• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, AKTIVITAS FISIK, DAN FAKTOR LAIN TERHADAP KONSUMSI AIR MINUM PADA MAHASISWA FKM UI TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN, AKTIVITAS FISIK, DAN FAKTOR LAIN TERHADAP KONSUMSI AIR MINUM PADA MAHASISWA FKM UI TAHUN 2012"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, AKTIVITAS FISIK, DAN

FAKTOR LAIN TERHADAP KONSUMSI AIR MINUM PADA

MAHASISWA FKM UI TAHUN 2012

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar akademis Sarjana Gizi

DIKA ANING DIYANI 0806460755

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU GIZI

UNIVERSITAS INDONESIA JULI 2012

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘Hubungan Pengetahuan, Aktivitas Fisik, dan Faktor Lain terhadap Konsumsi Air Minum pada mahasiswa FKM UI Tahun 2012’. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Gizi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Pembimbing Akademik penulis, Ibu Triyanti, SKM, MSc yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan penjelasan selama pembuatan proposal.

2. Ir. Asih Setiarini, MSc dan Iih Supiasih, SKM, MARS yang telah meluangkan waktunya untuk menjadi penguji dan saran yang diberikan untuk penyelesaian tulisan ini.

3. Ketua Departemen Gizi, yaitu Prof. Kusharisupeni, dr, Msc, DR. yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat UI yang telah memberikan bekal ilmu dan bantuan akademik selama ini.

5. Orangtua penulis, Karyadi, S.Pd dan karyani yang selalu memberikan dukungan baik materi, moral dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Serta adikku, Muhammad Akhmal Dwi Cahyadi yang selalu memberikan keceriaan di tengah pembuatan skripsi ini.

6. Teman se-pembimbing akademik : Vicky Riyana, Fiky Rahayu, Amanda Graciela, Ranti K Susilo, Kartika, Satrio, Nina, dan Choirunnisa atas kerja sama dan semangat yang diberikan selama pembuatan skripsi ini.

7. Sahabat penulis Vidia Nuarista, Hayyu Sari, Luh Anggi, Dita Anitya, Suci Anggraini yang telah membantu penulis mengumpulkan data di tengah kesibukan mereka membuat skripsi.

8. Teman Baik penulis, Tri Okta dan Afiatul Rahmi yang memberikan semangat tersendiri saat penulis merasa putus asa di tengah pengerjaan

(6)

skripsi ini. Teman tempat saling bertukar pendapat dan berbagi keceriaan setiap minggunya.

9. Teman-teman Program Studi Gizi FKM UI 2008 dan teman-teman FKM UI angkatan 2008, atas persahabatan dan pengalaman berharga yang penulis dapatkan di FKM UI

10. Karyawan Pusat Info Kesehatan Masyarakat FKM UI dan Perpustakaan Universitas Indonesia yang telah mendukung dalam pencarian referensi dalam penulisan skripsi

11. Semua pihak yang telah berjasa dan tidak dapat disebutkan namanya satu per satu.

Penulis sadar bahwa skripsi ini kurang dari sempurna, sehingga penulis bersedia diberikan saran dan masukan yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Atas perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.

Depok, Juli 2012

(7)
(8)

NPM : 0806460755 Program Studi : Gizi

Judul : Hubungan Pengetahuan, Aktivitas Fisik, dan Faktor Lain terhadap Konsumsi Air Minum pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 Air merupakan salah satu unsur penting tubuh dan salah satu zat gizi makro selain karbohidrat, lemak, dan protein. Namun, air sering dilupakan sehingga tanpa disadari banyak remaja yang mengalami dehidrasi ringan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik, pengetahuan dan faktor lainnya dengan konsumsi air putih pada mahasiswa FKM UI. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2012 di FKM UI dengan total sampel 123 orang yang diambil dengan simpel random sampling. Variabel independen yang diambil adalah karakteristik responden (jenis kelamin, uang saku, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan luas permukaan tubuh), pengetahuan, kebiasaan, cara mendapatkan air minum, dan aktivitas fisik. Konsumsi air minum diperoleh dengan pengisian FFQ semi kuantitatif sementara variabel lainnya diperoleh dengan pengisian kuesioner. Untuk luas permukaan tubuh diperoleh dari perkalian dengan rumus Du Bois antara berat badan yang diambil dengan timbangan seca dan tinggi badan yang diambil dengan microtoise. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square. Terdapat 49,6% responden yang konsumsi air minumnya masih kurang dengan rata-rata minum 2.233 ml/hari. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsumsi air minum mempunyai hubungan signifikan dengan aktivitas fisik, kebiasaan minum dan pengetahuan. Mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kebiasaan minum yang baik sehingga dapat menyadari pentingnya air bagi tubuh.

(9)

ABSTRACT Name : Dika Aning Diyani

NPM : 0806460755

Study Program : Nutrition

Title : The Relationship of Knowledge, Physical Activity, and Other Factors on Drinking Water Consumption in FKM UI Students in 2012

Water is one important element of the body and one of the macro nutrients other than carbohydrates, fats, and proteins. However, water is often forgotten that many teens who unwittingly mild dehydration. The purpose of this study was to determine the relationship of physical activity, knowledge and other factors with the consumption of water in FKM UI students. The study design was cross sectional. The experiment was conducted in April 2012 in FKM UI with total sample 123 people are taken by simple random sampling. Independent variables taken are the characteristics of the respondents (gender, allowances, parental education, parental employment, and body surface area), knowledge, habits, how to get drinking water, and physical activity. Consumption of drinking water is obtained by semi-quantitative FFQ while the other variables obtained by filling a questionnaire. Body surface area obtained from the multiplication formula of Du Bois weight taken with Seca scales and height are taken with microtoise. Bivariat analysis is carried out by chi square test. There were 49.6% of respondents still lack drinking water consumption by an average drink 2233 ml / day. The results of statistical tests indicate that the consumption of drinking water has a significant relationship with physical activity, drinking habits and knowledge. Students are expected to increase the knowledge of good and drinking habits so as to realize the importance of water for the body.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Pertanyaan Penelitian... 4 1.4 Tujuan Penelitian ... 4 1.5 Manfaat Penelitian ... 5 1.6 Ruang Lingkup ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Air ... 7

2.1.1 Fungsi Air ... 7

2.1.2 Distribusi Air Dalam Tubuh ... 8

2.1.3 Keseimbangan Cairan... 9

2.1.4 Kebutuhan Air ... 11

2.1.5 Jenis Minuman yang dianjurkan ... 12

2.1.5 Efek Ketidakseimbangan Cairan ... 13

2.2 Penilaian Konsumsi Makan ... 15

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi ... 16

2.3.1 Jenis Kelamin ... 16

2.3.2 Umur ... 17

2.3.3 Pengetahuan ... 18

2.3.4 Aktivitas Fisik ... 18

2.3.5 Persen Lemak Tubuh ... 19

2.3.6 Tingkat Pendidikan ... 20

2.3.7 Luas Permukaan Tubuh ... 20

2.3.8 Ekonomi ... 21 2.3.9 Ketersediaan... 22 2.3.10 Konsumsi Makanan ... 22 2.3.11 Kebiasaan Minum ... 24 2.3.12 Musim ... 24 2.4 Remaja ... 24 2.5 Kerangka Teori ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS . 27 3.1 Kerangka Konsep ... 27

(11)

3.3 Hipotesis ... 32

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 33

4.1 Desain Penelitian ... 33

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

4.3.1 Populasi Penelitian ... 33

4.3.2 Sampel Penelitian ... 34

4.4 Pengumpulan Data ... 35

4.4.1 Sumber dan Jenis Data ... 35

4.4.2 Instrumen Penelitian ... 36

4.4.3 Cara Pengumpulan Data ... 36

4.5 Pengolahan Data ... 36

4.5.1 Pengolahan Data Pengetahuan ... 36

4.5.2 Pengolahan Data Antropometri... 36

4.5.3 Pengolahan Data Aktivitas Fisik ... 37

4.5.4 Pengolahan Data FFQ ... 38

4.6 Manajemen Data ... 38

4.7 Analisis Data ... 39

4.7.1 Analisis Data Univariat ... 39

4.7.2 Analisis Data Bivariat ... 39

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 40

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

5.2 Hasil Analisis Univariat ... 41

5.2.1 Gambaran Konsumsi Air Minum ... 42

5.2.2 Gambaran Karakteristik Responden... 43

5.2.3 Gambaran Aktivitas Fisik ... 50

5.2.4 Gambaran Kebiasaan Minum ... 51

5.2.5 Gambaran Pengetahuan ... 52

5.2.6 Gambaran Cara Mendapatkan Air Minum ... 53

5.3 Hasil Analisis Bivariat ... 54

5.3.1 Hubungan Karakteristik Responden dengan Konsumsi Air Minum ... 54

5.3.2 Hubungan Aktivitas Fisik Responden dengan Konsumsi Air Minum ... 58

5.3.3 Hubungan Kebiasaan Responden dengan Konsumsi Air Minum ... 58

5.3.4 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Konsumsi Air Minum ... 59

