai konseptualisasi (yang ada sebelumnya) cukup besar. Selain itu, observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak dapat diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.

(64)

mencatat sebanyak mungkin data-data yang mendukung suatu gejala tanpa disertai interpretasi atau evaluasi dari observer. Pengamat tidak mencatat kesimpulan atau interpretasi, melainkan data-data konkrit berkenaan dengan fenomena yang diamati (Poerwandari, 1998).

Observasi dilakukan terhadap sikap, perilaku dan aktivitas informan peneliti selama berada di jalanan serta untuk memperoleh dan melengkapi data penelitian agar lebih kaya. Adapun hal-hal yang dicatat secara garis besar adalah :

a. Gambaran tentang keadaan tempat (setting) dimana informan penelitian beraktivitas sehari-hari.

(65)

2. Pakaian yang dipakai subjek ketika wawancara 3. Sikap subjek selama wawancara

Psikologis 1. Bahasa tubuh subjek 2. Ekspresi wajah subjek

3. Emosi subjek ketika wawancara

4. Interaksi subjek dengan orang-orang di sekitar subjek Lingkungan 1. Lingkungan fisik tempat tinggal subjek

2. Kegiatan subjek di lingkungan tempat tinggal subjek 3. Kegiatan subjek selain di sekitar lingkungan tempat

tinggal subjek.

Alat Bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Hand Recorder

b. Kaset

c. Buku catatan d. Kamera digital 3. Dokumentasi

(66)

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian kualitatif tidak berbentuk angka tetapi lebih banyak berupa narasi, deskripsi, cerita, dokumen tertulis dan tidak tertulis (gambar, foto) ataupun bentuk-bentuk non angka lain (Poewandari, 1998). Karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka analisis data yang digunakan adalah analisis data secara induktif deskriptif, yaitu proses pengumpulan data yang menggunakan gambaran cerita dengan cara melakukan abstraksi setelah rekaman fenomena-fenomena khusus dikelompokkan menjadi satu. Teori yang dikembangkan dengan cara ini muncul dari bawah, yang berasal dari sejumlah besar bukti yang terkumpul yang saling berhubungan satu dengan yang lain. (Aminuddin, 1990).

(67)

Hal-hal yang disimpan dan diorganisasikan adalah : (a) data mentah (catatan lapangan dan kaset ), (b) data yang sudah ditulis dalam verbatim, (c) data yang sudah ditandai dengan kode-kode, (d) teks lapangan (yang masih terus akan ditambah jika perlu, dan diperbaiki sesuai perkembangan dan temuan lapangan ).

Widodo dan Moechtar (2000) mengemukakan bahwa data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dianalisis menggunakan analisis deskriptif berupa paparan, uraian, dan gambaran yang kemudian disusun dalam kategori.

Adapun langkah-langkah penulis dalam melakukan anlisis data adalah sebagai berikut :

1. Membuat transkip wawancara (verbatim), laporan lapangan hasil observasi Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah wawancara dan observasi. Hasil wawancara direkam dengan tape recorder kemudian ditulis didalam transkip secara lengkap agar memudahkan peneliti dalam mnganalisa. Demikian pula dengan hasil observasi, ditulis dalm bentuk laporan dengan tujuan mempermudah penulis dalam menganalisa.

2. Mencari kategori

(68)

secara induksi, yaitu kesimpulan ditarik dari keputusan khusus untuk mendapat kesimpulan yang umum berdasarkan data yang diperoleh.

3. Mendeskripsikan kategori

Kategori yang telah diperoleh, kemudian dideskripsikan dengan maksud untuk menggambarkan dan menjelaskan latar belakang munculnya anak jalanan dan interaksi sosial anak jalanan.

