TINJAUAN PUSTAKA
F. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi
F. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi
Hamid (1998) dalam Ida (2006) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan merger dan akuisisi umumnya
dipengaruhi oleh motif ekonomis, strategis, politis atau prestis.
1. Motif Ekonomis
Motif Ekonomis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi
untuk mendapatkan keuntungan ekonomis (jangka pendek maupun jangka
produk), mutu bahan baku terjamin (mempertahankan kualitas produk),
memperoleh berbagai sinergi bagi perusahaan sejenis, dan lain-lain.
2. Motif Srategis
Motif Srategis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi
untuk mendapatkan posisi srategis (dalam pengertian luas). Misalnya,
untuk mendapatkan pasar srategis dilakukan dengan mengambil-alih
perusahaan yang mempunyai lokasi srategis, baik srategis bahan baku
maupun konsumen dan sebagainya.
3. Motif Politis
Motif Politis adalah penggabungan usaha perusahaan dilakukan
karena adanya muatan politis di dalamnya, baik politis perusahaan maupun
politis negara. Misalnya akuisitor melakukan akuisisi dengan perusahaan
target untuk mendapatkan legalitas, sehingga perusahaan tersebut dapat
dikendalikan sebagai suatu kesatuan dengan badan usaha akuisitor. Politis
negara misalnya perusahaan melakukan merger dan akuisisi atas kehendak
undang-undang yang tujuannya untuk kepentingan orang banyak atau
disebut dengan statutory merger.
4. Motif Prestis
Motif Prestis adalah perusahaan melakukan merger dan akuisisi untuk
perusahaan target semata-mata hanya berdasarkan prestis yang dapat
menunjukkan kepada siapa saja bahwa perusahaan akuisitor memang
”bonafit” dan dapat ”dipercaya”. Tujuan akhirnya adalah dapat mengakses
Faktor-faktor lain perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah :
1. Sinergi adalah kemampuan lebih (nilai tambah) perusahaan gabungan,
2. Tambahan modal kerja, biasanya yang sifatnya jangka pendek,
3. Meningkatkan penjualan seperti, pengambil-alihan perusahaan target yang
memproduksi produk sejenis atau berlainan atau mengambil-alih
perusahaan target yang bergerak dalam bidang pendistribusian produk,
4. Memungkinkan perluasaan pinjaman,
5. Memperoleh keunggulan manajemen profesional,
6. Mendapatkan kompetisi yang lebih efektif dan mengurangi kompetisi,
7. Meningkatkan efisiansi, seperti murahnya bahan baku, proses produksi,
pendistribusian, dan lain-lain,
8. Mengurangi risiko dibandingkan dengan memasuki industri baru,
9. Pemanfaatan kapasitas hutang yaitu perusahaan target dapat memenuhi
keterbatasan hutang pihak akuisitor,
10.Memecah-mecah resiko. Dengan penggabungan aset risiko bisnis menjadi
tersebar kebeberapa pemegang saham yang melakukan penggabungan.
G. Analisis Kinerja Keuangan. a. Pengertian Kinerja Keuangan.
Pengertian kinerja berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001). Kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang dicapai, prestasi yang
diperlihatkan, kemampuan kerja (tentang peralatan). Berdasarkan
manajemen, dalam hal ini manajemen keuangan dalam mencapai tujuan
perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan dan meningkatkan nilai
perusahaan. Analisis kinerja keuangan dalam penelitian ini bertujuan
untuk menilai implementasi strategi perusahaan dalam hal merger dan
akuisisi.
b. Metode Analisis Kinerja Keuangan dengan Rasio Keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan metode umum yang digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Rasio merupakan
alat yang memperbandingkan suatu hal dengan hal lainnya sehingga dapat
menunjukkan hubungan atau korelasi dari suatu laporan finansial berupa
neraca dan laporan laba rugi. Adapun jenis rasio yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Rasio Likuiditas.
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang jatuh tempo dalam jangka pendek. Ukuran
likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Current Ratio.
Current Ratio dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya aktiva yang
diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek untuk
menutup kewajiban lancar. Rasio yang rendah menunjukkan
kurangnya modal untuk membayar hutang. Namun rasio yang tinggi
tersebut dapat berarti bahwa kas tidak digunakan sebaik mungkin.
