• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja DPRD

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja DPRD sebagaimana telah dibahas pada bab terdahulu. Namun dalam penelitian ini hanya ada 3 (Tiga ) faktor utama yang berpengaruh terhadap kinerja DPRD Kota Medan sebagai berikut :

1. Kelembagaan (Organisasi)

Berdasarkan pengamatan dan wawancara di lapangan diperoleh data bahwa secara kelembagaan (organisasi), akan diukur dari sarana dan prasarana yang tersedia belum cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari adanya kantor DPRD yang terdiri dari ruang sekretariat, ruang ketua dan ruang para angggota serta ruang sidang. Begitupun prasarana penunjang seperti mobiler, mobilisasi sebagai penunjang kegiatan anggota dewan masih kurang yang telah disediakan oleh sekretariat daerah, jadi secara umum dari faktor kelembagaan belum dapat menunjang kinerja DPRD.

Sedangkan dari organisasi juga sudah terdapat pembagian kerja yang jelas antara ketua, wakil ketua dan anggota. Bahwa untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan koordinasi dengan Pemerintah Daerah. Begitupun dengan hubungan antara DPRD dengan Pemerintah Daerah yang mitra sejajar selama ini berjalan dengan baik karena masing-masing sudah diberikan tugas dan kewenangannya.

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Sedangkan dari aspek anggaran dan pembiayaan tidak ada persoalan yang berarti dimana biaya dan kebutuhan Sekretariat DPRD ditanggung oleh Sekretariat Pemerintah Daerah. Begitupun dari segi tunjangan dan honor anggota DPRD sudah jelas. Dengan demikian hal ini membawa pengaruh terhadap kinerja DPRD dalam pelaksanaan fungsi DPRD disamping didukukung oleh sarana dan prasarana yang memadai serta anggaran dan pembiayaan yang tersedia.

Sebagaimana dari kedua penjelasan tersebut di atas, maka faktor kelembagaan (organisasi), akan diukur dari :

a. Peraturan Tata Tertib DPRD

Membuat peraturan tata tertib(Tatib) merupakan hak dari DPRD itu sendiri, dengan peraturan mana DPRD dapat menjalankan tugas dan kewenangannya, serta mengatur mekanisme kerja intern DPRD. Oleh sebab itu peraturan Tatib akan sangat berpengaruh pada terlaksananya peran dan fungsi dewan. Peraturan Tatib yang kaku dan rumit akan menyulitkan dewan dalam meningkatkan perannya. Idealnya Tatib adalah aturan yang mudah dipahami dan mampu memberikan keluwesan bagi anggota dewan untuk mengembangkan kreativitas dan berinprovisasi dalam melahirkan produk-produk legislatif yang berkualitas.

Peraturan Tatib DPRD, merupakan penjabaran dari ketentuan-ketentuan yang menyangkut dengan DPRD, seperti Undang-undang tentang Parpol, tentang Pemilu, Undang-undang mengenai Susduk MPR/DPR dan DPRD serta undang-undang yang mengatur pemerintahan daerah dan peraturan-peraturan lainnya.

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Dalam penjelasan undang-undang Susduk MPR/DPR dan DPRD, khusus mengenai DPRD disebutkan : “Oleh karena itu hak-hak DPRD cukup luas dan diarahkan untuk menyerap serta menyalurkan aspirasi masyarakat menjadi kebijakan daerah dan melakukan fungsi pengawasan”. Hak-hak DPRD yang luas tersebut implementasinya antara lain sangat tergantung pada sejauhmana peraturan Tatib menjabarkan hak-hak dimaksud untuk dapat dioperasionalisasikan.

Melihat pada isi peraturan Tatib DPRD Kota Medan, secara subtansi memang tidak mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu, beberapa bagian yang penting mengalami perubahan adalah kewenangan dan hak DPRD. Dengan peraturan Tatib sekarang DPRD dapat memaksa seorang pejabat negara, atau pejabat pemerintahan dan juga warga negara lainnya untuk dimintai keterangan atau informasi mengenai suatu kasus atau permasalahan. Dalam hal terjadi penolakan terhadap panggilan DPRD yang bersangkutan dapat dikenakan ancaman melakukan “contempt of parliament” disebut juga telah melakukan pelecehan terhadap DPRD dan kasus ini dapat diancam sanksi hukum. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Walikota dan Wakil Walikota Kepala daerah kepada presiden melalui Gubernur. Meminta pertanggungjawaban Walikota dan Wakil Walikota dan menentukan anggaran sendiri. Dalam peraturan Tatib lama hal-hal tersebut tidak diatur. Peraturan Tatib haruslah dibuat sedemikian rupa agar mampu menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Peraturan itu sebaiknya tidak terlalu rumit sehingga mudah dilaksanakan. Agar suatu peraturan tata tertib DPRD mampu mendukung terlaksananya fungsi dan peran DPRD secara maksimal, maka peraturan