4. Pembahasan hasil penelitian

(69)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh peneliti sebelum peneliti melaksanakan penelitian di lapangan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah :

1. Orientasi Kancah Penelitian

(70)

2. Proses Persiapan Penelitian a. Pencarian Data Pengamen

Pada tanggal 09 Mei 2009 peneliti melakukan wawancara awal pada dua orang yang menjadi pengamen dan dapat diketahui berapa lama telah berada dijalanan. Setelah itu peneliti mencari data anak jalanan yang telah menjadi anak jalanan minimal dua tahun. Untuk mengetahui data anak jalanan , maka penulis bertanya pada salah satu orang yang sudah lama menjadi anak jalanan dan khususnya yang berada disekitar terminal tirtonadi sesuai dengan karakteristik penelitian.

b. Persiapan alat pengumpul data 1. Penyusunan pedoman wawancara

(71)

2. Penyusunan Pedoman Observasi

Penyusunan pedoman observasi dilakukan untuk memudahkan saat melakukan observasi dan memperkecil kemungkinan terlewatnya hal-hal yang harus diobservasi. Data hasil observasi digunakan untuk menambah dan memperkuat informasi yang sudah diperoleh selama dilakukannya wawancara. Sebelumnya penulis sudah membuat guide observasi sebagai petunjuk sebagai dasar melakukan observasi. Alat bantu yang digunakan dalam observasi adalah kertas dan pulpen.

B. Pelaksanaan Penelitian 1. Proses Screening Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah anak jalanan di sekitar terminal tirtonadi yang menjadi pengamen dan berada di jalanan minimal 5 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling dan purposive sampling non random. Adapun dari data pengamen penulis mendapatkan informan tersebut merekomendasikan teman-temannya yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan penulis.

(72)

adalah pengamen. Berdasarkan karakteristik tersebut, penulis mendapatkan 5 orang untuk dijadikan informan penelitian.

2. Pelaksanaan Wawancara

Sebelum mengadakan wawancara, peneliti terlebih dahulu memberitau dengan informan serta melihat situasi dan kondisi informan dengan alasan agar wawancara dapat berjalan dengan lancer serta informan dapat berbicara secara terbuka tanpa ada paksaan. Oleh karena itu sewaktu melakukan wawancara peneliti tetap menjaga rapport agar informan tidak berfikir negatif terhadap peneliti.

Saat menjalin rapport, peneliti memperkenalkan tentang diri peneliti dan menyampaikan beberapa hal penting pada informan, selain tentang diri peneliti dan maksud atau tujuan peneliti mengadakan wawancara. Beberapa hal penting tersebut adalah :

a. Peneliti menginformasikan kepada informan bahwa nama mereka tidak akan dicantumkan dalam hasil penelitian.

(73)

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang menggunakan pedoman umum, berupa garis besar pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara dan disusun sebelum wawancara dilakukan. Agar data yang diperoleh sesuai dengan hasil wawancara yang disampaikan subjek, maka pembicaraan dalam wawancara direkam dengan tape recorder. Catatan kecil yang digunakan mengacu pada guide interview yang telah disusun oleh penulis.

Jadwal pelaksanaan wawancara dapat dilihat pada tabel berikut: Jadwal Kegiatan Wawancara

No Subjek Tanggal Wawancara Tempat

1. A 18 Juli 2009 Tempat Parkiran

Sepeda Motor

Terminal Tirtonadi

2. YP 21 Juli 2009 Warung Makan

diTerminal Tirtonadi 3. WO 23 Juli 2009 Kost – Kost an

Anak Jalanan

4. HS 23 Juli 2009 Kost – Kost an

Anak Jalanan

5. AP 24 Juli 2009 Tempat Parkiran

Sepeda Motor

(74)

3. Pelaksanaan Observasi

Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk melengkapi data-data yang diperoleh melalui wawancara dan untuk memperoleh informasi serta gambaran yang lebih jelas tentang latar belakang dan interaksi sosial pada pengamen disekitar terminal tirtonadi. Dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi non partisipan selain itu penulis memfokuskan perhatian pada perilaku-perilaku, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan emosi subjek saat wawancara.