5.3.5 Hubungan Cara Mendapatkan Air Minum dengan Konsumsi Air Minum ... 60

BAB 6 PEMBAHASAN ... 61

6.1 Keterbatasan Penelitian ... 61

6.2 Gambaran Konsumsi Air Minum ... 61

6.3 Hubungan Karakteristik Responden dengan Konsumsi Air Minum ... 63

6.3.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Konsumsi Air Minum ... 63

6.3.2 Hubungan Luas Permukaan dengan Konsumsi Air Minum .... 64 6.3.3 Hubungan Pendidikan Orangtua dengan Konsumsi Air

(12)

Minum ... 65

6.3.4 Hubungan Pekerjaan Orangtua dengan Konsumsi Air Minum66 6.3.5 Hubungan Uang Saku dengan Konsumsi Air Minum ... 67

6.4 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Konsumsi Air Minum ... 67

6.5 Hubungan Kebiasaan dengan Konsumsi Air Minum ... 69

6.6 Hubungan Pengetahuan dengan Konsumsi Air Minum ... 70

6.7 Hubungan Cara Mendapatkan Air Minum dengan Konsumsi Air Minum ... 72

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

7.1 Kesimpulan ... 73

7.2 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 2.2 Keseimbangan Air ... 10

Tabel 2.3 Kehilangan air tubuh dan akibatnya ... 14

Tabel 2.4 Luas Permukaan (m2) untuk berbagai tinggi dan berat badan ... 21

Tabel 2.5 Kandungan Air di beberapa jenis makanan ... 23

Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan Konsumsi Air Minum Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 42

Tabel 5.2 Distribusi Konsumsi Air berdasarkan Jenis Minuman ... 42

Tabel 5.3 Distribusi Responden menurut Usia ... 43

Tabel 5.4 Distribusi Responden menurut Jurusan ... 44

Tabel 5.5 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 44

Tabel 5.6 Distribusi Responden berdasarkan Luas Permukaan Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 45

Tabel 5.7 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Pendidikan Terakhir Ayah Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 46

Tabel 5.8 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir Ayah Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 46

Tabel 5.9 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Pendidikan Ibu Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 47

Tabel 5.10 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Ibu Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 47

Tabel 5.11 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan Ayah Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 48

Tabel 5.12 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Ayah Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 48

Tabel 5.13 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 49

Tabel 5.14 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Ibu Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 49

Tabel 5.15 Distribusi Responden berdasarkan Uang Jajan Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 50

(14)

Tabel 5.16 Distribusi Responden berdasarkan Aktivitas Fisik Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 51 Tabel 5.17 Distribusi Responden berdasarkan Kebiasaan Minum Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 51 Tabel 5.18 Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan Mahasiswa FKM UI

Tahun 2012 ... 53 Tabel 5.19 Distribusi Persentase Jawaban Benar dan Salah pada Soal Pengetahuan Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 53 Tabel 5.20 Distribusi Responden berdasarkan Cara Mendapatkan Air Minum

Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 53 Tabel 5.21 Distribusi Responden menurut Kategori Jenis Kelamin dan Konsumsi

Air Minum pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 54 Tabel 5.22 Distribusi Responden Menurut Luas Permukaan dan Konsumsi Air

Minum pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 55 Tabel 5.23 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ayah dan Konsumsi Air

Minum pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 55 Tabel 5.24 Distribusi Responden menurut Pendidikan Ibu dan Konsumsi Air

Minum pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 56 Tabel 5.25 Distribusi Responden menurut Pekerjaan Ayah dan Konsumsi Air

Minum pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 56 Tabel 5.26 Distribusi Responden menurut Pekerjaan Ibu dan Konsumsi Air

Minum pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 57 Tabel 5.27 Distribusi Responden menurut Uang Saku dan Konsumsi Air Minum

pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012... 57 Tabel 5.28 Distribusi Responden menurut Aktivitas Fisik dan Konsumsi Air

Minum pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012 ... 58 Tabel 5.29 Distribusi Responden menurut Kebiasaan dan Konsumsi Air Minum

pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012... 59 Tabel 5.30 Distribusi Responden menurut Pengetahuan dan Konsumsi Air Minum

pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012... 59 Tabel 5.31 Distribusi Responden menurut Cara Mendapatkan Air Minum dan

(15)

Gambar 2.1 Alur Normal Masukan Cairan Tubuh dan Mekanisme

(16)

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Lampiran 2 Hasil Uji Statistik

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu unsur penting tubuh dan salah satu zat gizi makro selain karbohidrat, lemak, dan protein. Manusia bisa bertahan berminggu-minggu tidak makan, namun manusia tidak bisa hidup jika tidak minum walau hanya beberapa hari saja (Wardlaw, 2007).

Namun, konsumsi air sering disepelekan begitu saja. Padahal menurut Howard Falks, seorang ahli kegemukan, kurang cukup minum air bisa menyebabkan kelebihan lemak pada tubuh, akibat lainnya adalah pertumbuhan dan kesehatan otot menjadi kurang normal, kurang efisiennya fungsi pencernaan dan organ, racun dalam tubuh akan bertambah dan timbul rasa sakit pada otot serta persendian (Cahanar dan Suhandar, 2006). Jika terus menerus kurang cukup minum, bisa menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi bisa melemahkan anggota gerak, hipotonia, hipotensi, dan takikardia, kesulitan berbicara, bahkan terkadang juga sampai pingsan (Je´quier dan Constant, 2009). Dehidrasi yang terjadi terus menerus juga bisa meningkatkan resiko penyakit batu ginjal, infeksi saluran kencing, kanker usus besar, konstipasi, obesitas, stroke pembuluh darah otak, dan gangguan lain (Permanasari, 2010). Frank Yatsu dari Universitas Houston, Texas (AS) menambahkan bahwa pengentalan darah yang terjadi akibat kekurangan minum membuat aliran darah menjadi berat. Hal tersebut merupakan awal dari timbulnya stroke (Cahanar dan Suhandar, 2006). Tubuh akan mencapai batasnya saat 20% air dalam tubuh hilang, saat itulah semua organ dalam tubuh tidak akan bekerja dan bisa berakibat pada kematian (Rinzler, 2006).

Sebaliknya, bila terlalu banyak mengkonsumsi air juga akan berdampak tidak baik. Efek samping yang mungkin timbul akibat minum air dalam jumlah terlalu banyak adalah timbul rasa mual. Selain itu konsumsi air yang berlebih akan mempengaruhi keseimbangan elektrolit, yang bisa mengakibatkan tubuh tidak berfungsi dengan baik. Efek lain yang muncul antara lain ginjal tidak akan bisa mengeluarkan air dalam tubuh yang berlebih tersebut, selain itu akan timbul sakit kepala, pandangan akan mengabur, kejang dan juga bisa menimbulkan kematian (Wardlaw, 2007).

(18)

Sebuah penelitian di Brazil, mendapatkan hasil yaitu sebesar 22% pada atlet remaja ternyata masih mengkonsumsi air di bawah jumlah yang cukup (Sousa, 2007). Penelitian lain di Hongkong menunjukkan hasil bahwa 50% subjek penelitian minum air kurang dari 8 gelas, dan bahkan 30% di antaranya minum kurang dari 5 gelas. Survei serupa juga dilakukan di Singapura yang dilakukan

Polytechnic dan Asian Food Informat ion Centre yang menunjukkan sebagian

besar remaja umur 15-24 tahun tidak minum dalam jumlah yang cukup. Rata-rata laki-laki minum 6 gelas air per hari, sementara perempuan minum 6-7 gelas per hari, masih kurang dari jumlah yang dianjurkan yaitu 2 liter per hari atau setara dengan 8 gelas per hari (Briawan et al, 2011).

Penelitian di Indonesia yang dilakukan pada remaja SMA di Bogor mendapatkan hasil sebesar 37,3% remaja yang minum kurang dari 8 gelas per hari (Briawan, Sedayu dan Ekayanti, 2011). Selain pada remaja SMA, penelitian mengenai konsumsi air juga dilakukan di kalangan mahasiswa yang memperoleh hasil bahwa sebesar 61% mahasiswa masih kurang mengonsumsi air minum (Rosmaida, 2011).

Kebutuhan air seseorang tergantung dari aktivitas. Pada orang dewasa kebutuhan air akan meningkat menjadi 2,5 L untuk sedentary activity dan 3,2 L untuk aktivitas fisik sedang, Sementara orang dewasa yang aktivitas fisiknya lebih tinggi dan tinggal di lingkungan panas membutuhkan 6 L (Sawka et al, 2005).

Pengetahuan merupakan aspek penting yang mempengaruhi terbentuknya tindakan seseorang termasuk dalam konsumsi air minum. Banyak penelitian yang telah membuktikan hubungan antara pengetahuan dan konsumsi air antara lain penelitian AFIC (1998), Hardinsyah, et al (2008), Rosmaida (2011) dan Sedayu (2008).

Kebutuhan air seseorang juga bergantung pada berbagai hal salah satunya jenis kelamin. Menurut data Asian Food Information Centre (2000), perempuan hanya meminum 5-6 gelas cairan per hari sementara laki-laki minum 6-8 gelas per hari. Data ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Krant dan Graubard (2010) yang meneliti total intake cairan pada anak-anak dan remaja di Amerika Serikat tahun 2005-2006, bahwa intake total cairan laki-laki lebih banyak daripada perempuan

(19)

Penentuan kebutuhan air untuk orang sehat juga dapat didasarkan pada luas permukaan tubuh (Proboprastowo dan Dwiriyani, 2004). Hal lain yang lebih banyak dan lebih sering mempengaruhi keinginan untuk minum dibandingkan dengan adaptasi fisiologi adalah kebiasaan (Primana, 2009 dalam Rachma, 2009).

