BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
Keberhasilan dalam penerapan model paired storytelling untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dapat dijadikan dasar bagi peneliti untuk memberikan saran sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Para siswa hendaknya lebih aktif, berani, dan percaya diri untuk meningkatkan partisipasinya dalam pembelajaran sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat.
2. Bagi Guru
Sebaiknya guru dalam proses pembelajaran melatih keterampilan bekerjasama kepada siswa agar siswa mampu mengembangkan daya imajinasi dan berpikir saat bekerjasama dengan kelompok. Selain itu melalui model paired storytelling siswa dapat menggali dan menemukan konsep yang ditemukan. Sehingga proses pembelajaran dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
118 3. Bagi Sekolah
Diharapkan sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran keterampilan berbicara.
119
DAFTAR PUSTAKA
Acep Yoni. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. Afiani Rahmawati. (2013). “Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng
melalui Model Paired Storytelling dengan Media Wayang Kartun pada Siswa Kelas II SDN Mangunsari Semarang.” Skirpsi. UNNES.
Ahmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuhdi. (1998/1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti.
Anas Sudijono. (2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Anita Lie. (1994). “Paired Storytelling: An Integrated Approach for Bilingual and
English as a Second Language Students. Texas Reading Report.” Journal Articles. ED 372 601. Hlm. 1-4.
. (2014). Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Jakarta: Grasindo.
Awandi Nufyan Sugiarta. (2007). “Pengembangan Model Pengelolaan Program Pembelajaran Kooperatif Untuk Kemandirian Anak Jalanan di Rumah Singgah.”Disertasi. Bandung: SPS UPL.
Burhan Nurgiyantoro. (2010). Penilaian Pembelajarab Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Depdikbud. (1996). Pendidikan Keterampilan Bahasa: Buku Materi Pokok Berbicara. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Haryadi dan Zamzani. (1996). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Henry Guntur Tarigan. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Iskandarwassid & Dadang Sunendar. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kasihani Kasbolah. (1998). Rancangan dan Perencanaan Pembelajaran: Penunjang Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar (Buku Ajar). Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Perguruan Malang.
Muammar. (2008). „Pembelajaran Berbicara yang Terabaikan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar.” Jurnal Bahasa & Sastra dalam Berbagai Perspektif. Nomor 27 Tahun 2008. Hlm. 315-322.
120
M. Soenardi Djiwandono. (1996). Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB. M. Ngalim Purwanto. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muhibbin Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mulyasa. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Nana Sudjana. (2011). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sabarti Akhadiah, dkk. (1991). Bahasa Indonesia 1. Jakarta : Depdikbud. . (1991). Bahasa Indonesia 3. Jakarta : Depdikbud.
Sri Anitah W. (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sri Sulistyorini dan Supartono MS. (2007). Model Pembelajaran IPA dan
Penerapannya dalam KTSP. Semarang: Tiara Wacana.
Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka& FKIP UNS.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R& D). Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. . (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. rev ed. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi. (2013). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suwarsih Madya. (2009). Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suyadi (2012). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset.
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar.
Rev.ed. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Udin Syaefudin Sa‟ud. (2009). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
121
Wina Sanjaya. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana.
Yudha & Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Yusi Rosdiana. (2009). Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka.