Langkah dalam pelaksanaan penelitian ini dari awal sampai akhir dapat peneliti gambarkan melalui bagan sebagai berikut:

Bagan Pelaksanaan Penelitian

PENGUMPULAN

DATA ANALISIS DATA

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

OBSERVASI

PENENTUAN INFORMAN

INTERVIEW

CATATAN

LAPANGAN&DOK.

(75)

C. HASIL ANALISIS DATA 1. Identifikasi Subjek Penelitian

Berdasarkan usia, informan adalah yang masuk kategori usia dewasa dini yaitu usia 18-30 tahun. Semuanya berjenis kelamin laki-laki. Seluruh subjek telah menjadi anak jalalan lebih dari 5 tahun, bekerja sebagai pengamen jalanan yang beroperasi didalam bus disekitar terminal tirtonadi. Untuk lebih jelasnya digambarkan dalam bentuk tabel berikut:

Riwayat Diri Informan Karakteristik Informan Penelitian

Nama A YP WO HS AP

Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki

Usia 24th 19th 22th 25th 30th

Agama Kristen Islam Islam Kristen Kristen

Status Menikah Belum

menikah

Belum menikah

Belum menikah

Belum menikah Pekerjaan Pengamen Pengamen Pengamen Pengamen Pengamen

(76)
(77)

tirtonadi, kembali lagi ke terminal tirtonadi,

ke terminal tirtonadi,

tirtonadi, kembali lagi ke terminal tirtonadi, Alamat

Rumah

Batam Palur Kulon RT 2/ 2

Sederhana Kurang Mampu

(78)

Sekolah Menengah Pertama dan 2 orang informan merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas.

Informan 1 sudah 6 tahun menjadi anak jalanan. Rumah asli informan di Batam, informan anak kelima dari 5 bersaudara. Pekerjaan sekaligus kegiatan A setiap hari adalah pengamen jalanan yg beroperasi disekitar terminal tirtonadi yang dikerjakan sejak usia 18th dan sekarang usia informan 24th. Orang tua A bercerai dan kemudian menikah lagi saat informan masih bersekolah di SD, kemudian ikut tinggal bersama neneknya, setelah neneknya meninggal informan pindah dan tinggal di solo bersama kakaknya. Saat itu informan juga bersekolah di SMA kristen 2 Surakarta. Informan kemudian menikah dan tetap tinggal bersama istrinya dikost. Sedangkan kakaknya pindah rumah keSemarang. Pendidikan terakhir A adalah SMA. Kondisi ekonomi keluarga A adalah berkecukupan, sederhana, pekerjaan Ayah A adalah pensiunan tentara sedangkan ibunya wiraswasta dengan membuka rumah makan di kota Batam. Sejak Ayah kandung A jarang megirimi uang kemudian salah satu teman mengajak kedunia jalanan untuk mengamen sampai sekarang.

(79)

rumah, maka YP dan Ayahnya memilih pindah di Minapadi, Nusukan, Surakarta. YP bekerja sebagai pengamen jalanan sejak usia 13 th saat masih bersekolah kelas 6 Sekolah Dasar. Pendidikan terakhir YP adalah SMA. Kondisi ekonomi keluarga YP kurang mampu dan ini dijadikan alasan untuk mengamen, agar kebutuhannya tercukupi dan tidak harus selalu bergantung kepada orang tua, berawal dari bermain dan diajak teman kejalan untuk mengamen, kemudian YP tertarik dan ikut mengamen sampai sekarang.

Informan ke 3 adalah WO berusia 22th, anak keempat dari lima bersaudara. Sudah 5 tahun menjadi pengamen jalanan dan kedua orang tua mengetahui. WO jarang pulang kerumah dan memilih tinggal dikost bersama teman dan pacarnya. Pendidikan terakhir WO adalah SMP. Kondisi ekonomi keluarga WO berkecukupan dan sederhana, pekerjaan Ayah WO adalah sopir truk dan dulu Ibu WO pengasuh anak(baby sister). Karena merasa stres, setiap hari mabuk dengan teman kampung, maka WO memilih kejalanan yang juga diajak teman untuk mengamen.