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh The Indonesian

Regional Hydration Study (THIRST) tahun 2008 yang mendapatkan hasil bahwa

responden yang mengalami dehidrasi ringan lebih banyak terjadi pada kelompok usia remaja (49,5%) sementara kelompok dewasa sebesar 42,5%. Padahal usia remaja dan dewasa adalah usia yang produktif yang masih mengalami proses pertumbuhan dan di usia tersebut aktivitas fisik sedang dalam tahap yang tinggi sehingga membutuhkan zat gizi yang cukup sesuai kebutuhan. Jika gangguan akibat kekurangan konsumsi air minum terjadi terus menerus dapat mengakibatkan kurang konsentrasi dan mempengaruhi prestasi belajar.

Hampir sepertiga populasi di Indonesia adalah remaja dan dewasa, maka pencegahan terhadap dehidrasi sangat penting dilakukan. Semakin dini pencegahan, maka kondisi kesehatan usia produktif ini juga akan lebih baik, yang nantinya menghasilkan kemampuan fisik, mental, stamina dan kesehatan yang lebih baik. Alasan dipilihnya mahasiswa FKM UI sebagai responden karena mahasiswa FKM UI memenuhi beberapa syarat antara lain mahasiswa FKM memiliki berat badan dan tinggi badan yang beragam, berasal dari kalangan sosial ekonomi yang beragam, selain itu tempat mereka tinggal saat ini juga beragam sehingga pemilihan tempat penelitian di FKM UI dirasa sesuai.

1.2 Rumusan Masalah

Air merupakan salah satu unsur penting tubuh dan merupakan salah satu zat gizi makro. Namun, konsumsi air lebih sering dilupakan dibandingkan zat gizi makro lainnya. Konsumsi cairan yang kurang dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan yang dapat mengakibatkan buruknya performa fisik, stamina, kesehatan dan pikiran.

Dari penelitian THIRST pada tahun 2008, menunjukkan bahwa pada kalangan remaja terdapat 49,5% yang mengalami dehidrasi ringan. Sementara penelitian lain menyebutkan bahwa prevalensi konsumsi air yang kurang pada

(20)

siswa SMA adalah sebesar 37,3% siswa dan pada mahasiswa sebesar 61%. Untuk mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan besarnya prevalensi remaja yang konsumsi airnya kurang, maka pada penelitian ini meneliti lebih lanjut mengenai konsumsi air minum di kalangan remaja pada mahasiswa FKM UI.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran konsumsi air minum pada mahasiswa FKM UI ? 2. Bagaimana gambaran karakteristik mahasiswa FKM UI (jenis kelamin,

luas permukaan tubuh, tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, uang saku) ?

3. Bagaimana gambaran aktivitas fisik mahasiswa FKM UI ?

4. Bagaimana gambaran cara mendapatkan air minum mahasiswa FKM UI ? 5. Bagaimana gambaran pengetahuan gizi terkait air pada mahasiswa FKM

UI ?

6. Bagaimana gambaran kebiasaan terkait minum pada mahasiswa FKM UI ? 7. Adakah hubungan antara karakteristik responden dan konsumsi air minum

pada mahasiswa FKM UI ?

8. Adakah hubungan antara aktivitas fisik dan konsumsi air minum pada pada mahasiswa FKM UI ?

9. Adakah hubungan cara mendapatkan air minum dan konsumsi air minum pada mahasiswa FKM UI ?

10. Adakah hubungan pengetahuan gizi terkait air dengan konsumsi air minum pada mahasiswa FKM UI ?

11. Adakah hubungan antara kebiasaan terkait dengan minum dengan konsumsi air minum pada mahasiswaFKM UI ?

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Mengetahui hubungan aktivitas fisik, pengetahuan dan faktor lainnya dengan konsumsi air minum pada mahasiswa FKM UI.

(21)

Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran konsumsi air minum pada mahasiswa FKM UI. 2. Mengetahui gambaran karakteristik mahasiswa FKM UI (jenis kelamin,

luas permukaan tubuh, tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan uang saku).

3. Mengetahui gambaran aktivitas fisik mahasiswa FKM UI.

4. Mengetahui gambaran kebiasaan terkait minum pada mahasiswa FKM UI. 5. Mengetahui gambaran cara mendapatkan air minum pada mahasiswa FKM

UI.

6. Mengetahui gambaran pengetahuan gizi terkait air pada mahasiswa FKM UI.

7. Mengetahui hubungan antara karakteristik responden dengan konsumsi air minum.

8. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan konsumsi air minum. 9. Mengetahui hubungan antara kebiasaan minum dengan konsumsi air

minum.

10. Mengetahui hubungan cara mendapatkan air minum dengan konsumsi air minum.

11. Mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi air minum.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan remaja tentang konsumsi air dengan benar serta dapat meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya konsumsi air dengan benar sehingga perilaku mereka ikut berubah. Selain itu responden yang terlibat dapat memberitahukan informasi ini kepada teman-teman mereka lainnya yang bukan responden sehingga sedikit demi sedikit dapat merumah perilaku konsumsi air mereka.

(22)

2. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dari penelitian ini dapat mendorong peneliti lain untuk meneliti tentang konsumsi air yang saat ini masih sedikit jumlahnya. Lebih jauh lagi agar bisa mengembangkan penelitian serupa mengenai konsumsi air yang dihubungkan dengan hal lainnya seperti penyakit ginjal, kanker, atau jantung.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini menggunakan desian penelitian cross-sectional (potong lintang) yaitu untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik, pengetahuan, dan faktor lainnya dengan konsumsi air minum pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2012. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia angkatan 2009, 2010, dan 2011. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kecenderungan konsumsi air minum pada usia remaja yang merupakan usia produktif dan masih mengalami pertumbuhan ditambah lagi pada usia tersebut aktivitas fisiknya cenderung tinggi sehingga kebutuhan zat gizi yang diperlukan jumlahnya harus cukup. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April 2012 di Fakultas Kesehatan Masyarakat. Pengambilan data dilakukan dengan pengisisan kuesioner, dan FFQ serta dilakukan pula pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui luas permukaan tubuh respoden. Pada penelitian ini juga dibantu dengan perangkat lunak dalam menganalisis data.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan komponen terbesar yang menyusun tubuh manusia, sekitar 50-70% dari berat badan manusia terdiri dari air. Sebesar 73% dari jaringan bebas lemak tersusun dari air sementara pada jaringan adiposa mengandung air sekitar 20% (Wardlaw dan Hampl, 2007).

2.1.1 Fungsi Air

Air mempunyai beberapa fungsi dalam proses vital tubuh, antara lain : a) Pelarut dan alat angkut

Pelarut adalah fungsi utama air di dalam tubuh. Karena kemampuannya yang unik, sebagai pelarut, air menjadi medium yang mudah dan cocok untuk mengangkut zat gizi ke sel-sel tubuh dan untuk membuang sisa metabolisme. Tanpa adanya mekanisme yang cocok dan efisien tersebut, makanan untuk sel tidak mungkin dapat terangkut. (Stare and McWilliams, 1984).

b) Reaktan

Air merupakan reaktan yang berpartisipasi langsung dalam berbagai reaksi yang berbeda pada tubuh. Selama reaksi berlangsung, molekul air cenderung lebih sering berpisah dan menyumbangkan atom hydrogen, ion hydrogen, atom oksigen, ion oksida, gugus hidroksil, atau ion hidroksida untuk reaktan lain pada reaksi tersebut. Misalnya pada reaksi hidrolisis molekul yang lebih besar seperti polisakarida, lemak dan protein dengan air. Molekul yang lebih besar dibagi menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Selama reaksi hidrolisis, atom hydrogen yang berasal dari molekul air melekat pada salah satu produk paling kecil dari reaksi, sementara kelompok hidroksil yang mengandung atom-atom yang tersisa dari molekul air asli melekat pada produk lain dari reaksi (Guthrie dan Picciano, 1995).

