• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan air seseorang. Diantaranya adalah jenis kelamin, usia, ukuran tubuh, aktivitas fisik, temperatur dan kelembaban, konsumsi makanan, genetik, pertumbuhan, kebiasaan, ketersediaan, serta faktor eksternal yang meliputi karakteristik keluarga, sosial dan budaya.

2.2.1 Jenis Kelamin

Total cairan tubuh pada laki-laki muda sekitar 60% dari berat badan, sementara pada wanita adalah 50% dari berat badan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki otot (kaya akan cairan) dari pada wanita (Wiseman, 2002). Oleh karena itu, kebutuhan air pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Asian Food Information Centre (2000) menyatakan bahwa perempuan mengkonsumsi cairan yang lebih rendah daripada laki-laki. Wanita hanya minum 5-6 gelas cairan per hari sementara laki-laki minum 6-8 gelas cairan per hari. Penelitian di Amerika pada remaja menunjukkan bahwa total intake air pada

laki-laki lebih tinggi dibandingkan wanita. Intake air ini meliputi total asupan air, air dar minuman dan makanan tapi tidak dari intake air putihnya (Kant et al, 2009). Sementara menurut Bredbenner et al (2009) rata-rata konsumsi cairan untuk laki-laki adalah 2939 + 922 ml, sedangkan pada perempuan 2250 + 581 ml. Atau secara umum konsumsi cairan rata-rata pada laki-laki lebih besar daripada perempuan. Penelitian lainnya oleh NHNES III menghasilkan bahwa konsumsi rata-rata cairan remaja laki-laki usia 14-18 tahun adalah 3400 ml per hari sedangkan pada remaja perempuan dengan usia yang sama hanya 2500 ml per hari. (IOM, 2004). Hasil berbeda ditunjukkan oleh Sousa et al (2007) yang meneliti atlet remaja di Brazil. Total konsumsi cairan atlet perempuan menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki baik dalam jumlah cairan maupun semua airnya.

2.2.2 Umur

Kebutuhan air pada anak-anak lebih tinggi dari orang dewasa. Mereka harus mengkonsumsi 1,5 ml air untuk setiap kalori yang mereka konsumsi. Hal ini terjadi selain karena kandungan air pada tubuh anak yang lebih tinggi, juga karena fungsi ginjal mereka yang belum sempurna sehingga memerlukan air untuk membantu mengeluarkan sisa metabolisme tubuh (Piliang dan Djojosoebagio, 1996). Oleh karena itu anak-anak sangat peka terhadap kehilangan air.

Menurut penelitian pada populasi orang dewasa di Amerika Serikat pada tahun 2005-2006 (Kant et al, 2009) menghasilkan bahwa intake air putih, minuman dan total konsumsi air mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia. Penelitian lainnya oleh di Paris yang membandingkan intake cairan antara anak-anak, remaja, dewasa dan lansia (Bellisle et al, 2010) menghasilkan bahwa total intake cairan pada kelompok anak, remaja dan dewasa mengalami peningkatan dan menurun kembali pada kelompok lansia namun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan. Hasil berbeda ditunjukkan oleh IOM (2004) yang menunjukkan bahwa total intake air meningkat seiring dengan bertambahnya usia pada laki-laki.

2.2.3 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan ini menggunakan panca indera manusia yaitu indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Tetapi sebagian besar dihasilkan oleh indera penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga). Pengetahuan ini merupakan aspek penting yang mempengaruhi terbentuknya tindakan seseorang. Apabila perilaku seseorang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut tidak akan bertahan lama. (Notoatmodjo, 1993).

Penelitian di Singapura oleh Asian Food Information Centre (AFIC) pada tahun 1998 menunjukkan bahwa walaupun sebagian besar sampel memiliki pengetahuan yang baik tentang air, tetapi total asupan air yang mereka konsumsi ternyata masih di bawah jumlah yang dianjurkan. Hasil studi oleh PERGIZI PANGAN Indonesia, Departemen Gizi Masyarakat (Fakultas Ekologi Manusia, IPB) dan Danone Aqua Indonesia mengenai kebiasaan minum dan hidrasi pada remaja dan dewasa di dua wilayah ekologi yang berbeda (Hardinsyah et al, 2008) menunjukkan bahwa rata-rata setengah remaja dan dewasa yang menjadi responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang air minum kategori sedang dan rendah. Hal tersebut cukup sebanding dengan banyaknya sampel yang menderita dehidrasi ringan yaitu sebanyak 24,75% pada kelompok remaja di dataran tinggi dan di dataran rendah 41,70%. Sementara pada kelompok dewasa proporsi dehidrasi ringan di dataran tinggi 15,40% dan di dataran rendah 24,00%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosmaida (2011) yang dilakukan pada mahasiswi dan Sedayu (2008) yang dilakukan pada anak SMA menunjukkan ada hubungan signifikan antara pengetahuan gizi tentang cairan terhadap total konsumsi cairan seseorang. Semakin tinggi pengetahuannya maka akan semakin tinggi total konsumsi airnya.