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

itu sebaiknya tidak terlalu rumit, setidaknya ; memberikan batas kewenangan yang tidak begitu mengikat anggota pada DPP dalam bertindak. Peraturan itu juga hendaknya memberi ruang yang terbuka bagi anggota dewan untuk berimprovisasi dan peraturan yang aspiratif akan menjadikan anggota dewan mampu bertindak aspiratif dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

b. Sarana Dan Prasarana

Faktor vital yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung kegiatan (kemampuan) anggota Dewan adalah faktor fasilitas sarana dan prasarana. Untuk dapat memperlancar kegiatan anggota dewan, maka diperlukan adanya sarana dan prasarana yang baik, dalam arti cukup dalam jumlah efisien, efektif serta praktis dalam penggunaannya. Dan untuk mencapai hasil yang maksimal maka selain pengadaan sarana dan prsarana harus menunjang, juga harus disesuaikan dengan kemampuan personil pemakainya.

Tabel 2

Sarana Dan Prasarana Yang Diperuntukan Bagi Anggota DPRD Periode 2004-2009

No. Jenis (Uraian)

1 Kendaraan Dinas bagi Pimpinan DPRD (Ketua dan wakil-wakil ketua)

2 Kendaraan dinas bagi Ketua-ketua komisi 3 Kendaraan dinas bagi ketua-ketua fraksi 4 Pakaian dinas

5 Asuransi Kesehatan 6 Tunjangan Perumahan

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Sumber : Sekretariat DPRD Kota Medan

Dari data di atas dapat di liahat bahwa fasilitas sarana dan prasarana yang diperoleh oleh anggo ta Dewan belum cukup memadai dalam penunjang pelaksanaan tugasnya menampung/mengkomodir suara rakyat Kota Medan.

Namun yang sering terjadi adalah fenomena, bahwa suara rakyat tidak terdengar oleh Dewan bahkan tidak jarang terjadi bahwa anggota Dewan tidak mau tahu dengan rakyat dan bahkan memperkaya diri sendiri yang menikmati kemudahan-kemudahan yang tersedia.Melihat fenomena ini maka unsur sarana dan prasarana yang diterima anggota Dewan tidak cukup sebagai tolak ukur untuk mengukur kestabilitasan/ kemampuan anggota Dewan mengakomodir suara rakyat.Dengan demikian, apabila sarana dan prasarana sebagai indikator dalam lembaga (organisasi) terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai wakil rakyat, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum anggota dewan yang memiliki tingkat fasilitas sarana dan prasarana yang cukup akan lebih dapat optimal kinerjanya baik dari aspek akuntabilitas, responsivitas dan efektifitasnya sehingga DPRD dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai fungsi legislasi, pengawasan dan fungsi regulator konlik.

2. Sumber Daya Manusia

Menyangkut masalah sumber daya manusia anggota DPRD Kota Medan berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan anggota DPRD maupun Pemerintah Daerah, secara umum dapat dikatakan masih rendah. Hal ini akan diukur dari latar belakang pendidikan dan pengalaman dibidang organisasi, politik dan pemerintahan.