(24)

c) Pelumas

Air merupakan salah satu jenis cairan yang bertindak sebagai pelumas di beberapa bagian tubuh terutama sendi, di mana cairan synovial membuat pergerakan semakin mudah dan meminimalkan keausan tulang (Guthrie dan Picciano, 1995).Sifat air yang tidak mudah mampat ditambah dengan sifat yang mengalir memungkinkan untuk air menjadi bantalan pergerakan sendi dan memudahkan gerakan. Contoh lainnya adalah pada saat mengunyah dan menelan makanan. Air liur yang tersusun dari air, melumasi makanan di mulut sehingga membantu proses menelan. (Stare dan McWilliams, 1981).

d) Fasilitator Pertumbuhan

Sebagai bagian dari jaringan tubuh yang diperlukan untuk pertumbuhan, air juga berfungsi sebagai zat pembangun (Almatsier, 2004). e) Pengatur Suhu

Suhu tubuh harus selalu dijaga untuk mempertahankan hidup dan air memegang peran penting dalam hal ini. Kelebihan panas pada tubuh dapat dicegah dengan penguapan air melalui kulit. Proses pengeluaran air dari dalam tubuh terjadi terus menerus, kecuali dalam beberapa situasi yang berbeda misalnya tergantung dari lingkungan dan aktivitas otot. Saat di dalam ruangan pun proses penguapan tetap terjadi namun sering kali tidak disadari dan biasanya cairan yang keluar bisa sampai secangkir atau lebih per hari. Tentu saja pada lingkungan yang panas dan aktivitas fisik yang tinggi, cairan yang keluar akan lebih banyak karena tubuh harus mempertahankan suhu tubuhnya (Almatsier, 2004).

f) Peredam Benturan

Air melindungi beberapa organ penting tubuh sehingga organ tersebut terlindung dari benturan antara lain mata, jaringan saraf, dalam kantung ketuban, dll (Almatsier, 2004).

2.1.2 Distribusi Air dalam Tubuh

Keluar masuknya air dalam sel tubuh melalui membran sel. Air yang berada dalam sel disebut cairan intraselular. Namun, ketika air

(25)

tersebut sudah keluar dari sel, disebut cairan ekstraselular. Cairan ekstraselular ini dibagi menjadi dua, yaitu cairan interstisial dan cairan intervaskular. Cairan interstisial adalah cairan yang berada diantara sel-sel tubuh. Fungsinya adalah penyalur dari sel ke darah (Wardlaw dan Hampl, 2007).

Sekitar 60% total air tubuh yang ada di dalam sel membentuk cairan intraseluler. Sisanya terdapat di luar sel yang kemudian membentuk cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler ini kemudian dibagi lagi menjadi dua kelompok, 80% membentuk cairan intravascular antara lain cairan yang merupakan komponen darah, cairan dalam jantung, pembuluh darah arteri, pembuluh darah vena dan pembuluh darah kapiler, sisanya sebanyak 20% membentuk cairan interstisial yang antara lain cairan dalam jaringan otak, cairan dalam mata, cairan synovial, dan cairan yang digunakan dalam sekresi (saliva, empedu, lambung, mucus). (Piliang dan Djojosoebaggio, 1996).

2.1.3 Keseimbangan Cairan

Keseimbangan cairan tubuh adalah seimbangnya jumlah cairan yang masuk dan keluar tubuh. Melalui mekanisme keseimbangan ini tubuh berusaha mempertahankan jumlah cairan agar selalu tetap (Almatsier, 2004).

Dalam keadaan normal, kehilangan air melalui urine, feses, dan pernapasan serta melalui keringat akan berkisar antara 1900-2400 ml setiap hari pada manusia dewasa yang hidup di 4 musim. Jumlah tersebut akan selalu menyamai jumlah konsumsi air setiap hari karena dalam keadaan normal jumlah air yang dikonsumsi sama dengan jumlah air yang diekskresi. Karena tubuh tidak mempunyai tempat menyimpan air, maka air yang berada dengan kandung kemih tidak digunakan untuk metabolisme tetapi harus diekskresi melalui urine. Agar tubuh tetap sehat, jumlah ar yang keluar selama 24 jam tersebut harus segera diganti. (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).

(26)

Sumber: Piliang, Wiranda G. Dan Soewondo Djojosoebagio. 1996. Fisiologi Nutrisi Volume 1

Gambar 2.1 Alur normal masukan cairan tubuh serta mekanisme pengeluarannya

Sumber masukan air manusia berasal dari air putih, minuman, dan dari makanan. Air yang berasal dari makanan ada antara lain karena air ’bawaan’ (kandungan air yang tinggi pada jenis makanan tertentu seperti buah dan sayur), proses pemasakan, dan produksi metabolisme. Semua air dari berbagai sumber tersebut digabung menjadi total asupan air.

Tabel 2.1 Keseimbangan Air Masukan Air Jumlah (ml) Ekskresi/Keluaran

Air

Jumlah (ml)

Cairan 550-1500 Ginjal 500-1400

Makanan 700-1000 Kulit 450-900

Air metabolic 200-300 Paru-paru 350

Feses 150

1450-2800 1450-2800

Sumber : Whitney, E.N, dan S.R. Rolfes, Understanding Nutrition, 1993 dalam Almatsier, Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2000.

Setiap hari tubuh harus mengeluarkan minimal 500 ml air lewat urine sebagai produk sisa metabolisme tubuh. Di luar jumlah ini, pengeluaran air disesuaikan dengan jumlah air yang masuk. (Almatsier, 2000). Pada kondisi normal, ginjal dapat memproduksi urine sebanyak 900-1400 ml per hari, bergantung pada banyaknya konsumsi cairan. Jika konsumsi berlebihan, pengeluarannya pun akan meningkat. Air yang

Cairan yang dicerna Urine

Makanan yang dicerna Feses

Keringat

Air metabolis Pernapasan

Air Tubuh

(27)

keluar melalui feses dan saluran pernapasan setiap harinya adalah sebanyak kurang lebih 200 ml dan 300 ml. Namun, untuk pengeluaran lewat saluran pernapasan dapat berubah tergantung dengan kondisi ketinggian tempat seseorang berada dan olahraga karena tubuh membutuhkan oksigen yang cepat hilang dengan meningkatkan respirasi. Bila kehilangan air melalui saluran pernapasan cukup banyak, maka pengeluaran air melalui urine akan menurun. (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).

2.1.4 Kebutuhan Air

Kebutuhan air setiap manusia ditentukan dari banyaknya air yang hilang dari tubuh. Setiap waktunya jumlah air yang hilang tidak selalu sama tergantung dari jumlah simpanan air dalam jaringan dan kebutuhan air yang diperlukan untuk mengatur temperatur tubuh (Piliang dan Djojosoebagio, 1996). Ditambahkan, Benyamin Candra setiap meningkatnya suhu udara, kebutuhan air pun akan meningkat sebanyak setengah liter (Cahanar dan Suhandar, 2006).

Wanita usia 19 tahun ke atas direkomendasikan mengkonsumsi air sebanyak 11 gelas (2,7 liter) per hari dan pria usia 19 tahun ke atas sebanyak 15 gelas (3,7 liter) per hari. Jumlah ini adalah kombinasi dari cairan dan makanan. Jika dilihat dari cairan saja, pria di rekomendasikan mengkonsumsi 13 gelas (3 liter) per hari dan wanita 9 gelas (2,2 liter) per hari. Minimal, orang dewasa membutuhkan 1-3 liter cairan per hari untuk mengganti jumlah cairan yang keluar. (Wardlaw dan Hampl, 2007). Air sebanyak 8 gelas sebanding dengan 2400 ml air. Jumlah tersebut dirasa paling mendekati jumlah air yang hilang dari tubuh setiap harinya. (Rinzler, 2006).

Standar untuk menghitung kebutuhan air setiap orang ada 3 (Chidester dan Spangler, 1997), yaitu :

1. 30 ml/kg berat badan.

(28)

3. 100 ml/kg untuk 10 kg berat badan pertama, 50 ml untuk 10 kg berat badan kedua, dan 15 ml untuk kgberat badan yang tersisa. Namun, dari ketiga standar tersebut yang nomer 3 adalah standar yang dirasa paling sesuai. Menurut penelitian yang dilakukan pada lansia selama 3 hari, hasil yang ditunjukkan pada standar nomer 3 menunjukkan hasil yang lebih realistik walaupun perhitungannya masih tidak memakai data tinggi badan sehingga tidak bisa dipakai pada orang yang obese. Sementara, jika standar nomor 1 dipakai, maka orang yang underweight kebutuhan airnya akan rendah dan dibawah jumlah minimal yang dianjurkan. Hasil yang ditunjukkan jika memakai standar nomor 2 juga akan bermasalah jika konsumsi individu tersebut rendah. Maka hasil yang harus dikonsumsi juga akan rendah.

Formula untuk menghitung kebutuhan air dengan perkiraan yang tepat dan sesuai untuk populasi, kelompok masyarakat dan mungkin individu hendaknya perlu mempertimbangkan faktor waktu luang, suhu lingkungan, level aktivitas, pakaian, dan factor lainnya. Sementara formula seperti itu saat ini belum ada, pengembangan formula seperti itu bisa memberikan sesuatu yang semakin mendekati perkiraan kebutuhan (Gradijean, 2004).

2.1.5 Jenis Minuman yang dianjurkan

Air putih merupakan minuman yang paling baik dibandingkan jenis minuman lain seperti kopi, jus, atau minuman berpemanis lainnya. Kopi dan alkohol bisa menyebabkan tubuh kehilangan lebih banyak air. Jus dan minuman berpemanis lain bisa menambah kalori jika diminum sepanjang hari (Paajanen, 2007). Selain itu menurut penelitian Cornwell dan Anna mendapatkan hasil bahwa pemilihan air minum dapat membuat orang cenderung memilih makanan yang sehat.

(29)

2.1.6 Efek Ketidakseimbangan Cairan

Ketidakseimbangan cairan terjadi pada saat dehidrasi (kehilangan air dalam jumlah yang berlebihan ) dan intoksikasi air (kelebihan air) (Almatsier, 2004).

