• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. KONFORMITAS

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konformitas

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konformitas yaitu faktor personal dan faktor situasional. Faktor situasional terdiri dari :

a. Kejelasan Situasi

Penelitian Sherif menunjukkan bahwa, semakin tidak terstruktur dan tidak jelas situasi yang dihadapi, maka semakin besar kecenderungan orang untuk mengikuti kelompoknya (Rakhmat, 2008). Biasanya seseorang akan ikut serta untuk konform ketika kebanyakan orang melakukan sesuatu pada situasi tertentu (Baron & Byrne, 2005) b. Kesepakatan

Pendapat atau keputusan yang sudah dibuat dan ditetapkan oleh kelompok memiliki tekanan yang kuat sehingga konformitas dapat meningkat. Remaja harus dapat menyesuaikan pendapatnya dengan kelompok jika ingin meningkatkan konformitas. Nilai-nilai yang ada pada kesepakatan yaitu:

1) Kepercayaan sangat penting untuk membentuk suatu kesepakatan dalam kelompok. Tingkat kepercayaan akan menurun ketika di dalam kelompok terjadi perbedaan pendapat sehingga berdampak pada menurunnya tingkat konformitas dalam kelompok tersebut.

2) Persamaan pendapat akan meningkatkan konformitas yang ada

di dalam kelompok. Sebaliknya, apabila di dalam suatu kelompok tidak memiliki persamaan pendapat, maka konformitas

akan menurun. Pendapat satu individu yang tidak sama dengan pendapat kelompok akan menunjukkan perbedaan yang berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok.

3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok. Remaja yang

menyimpang akan menyebabkan penurunan kesepakatan dan akan berdampak pada berkurangnya tingkat konformitas pada suatu kelompok. Remaja dikatakan menyimpang ketika orang tersebut memiliki pendapat atau pandangan yang tidak sesuai atau berbeda dengan kelompok. Dampak dari penyimpangan tersebut adalah dikucilkan dan ditolak dari kelompok.

c. Ukuran Kelompok

Aturan atau norma kelompok terbentuk berdasarkan atas penilaian dari ukuran mayoritas kelompok. Semakin besar ukuran kelompoknya, maka semakin tinggi tingkat konformitasnya (Rakhmat, 2008; Taylor, Peplau & Sears, 2009). Pernyataan ini diperkuat oleh Asch, Gerrard, Wilhelmy & Conolley yang menyatakan bahwa konformitas meningkat karena adanya peningkatan jumlah anggota kelompoknya (Baron & Byrne, 2005).

d. Norma Deskriptif dan Norma Injungtif / Perintah

Norma deskriptif dapat mempengaruhi tingkah laku individu dengan cara memberikan informasi mengenai apa yang sebagian orang lakukan pada situasi tertentu. Norma deskriptif juga menginformasikan perilaku yang dianggap efektif dan adaptif ketika menghadapi situasi

itu. Sedangkan norma injungtif dapat mempengaruhi individu dengan cara sudah menetapkan perilaku yang diterima atau tidak diterima kelompok pada situasi tertentu (Baron & Byrne, 2005).

e. Tekanan Kelompok

Tekanan dalam kelompok dapat berupa pemberian ganjaran, ancaman atau hukuman pada anggota kelompok akan meningkatkan ketaatan remaja. Semakin besar tekanan dalam kelompok maka semakin besar ketaatan remaja untuk konform dengan kelompok (Sears, Freedmen, & Paplau, 1985).

f. Informational influence (pengaruh informasi)

Informasi yang diberikan orang lain akan bermanfaat bagi individu yang belum mengetahui informasi. Informasi yang diterima berguna untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Kesesuaian tersebut bergantung pada dua aspek situasi, yaitu seberapa besar keyakinan kepada kelompok dan seberapa besar keyakinan pada diri sendiri. Keyakinan individu pada informasi yang disampaikan kelompok memungkinan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok tersebut, terutama pada situasi penilaian yang ambigu atau tidak jelas. Oleh karena itu, meningkatnya konformitas seseorang dikarenakan adanya peningkatan kepercayaan pada informasi yang diberikan oleh kelompok yang bersangkutan.