122 Lampiran 1.
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
UPT DIKBUDPORA
SD NEGERI DEMAKIJO 1
Alamat : Jalan Godean, Km 5,5, Guyangan, Nogotirto, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING KELAS VA SD
NEGERI DEMAKIJO 1
No Hari, tanggal pertemuan Waktu
Pra Tindakan
1. Rabu, 3 Februari 2016 09.35-10.45 WIB
Siklus I
1. Sabtu, 6 Februari 2016 09.35-10.45 WIB
2. Rabu, 10 Februari 2/016 09.35.10.45 WIB
3. Sabtu, 13 Februari 2016 07.00-08.10 WIB
Siklus II
1. Senin, 15 Februari 2016 09.00-10.10 WIB
2. Sabtu, 20 Februari 2016 09.35-10.45 WIB
123 Lampiran 2
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VA SD NEGERI DEMAKIJO 1 Nomer
Urut Nama Siswa Inisial
1 Immanuel Christoper B. P. ICBP
2 Husny Abdul Ghony HAG
3 Rhenoranu Rachmadika. P. RRP
4 Agustino Krisnanata AK
5 Anita Putri Ariyanti APA
6 Annisa Mufiddatun H. AMH
7 Bagus Dwi Putra W. BDPW
8 Dija Istagaluh DI
9 Diva Aurellia Ananta DAA
10 Erico Nova Dwi Saputra ENDS
11 Ferdi Naufal Putra FNP
12 Ivana Elsa Tiara IET
13 Kirana Andriane KA
14 Muhammad Wibowo Aji K. MWAK
15 Sefira Putri Anindia SPA
16 Vean Mu‟arif R. VMR
17 Alwin Syahidha AS
18 Cut Sabrina Aprilia CSA
19 Dhimas Dian Ardani DDA
20 Dian Oktavian DO
21 Dimas Surya Pamungkas DSP
22 Firdausya Dewi Fatihah FDF
23 Naura Galih Wandarjati NGW
24 Rafais Fahrozi RF
25 Sabrina Maharani SM
26 Septian Ibnu Aziz SIA
27 Tasya Aulia Deavista TAD
28 Alvin Eka Heryanto AEH
29 Sito Apri N. SAN
124 Lampiran 3
RENCANA PELAKASANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Nama Sekolah : SD Negeri Demakijo 1 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/ Semester : V/ 2
Alokasi Waktu : 6 X 35 menit (6 jam pelajaran) A.Standar Kompetensi
Berbicara
5. Memahami cerita tentang seuatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan.
B.Kompetensi Dasar
5.1 Menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan..
C.Indikator
5.1.1 Menentukan pokok-pokok cerita yang dibaca.
5.1.2 Merangkai pokok-pokok cerita anak menjadi urutan cerita.
5.1.3 Menceritakan kembali cerita dengan bahasa sendiri secara lisan dan tulis.
D.Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca cerita dengan judul “Penyu Menjadi Pahlawan”, “Kisah Mawar, Bunga Sepatu, dan Kepompong”,dan “Daun Perak”, siswa dapat menentukan pokok-pokok cerita dengan benar.
125
2. Setelah mebaca cerita dengan judul “Penyu Menjadi Pahlawan”, “Kisah Mawar, Bunga Sepatu, dan Kepompong”, “Daun Perak” dan mendengarkan pokok-pokok cerita yang dibacakan oleh siswa lain, siswa dapat merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita dengan tepat.
3. Setelah merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita, siswa dapat menceritakan kembali hasil tulisannya di depan kelas dengan intonasi yang tepat.
E.Materi Pokok
Menceritakan kembali “Penyu Menjadi Pahlawan”, “Kisah Mawar, Bunga Sepatu dan Kepompong”, dan “Daun Perak”
F. Pendekatan, Metode, dan Model Pembelajaran Pendekatan : PAIKEM dan Kontekstual
Metode : Cooperative Learning
Model : Paired Storytelling
G.Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama Kegiatan Awal (± 5 menit)
1. Meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. 2. Melakukan presensi kehadiran siswa.
3. Melakukan apersepsi kepada siswa.
“Siapa yang pernah dibacakan dongeng oleh orang tua? Dongeng apa saja yang pernah kalian dengar?”
126
4. Menyampaikan mengenai model paired storytelling.
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti (±25 menit)
Eksplorasi
6. Kelas dibagi menjadi dua kelompok besar. 7. Masing-masing siswa mendapat bagian cerita. 8. Siswa membaca sebagian teks cerita yang diterima.
9. Setiap siswa menuliskan kata kunci/ frase kunci/ menentukan pokok-pokok cerita dari bagian teks yang telah dibaca.
10. Siswa mengembangkan cerita berdasarkan kata kunci yang telah ditulis. 11. Siswa duduk berpasang-pasangan sesuai perintah guru.
Elaborasi
12. Setiap siswa saling menceritakan kata kunci/ frase kunci/ pokok-pokok cerita yang telah ditulis kepada pasangannya.
13. Setiap anggota pasangan mengembangkan cerita dari kata kunci yang telah dibacakan oleh pasangannya.
14. Siswa berlatih berbicara bersama pasangannya sebelum berbicara di depan kelas.
15. Siswa membacakan hasil karangannya yang telah di tulis di depan kelas bersama pasangannya.
Konfirmasi
127
17. Guru memberikan masukan untuk mengklarifikasi setiap hasil kerja kelompok.
18. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa jika ada kesulitan pemahaman materi.