2.1.6.1 Dehidrasi

Dehidrasi merupakan keadaan di mana tubuh kekurangan masukan air atau tubuh kehilangan air dalam jumlah yang banyak. (Piliang dan Djojosoebagio, 1996). Jika seseorang tidak cukup minum, maka tubuh akan memberi sinyal haus agar kita tahu. Tetapi mekanisme rasa haus ini tidak selalu bisa diandalkan terutama pada saat latihan olahraga, pada saat bayi, saat sakit, dan saat usia lanjut. Karena itu seorang atlet dianjurkan untuk menimbang badan sebelum dan setelah pertandingan untuk mengetahui jumlah cairan yang hilang. Untuk setiap ½ kg berat badan yang berkurang dianjurkan minum 2 ½ - 3 gelas air. Keadaan lain yang mengharuskan seseorang untuk diingatkan agar banyak minum adalah orang lanjut usia dan saat sakit apalagi yang disetai demam, muntah, diare dan respirasi yang meningkat. (Wardlaw dan Hampl, 2007)

Tanda awal dehidrasi adalah haus, rasa kering yang dirasakan di mulut karena sel pada gusi, lidah dan pipi kehilangan air. Tanda kedua adalah berkurangnya urine. Jika tanda ini tidak diindahkan, maka jaringan tubuh semakin lama akan kering atau tubuh sudah mulai dehidrasi. Jika sudah mengalami hal tersebut dan tidak segera mengkonsumsi air, maka kita tidak dapat bertahan. (Rinzler, 2006)

Saat tubuh kekurangan 1-2% air dari berat badan, akan ditandai dengan rasa haus. Bila 4% air hilang, otot kehilangan kekuatan dan ketahanan. Saat sudah 10-12% air hilang, daya tahan panas berkurang dan hasilnya lemas. Tubuh bisa mengalami koma bahkan kematian saat sudah 20% air hilang (Wardlaw dan Hampl, 2007).

(30)

Tabel 2.3 Kehilangan air tubuh dan akibatnya Kehilangan air tubuh

(% berat air tubuh)

Akibat 0 2 4 6 8 10 15 20 Rasa haus

Rasa haus yang hebat, sedikit gelisah dan perasaan tertekan, kehilangan nafsu makan

Hemokonsentarsi meningkat

Performa fisik menurun

Kecepatan terganggu, kulit memerah, tidak sabar, kelelahan dan sukar tidur, apatis, mual, emosi yang tidak stabil

Kesemutan pada lengan, tangan, dan kaki, sakit kepala, meningkatnya suhu tubuh, denyut nadi dan respirasi

Pernapasan meningkat, pusing, cyanosis (tubuh membiru karena kekurangan oksigen)

Bicara tidak jelas

Tubuh lemah dan mental terganggu

Otot kejang, kesulitan menjaga keseimbangan dengan mata tertutup, ketidakmampuan umum

Mengigau, lidah membengkak

Peredaran darah terganggu, ditandai dengan hemokonsentrasi dan volume darah menurun, fungsi ginjal terganggu

Ketidakmampuan menelan Penglihatan berkurang

Mata cekung, sakit saat buang air kecil Tuli, kulit mati rasa

Kelopak mata menegang Tidak diproduksinya urine Batas kelangsungan hidup Kematian

(31)

2.1.6.2 Keracunan Air

Ginjal tidak akan mampu menerima air dengan jumlah yang berlebihan. Hal ini akan mengakibatkan volume cairan sel meningkat dan zat-zat dalam sel akan ikut terlarut. Sel-sel di seluruh bagian tubuh akan rusak termasuk otak. Penglihatan menjadi kabur, perasaan bingung, dan koordinasi tidak sempurna. Keadaan lainnya yang lebih parah adalah sakit kepala, rasa mual dan muntah, lemah, tubuh gemetar, kejang-kejang, koma dan akhirnya meninggal. (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).

Sangat sedikit orang yang berisiko keracunan air tetapi masalah ini menyertai beberapa penyakit dan orang dengan gangguan mental. Atlet juga bisa mengalami hal ini apabila mereka minum terlalu banyak air padahal keringat yang mereka keluarkan tidak banyak. (Wardlaw dan Hampl, 2007). Pemberian garam pada tahap awal mampu mencegah gejala tersebut selain itu konsumsi air juga harus dihentikan. (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).

2.1 Penilaian Konsumsi Makan

Salah satu metode yang digunakan untuk penilaian konsumsi makan adalah metode frekuensi makanan. Metode frekuensi makanan digunakan untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi beberapa bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, dan tahun. Bahan makanan yang ada dalam daftar kuesioner adalah bahan makanan yang cukup sering dikonsumsi responden. Pada dasarnya, metode ini dibuat untuk memberikan gambaran informasi konsumsi makanan secara kualitatif. Tapi dengan ditambahkan ukuran porsi dan pengenalan kuesioner mandiri, metode ini menjadi semi-kuantitatif, mengikuti energi dan zat gizi lain yang dipilih. Kuesioner frekuensi makanan semikuantitatif telah banyak digunakan sebagai alat untuk menilai konsumsi makanan, bahkan di beberapa negara digunakan

(32)

pada survey gizi nasional mereka (Supariasa, Bakri dan Fajar, 2002; Gibson, 2005).

Kelebihan metode FFQ :

 Relatif murah dan sederhana

 Dapat dilakukan sendiri oleh responden

 Tidak membutuhkan latihan khusus

 Dapat membantu menjelaskan hubungan antara penyakit dan kebiasaan makan

Kekurangan metode FFQ:

 Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari

 Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data

 Cukup menjemukan bagi pewawancara

 Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner

 Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Air

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan air seseorang. Diantaranya adalah jenis kelamin, usia, ukuran tubuh, aktivitas fisik, temperatur dan kelembaban, konsumsi makanan, genetik, pertumbuhan, kebiasaan, ketersediaan, serta faktor eksternal yang meliputi karakteristik keluarga, sosial dan budaya.

2.2.1 Jenis Kelamin

Total cairan tubuh pada laki-laki muda sekitar 60% dari berat badan, sementara pada wanita adalah 50% dari berat badan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki otot (kaya akan cairan) dari pada wanita (Wiseman, 2002). Oleh karena itu, kebutuhan air pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Asian Food Information Centre (2000) menyatakan bahwa perempuan mengkonsumsi cairan yang lebih rendah daripada laki-laki. Wanita hanya minum 5-6 gelas cairan per hari sementara laki-laki minum 6-8 gelas cairan per hari. Penelitian di Amerika pada remaja menunjukkan bahwa total intake air pada

(33)

laki-laki lebih tinggi dibandingkan wanita. Intake air ini meliputi total asupan air, air dar minuman dan makanan tapi tidak dari intake air putihnya (Kant et al, 2009). Sementara menurut Bredbenner et al (2009) rata-rata konsumsi cairan untuk laki-laki adalah 2939 + 922 ml, sedangkan pada perempuan 2250 + 581 ml. Atau secara umum konsumsi cairan rata-rata pada laki-laki lebih besar daripada perempuan. Penelitian lainnya oleh NHNES III menghasilkan bahwa konsumsi rata-rata cairan remaja laki-laki usia 14-18 tahun adalah 3400 ml per hari sedangkan pada remaja perempuan dengan usia yang sama hanya 2500 ml per hari. (IOM, 2004). Hasil berbeda ditunjukkan oleh Sousa et al (2007) yang meneliti atlet remaja di Brazil. Total konsumsi cairan atlet perempuan menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki baik dalam jumlah cairan maupun semua airnya.

2.2.2 Umur

Kebutuhan air pada anak-anak lebih tinggi dari orang dewasa. Mereka harus mengkonsumsi 1,5 ml air untuk setiap kalori yang mereka konsumsi. Hal ini terjadi selain karena kandungan air pada tubuh anak yang lebih tinggi, juga karena fungsi ginjal mereka yang belum sempurna sehingga memerlukan air untuk membantu mengeluarkan sisa metabolisme tubuh (Piliang dan Djojosoebagio, 1996). Oleh karena itu anak-anak sangat peka terhadap kehilangan air.

Menurut penelitian pada populasi orang dewasa di Amerika Serikat pada tahun 2005-2006 (Kant et al, 2009) menghasilkan bahwa intake air putih, minuman dan total konsumsi air mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia. Penelitian lainnya oleh di Paris yang membandingkan intake cairan antara anak-anak, remaja, dewasa dan lansia (Bellisle et al, 2010) menghasilkan bahwa total intake cairan pada kelompok anak, remaja dan dewasa mengalami peningkatan dan menurun kembali pada kelompok lansia namun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan. Hasil berbeda ditunjukkan oleh IOM (2004) yang menunjukkan bahwa total intake air meningkat seiring dengan bertambahnya usia pada laki-laki.

(34)

2.2.3 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan ini menggunakan panca indera manusia yaitu indera penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Tetapi sebagian besar dihasilkan oleh indera penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga). Pengetahuan ini merupakan aspek penting yang mempengaruhi terbentuknya tindakan seseorang. Apabila perilaku seseorang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut tidak akan bertahan lama. (Notoatmodjo, 1993).