2.2.4 Aktivitas Fisik

Menurut Depdiknas (2008), aktivitas fisik adalah gerakan tubuh karena otot meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau kalori. Aktivitas fisik akibat kontraksi otot-otot rangka yang mengakibatkan pengeluaran tenaga. Yang

termasuk dalam aktivitas fisik adalah aktivitas waktu kerja, waktu senggang, dan aktivitas sehari-hari. Sedangkan latihan fisik adalah aktivitas fisik yang direncanakan dan dilakukan dengan terstruktur. (Adisapoetra, 2008 dalam Rosmaida, 2011). Aktivitas tubuh selalu mengeluarkan cairan dalam bentuk keringat, urine, feses dan melalui pernapasan. Latihan-latihan berat selama beberapa hari tanpa diimbangi dengan pergantian air secara cepat akan mengakibatkan dehidrasi yang parah. Hal ini karena kecepatan kehilangan air melalui keringat lebih cepat daripada kemampuan lambung menampung jumlah penggantian air (lambung mengosongkan 1 liter air setiap jam) (Piliang dan Djojosoebagio, 1996). Ditambahkan lagi menurut Berning (2007) kebutuhan cairan berbanding lurus dengan aktivitas tubuh, semakin berat aktivitas yang dikerjakan, semakin banyak pula kebutuhan cairannya.

Penelitian di Amerika pada orang dewasa menunjukkan bahwa aktivitas luang memiliki hubungan dengan intake air putih dan total asupan air. Sementara aktivitas yang tinggi memiliki hubungan dengan air dari minuman dan total asupan air, semakin tingginya jumlah air yang diasup dari minuman dan total asupan airnya. Dengan kata lain aktivitas fisik memiliki hubungan dengan asupan air (Kant et al, 2009).

Penelitian lainnya oleh Brake (2001) menunjukkan adanya kenaikan konsumsi air minum pada pekerja yang aktif dan penelitian tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Brake (2002) yang menyimpulkan bahwa kebutuhan cairan pekerja meningkat setelah beban kerja ditambahkan (penambahan shift dan stress kerja).

2.2.5 Persen Lemak Tubuh

Jumlah cairan tubuh total + 55-60% dari berat badan, persentase tersebut berhubungan juga dengan jumlah lemak tubuh, jenis kelamin dan umur. Namun, jumlah lemak tubuh memberikan pengaruh terbesar terhadap jumlah cairan tubuh. Kandungan air dalam sel otot lebih tinggi dibandingan dengan pada sel lemak, sehingga total cairan tubuh pada orang gemuk (obese) lebih rendah daripada orang yang tidak obese. (FKUI, 2007). Pada orang gemuk, perbandingan kandungan air dengan lemak adalah 50% : 50%, pada orang kurus adalah 67% : 7%, sementara pada orang yang normal adalah 60% : 16% (Karsin, 2004). Penelitian di Amerika

pada populasi orang dewasa menunjukkan bahwa Indeks Massa Tubuh memiliki hubungan positif dengan asupan air dari minuman dan total asupan airnya (Kant, Grauband dan Atchinson, 2009).

2.2.6 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menuju perubahan yaitu merubah tingkah laku seseorang maupun masyarakat. Tugas pendidikan adalah memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan/pengertian, memunculkan sikap positif dan memberikan atau meningkatkan keterampilan masyarakat/individu tentang aspek tertentu sehingga dicapailah masyarakat yang berkembang. Tujuannya adalah mengubah perilaku seseorang ke arah perilaku yang menguntungkan atau sesuai dengan norma yang seharusnya (Notoatmodjo,1993). Penelitian di Amerika pada populasi orang dewasa menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara semakin tingginya pendidikan dengan peningkatan total intake air (Kant et al, 2009).