Beberapa hal yang membuat seseorang cenderung menyesuaikan diri dengan penilaian kelompok, mungkin dikarenakan

kurangnya keyakinan terhadap penilaiannya sendiri. Hal lain yang ditemukan bisa dikarenakan kurangnya kompetensi diri atau terlalu minimnya informasi yang diketahui mengenai suatu topik (Baron & Byrne, 2005; Taylor, Peplau, & Sears, 2009; King, 2010).

g. Normative influence (pengaruh normatif)

Pengaruh normatif adalah pengaruh yang berasal dari orang lain agar individu dapat disukai dan diterima secara sosial. Pengaruh normatif dapat menjadikan individu rela mengubah perilakunya untuk menyesuaikan diri dengan standar kelompok seperti menggunakan pakaian yang menjadi cirri khas dari kelompok, menggunakan kata- kata gaul yang sama, dan perilaku lain yang sama dengan kelompok (King, 2010). Biasanya, pasca konformitas, terjadi perubahan pada keyakinan orang tersebut karena ada proses ketika pelaku melakukan pemahaman terhadap perspektif kelompok dan melakukan interpretasi baru sehingga memunculkan penyesuaian diri di kelompoknya (Buehler & Griffin, 1994 dalam Taylor et al, 2009).

Sedangkan faktor personal terdiri dari : a. Usia dan jenis kelamin

Usia remaja sangat rentan terjadinya konformitas terutama pada remaja awal karena pada tahap perkembangannya remaja memiliki keintiman dengan teman-teman sebayanya. Remaja putri secara khusus memiliki ketakutan dinilai negatif oleh teman-temannya sehingga mereka cenderung memilih untuk konform pada kelompok

yang dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi (Santrock, 2012; Alwisol, 2004; Sarwono, 2009). Selain itu, remaja putri pada umumnya memiliki sifat yang penurut, pasif, tunduk pada otoritas, mengalah, dan enggan memunculkan konflik (Tapiheru dalam Astasari & Sahrah, 2009).

b. Ketaatan

Ketaatan merupakan perilaku patuh pada aturan yang berkuasa (King, 2010). Ketaatan remaja pada suatu kelompok akan meningkatkan konformitas pada kelompok. Remaja rela melakukan tindakan sesuai dengan kesepakatan kelompok meskipun tidak sesuai dengan keinginannya. Kerelaan tersebut dikarenakan adanya tekanan atau tuntutan dari kelompok sehingga remaja memiliki ketaatan pada kelompok itu. Remaja yang melakukan penyimpangan akan ditolak dan diasingkan dalam kelompok. Anggota kelompok yang konform akan memperhatikan setiap tindakan kelompoknya (Sears, Freedmen, & Paplau, 1985).

c. Kohesivitas

Kohesivitas adalah intensitas ketertarikan individu terhadap suatu kelompok. Individu yang mengagumi atau menyukai suatu kelompok dan bersedia melakukan apa saja untuk menjadi sama dengan kelompok yang disukai, maka dapat dikatakan individu tersebut memiliki kohesivitas yang tinggi (Baron & Byrne, 2005). Kohesivitas menjadi pengaruh dalam penilaian juga merupakan faktor

yang mempengaruhi konformitas. Jika karakter sumber pengaruh memiliki pengaruh yang cukup kuat untuk terjadinya konformitas, maka konformitas akan terbentuk. Akan tetapi, jika pengaruhnya tidak cukup kuat, maka konformitas tidak akan terbentuk (Rakhmat, 2008). d. Kekompakan

Remaja menyukai suatu kelompok yang memiliki kekuatan di dalamnya sehingga mereka tertarik untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut. Ketertarikan remaja dengan kelompok yang diinginkan membuat remaja berharap untuk memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar ketertarikan dan harapan mendapatkan manfaat pada suatu kelompok, maka semakin besar pula kekompakan kelompok dan konformitasnya. Kekompakan yang terbentuk pada suatu kelompok mempengaruhi anggota kelompok tersebut untuk semakin konform satu sama lain. Remaja cenderung menyesuaikan diri dengan keadaan kelompok apabila ingin menjadi bagian dari kelompok tersebut. Remaja yang ingin diterima dalam kelompok akan mengikuti tindakan kelompok ketika kelompok melakukan sesuatu (Sears, Freedmen, & Paplau, 1985).

e. Harga diri

Berdasarkan hasil penelitian, harga diri merupakan salah satu faktor personal yang mempengaruhi terjadinya konformitas. Semakin tinggi harga diri yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin rendah tingkat konformitas yang dilakukan. Sebaliknya, semakin rendah harga

diri yang dilakukan, maka semakin tinggi tingkat konformitasnya (Cipto & Kuncoro, 2010; Sulistyowati, 2009; Nashihin, 2012). Seseorang yang memiliki harga diri yang rendah akan merasa takut untuk ditolak sehingga mereka memilih untuk konform (Asch dalam Aronson, Wilson, & Akert, 2005)

Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas yaitu faktor situasional dan faktor personal. Faktor situasional terdiri dari kejelasan situasi, ukuran kelompok, norma deskriptif dan norma injungtif, pengaruh informasi, dan pengaruh normatif. Sedangkan faktor personalnya meliputi usia dan jenis kelamin, kohesivitas, harga diri.

Dokumen terkait