Kegiatan Penutup (±5 menit)
19. Siswa bersama guru membuat kesimpulan terkait materi yang dipelajari. 20. Memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu belajar.
21. Salah satu siswa memimpin berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal (± 5 menit)
1. Salah satu siswa memimpin berdo‟a sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2. Melakukan presensi siswa. 3. Melakukan apersepsi.
4. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Kegiatan Inti (±25 menit)
Eksplorasi
5. Siswa dibagi menjadi dua kelompok besar. 6. Setiap siswa mendapat bagian dari teks cerita.
7. Siswa menuliskan kata kunci, frasa kunci, atau pokok-pokok pikiran yang terdapat pada naskah cerita.
128
8. Siswa menuliskan cerita karangannya berdasarkan kata kunci yang telah ditulisnya.
9. Siswa duduk berpasangan sesuai perintah guru. Elaborasi
10. Setiap siswa saling membacakan kata kunci, frasa kunci, atau pokok-pokok pikiran dari teks cerita sesuai dengan bagiannya kepada pasangannya.
11. Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru tentang aspek yang menjadi fokus penilaian dalam keterampilan berbicara.
12. Siswa menceritakan hasil tulisannya di depan kelas secara individu. Konfirmasi
13. Siswa memperhatikan temannya yang sedang berbicara di depan kelas. 14. Siswa menanyakan hal-hal yang belum diketahui setelah diberikan
kesempatan oleh guru. Kegiatan Penutup (±5 menit)
15. Siswa bersama guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan.
16. Siswa mendengarkan motivasi yang disampaikan oleh guru. 17. Siswa mengkondisikan diri sebelum mengakhiri pembelajaran. 18. Guru menutup pelajaran.
Pertemuan Ketiga
129
1. Salah satu siswa memimpin berdo‟a sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
2. Melakukan presensi siswa. 3. Melakukan apersepsi.
4. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Kegiatan Inti (±25 menit)
Eksplorasi
5. Siswa dibagi menjadi dua kelompok besar. 6. Setiap siswa mendapat bagian dari teks cerita.
7. Siswa menuliskan kata kunci, frasa kunci, atau pokok-pokok pikiran yang terdapat pada naskah cerita.
8. Siswa menuliskan cerita karangannya berdasarkan kata kunci yang telah ditulisnya.
9. Siswa duduk berpasangan sesuai perintah guru. Elaborasi
10. Setiap siswa saling membacakan kata kunci, frasa kunci, atau pokok-pokok pikiran dari teks cerita sesuai dengan bagiannya kepada pasangannya.
11. Siswa mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh guru tentang aspek yang menjadi fokus penilaian dalam keterampilan berbicara.
12. Siswa menceritakan hasil tulisannya di depan kelas secara individu. Konfirmasi
130
14. Siswa menanyakan hal-hal yang belum diketahui setelah diberikan kesempatan oleh guru.
Kegiatan Penutup (±5 menit)
15. Siswa bersama guru melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukan.
16. Siswa mendengarkan motivasi yang disampaikan oleh guru. 17. Siswa mengkondisikan diri sebelum mengakhiri pembelajaran. 18. Guru menutup pelajaran.
H.Alat dan Sumber Belajar
Umri Nur‟aini dan Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia untuk Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas.
Silabus KTSP Kelas V.
Teks cerita “Penyu Menjadi Pahlawan”, “Kisah Mawar, Bunga Sepatu dan Kepompong”, dan “Daun Perak”.
I. Penilaian 1. Prosedur Penilaian Proses 2. Jenis Tes Lisan 3. BentukTes Unjuk kerja 4. Pedoman Penilaian
No Aspek Aspek yang Dinilai Skor
131
Pelafalan bunyi 10
Kosa kata/ diksi 10
Struktur kalimat 20 2 Nonkebahasaan Kelancaran 10 Penguasaan topik 20 Keberanian 10 Sikap 10 Jumlah 100 5. Skor Penilaian
No. Nilai Kategori
1 75-100 Terampil
2 50-74,99 Cukup Terampil
3 25-49,99 Kurang Terampil
4 0-24,99 Tidak Terampil
6. Kriteria Keberhasilan
Siswa yang berhasil, jika memiliki nilai minimal 75 dan pembelajaran dikatakan berhasil apabila 75% dari keseluruhan siswa mendapatkan nilai 75.