(80)

bersekolah hingga STM. HS sudah 6 tahun menjadi pengamen jalanan diajak oleh temannya, hal ini dilakukan karena disamping ikut membiayai adiknya yang masih bersekolah, juga untuk bertahan hidup yang selama ini ditanggung oleh neneknya, sedangkan Ibunya hanya mampu membiayai sekolah saja.

Informan ke 5 adalah AP berusia 30 th, mempunyai tujuh saudara dan AP adalah anak keempat. Ayah AP sudah meninggal sejak SD dan setelah itu AP tidak melanjutkan lagi sekolah. Rumah asli AP adalah medan, kemudian sekitar tahun 1979 karena gagal panen selama 2 tahun , tanah tandus sehingga pengairan susah, maka saat AP berusia 3 tahun, Ayah AP menyuruh untuk pindah kesolo sampai sekarang tinggal bersama Ibunya dinusukan yang berjualan pakaian PKL didekat pasar legi. Kondisi ekonomi dalam keluarga AP kurang sejak Ayahnya meninggal sehingga untuk mencukupi kebutuhan dan meringankan beban ibunya, AP memutuskan untuk mengamen. Informan sudah 7 tahun bekerja sebagai pengamen dijalanan dan diajak oleh teman.

2. Deskripsi Informan

Setelah pengambilan data pada 5 orang informan utama selesai dilaksanakan, maka peneliti mendeskripsikan hasil data tersebut dalam bentuk laporan narasi deskripsi. Penjelasan tentang 5 orang informan utama dijabarkan satu persatu dalam laporan, sebagai berikut :

a. Informan I (A, 24 tahun, Laki-laki) 1) Karakteristik Fisik Informan

(81)

sedikit oval, mata kecil, alis tebal, rambut pendek agak ikal, hidung mancung dengan bibir yang agak tebal dengan gigi terlihat banyak karang gigi dan berkulit sawo matang. Pada saat wawancara informan mengenakan kaos dengan kondisi kaos yang banyak sobekan pada bagian leher dan lengannya bewarna hitam dengan tulisan warna cokelat

bertuliskan ”SKETERS”, kemudian informan mengenakan celana jeans

selutut dengan bekas potongan, masih berserabut kain warna biru muda, A membawa tas kecil yang dipakai secara menyamping pada bahu tangan bewarna hitam dan A juga memakai sandal jepit warna putih polos dengan merk swallow. Wawancara dilaksanakan 1 kali saat A selesai ngamen. 2) Hasil Observasi Saat Wawancara

Pertemuan pertama kali dilakukan di warung pinggiran yang berada di pintu keluar lewatnya bus, pertemuan ini bertujuan untuk perkenalan dan pembentukan rapport. Sebelumnya peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan berbincang-bincang tentang keadaan lingkungan disekitar terminal tirtonadi/lokasi penelitian. Pertemuan tersebut dilakukan pada tanggal 15 Juli 2009 berlangsung dari pukul 14.00-16.00 WIB, ketika itu A sedang menunggu antrian naik bus untuk mengamen lagi. Setelah peneliti akan pulang, maka peneliti mengadakan janji terlebih dahulu dengan A untuk melakukan wawancara mengenai tujuan peneliti.

(82)

yang lewat dihadapan A dan peneliti, sesekali A minum es teh dalam plastik bening tersebut. A sangat jarang sekali untuk mengawali pembicaraan, namun ketika ditanya tentang kesehariannya A langsung merespon dan menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan kepadanya. Di awal pertemuan A menjadi pusat perhatian dari teman sesama anak jalanan, A hanya merespon dengan senyum dan menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan padanya. Ketika peneliti mengutarakan apa yang ingin dilakukan dan tujuan tentang pertemuan kali ini, A meresponnya dengan anggukan kepala dan menyatakan bersedia membantu peneliti dalam pengambilan data.

(83)

Wawancara berlangsung secara lancar, tidak ada hambatan yang berarti ketika wawancara berlangsung.