2.2.7 Luas Permukaan Tubuh

Menurut Marsetyo dan Kartasapoetra (1991), besarnya energi basal metabolisme (BMR) salah satunya dipengaruhi oleh luas permukaan tubuh. Bidang permukaan tubuh orang yang bertubuh besar akan lebih luas daripada orang yang bertubuh kecil. Bila bidang permukaan tubuh seseorang luas, maka jaringan aktif yang terdapat pada tubuhnya juga lebih besar dan luas. Menurut AUB dan DU BOIS (1916) rumus untuk menghitung luas permukaan adalah :

A = x x 71,84

Di mana A = luas permukaan badan (m2) H = tinggi badan seseorang (cm)

Tabel 2.3 Luas Permukaan (m2) untuk berbagai tinggi (cm) dan berat badan (kg)

Tinggi

Badan Berat Badan (kg)

(cm) 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 180 - 1,49 1,57 1,64 1,71 1,77 1,83 1,89 1,95 2,00 175 1,36 1,46 1,53 1,60 1,67 1,73 1,79 1,85 1,91 1,96 170 1,34 1,43 1,50 1,57 1,63 1,69 1,75 1,81 1,86 1,91 165 1,31 1,40 1,47 1,54 1,60 1,66 1,72 1,78 1,83 1,88 160 1,29 1,37 1,44 1,50 1,56 1,62 1,68 1,73 1,78 1,83 155 1,26 1,33 1,40 1,46 1,52 1,58 1,64 1,69 1,74 1,79 150 1,23 1,30 1,36 1,42 1,48 1,54 1,60 1,65 1,70 1,75 145 1,20 1,27 1,33 1,39 1,45 1,51 1,56 1,61 1,66 1,71 140 1,17 1,24 1,30 1,36 1,42 1,47 1,52 1,57 - -

Sumber : Suhardjo Cs (1988) dalam Marrsetyo dan Kartasapoetra (1991)

Jumlah panas yang hilang berbanding lurus dengan luas permukaan tubuh seseorang dan berbanding terbalik dengan jumlah lemak yang terdapat dalam kulit. Panas yang keluar tersebut akan melewati kulit dan dilepaskan melalui keringat (Piliang da Djojosoebagio, 1996).

2.2.8 Ekonomi

Pekerjaan berhubungan dengan pendapatan seseorang, faktor ini sangat menentukan kuantitas dan kualitas makanan (Suhardjo, 1989). Sementara pendapatan mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi keluarga. Semakin banyak seseorang memiliki uang, semakin baik makanan yang diperolehnya (Berg, 1986 dalam Putri, 2009). Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian pada tahun 1957 di Amerika Serikat yang menunjukkan keluarga dengan pendapatan tinggi mengkonsumsi lebih banyak zat gizi dibandingkan dengan keluarga yang pendapatannya rendah. (Eppright et al, 1978). Namun menurut Suhardjo (1989), meningkatnya pendapatan seseorang dapat mengubah pangan yang dikonsumsi. Namun, pengeluaran uang untuk pangan yang lebih banyak tersebut tidak menjamin keberagaman makanan atau minuman yang dikonsumsi. Yang berubah biasanya adalah pangan yang dibeli cenderung lebih mahal dari yang sebelumnya. (Suhardjo, 1989)

Pendapatan seseorang digunakan untuk pengeluaran keperluan rumah tangga yang salah satunya keperluan pangan. Sementara keperluan rumah tangga yang lainnya pun sama pentingnya dengan keperluan untuk pangan sehingga pendapatan tersebut harus dibagi-bagi dengan memperhatikan harga dan tarif untuk setiap keperluan (Baliwati, 2004)

Uang saku merupakan bagian tanggung jawab orangtua terhadap kebutuhan keluarga Jumlah uang saku seseorang tergantung dari pendapatan orangtua dan usia anak. Melalui uang saku, status sosial ekonomi seseorang dapat diukur. Semakin besar pendapatan orangtua, maka uang saku yang diberikan pada anak juga semakin besar (Azizah, 1997 dalam Skriptiana, 2009).

2.2.9 Ketersediaan

Faktor lain yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan adalah kendala dalam penyediaan bahan pangan tersebut. Tersedianya pangan tersebut dipengaruhi juga oleh produksi pangan dan pengeluaran uang untuk keperluan pangan. (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1990). Orang yang hidup sendirian menghabiskan lebih banyak makanan dibandingkan dengan keluarga yang terdiri dari dua orang atau lebih. Mereka mengkonsumsi semua kelompok makanan kecuali susu, namun diet mereka tidak lebih baik. Pada satu atau lebih zat gizi, mereka hanya memenuhi setengah dari jumlah yang dianjurkan (Eppright, 1978). Harga makanan yang dibeli di luar rumah lebih mahal dibandingkan dengan makanan yang sudah tersedia di rumah. Menurut hasil penelitian Bellisle et al (2010), 80% asupan air dari total asupan dikonsumsi saat di rumah. Hal ini sama di setiap kelompok umur yang berbeda. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan air di rumah atau tempat tinggal juga dapat berpengaruh pada total asupan airnya.