Penelitian di Singapura oleh Asian Food Information Centre (AFIC) pada tahun 1998 menunjukkan bahwa walaupun sebagian besar sampel memiliki pengetahuan yang baik tentang air, tetapi total asupan air yang mereka konsumsi ternyata masih di bawah jumlah yang dianjurkan. Hasil studi oleh PERGIZI PANGAN Indonesia, Departemen Gizi Masyarakat (Fakultas Ekologi Manusia, IPB) dan Danone Aqua Indonesia mengenai kebiasaan minum dan hidrasi pada remaja dan dewasa di dua wilayah ekologi yang berbeda (Hardinsyah et al, 2008) menunjukkan bahwa rata-rata setengah remaja dan dewasa yang menjadi responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang air minum kategori sedang dan rendah. Hal tersebut cukup sebanding dengan banyaknya sampel yang menderita dehidrasi ringan yaitu sebanyak 24,75% pada kelompok remaja di dataran tinggi dan di dataran rendah 41,70%. Sementara pada kelompok dewasa proporsi dehidrasi ringan di dataran tinggi 15,40% dan di dataran rendah 24,00%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosmaida (2011) yang dilakukan pada mahasiswi dan Sedayu (2008) yang dilakukan pada anak SMA menunjukkan ada hubungan signifikan antara pengetahuan gizi tentang cairan terhadap total konsumsi cairan seseorang. Semakin tinggi pengetahuannya maka akan semakin tinggi total konsumsi airnya.

2.2.4 Aktivitas Fisik

Menurut Depdiknas (2008), aktivitas fisik adalah gerakan tubuh karena otot meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau kalori. Aktivitas fisik akibat kontraksi otot-otot rangka yang mengakibatkan pengeluaran tenaga. Yang

(35)

termasuk dalam aktivitas fisik adalah aktivitas waktu kerja, waktu senggang, dan aktivitas sehari-hari. Sedangkan latihan fisik adalah aktivitas fisik yang direncanakan dan dilakukan dengan terstruktur. (Adisapoetra, 2008 dalam Rosmaida, 2011). Aktivitas tubuh selalu mengeluarkan cairan dalam bentuk keringat, urine, feses dan melalui pernapasan. Latihan-latihan berat selama beberapa hari tanpa diimbangi dengan pergantian air secara cepat akan mengakibatkan dehidrasi yang parah. Hal ini karena kecepatan kehilangan air melalui keringat lebih cepat daripada kemampuan lambung menampung jumlah penggantian air (lambung mengosongkan 1 liter air setiap jam) (Piliang dan Djojosoebagio, 1996). Ditambahkan lagi menurut Berning (2007) kebutuhan cairan berbanding lurus dengan aktivitas tubuh, semakin berat aktivitas yang dikerjakan, semakin banyak pula kebutuhan cairannya.

Penelitian di Amerika pada orang dewasa menunjukkan bahwa aktivitas luang memiliki hubungan dengan intake air putih dan total asupan air. Sementara aktivitas yang tinggi memiliki hubungan dengan air dari minuman dan total asupan air, semakin tingginya jumlah air yang diasup dari minuman dan total asupan airnya. Dengan kata lain aktivitas fisik memiliki hubungan dengan asupan air (Kant et al, 2009).

Penelitian lainnya oleh Brake (2001) menunjukkan adanya kenaikan konsumsi air minum pada pekerja yang aktif dan penelitian tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Brake (2002) yang menyimpulkan bahwa kebutuhan cairan pekerja meningkat setelah beban kerja ditambahkan (penambahan shift dan stress kerja).

2.2.5 Persen Lemak Tubuh

Jumlah cairan tubuh total + 55-60% dari berat badan, persentase tersebut berhubungan juga dengan jumlah lemak tubuh, jenis kelamin dan umur. Namun, jumlah lemak tubuh memberikan pengaruh terbesar terhadap jumlah cairan tubuh. Kandungan air dalam sel otot lebih tinggi dibandingan dengan pada sel lemak, sehingga total cairan tubuh pada orang gemuk (obese) lebih rendah daripada orang yang tidak obese. (FKUI, 2007). Pada orang gemuk, perbandingan kandungan air dengan lemak adalah 50% : 50%, pada orang kurus adalah 67% : 7%, sementara pada orang yang normal adalah 60% : 16% (Karsin, 2004). Penelitian di Amerika

(36)

pada populasi orang dewasa menunjukkan bahwa Indeks Massa Tubuh memiliki hubungan positif dengan asupan air dari minuman dan total asupan airnya (Kant, Grauband dan Atchinson, 2009).

2.2.6 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan proses menuju perubahan yaitu merubah tingkah laku seseorang maupun masyarakat. Tugas pendidikan adalah memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan/pengertian, memunculkan sikap positif dan memberikan atau meningkatkan keterampilan masyarakat/individu tentang aspek tertentu sehingga dicapailah masyarakat yang berkembang. Tujuannya adalah mengubah perilaku seseorang ke arah perilaku yang menguntungkan atau sesuai dengan norma yang seharusnya (Notoatmodjo,1993). Penelitian di Amerika pada populasi orang dewasa menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara semakin tingginya pendidikan dengan peningkatan total intake air (Kant et al, 2009).

2.2.7 Luas Permukaan Tubuh

Menurut Marsetyo dan Kartasapoetra (1991), besarnya energi basal metabolisme (BMR) salah satunya dipengaruhi oleh luas permukaan tubuh. Bidang permukaan tubuh orang yang bertubuh besar akan lebih luas daripada orang yang bertubuh kecil. Bila bidang permukaan tubuh seseorang luas, maka jaringan aktif yang terdapat pada tubuhnya juga lebih besar dan luas. Menurut AUB dan DU BOIS (1916) rumus untuk menghitung luas permukaan adalah :

A = x x 71,84

Di mana A = luas permukaan badan (m2) H = tinggi badan seseorang (cm)

(37)

Tabel 2.3 Luas Permukaan (m2) untuk berbagai tinggi (cm) dan berat badan (kg)

Tinggi

Badan Berat Badan (kg)

(cm) 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 180 - 1,49 1,57 1,64 1,71 1,77 1,83 1,89 1,95 2,00 175 1,36 1,46 1,53 1,60 1,67 1,73 1,79 1,85 1,91 1,96 170 1,34 1,43 1,50 1,57 1,63 1,69 1,75 1,81 1,86 1,91 165 1,31 1,40 1,47 1,54 1,60 1,66 1,72 1,78 1,83 1,88 160 1,29 1,37 1,44 1,50 1,56 1,62 1,68 1,73 1,78 1,83 155 1,26 1,33 1,40 1,46 1,52 1,58 1,64 1,69 1,74 1,79 150 1,23 1,30 1,36 1,42 1,48 1,54 1,60 1,65 1,70 1,75 145 1,20 1,27 1,33 1,39 1,45 1,51 1,56 1,61 1,66 1,71 140 1,17 1,24 1,30 1,36 1,42 1,47 1,52 1,57 - -

Sumber : Suhardjo Cs (1988) dalam Marrsetyo dan Kartasapoetra (1991)

Jumlah panas yang hilang berbanding lurus dengan luas permukaan tubuh seseorang dan berbanding terbalik dengan jumlah lemak yang terdapat dalam kulit. Panas yang keluar tersebut akan melewati kulit dan dilepaskan melalui keringat (Piliang da Djojosoebagio, 1996).

2.2.8 Ekonomi

Pekerjaan berhubungan dengan pendapatan seseorang, faktor ini sangat menentukan kuantitas dan kualitas makanan (Suhardjo, 1989). Sementara pendapatan mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi keluarga. Semakin banyak seseorang memiliki uang, semakin baik makanan yang diperolehnya (Berg, 1986 dalam Putri, 2009). Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian pada tahun 1957 di Amerika Serikat yang menunjukkan keluarga dengan pendapatan tinggi mengkonsumsi lebih banyak zat gizi dibandingkan dengan keluarga yang pendapatannya rendah. (Eppright et al, 1978). Namun menurut Suhardjo (1989), meningkatnya pendapatan seseorang dapat mengubah pangan yang dikonsumsi. Namun, pengeluaran uang untuk pangan yang lebih banyak tersebut tidak menjamin keberagaman makanan atau minuman yang dikonsumsi. Yang berubah biasanya adalah pangan yang dibeli cenderung lebih mahal dari yang sebelumnya. (Suhardjo, 1989)

(38)

Pendapatan seseorang digunakan untuk pengeluaran keperluan rumah tangga yang salah satunya keperluan pangan. Sementara keperluan rumah tangga yang lainnya pun sama pentingnya dengan keperluan untuk pangan sehingga pendapatan tersebut harus dibagi-bagi dengan memperhatikan harga dan tarif untuk setiap keperluan (Baliwati, 2004)

Uang saku merupakan bagian tanggung jawab orangtua terhadap kebutuhan keluarga Jumlah uang saku seseorang tergantung dari pendapatan orangtua dan usia anak. Melalui uang saku, status sosial ekonomi seseorang dapat diukur. Semakin besar pendapatan orangtua, maka uang saku yang diberikan pada anak juga semakin besar (Azizah, 1997 dalam Skriptiana, 2009).