1. Catatan Lapangan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2009, peneliti mengadakan perkenalan dengan A. Pertemuan dilaksanakan pada pukul 14.00-16.00 WIB, peneliti menyampaikan tujuan dan maksud peneliti. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2009 pada pukul 15.00-17.00WIB di tempat parkiran/penitipan sepeda montor terminal tirtonadi, aktivitas yang dilakukan adalah wawancara yang berlangsung 1 jam. Ketika peneliti menanyakan pada A tentang kehidupan keluarganya, raut muka A berubah yang tadinya A begitu semangat saat menceritakan kehidupannya di jalanan menjadi pengamen jalanan.

Nampak raut muka yang tegar dan penuh penyesalan bila mengingat keluarganya. A berkata dia ingin hidup lebih baik, mempunyai anak, tenang dan bahagia bersama istrinya.

2. Hasil Wawancara Informan

(84)

meninggal, A tinggal dan bersekolah SMA di Solo dengan kakaknya. A menikah dan tetap tinggal di kost bersama istrinya, sedangkan kakaknya pindah ke semarang.

Sekarang usia saya dua puluh empat tahun”..(W1/A:11)

”Enam tahun mbak ngamen, hidup di jalanan”..(W1/A:58)

Aku SD Negeri 1 Batam .. trus SMP juga SMPN1 Batam, sampai SMA”…(W1/A:34-35)

“Gimana ya mbak ya .. Orangtuaku cerai … habis itu pertama Ibuku nikah lagi…Bapakku juga nikah lagi”..(W1/A:81 -84)

“Rumah asli Batam i mbak”…(W1/A:7)

“Iya.. setelah nenek meninggal aku ikut kakakku dan

sekolah SMA di Solo sini....”(W1/A:97-98)

“Kakakku pindah ke Semarang… Sebenarnya aku mau ikut,

cuman aku sudah menikah punya istri, kan kasihan mau saya tinggal,

jadi tetap di Solo aja”..(W1/A:103-106)

A adalah anak kelima dari lima bersaudara, semua saudara sudah berkeluarga. A merasa belum pernah merasakan kasih sayang dari orang tua. Sejak kecil A jarang berkomunikasi dengan orang tua, A tidak mempunyai cita-cita, dan hal yang paling disukai adalah memakai narkoba. A mengenal dan memakai narkoba dari temannya. A sudah hampir 5 tahun memakai narkoba.

Aku anak kelima i mbak dari lima saudara..”(W1/A :9)

Gambar

Gambar Informan .................................................................  ..........................
Table 1. Pedoman observasi
Tabel diatas merupakan tabel karakteristik informan penelitian utama,
Gambar Informan I
+3

Referensi

Dokumen terkait

Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia s.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus secara In vitro, Jurnal Kesehatan Andalas,

Kandungan mineral yang ada pada ASI memiliki kualiats yang baik dibandingan kandungan mineral yang ada pada susu sapi. Kalsium merupakan mineral utama yang ada pada ASI.

pergerakan lapisan fluida, dan solusi numeris metode beda hingga untuk model. pergerakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis Arthropoda apa saja yang yang terdapat di gua Ngguwo serta mengetahui tingkat keanekaragaman jenis Arthropoda

Keberhasilan GCG dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal (regulasi dan dukungan pelaksanaan GCG dari lembaga pemerintahan) dan faktor internal (mekanisme

pada PT INKA untuk metode rekrutmen E- recruitment tidak mengeluarkan Tenaga, dan Waktu yang banyak dikarenakan semuanya sudah masuk sistem online, hanya saja pada

Karya Kita Bandung, diperoleh informasi bahwa motivasi kerja karyawan pada saat ini cenderung menurun hal ini disebabkan oleh kurangnya penghargaan diri dan pengakuan akan

This RCSRF meet ing has been organized in Bangkok from 16-18, Sept ember, 2014 aft er present ing t he perspect ive of RCSRF, ToR, Road M ap and Resilience House M