2.2.10 Konsumsi Makanan

Sumber utama air terdapat dalam bahan makanan baik yang dalam bentuk cairan ataupun bahan makanan yang sering dikonsumsi. Konsumsi minuman berupa teh, kopi, sirup, susu dan minuman lainnya mencapai konsumsi sampai lebih dari 1 liter setiap harinya atau rata-rata sebanyak 1.100 ml – 1.200 ml per

hari. (Piliang dan Djojosoebagio, 1996). Seluruh makanan mengandung air yang berbeda antara satu bahan makanan dengan yang lainnya. Kandungan air yang tertinggi ada pada sayuran dan buah yang jumlahnya hampir sama dengan jenis minuman. Makanan lain yang mengandung air antara 50-75% antara lain kentang, ayam, daging. Sementara selai, madu, biskuit, dan beberapa lemak yang sering dijumpai secara umum mengandung air kurang dari 35% (Wardlaw dan Hampl, 2007).

Tabel 2.4 Kandungan Air di beberapa jenis makanan

Makanan Air (%) Tomat 95 Selada 95 Susu 89 Jeruk 87 Apel 86 Kentang 75 Pisang 75 Ayam 64 Daging 50 Roti 38 Selai 28 Madu 20 Margarine 16 Biskuit 4 Minyak 0

Sumber: Wardlaw dan Hampl. 2007. Perspective in Nutrition

Selain itu, air juga dapat diperoleh melalui proses oksidasi dari bahan makanan. Proses oksidasi 100 gram lemak akan menghasilkan 107 gram air, sedagkan 100 gram karbohidrat dan 100 gram protein akan menghasilkan 55 gram dan 41 gram air. Air yang dihasilkan ini biasa disebut air metabolis. Air ini harus diperhatikan dalam menghitung kebutuhan air dan menetapkan keseimbangan cairan tubuh. Dari setiap 100 kkal makanan bisa menghasilkan 10-14 gram air atau kira-kira 300-350 ml per hari. (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).

Penelitian di Amerika di kelompok usia dewasa menunjukkan bahwa asupan air total berbanding terbalik dengan energi dari lemak tetapi berhubungan positif dengan serat makanan, kafein, alkohol, dan diet berkualitas (Kant, Graubard dan Atchinson, 2009).

2.2.11 Kebiasaan Minum

Kebiasaan adalah perilaku yang dipraktekkan berulang-ulang (Rachma, 2009). Kebiaaan minum yang baik adalah minum kapanpun bahkan di tengah saat kita makan, selain itu saat bangun pagi untuk memperbaiki dehidrasi yang dihasilkan saat tidur, selain itu air harus diminum sebelum olahraga dan pada orang yang kekurangan konsumsi buah dan sayur (Bangmathelidj, 2007 dalam Rachma, 2009). Kebiasaan baik lain yang berkaitan dengan minum adalah minum sebelum merasa haus direkomendasikan oleh klinik Cleveland dan CDC, selalu membawa bekal minum selama bepergian, minum sebelum dan setelah berolahraga, sebisa mungkin selalu memilih air putih dibandingkan dengan jenis minuman lain, selalu minum sebelum dan sesudah makan, serta saat makan dan menghindari minuman yang mengandung alkohol dan kafein (Porter, 2011).

Survei yang dilakukan di Singapura oleh AFIC (1999), menghasilkan kebiasaan minum rata-rata penduduk di Singapura terkait dengan konsumsi air ternyata tidak baik. Kebiasaan itu antara lain minum hanya ketika haus, tidak minum cukup ketika berolahraga, dan alasannya adalah lupa dan tidak mau sering ke toilet.

2.2.12 Musim

Temperatur lingkungan dan kelembaban akan mempengaruhi pengeluaran panas tubuh. Pada temperatur dan kelembaban yang rendah, panas akan dikeluarkan melalui radiasi dan konduksi. Tapi jika temperatur lingkungan dan kelembabannya naik, panas akan diluarkan juga melalui keringat. Karena panas tubuh tidak akan keluar dengan baik melalui radiasi dan konduksi. Akan berbeda pada seseorang yang tinggal di tempat dengan ketinggian tertentu di atas permukaan laut, kecepatan respirasinya akan meningkat supaya kebutuhan oksigen tubuh dapat terpenuhi. Sehingga kehilangan cairan melalui respirasi juga akan lebih besar dari normal.

Dokumen terkait