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Salah satu tujuan pendidikan adalah menjawab tantangan sosial, ekonomi dan keadilan. Dalam presfektif ini pendidikan diarahkan menyiapkan orang untuk bisa mengenali dan menjelaskan masalah-masalah yang menghasilkan jawaban-jawaban yang mendasarkan pada etika. Pada hakikatnya pendidikan adalah pelibatan politik. Dalam konteks ini peserta didik diarahakan untuk berkembang menjadi warga negara yang memiliki komitmen pada nilai-nilai demokratis, yakni mampu dan berpartisipasi dalam proses sosial, politik dan ekonomi. Oleh karena itu perolehan pengetahuan dan keterampilan bukan untuk kepentingan dirinya sendiri dan bukan demi ilmu pengetahuan itu sendiri tetapi untuk pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

Tabel Profil Anggota DPRD Kota Medan Periode 2004-2009

No Nama L/P Partai Pendidikan

1 IKRIMAH HAMIDY, ST LK PKS S - 1

2 DHIYAUL HAYATI, S.AG PR PKS S - 1

3 JAMHUR ABDULLAH, ST LK PKS S - 1

4 PARLINDUNGAN LK PKS D - 3

5 SURIANDA LUBIS, S.AG LK PKS S - 1

6 ABDUL RAHIM, S. ST LK PKS S - 1

7 DRS. ABD. MUFLIH SIMANULLANG LK PKS S - 1

8 MUSLIM LK PKS SMA

9 DRS. H. ZAKARIA RASYIDI LK PKS S - 1

10 SABAR SYAM SURYA SITEPU. H LK Partai Golkar SMA

11 BANGKIT SITEPU LK Partai Golkar SMA

12 H. HARDI MULYONO LK Partai Golkar SMEA

13 H. SYAHDANSYAH PUTRA LK Partai Golkar D - 3

14 CONRAD PARLIN NAINGGOLAN, SE LK Partai Golkar S - 1

15 SAKTI BAHAGIA ALIAS NANANG LK Partai Golkar SMA

16 DRS. H. ZULFAN , MBA LK Partai Demokrat S - 1

17 AZWAR ALIAS AZWAR MANDAY LK Partai Demokrat SMEA

18 SYAHRIZAL, SE LK Partai Demokrat S - 1

19 DRG. IDA MAWATI NABABAN PR Partai Demokrat S - 1

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

21 SUPRAPTO, SH LK Partai Demokrat S - 1

22 JOHNY MARPAUNG, SM.HK LK PDI Perjuangan D - 3

23 USAHA GINTING LK PDI Perjuangan SMA

24 LUHUT HUTAGALUNG LK PDI Perjuangan SMA

25 DRS. MARUDUT NADAPDAP LK PDI Perjuangan S - 1

26 SUDARMI NETTI HERAWATI PR PDI Perjuangan SMA

27 TEGAP SEMBIRING LK PDI Perjuangan SMA

28 ZULKIFLI HUSEN, SE LK PAN S - 1

29 AHMAD ARIF, SE.MM LK PAN S - 2

30 DRS.PUTRAMA ALKHAIRI LK PAN S - 1

31 DRS.H.ADI MUNASIP, MM LK PAN S - 2

32 DRS.HM.SUBANDI,BSC LK PAN S - 1

33 TAHI SINAMBELA LK PDS SMA

34 DRA. ROSMAWATY L. TOBING,APT PR PDS S - 1

35 DRS. CARIAMAN HUTASOIT LK PDS S - 1

36 JANSEN SIBARANI LK PDS SMA

37 LANDEN MARBUN, SH LK PDS S - 1

38 H. M. YUNUS RASYID, SH. MHUM LK PPP S - 2

39 IR. AHMAD PARLINDUNGAN LK PPP S - 1

40 DRS. ZAINUDDIN NASUTION, DRS LK PPP S - 1

41 JUSMAR EFFENDI LK PPP SMEA

42 DRS. YUSERIZAL LUBIS LK PBR S - 1

43 YASNI RAHMA PR PBR SMA

44 SYAHRIZAL PANGEMANAN, SH LK PBR S - 1

45 Drs. Hendra DS LK Partai Patriot

Pancasila S - 1

Sumber : Sekretariat DPRD Kota Medan

Dalam biografi data para anggota menunjukkan bahwa sebagian besar anggota DPRD mengenyam pendidikan, pendidikan SLTA sebanyak 14 orang anggota dan D3 sebanyak 3 orang, S1 sebanyak 24 orang dan pasca sarjana sebanyak 5 orang.