2.2.9 Ketersediaan

Faktor lain yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan adalah kendala dalam penyediaan bahan pangan tersebut. Tersedianya pangan tersebut dipengaruhi juga oleh produksi pangan dan pengeluaran uang untuk keperluan pangan. (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1990). Orang yang hidup sendirian menghabiskan lebih banyak makanan dibandingkan dengan keluarga yang terdiri dari dua orang atau lebih. Mereka mengkonsumsi semua kelompok makanan kecuali susu, namun diet mereka tidak lebih baik. Pada satu atau lebih zat gizi, mereka hanya memenuhi setengah dari jumlah yang dianjurkan (Eppright, 1978). Harga makanan yang dibeli di luar rumah lebih mahal dibandingkan dengan makanan yang sudah tersedia di rumah. Menurut hasil penelitian Bellisle et al (2010), 80% asupan air dari total asupan dikonsumsi saat di rumah. Hal ini sama di setiap kelompok umur yang berbeda. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketersediaan air di rumah atau tempat tinggal juga dapat berpengaruh pada total asupan airnya.

2.2.10 Konsumsi Makanan

Sumber utama air terdapat dalam bahan makanan baik yang dalam bentuk cairan ataupun bahan makanan yang sering dikonsumsi. Konsumsi minuman berupa teh, kopi, sirup, susu dan minuman lainnya mencapai konsumsi sampai lebih dari 1 liter setiap harinya atau rata-rata sebanyak 1.100 ml – 1.200 ml per

(39)

hari. (Piliang dan Djojosoebagio, 1996). Seluruh makanan mengandung air yang berbeda antara satu bahan makanan dengan yang lainnya. Kandungan air yang tertinggi ada pada sayuran dan buah yang jumlahnya hampir sama dengan jenis minuman. Makanan lain yang mengandung air antara 50-75% antara lain kentang, ayam, daging. Sementara selai, madu, biskuit, dan beberapa lemak yang sering dijumpai secara umum mengandung air kurang dari 35% (Wardlaw dan Hampl, 2007).

Tabel 2.4 Kandungan Air di beberapa jenis makanan

Makanan Air (%) Tomat 95 Selada 95 Susu 89 Jeruk 87 Apel 86 Kentang 75 Pisang 75 Ayam 64 Daging 50 Roti 38 Selai 28 Madu 20 Margarine 16 Biskuit 4 Minyak 0

Sumber: Wardlaw dan Hampl. 2007. Perspective in Nutrition

Selain itu, air juga dapat diperoleh melalui proses oksidasi dari bahan makanan. Proses oksidasi 100 gram lemak akan menghasilkan 107 gram air, sedagkan 100 gram karbohidrat dan 100 gram protein akan menghasilkan 55 gram dan 41 gram air. Air yang dihasilkan ini biasa disebut air metabolis. Air ini harus diperhatikan dalam menghitung kebutuhan air dan menetapkan keseimbangan cairan tubuh. Dari setiap 100 kkal makanan bisa menghasilkan 10-14 gram air atau kira-kira 300-350 ml per hari. (Piliang dan Djojosoebagio, 1996).

Penelitian di Amerika di kelompok usia dewasa menunjukkan bahwa asupan air total berbanding terbalik dengan energi dari lemak tetapi berhubungan positif dengan serat makanan, kafein, alkohol, dan diet berkualitas (Kant, Graubard dan Atchinson, 2009).

(40)

2.2.11 Kebiasaan Minum

Kebiasaan adalah perilaku yang dipraktekkan berulang-ulang (Rachma, 2009). Kebiaaan minum yang baik adalah minum kapanpun bahkan di tengah saat kita makan, selain itu saat bangun pagi untuk memperbaiki dehidrasi yang dihasilkan saat tidur, selain itu air harus diminum sebelum olahraga dan pada orang yang kekurangan konsumsi buah dan sayur (Bangmathelidj, 2007 dalam Rachma, 2009). Kebiasaan baik lain yang berkaitan dengan minum adalah minum sebelum merasa haus direkomendasikan oleh klinik Cleveland dan CDC, selalu membawa bekal minum selama bepergian, minum sebelum dan setelah berolahraga, sebisa mungkin selalu memilih air putih dibandingkan dengan jenis minuman lain, selalu minum sebelum dan sesudah makan, serta saat makan dan menghindari minuman yang mengandung alkohol dan kafein (Porter, 2011).

Survei yang dilakukan di Singapura oleh AFIC (1999), menghasilkan kebiasaan minum rata-rata penduduk di Singapura terkait dengan konsumsi air ternyata tidak baik. Kebiasaan itu antara lain minum hanya ketika haus, tidak minum cukup ketika berolahraga, dan alasannya adalah lupa dan tidak mau sering ke toilet.

2.2.12 Musim

Temperatur lingkungan dan kelembaban akan mempengaruhi pengeluaran panas tubuh. Pada temperatur dan kelembaban yang rendah, panas akan dikeluarkan melalui radiasi dan konduksi. Tapi jika temperatur lingkungan dan kelembabannya naik, panas akan diluarkan juga melalui keringat. Karena panas tubuh tidak akan keluar dengan baik melalui radiasi dan konduksi. Akan berbeda pada seseorang yang tinggal di tempat dengan ketinggian tertentu di atas permukaan laut, kecepatan respirasinya akan meningkat supaya kebutuhan oksigen tubuh dapat terpenuhi. Sehingga kehilangan cairan melalui respirasi juga akan lebih besar dari normal.

2.4 Remaja

Remaja didefinisikan sebagai periode manusia hidup mulai dari usia 11 – 21 tahun. Pada periode ini, manusia mengalami perubahan besar dalam hal

(41)

biologis, emosi, sosial dan kognitif dari anak-anak menuju dewasa. Kematangan secara fisik, emosi, dan kognitif juga didapatkan saat periode ini. Kebanyakan orang dewasa melihat masa remaja adalah fase di mana semua hal menjadi tidak masuk akal di mana setiap anak pasti akan mengalaminya. Seyangnya, pemikiran tersebut merugikan bagi masa perkembangan mereka yang penting (Brown, 2005).

Saat remaja, seseorang mengalami hal yang serupa pada saat balita, termasuk membangun identitas diri dan mampu memisahkan antara peran orangtua dan anggota keluarga lainnya. Perjuangan menjadi seorang remaja yang mandiri harus disertai dengan dukungan ekonomi dan emosional keluarga. Selain itu, remaja juga merupakan masa di mana mereka menyesuaikan diri dengan tubuh mereka yang baru karena dalam hal bentuk, ukuran, dan fisiologi berubah. Saat kebiasaan remaja yang tidak irasional terlihat dan dipikirkan sebagai usaha penting dan terlihat memukau dari seluruh masa perkembangannya, remaja bisa dijadikan sosok yang unik, positif dan merupakan salah satu bagian utuh dari perkembangan manusia (Brown, 2005).

Perubahan secara fisik, biologis, dan kognitif berakibat langsung terhadap status gizinya. Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang dialami remaja membuat kebutuhan energi, protein, vitamin dan mineralnya juga ikut meningkat. Gabungan masa remaja dan dewasa muda merupakan salah satu titik kritis dipandang dari segi kesehatan. Pada masa ini kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang terkait kesehatan diadopsi dan kemudian diperkuat. Dalam tahap kehidupan ini pula akses seseorang untuk berinteraksi dengan pengalaman yang baik atau yang merusak kesehatan lebih bebas. Mereka mulai menentukan pilihan gaya hidupnya yang nantinya akan berpengaruh jangka panjang terhadap kesehatannya di tahun kehidupan mereka selanjutnya (McKenzie, 2007). Pada masa remaja, ketergantungan dan kedekatan seseorang dengan orangtua yang terjadi pada masa kanak-kanak dan awal sekolah akan berubah menjadi kemandirian dan keinginan berinteraksi dengan teman sebaya (Smet, 1994).

(42)

2.5 Kerangka Teori

Modifikasi dari : Berning (2007) dalam Rosmaida (2009); Brown (2005); Worthington-Roberts, B.S. dan S.R. Rodwell Williams (2000) dalam Almatsier, Soetadjo dan Soekarti (2011)

Aktivitas Fisik Iklim

Karakteristik individu (umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan) Konsumsi makanan Genetik Pertumbuhan Penggunaan obat Status Kesehatan Kebiasaan

Faktor Eksternal : Media Massa, teman sebaya, Pengetahuan Makanan dan gizi, karakteristik keluarga, norma social dan budaya, kesukaan, pengalaman

Ketersediaan

(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah konsumsi air. Sementara yang menjadi variabel independen adalah karakteristik responden antara lain jenis kelamin, luas permukaan tubuh (berat badan dan tinggi badan), tingkat pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua dan uang saku, pengetahuan responden mengenai air khususnya, ketersediaan sumber air, dan tingkat aktivitas reponden. Alasan pemilihan variabel-variabel di atas karena pada penelitian-penelitian sebelumnya menyatakan bahwa beberapa variabel tersebut memiliki hubungan dengan konsumsi air seseorang.