Perhitungan Current Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: Current Asset
Current Ratio =
Current Liabilities b. Quick Ratio.
Quick ratio dihitung dengan mengurang persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan
dihilangkan karena dianggap aktiva yang sulit dikonversi menjadi
kas dengan cepat. Perhitungan quick ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Current Asset - Inventory Quick Ratio =
Current Liabilities 2) Rasio Aktivitas.
Rasio aktivitas dihitung dari perbandingan antara tingkat penjualan
dengan berbagai elemen aktiva. Rasio ini mengukur seberapa efektif
perusahaan mengelola aktivanya. Rasio aktivitas yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Fixed Asset Turn Over.
Fixed Asset Turn Over mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin rendah fixed asset turn over, berarti penggunaan aktiva tetapnya semakin kurang efisien. Untuk
mengukur besarnya fixed asset turn over dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Sales Fixed Asset Turn Over =
Net fixed asset b. Total Asset Turn Over.
Total asset turn over mengukur perputaran semua aktiva. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efektifitas perusahaan dalam
penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik
manajemen dalam mengelola aktivanya, sedangkan semakin rendah
rasio menunjukkan buruknya kinerja manajemen dalam mengelola
aktivanya. Untuk menghitung total asset turn over digunakan rumus sebagai berikut:
Sales Total Asset Turn Over =
Total asset 3) Rasio Leverage.
Rasio leverage dihitung dari perbandingan hutang dengan total aktiva dan modal sendiri perusahaan. Rasio ini menyangkut jaminan,
yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila
pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Dengan kata
lain rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan menggunakan dana
dari pihak luar atau kreditor.
a. Debt to Total Asset Ratio.
Debt to Total Asset Ratio mengukur seberapa besar seluruh hutang dijamin oleh seluruh aktiva perusahaan. Kreditur lebih
semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam
peristiwa likuidasi. Namun, di sisi lain pemilik saham lebih
menyukai rasio yang tinggi karena dapat meningkatkan laba yang
diharapkan. Untuk mengukur besarnya debt to total asset dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Total liabilities Debt to Total Asset Ratio =
Total asset b. Debt to Total Equity Ratio.
Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang dengan modal
sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin
sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan ukuran hutang
sebaiknya tidak melebihi dari modal sendiri karena resiko menjadi
tinggi apabila terjadi likuidasi dan perusahaan akan kesulitan untuk
membayar hutang. Perhitungan debt to equity ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total liabilities Debt to Total Eequity Ratio ' =
Owner s equity
4) Rasio Profitabilitas.
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Rasio ini membantu perusahaan dalam mengontrol
penerimaannya rasio-rasio profitabilitas yang digunakan dalam
a. Operating Profit Margin.
Operating profit margin mengukur berapa laba usaha yang dihasilkan dari penjualan atau pendapatan. Semakin rendah rasio ini,
semakin kurang baik karena biaya-biaya operasi naik. Kemungkinan
hal ini terjadi karena ada pemborosan. Perhitungan operating profit margin dapat dirumuskan sebagai berikut:
Operating profit Operating Profit Margin =
Sales
b. Net Profit Margin.
Net profit margin mengukur seberapa banyak laba bersih setelah pajak dan bunga yang dapat dihasilkan dari penjualan atau
pendapatan. Rasio yang rendah bisa disebabkan karena penjualan
turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Setiap
perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi. Untuk menghitung net profit margin digunakan rumus sebagai berikut:
Net profit Net Profit Margin =
Sales c. Return On Investment.
Return On Investment mengukur keuntungan yang dihasilkan dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah
menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva yang buruk
penggunaan aktiva yang baik. Untuk menghitung Return On Investment digunakan rumus sebagai berikut:
Net profit Return On Investment =
Total asset d. Return On Equity.
Return On Equity mengukur seberapa banyak laba bersih yang dapat dihasilkan dari investasi para pemegang saham dalam
perusahaan. Rasio yang rendah dapat diartikan bahwa manajemen
kurang efisien dalam penggunaan modal, sedangkan rasio yang
tinggi dapat menunjukkan bahwa sebagian besar modal diperoleh
dari pinjaman atau manajemen sangat efisien. Untuk menghitung
Return OnEquity digunakan rumus sebagai berikut; Net profit
Return On Equity =
Owner s equity