133
RENCANA PELAKASANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS II
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Nama Sekolah : SD Negeri Demakijo 1 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/ Semester : V/ 2
Alokasi Waktu : 6 X 35 menit (6 jam pelajaran) A.Standar Kompetensi
Berbicara
5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan.
B.Kompetensi Dasar
5.1 Menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan.
C.Indikator
5.1.1 Menentukan pokok-pokok cerita yang dibaca.
5.1.2 Merangkai pokok-pokok cerita anak menjadi urutan cerita.
5.1.3 Menceritakan kembali cerita dengan bahasa sendiri secara lisan dan tulis.
134
1. Setelah membaca cerita dengan judul “Kisah Si Beruang Kecil”, “Kasuari dan Dara Mahkota”, dan “Putri Emas, Danau Emas, dan Prajurit Setianya”, siswa dapat menentukan pokok-pokok cerita dengan benar.
2. Setelah mebaca cerita dengan judul “Kisah Si Beruang Kecil”, “Kasuari dan Dara Mahkota”, “Putri Emas, Danau Emas dan Prajurit Setianya” dan mendengarjan pokok-pokok cerita yang dibacakan, siswa dapat merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita dengan tepat.
3. Setelah merangkai pokok-pokok cerita menjadi urutan cerita, siswa dapat menceritakans kembali hasil tulisannya di depan kelas dengan intonasi yang tepat.
E.Materi Pokok
Menceritakan kembali “Kisah Si Beruang Kecil”, “Kasuari dan Dara Mahkota”, “Putri Emas, Danau Emas, dan Prajurit Setianya”.
F. Pendekatan, Metode, dan Model Pembelajaran Pendekatan : PAIKEM dan Kontekstual
Metode : Cooperative Learning
Model : Paired Storytelling
G.Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama Kegiatan Awal (± 5 menit)
1. Meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. 2. Melakukan presensi kehadiran siswa.
135 3. Melakukan apersepsi kepada siswa 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti (±25 menit)
Eksplorasi
5. Kelas dibagi menjadi dua kelompok besar.
6. Masing-masing kelompok mendapat bagian cerita yang berbeda. 7. Siswa membaca sebagian teks cerita yang diterima.
8. Setiap siswa menuliskan kata kunci/ frase kunci/ menentukan pokok-pokok cerita dari bagian teks yang diterima.
9. Siswa duduk berpasang-pasangan sesuai perintah guru.
10. Siswa mengembangkan cerita berdasarkan kata kunci yang telah ditulisnya.
Elaborasi
11. Setiap siswa saling menceritakan kata kunci/ frase kunci/ pokok-pokok cerita yang telah ditulis kepada pasangannya.
12. Setiap anggota pasangan mengembangkan cerita dari kata kunci yang telah ditulis dan dibacakan oleh pasangannya sehingga menjadi satu cerita utuh. 13. Menyampaikan aspek-aspek penilaian keterampilan berbicara.
14. Siswa menceritakan hasil cerita karangannya di depan kelas secara individu.
Konfirmasi
136
16. Guru memberikan masukan untuk mengklarifikasi setiap hasil kerja kelompok.
17. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa jika ada kesulitan pemahaman materi.
Kegiatan Penutup (±5 menit)
18. Siswa bersama guru membuat kesimpulan terkait materi yang dipelajari. 19. Memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu belajar.
20. Salah satu siswa memimpin berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Pertemuan Kedua
Kegiatan Awal (± 5 menit)
1. Meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. 2. Melakukan presensi kehadiran siswa.
3. Melakukan apersepsi kepada siswa 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti (±25 menit)
Eksplorasi
5. Kelas dibagi menjadi dua kelompok besar. 6. Masing-masing siswa mendapat bagian cerita. 7. Siswa membaca sebagian teks cerita yang diterima.