Sementara variabel lainnya pada kerangka teori seperti iklim, konsumsi makanan, genetik, status kesehatan, pertumbuhan, penggunaan obat, serta faktor eksternal lainnya yang secara teori memiliki pengaruh terhadap kosumsi

Kebiasaan Minum Konsumsi Air Minum Pengetahuan Karakteristik Responden :  Jenis Kelamin

 Berat badan dan tinggi badan (luas permukaan tubuh)

 Pendidikan Orangtua  Pekerjaan Orangtua  Uang jajan

Aktivitas Fisik

(44)

seseorang tapi dalam penelitian ini tidak diteliti. Untuk variabel iklim dianggap homogen karena semua responden tinggal di Indonesia yang iklimnya sama. Konsumsi makanan tidak diteliti karena pada penelitian kali ini membatasi sumber air dari minuman dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya. Variabel genetik tidak diteliti karena terlalu suit untuk dilakukan. Variabel pertumbuhan tidak diteliti karena semua responden berada pada kelompok remaja yang diasumsikan pertumbuhannya homogen. Untuk status kesehatan tidak diteliti karena penelitian ini mengeksklusikan orang yang sedang sakit dan hanya yang sehat yang diteliti hal ini yang sejalan dengan penggunaan obat karena orang sehat yang diteliti sehingga tidak menggunakan obat. Untuk faktor lingkungna yang tidak diteliti seperti media massa tidak diteliti karena semua mahasiswa diasumsikan menerima paparan informasi air melalui media massa, teman sebaya tidak diteliti karena pada kelompok usia remaja teman sebaya sangat berpengaruh sehingga dianggap homogen, norma sosial dan budaya tidak diteliti karena, kesukaan dan pengalaman dianggap homogen sehingga variabel-variabel tersebut tidak diteliti dalam penelitian ini.

(45)

3.3 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Konsumsi air minum Jumlah air yang dikonsumsi responden yang diperoleh dari beberapa jenis minuman baik kemasan bermerk maupun yang dibuat sendiri di rumah.

FFQ semi kuantitatif Pengisian FFQ semikuantitatif

1. Cukup > median 2. Kurang <

median

Ordinal

2 Jenis Kelamin Perbedaan sex yang didapat sejak lahir

Kuesioner Pengisisan Kuesioner 1. Laki-laki 2. Perempuan Nominal 3 Luas Permukaan Tubuh

Hasil dari perkalian dengan

menggunakan rumus Du Bois dengan menggunakan data berat badan dan tinggi badan responden 1. Timbangan Injak (seca) 2. Microtoise Pengukuran Antropometri 1. Besar > mean 2. Kecil < mean Ordinal

(46)

4. Pendidikan Orang tua Jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti orangtua (ayah dan ibu) mahasiswi. Kuesioner Pengisian Kuesioner 1. Tinggi, jika responden tamat Diploma/Perguru an Tinggi. 2. Rendah, jika reponden tidak pernah sekolah/tidak tamat SD/MI, tamat SD/MI, tamat SLTP/MTs dan SLTA/MA. Ordinal

5. Pekerjaan Ayah Kegiatan pokok sehari-hari ayah mahasiswi untuk mendapatkan uang. Kuesioner Pengisian Kuesioner 1. Pegawai Pemerintah 2. Pegawai Non Pemerintah Nominal

5. Pekerjaan Ibu Kegiatan pokok sehari-hari ibu mahasiswi untuk mendapatkan uang. Kuesioner Pengisian Kuesioner 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja Ordinal

6. Uang Saku Uang yang diberikan orangtua secara teratur di luar uang transportasi Kuesioner Pengisian Kuesioner 1. Tinggi > median 2. Rendah < median Ordinal

(47)

7. Aktifitas fisik Skor aktivitas fisik sehari-hari dari responden yang meliputi indeks kegiatan waktu bekerja, saat diperjalanan, di rumahdan waktu luang yang diukur 1 minggu terakhir dan minimal dilakukan selama 10 menit. International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) Pengisian Kuesioner 1. Tinggi : > 3000 MET menit/minggu 2. Sedang : 600-3000 MET menit/minggu 3. Rendah : <599 MET menit/minggu Ordinal

9. Cara mendapatkan air minum

Gambaran akses dalam memenuhi kebutuhan air setiap harinya (membeli atau tidak membeli)

Kuesioner Pengisian

Kuesioner

1. Tidak membeli 2. Membeli

Nominal

10. Pengetahuan Pemahaman remaja tentang fungsi dari zat gizi dan sumber zat gizi air dan cairan

Kuesioner Pengisian

Kuesioner

1. Baik : > mean 2. Kurang : < mean

Ordinal

11. Kebiasaan Minum Pola perilaku yang berkaitan dengan minum yang diperoleh dari pola praktek yang biasa dilakukan. Kuesioner Pengisian Kuesioner 1. Baik > mean 2. Kurang baik < mean Ordinal

(48)

3.4 Hipotesis

1. Ada hubungan antara karakteristik responden (jenis kelamin, luas permukaan tubuh, pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, dan uang saku) dengan konsumsi air minum.

2. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan konsumsi air minum.

3. Ada hubungan antara cara mendapatkan air minum dengan konsumsi air minum.

4. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi air minum. 5. Ada hubungan antara kebiasaan minum dengan konsumsi air minum.

(49)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan studi Cross Sectional (potong lintang) yaitu penelitian yang dilakukan pada saat yang bersamaan antara variabel independen dan variabel dependen. Artinya pada penelitian ini tiap responden hanya diobservasi sekali saja, variabel bebas dan variabel terikat diukur pada saat yang bersamaan dan menurut keadaan atau status waktu diobservasi (Notoatmodjo, 2002). Alasan peneliti menggunakan metode Cross Sectional adalah peneliti ingin mengetahui hubungan antara pengetahuan, aktivitas fisik, dan faktor lain terhadap konsumsi air minum pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia tahun 2012.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKM UI pada tahun akademik 2011/2012. Populasi studi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 reguler FKM UI angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang terdaftar sebagai mahasiswa aktif. Dipilihnya ketiga angkatan tersebut karena subjek penelitian ini adalah kelompok remaja dan pada ketiga angkatan itu mahasiswa yang usianya masih berada pada kelompok usia remaja lebih banyak dari angkatan lainnya.

Kriteria Inklusi

1. Responden tercatat sebagai mahasiswa aktif S-1 reguler di FKM UI Depok tahun ajaran 2011/2012.

(50)

2. Respoden berusia di bawah 22 tahun (remaja). 3. Bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

Kriteria Eksklusi

1. Responden sedang dalam kondisi sakit.

2. Responden sedang mengkonsumsi obat-obatan berdasarkan resep dokter atau obat yang dijual bebas.

4.3.2 Sampel Penelitian

Untuk mendapatkan besar sampel minimal digunakan rumus uji hipotesis proporsi populasi tunggal menurut Lemeshow (1997) sebagai berikut :

Keterangan :

n = jumlah sampel

= 1,96 pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 5% = kekuatan uji (power of test) 95% = 1,64

P1 = proporsi remaja yang cukup mengkonsumsi air dengan pengetahuan tinggi (Sedayu, 2010) = 2,4%

P2 = proporsi remaja yang cukup mengkonsumsi air dengan pengetahuan rendah (Sedayu, 2010) = 15,6%

Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas diperoleh jumlah sampel minimal 120 mahasiswa. Pada saat pengambilan data sampel yang didapat berjumlah 123 orang. Sampel diambil dengan cara simpel random sampling yang diacak dengan program komputer.

Gambar

Gambar 2.1 Alur Normal Masukan Cairan Tubuh dan Mekanisme
Gambar 2.1 Alur normal masukan cairan tubuh serta mekanisme  pengeluarannya
Tabel 2.3 Kehilangan air tubuh dan akibatnya  Kehilangan air tubuh
Tabel 2.3 Luas Permukaan (m 2 ) untuk berbagai tinggi (cm) dan berat badan  (kg)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai hubungan antara pengetahuan tentang resiko dan pencegahan diabetes mellitus dengan pemilihan konsumsi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul hubungan antara penge- tahuan tentang manfaat cairan dengan perilaku konsumsi air putih di desa Simo

Hubungan Kebiasaan Minum dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Dehidrasi pada Remaja yang Mengikuti Ekstrakurikuler Analisis hubungan data di uji normalitas terlebih dahulu dengan

Hasil analisis yang dilakukan memperlihatkan adanya hubungan dengan arah positif antara angka kejadian diare dengan sumber air minum air ledeng, yang berarti bahwa semakin

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan pada variabel perilaku konsumsi makanan olahan dari tepung berupa biskuit OR: 1,198 (CI 95%: 1,096-1,309) yang

Hasil Uji Chi-Squre menunjukkan maka ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu (P-Value= 0,002), sumber air minum (P-Value= 0,003) dengan kejadian stunting pada balita

Peningkatan prevalensi obesitas pada remaja dan belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai hubungan konsumsi air, asupan zat gizi, dan aktivitas fisik dengan

Berdasarkan hasil analisis diperoleh terdapat perbedaan tingkat konsumsi energi; tingkat konsumsi protein; dan aktivitas fisik; namun tidak ada perbedaan tingkat