Dalam penelitian ini ditemukan perbedaan diantara kelompok pendidikan yang bervariasi. Seperti kebanyakan studi lain tentang sikap politik, memperlihatkan bahwa apa yang dicapai dibidang pendidikan terlihat mempunyai pengaruh penting terhadap sikap politik. Orang yang tak terdidik atau orang yang mendapat pendidikan terbatas adalah aktor politik yang berbeda dengan orang yang telah mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ada sejumlah sebab untuk ini, satu diantaranya adalah

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

bahwa perbedaan pendidikan berkaitan erat dengan perbedaan karakteristik sosial lainnya. Dengan demikian, apabila tingkat pendidikan dijadikan sebagai indikator mengenai tingkat pemahaman anggota legislatif terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai wakil rakyat, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum anggota Dewan yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan lebih memahami teknik dan mekanisme badan legislatif serta aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Apabila hubungan antara pendidikan dengan kemampuan anggota legislatif tersebut merupakan kenyataan, maka dapat dimengerti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula kemampuan anggota dalam memahami hakekat masyarakat dan badan legislatif.

Disamping pendidikan formal, semua anggota legislatif daerah juga dibekali dengan pendidikan non formal yaitu melalui kursus-kursus, pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan oleh partainya masing-masing. Pendidikan non formal ini dapat menunjang anggota Dewan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya terlebih lagi bagi anggota Dewan yang memiliki pendidikan formal yang terbatas, sehingga harus dilengkapi dengan pendidikan non formal yang memadai. Dari hasil wawancara dan pengamatan dilapangan, semua anggota DPRD Kota Medan telah dibekali dengan pendidikan non formal dari Partainya masing-masing, dengan kata lain tingkat pndidikan non formal anggota Dewan secara keseluruhan sudah baik, namun tentunya terdapat perbedaan diantara masing-masing anggota, baik mengenai jenis dan lamanya pendidikan non formal itu berlangsung serta sikap dari anggota Dewan dalam mempergunakan pendidikan non

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

formal tersebut melalui praktek dilapangan khususnya dalam melaksanakan fungsinya sebagai wakil rakyat.

Berikut ini juga adalah pendapat dari Ketua Fraksi Amanat Nasional DPRD Kota Medan, ( Ahmad Arif, SE.MM ) yaitu bahwa :

“Semua anggota Dewan pernah mengikuti pendidikan non formal baik yang diadakan oleh partai masing-masing, maupun yang diikuti atas dasar inisiatif sendiri/diluar partai, baik yang jangka pendek maupun jangka panjang”

Dari pembahasan mengenai faktor pendidikan sebagaimana tersebut diatas, nampak bahwa dalam konteks DPRD Kota Medan, tingkat pendidikan (baik formal maupun non formal) pengaruhnya kecil terhadap kinerja Dewan. Karena dari segi kualitas pendidikan anggota DPRD secara keseluruhan sudah baik. Sejumlah informan yang diwawancarai juga mengatakan hal senada, seperti Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kota Medan, Bapak Azwar Manday

Pengalaman adalah suatu penghayatan akan makna dari setiap problem yang ditemukan dalam pekerjaannya, yang mendorongnya untuk menjadi seorang inovator , mengatakan bahwa : “Tingkat pendidikan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja Dewan dan tidak bisa dijadikan sebagai suatu ukuran untuk menilai kinerja DPRD “

“Dan Perlu diketahui bahwa anggota DPRD lahir bukan didasarkan pada kualitas pendidikan, akan tetapi ditentukan oleh pilihan rakyat, sehingga komposisi anggota DPRD tidak bisa dilihat dari komposisi kualitas pendidikan akan tetapi dari kemampuan menghimpun suara melalui partai, dan pendidikan belum tentu menjamin kinerja Dewan, apabila tidak dilengkapi dengan pengalaman-pengalaman yang lain”.

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

yang bersedia merubah diri, karena belajar terus menerus dari lingkungannya.39 Pengalaman tidak sekedar berhenti dalam alam pikiran, tapi diwujudkan dalam emosi, sikap, perbuatan, pandangan dan ketrampilan. Setiap pengalaman seharusnya menyumbang sesuatu untuk menyiapkan seorang pribadi bagi pengalaman berikutnya yang bersifat lebih dalam dan lebih luas. Dan itulah yang justru merupakan arti dari pertumbuhan, kontinuitas dan rekonstruksi pengalaman. Pengalaman dapat menuntun proses berpikir seseorang sehingga orang tersebut dapat bertindak benar dan bijaksana.