8. Setiap siswa menuliskan kata kunci/ frase kunci/ menentukan pokok-pokok cerita dari bagian teks yang diterima.
137
9. Siswa duduk berpasang-pasangan sesuai perintah guru. Elaborasi
10. Setiap siswa saling menceritakan kata kunci/ frase kunci/ pokok-pokok cerita yang telah ditulis kepada pasangannya.
11. Setiap anggota pasangan mengembangkan cerita dari kata kunci yang telah ditulis dan dibacakan oleh pasangannya sehingga menjadi satu cerita utuh. 12. Menyampaikan aspek-aspek penilaian keterampilan berbicara.
13. Siswa menceritakan hasil cerita karangannya secara lisan di depan kelas secara individu.
Konfirmasi
14. Siswa memperhatikan siswa lain yang sedang berbicara di depan kelas. 15. Guru memberikan masukan untuk mengklarifikasi setiap hasil kerja
kelompok.
16. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa jika ada kesulitan pemahaman materi.
Kegiatan Penutup (±10 menit)
17. Siswa bersama guru membuat kesimpulan terkait materi yang dipelajari. 18. Memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu belajar.
19. Salah satu siswa memimpin berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.
138 Kegiatan Awal (± 5 menit)
1. Meminta salah satu siswa untuk memimpin berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. 2. Melakukan presensi kehadiran siswa.
3. Melakukan apersepsi kepada siswa 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti (±25 menit)
Eksplorasi
5. Kelas dibagi menjadi dua kelompok besar. 6. Masing-masing siswa mendapat bagian cerita. 7. Siswa membaca sebagian teks cerita yang diterima.
8. Setiap siswa menuliskan kata kunci/ frase kunci/ menentukan pokok-pokok cerita dari bagian teks yang diterima.
9. Siswa duduk berpasang-pasangan sesuai perintah guru. Elaborasi
10. Setiap siswa saling menceritakan kata kunci/ frase kunci/ pokok-pokok cerita yang telah ditulis kepada pasangannya.
11. Setiap anggota pasangan mengembangkan cerita dari kata kunci yang telah ditulis dan dibacakan oleh pasangannya sehingga menjadi satu cerita utuh. 12. Menyampaikan aspek-aspek penilaian keterampilan berbicara.
13. Siswa menceritakan hasil cerita karangannya secara lisan di depan kelas secara individu.
139
14. Siswa memperhatikan siswa lain yang sedang berbicara di depan kelas. 15. Guru memberikan masukan untuk mengklarifikasi setiap hasil kerja
kelompok.
16. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa jika ada kesulitan pemahaman materi.
Kegiatan Penutup (±10 menit)
17. Siswa bersama guru membuat kesimpulan terkait materi yang dipelajari. 18. Memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu belajar.
19. Salah satu siswa memimpin berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.
H.Alat dan Sumber Belajar
Umri Nur‟aini dan Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia untuk Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas.
Silabus KTSP Kelas V.
Teks cerita “Kisah Si Beruang Kecil”, “Kasuari dan Dara Mahkota”, dan “Putri Emas, Danau Emas, dan Prajurit Setianya”.
I. Penilaian 1. Prosedur Penilaian Proses 2. Jenis Tes Lisan 3. BentukTes Unjuk kerja
140 4. Pedoman Penilaian
No Aspek Aspek yang Dinilai Skor
1 Kebahasaan Tekanan 10
Pelafalan bunyi 10
Kosa kata/ diksi 10
Struktur kalimat 20 2 Nonkebahasaan Kelancaran 10 Penguasaan topik 20 Keberanian 10 Sikap 10 Jumlah 100 5. Skor Penilaian
No. Nilai Kategori
1 75-100 Terampil
2 50-74,99 Cukup Terampil
3 25-49,99 Kurang Terampil
4 0-24,99 Tidak Terampil
6. Kriteria Keberhasilan
Siswa yang berhasil, jika memiliki nilai minimal 75 dan pembelajaran dikatakan berhasil apabila 75% dari keseluruhan siswa mendapatkan nilai 75.
