BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara
Sugiarta (2007: 29) menjelaskan pencapaian keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia mengenai keterampilan berbicara harus mempertimbangkan beberapa hal berikut untuk mencapai hasil yang maksimal, yaitu: 1) pengucapan, 2) ketepatan dan kelancaran, 3) faktor efektif, 4) usia dan kedewasaan, dan 5) faktor sosial budaya.
1. Pengucapan
Setiap kata yang diucapkan oleh pembicara harus jelas dan tepat agar penyimak dapat menangkap maksud serta memahami secara benar maksud dan tujuan yang disanpaikan oleh pembicara.
2. Ketepatan dan Kelancaran
Ketepatan dan kelancaran menunjukkan penampilan dan keterampilan dalam berbahasa seseorang, karena ketepatan dan kelancaran merupakan hal yang penting dalam aspek berbahasa, khususnya berbicara.
3. Faktor Efektif
Hambatan yang dialami oleh pembicara selama ini adalah munculnya perasaan cemas serta kurang percaya diri untuk mempraktikkan keterampilan berbicara. Perasaan tersebut berkembang menjadi perasaan takut salah, merasa bodoh, dan merasa tidak mampu. Siswa lebih memilih untuk diam dari pada salah berbicara karena mereka tidak mau dikritik. Tugas guru adalah memberikan motivasi kepada siswa dan menciptakan
19
suasana belajar yang hangat dan menyenangkan sehingga siswa menjadi tertarik untuk berbicara.
4. Usia dan Kedewasaan
Usia merupakan salah satu faktor keberhasilan atau kegagalan belajar bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa usia seseorang akan mempengaruhi dan membatasi kemampuan mengungkapkan bahasa dengan lancar.
5. Faktor Sosial Budaya
Bahasa merupakan bentuk tindakan sosial karena komunikasi terjadi dalam konteks perubahan interpersonal. Nilai-nilai dan kepercayaan menciptakan tradisi dan tatanan sosial yang kemudian diekspresikan ke dalam tindak berbahasa. Jadi, berbahasa dengan sebuah bahasa itu digunakajn dalam sebuah interaksi sosial.
Keterampilan berbicara pada siswa perlu dibina agar semakin meningkat. Di sekolah pembinaan keterampilan berbicara dilakukan melalui mata pelajaran bahasa Indonesia. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk. (1991: 154) berbicara dalam pengajaran bahasa Indonesia terdiri dari dua aspek, yaitu: a) aspek kebahasaan, dan b) aspek nonkebahasaan.
a. Aspek Kebahasaan
Pada aspek kebahasaan, terdapat tiga faktor yang menunjang keefektifan berbicara yaitu: 1) pelafalan bunyi; 2) penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme; dan 3) penggunaan kata dan kalimat.
20 1) Pelafalan Bunyi
Pelafalan ini perlu ditekankan karena setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dengan bahasa yang berbeda-beda pula. Setiap daerah memiliki ciri khas bahasa yang sulit untuk dihilangkan. Pengurangan ciri tersebut perlu dilakukan untuk membentuk bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2) Penempatan Tekanan, Nada, Jangka, Intonasi, dan Ritme
Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme yang sesuai merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara karena merupakan salah satu faktor penentu keefektifan berbicara, apabila tidak sesuai akan membuat jenuh pendengarnya. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara di Sekolah Dasar perlu ditekankan latihan mengucapkan kalimat dengan intonasi wajar, serta penempatan jeda dan tekanan secara tepat. 3) Penggunaan Kata dan Kalimat
Penggunaan kata dan kalimat dalam berkomunikasi secara lisan merupakan suatu hal yang penting, oleh karena itu harus dilakukan pembinaan keterampilan berbicara. Guru perlu mengkoreksi penggunaan kata yang diucapkan oleh siswa yang kurang tepat atau kurang sesuai untuk menyatakan makna dalam situasi pemakaian tertentu. Selain kata, kalimat yang digunakan oleh siswa harus diperhatikan. Siswa perlu dilatih menggunakan struktur kalimat yang benar pada berbagai kesempatan dalam proses belajar mengajar.
21 b. Aspek Nonkebahasaan
Terdapat tujuh faktor penunjang keefektifan berbicara pada aspek nonkebahasaan, yaitu: 1) kenyaringan suara; 2) kelancaran; 3) penguasaan topik; 4) sikap yang tenang, wajar dan tidak kaku; 5) gerak gerik dan mimik yang tepat; 6) penalaran; dan 7) santun berbicara.
1) Kenyaringan Suara
Kenyaringan suara harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi agar semua pendengar dapat mendengar dengan jelas. Pada ruangan yang luas/ terbuka jangan sampai berbicara dengan suara yang lemah, begitupula sebaliknya. Dalam ruangan yang sempit, sebaiknya berbicara dengan suara yang tidak terlalu nyaring/ berteriak-teriak. Oleh karena itu, kenyaringan suaraperlu diperhatikan, karena merupakan faktor yang sangat menunjang keefektifan dalam kegiatan berbicara.
2) Kelancaran
Kelancaran dalam berbicara merupakan faktor yang tidak kalah penting, karena kelancaran berbicara akan memudahkan pendengar dalam menangkap isi pesan yang disampaikan. Berbicara dengan terputus-putus; diselingi bunyi bunyi tertentu seperti e..., em ..., apa itu ...; dan berbicara terlalu cepat dapat mengganggu pemaknaan isi pesan oleh pendengar. Sebaiknya dalam kegiatan berbicara sebaiknya lancar sewajarnya, sehingga tidak mengganggu pesan yang akan disampaikan kepada pendengar.
22 3) Penguasaan Topik
Kegiatan berbicara sebaiknya terlebih dahulu menguasai topik pembicaraan atau tema yang akan dibicarakan. Penguasaan topik pembicaraan berarti memahami pokok pembicaraan. Jika sudah menguasai pokok/ tema yang akan disampaikan, maka kegiatan berbicara akan berjalan dengan lancar dan menambah keberanian dalam berbicara.
4) Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku
Sikap yang baik dalam kegiatan berbicara yaitu bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku serta pandangan diarahkan kepada lawan bicara agar pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Selain itu, sikap yang tenang dari pembicara akan membuaka jalan pikiran, sehingga kegiatan berbicara akan lancar. Apabila sikap pembicara terlalu aktif, dan dibuat-buat akan membuat pendengar merasa bosan.
5) Gerak-gerik dan Mimik yang Tepat
Gerak-gerik dan mimik dalam kegiatan berbicara berfungsi untuk memperjelas atau menghidupkan pembicaraan. Gerak-gerik dan mimik yang tepat dan tidak berlebihan dapat menunjang keefektifan berbicara. 6) Penalaran
Pembicara hendaknya memperhatikan unsur penalaran, yaitu pemikiran atau cara berpikir yang logis untuk mengambil kesimpulan. Hal itu menunjukkan dalam kegiatan berbicara seseorang terdapat urutan dan
23
runtutan pokok-pokok pikiran dengan menggunakan kalimat yang padu sehingga akan menimbulkan kelogisan dan kejelasan arti.
7) Santun Berbicara
Dalam kegiatan berbicara, menghargai pendapat orang lain merupakan wujud dari santun berbicara. Selain itu dalam mengemukakan pendapat, wujud santun berbicara dapat ditunjukkan dengan mau mendengarkan pendapat orang lain dan tidak mencelanya.