Berkenaan dengan hal tersebut, faktor yang memperngaruhi kinerja seorang anggota DPRD juga adalah pengalaman. Anggota DPRD dikatakan berpengalaman yaitu jika ia senantiasa menghasilkan karya/pandangan baru dalam bidangnya, bersikap adaptif dan inovatif, senantiasa mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selalu merubah strategi pendekatannya dalam menangani masalah pembangunan, dan senantiasa meningkatkan ketrampilan profesioanalnya sebagai anggota DPRD. Pendapat diatas dibenarkan oleh sebagian besar informan yang berhasil diwawancarai, juga diantaranya adalah anggota Fraksi Amanat Nasional DPRD Kota Medan, Bapak Drs.Putrama Alkhairi

“Pada prinsipnya, pengalaman seseorang secara signifikan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas-tugas yang diemban oleh anggota Dewan, karena pengalaman tersebut akan menjadi dasar pijakannya dalam menghadapi suatu masalah, disamping itu akan memberikan tambahan

, mengatakan :

39

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

dalam berfikir, bersikap dan bertindak, termasuk dalam memanage permasalahan”.

Berkaitan dengan penelitian ini, maka pengalaman disini dibedakan menjadi : a. Pengalaman di Lembaga Legislatif

Pengalaman anggota DPRD yang pernah duduk dalam lembaga legislatif sebelumnya berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang diembannya saat ini sebagai wakil rakyat, paling tidak dia dapat mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada pada periode sebelumnya untuk kemudian berusaha memperbaikinya dengan langkah-langkah yang lebih tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat anggota Fraksi Golkar diatas, ( H.Hardi Mulyono ) Yakni :

“Pengalaman yang dimiliki oleh anggota DPRD yang pernah duduk di lembaga Legislatif cukup berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh Dewan, karena dia bisa mengetahui kendala-kendala yang ada dari periode sebelumnya, sehingga pengalaman yang dimiliki oleh anggota yang pernah duduk dilembaga legislatif tersebut dapat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi”.

Salah seorang anggota Fraksi Amanat Nasional tersebut diatas (Drs.Putrama Alkhairi ) juga menambahkan, bahwa :

“Pengalaman sebagai anggota legislatif jelas sangat berpengaruh, karena anggota DPRD yang pernah duduk di lembaga legislatif tidak perlu belajar lagi bagaimana harus berperan sebagai anggota Dewan,

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

lain halnya dengan yang belum pernah sama sekali, paling tidak pada etika, sikap dan pemahaman tentang jalannya pemerintahan”.

b. Pengalaman Dalam Organisasi Kemasyarakatan

Pengalaman anggota DPRD dalam Organisasi Kemasyarakatan sangat penting dan sangat mendukung kinerja Dewan, sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang tokoh masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini, yakni Salah Satu Tokoh masyarakat di Kecamatan Medan Denai, Bapak Drs. Efendy Sipayung

“Setiap anggota DPRD pasti pernah aktif dalam organisasi kemasyarakatan baik itu dalam lingkup kecil sampai lingkup nasional,

mengatakan :

“Menurut Saya, Pengalaman anggota DPRD dalam organisasi kemasyarakatan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja Dewan, karena apabila anggota Dewan sudah terbiasa atau berpengalaman dalam organisasi kemasyarakatan, maka dia akan terbiasa dengan tugas-tugas yang akan dihadapi sebagai anggota Dewan, karena tugas sebagai anggota Dewan bisa dikatakan berlangsung selama dua puluh empat jam, sehingga apabila ia tidak terbiasa, maka akan sulit menyesuaikan diri”

Dari hasil pengamatan di lapangan, sebagian besar anggota DPRD Kota Medan telah memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam organisasi kemasyarakatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ketua Fraksi Demokrat ( Azwar Manday ), yakni :

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

meskipun tidak menutup kemungkinan ada juga beberapa anggota Dewan yang tidak begitu aktif dalam organisasi kemasyarakatan”. c. Pengalaman Dalam Partai Politik