141 Lampiran 4
142
PENYU MENJADI PAHLAWAN Oleh Pepih Nugraha
Pagi hari, di antara seisi hutan yang sedang mengadakan latihan berperang, hanya Penyulah yang merasa ketakutan luar biasa. Jangankan untuk menarik picu senjata, untuk membawa senjata itu saja Penyu merasa takut. Ia khawatir kalau-kalau senjata itu meledak di tangannya dan tentu saja akan melukainya. Maka terkenallah Penyu sebagai binatang penakut.
Lihatlah sang Kambing dan sang Macan. Mereka begitu bersemangat memanggul senjata, merayap-rayap bertiarap atau bergerak dengan cepat dan lincah seraya menarik-narik picu senjatanya ke arah tertentu. Mereka berlatih dengan semangat tinggi, tanpa lelah dan letih dalam usaha mereka melawan musuh yang suatu saat datang menyerang.
Ada pun sang Penyu hanya dapat diam meringis, menutupi kedua telingganya ketika terdengar letusan tembakan. Peluhnya keluar deras. Padahal ia sama sekali tidak bergerak seperti lainnya. Tentu saja prilakunya ini sangat membuat marah komandannya. Setiap hari ia dibentak dan tak lupa pula diejek sebagai binatang yang paling penakut di dunia.
"Kalau engkau menjadi makhluk penakut," begitu kata sang Singa yang menjadi komandannya, "apa yang kita harapkan darimu untuk mempertahankan kemerdekaan ini dari musuh yang setiap saat datang menyerang?"
Sang Penyu malah menggigil ketakutan. "Sa... saya sedang sakit, Pak Komandan," ujarnya beralasan.
"Tidak ada alasan sakit dalam berperang mempertahankan kemerdekaan," ujar komandan itu lagi, "negara tidak menghendaki makhluk-makhluk cengeng macam kau, Penyu!" Kali ini kata-katanya tegas. Penyu semakin meringis, apalagi ketika ia mendengar harus berperang!
Teman-teman lainnya sering menggodanya. Suatu saat ketika Penyu sedang melamun sendiri di barak latihannya, sang Kambing, sang Kera dan sang Macan siap-siap hendak menggodanya. Diam-diam diletakkanlah sebuah petasan dekat pantat Penyu. Kemudian sumbu petasan itu dibakar, sementara mereka bertiga
143
berlari menjauh. Tak lama kemudian terdengar letusan keras seperti tembakan... dhuarrrr!
Sang Penyu meloncat kaget tatkala mendengar ledakan yang disangkanya suara tembakan itu. la berteriak-teriak histeris, menelungkupkan tubuhnya, lalu menutup telinganya rapat-rapat. Sementara mereka bertiga dari kejauhan tertawa terpingkal-pingkal melihat binatang penakut itu.
Suatu saat musuh datang menyerang. Seluruh rakyat siap bertempur dengan dipimpin oleh sang Komandan. Tentu saja Penyu ketakutan. Seakan-akan peluru yang berdesingan itu segera melukai tubuhnya.
Kali ini perang berlangsung tidak seimbang. Lawan terlampau banyak dan bersenjatakan lengkap. Dalam beberapa gebrakan saja teman-temannya banyak yang gugur di medan tempur. Betapa sedih dan terpukulnya hati Penyu ketika teman-temannya banyak bergelimpangan tak berdaya kena peluru lawan. Timbullah keberaniannya untuk menyerang sendiri, melintas sendiri menuju lawan. Ia meminta beberapa granat dan berbutir-butir peluru kepada komandannya. Tentu saja sang Komandan heran dibuatnya. Begitu pula teman-teman yang sering mengejek dan menggodanya. Penyu tahu untuk melemparkan granat harus dari jarak dekat. Padahal lawan terlalu jauh, sehingga satu-satunya jalan adalah mendekati lawan.
Betapa yang lainnya tidak merasa percaya akan apa yang mereka lihat, terutama komandannya sendiri. Dengan gagah berani Penyu merayap mendekat menuju sarang lawan. "Maju terus, majulah!" teriak teman-temannya menyemangati.
Penyu terus semakin mendekat, di tangannya melekat sebuah granat. Penyu sudah semakin mendekat! Tentu saja lawan tidak tinggal diam. Mereka beramai-ramai memberondong Penyu dengan beratus-ratus peluru. Namun tak satu peluru pun yang berhasil melukai tubuhnya. Mengapa?