• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

4. Dapat dibandingkan

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

atas tanggal pelaporan yang diharapkan. Sedangkan menurut Dyer dan McHugh, dalam penelitian Bandi dan Tri Hananto (2002) dalam Putri (2010), ada tiga kriteria keterlambatan, yaitu:

1. Keterlambatan audit (Auditors’ Report Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.

2. Ketelambatan pelaporan (Reporting Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan auditor ditandatangani sampai tanggal pelaporan oleh BEI.

3. Keterlambatan total (Total Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal periode laporan keuangan sampai tanggal laporan dipublikasikan oleh bursa.

Ketentuan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan telah diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 yang menjelaskan tentang penyampaian laporan keuangan perusahaan dan laporan keuangan tahunan yang disertai dengan pendapat lazim dari auditor independennya yang disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatya akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan.

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu banyak faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam ketepatan waktu

penyampaian laporan keuangan. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya:

2.2.4.1. Profitabilitas

Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan laba merupakan informasi penting bagi investor sebagai pertimbangan dalam menanamkan modalnya. Profitabilitas juga merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan.

Menurut Munawir (1997:33) pengertian profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu perusahaan dengan jumlah aktiva atau modal perusahaan tersebut.

2.2.4.2. Rasio Gearing

Rasio gearing merupakan salah satu rasio financial leverage. Menurut Weston dan Copeland (1995:238) bahwa rasio leverage mengukur tingkat aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pengguna hutang. Financial leverage menunjukkan resiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian suatu harga saham, financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan equity yang dimilikinya.

29   

Menurut Taurigana dan Clark dalam Shaleh (2004) Rasio gearing adalah perbandingan antara hutang jangka panjang dengan mmodal sendiri.

Sedangkan menurut Brigham dan Houtson (2006:101) rasio financial leverage mengukur kemampuan resiko pemberi pinjaman dalam hubungannya dengan ketersediaan nilai aktiva yang menjadi jaminan. Leverage memiliki tiga implikasi yaitu:

1) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus dapat membatasi investasi yang mereka berikan. 2) Kreditor akan melihat pada ekuitas atau dana yang diperoleh

sendiri sebagai suatu batasan keamanan sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang harus dihadapi oleh kreditor.

3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar atau diungkit.

2.2.4.3. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada nilai total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan

sebagainya. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu (Sulistyo, 2010).

Perusahaan itu bermacam-macam besarnya tetapi tidak ada ukuran standar yang berlaku umum yang dipakai untuk menentukan apakah perusahaan itu besar atau kecil. Semakin besar suatu perusahaan maka akan semakin banyak alternatif sumber pembelanjaan yang dipilih oleh perusahaan tersebut. Ada kecenderungan bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula jumlah utang yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang berukuran besar lebih mudah memperoleh pinjaman dari pihak eksternal dibandingkan perusahaan yang lebih kecil (Awat, 1999:124) dalam penelitian Agustina (2009).

2.2.4.4. Kepemilikan Publik

Kepemilikan publik adalah kepemilikan masyarakat umum (bukan instusi yang signifikan) terhadap saham perusahaan publik (Hilmi dan Ali, 2008). Suharli dan Rachpriliani (2006) mengungkapkan bahwa struktur kepemilikan perusahaan dapat disebut juga sebagai struktur kepemilikan saham, yaitu suatu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh pihak dalam atau pihak manajemen perusahaaan dengan jumlah saham yang dimiliki oleh pihak luar.

Kepemilikan saham oleh pihak luar mempunyai kekuatan yang besar dalam mempengaruhi perusahaan melalui media masa berupa

31   

kritikan atau komentar yang semuanya dianggap suara publik atau masyarakat. Adanya konsentrasi kepemilikan pihak luar menimbulkan pengaruh dari pihak luar sehingga mengubah pengelolaan perusahaan yang semula berjalan sesuai keinginan perusahaan itu sendiri menjadi kepemilikan terbatas. Semakin banyak saham yang dimiliki publik, maka semakin besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak dalam laporan tahunannya. Hal ini dikarenakan dengan semakin besar porsi kepemilikan publik, maka semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan. Sehingga semakin banyak pula butir-butir informasi yang mendetail yang dituntut dibuka dalam laporan tahunan.

2.2.4.5. Opini Auditor

Akuntan publik adalah salah satu pihak yang memegang peranan penting untuk mencapai laporan keuangan yang berkualitas di pasar modal. Auditor bertugas memberikan assurance terhadap kewajaran laporan keuangan yang disusun dan diterbitkan oleh manajemen perusahaan. Assurance terhadap laporan keuangan tersebut, diberikan auditor melalui opini auditor (Hilmi dan Ali, 2008).

Di dalam penyajian laporan keuangan, salah satu hal terpenting yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan adalah pernyataan atau pendapat auditor mengenai simpulan dari isi laporan keuangan tersebut dimana pendapat tersebut menggambarkan keadaan

dan hasil-hasil yang diperoleh selama pelaksanaan audit berlangsung. Dalam opini auditor, auditor akan menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum (Mulyadi, 2002:19)

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA seksi 508) ada lima jenis pendapat akuntan, yaitu:

1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion With Explanatory Language)

Pendapat ini diberikan jika terdapat kedaan tertentu yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelas (atau bahasa penjelasan lain dalam laporan audit).

3) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dala semua hal yang materi, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas yang sesuai

33   

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan.

4) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclamer Opinion) Pernyataan ini diberikan karena auditor tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena auditor tidak independen hubungannya dengan klien.

2.2.4.6. Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Reputasi auditor dalam penelitian ini dilihat dari besarnya perusahaan audit yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan. The Big Four adalah suatu kelompok akuntan internasional yang menangani bagian terbesar pekerjaan audit dari perusahaan-perusahaan publik. Berikut ini adalah Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam The Big Four dan Kantor Akuntan Publik di Indonesia yang bermitra dengan The Big Four adalah:

1) KAP Ernst&Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko, dan Sandjaja.

2) KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan.

3) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Siddharta dan Widjaja.

4) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan

Menurut DeAngelo (1981) dalam Hilmi dan Ali (2008) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas audit yang dihasilkan pun lebih baik dibandingkan kantor akuntan kecil.

2.2.5. Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat

Dokumen terkait