Pengalaman dalam partai politik ini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang diemban anggota Dewan sebagai wakil rakyat Karena bagaimanapun pengalaman ini akan sangat menentukan tingkat kematangan dalam berpolitik. Pengalaman dalam partai politik ini dapat dilihat dari lamanya anggota Dewan aktif dalam organisasi politik/partainya. Dari hasil Observasi, terlihat bahwa ada beberapa anggota Dewan yang belum lama berkecimpung dalam dunia politik, hal ini seiring dengan terbukanya kran demokratisasi dalam masyarakat yang menghasilkan pemilu multi partai sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada sebagian anggota legislatif Kota Medan yang kurang berpengalaman dalam organisasi politik. Sebenarnya sistem pemilu yang kita anut sudah sangat memadai untuk mendapatkan wakil rakyat yang representatif, namun mekanisme pelaksanaan sistem perwakilan berimbang dengan stelsel daftar yang kita anut, telah banyak memunculkan tokoh-tokoh masyarakat karbitan. Penggunaan Vote Getter yang dikenal selama ini, telah membuka kemungkinan bagi munculnya tokoh yang sama sekali tidak dikenal oleh masyarakat.

Dari ketiga variabel pengaruh tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman merupakan faktor dominan dalam mempengaruhi kinerja dewan, karena dengan pengalamannya itu, anggota dewan dapat menggali informasi yang

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

berkualitas, valid dan dapat memanfaatkan informasi yang ada secara lebih tepat, sehingga dapat melakukan pengambilan kebijakan yang tepat pula. Faktor kedua adalah pentingnya data/informasi, sedangkan faktor pendidikan menempati posisi terakhir karena pengaruhnya terhadap kinerja Dewan relatif kecil.

3. Informasi

Informasi adalah data yang tersusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikemukakan pada seseorang yang akan menggunakannya untuk membuat suatu keputusan. Informasi yang salah bisa menyesatkan, kita bisa salah mengambil sikap, salah menganalisa sehingga salah pula dalam mengambil keputusan. Memang informasi langsung atau tidak langsung mempengaruhi hidup kita, cara pandang, cara berfikir dan cara bertindak. Hal yang penting dalam topik ini adalah terlambatnya anggota Legislatif dalam memperoleh informasi yang diperlukan dibandingkan dengan pihak Eksekutif. Kondisi ini dapat dimaklumi sebab pihak Eksekutiflah yang bergelut dengan masalah kenegaraan sehari-hari.

Dalam hal ini DPRD dapat memperoses atau menindak lanjuti informasi yang masuk sebagai kelengkapan melalui komisi kemudian kepada pimpinan untuk dapat ditindak lanjuti atau diteruskan pada instansi yang lebih tinggi apakah diselesaikan pada Pemerintah Daerah atau juga melalui proses hukum.

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

Kemudian informasi yang masuk ke Dewan dikelola sesuai dengan yang berlaku untuk layak ditindak lanjuti kepada komisi yang bersangkutan sesuai dengan bidang-bidangnya lalu disampaikan kepada pimpinan untuk diambil suatu kebijakan.

Dengan demikian, apabila keterbukaan menerima dan menyampaikan informasi dijadikan sebagai indikator dalam proses pemahaman anggota legislatif terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai wakil rakyat, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum anggota dewan dalam keterbukaan menerima dan menyampaikan informasi sudah cukup baik karena usaha DPRD dalam menghimpun informasi dengan melakukan : pendekatan dengan Pemerintah Kecamatan untuk mencoba mengenali aspirasi masyarakat setempat yang sudah disimpulkan oleh Camat setempat. Dan anggota Dewan melalui fraksinya masing-masing terjun langsung kedaerah yang diwakilinya untuk mengetahui masih adakah masalah-masalah yang belum tertampung, selanjutnya masalah-masalah tersebut digodok oleh fraksi masing-masing, kemudian dengan pertimbangan fraksi ditentukan skala prioritas mana yang harus didahulukan dan mana yang ditangguhkan, setelah itu baru dimatangkan dalam komisi. Sehingga keterbukaan menerima dan menyampaikan informasi dengan menggunakan pendekatan tersebut akan dapat mempengaruhi kinerja anggota Dewan dalam memahami hakekat masyarakat dan badan legislatif yaitu dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya sebagai fungsi legislasi, pengawasan dan fungsi regulator konlik.

Dari segi intensitas dalam menyerap informasi dari masyarakat masih belum baik karena DPRD dalam menyerap informasi dari masyarakat masih tergantung pada

Sri Puji Nurhaya : Kinerja Lembaga Legislatif (Studi: Analisis Kinerja Dprd Kota Medan Periode 2004-2009), 2010.

individu Dewan masing-masing dan masih melihat kondisi yang ada untuk

Dokumen terkait