• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR LAMPIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 1 Remaja

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Siswa Menonton Film

Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam menonton film dibagi menjadi faktor internal, yaitu karakteristik siswa dan faktor eksternal, yaitu karakteristik film, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial.

1. Faktor Internal (Karakteristik Siswa). Karakteristik siswa dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keadaan diri individu yang berkaitan langsung dengan pribadinya. Karakteristik siswa dapat diidentifikasi dari:

• Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan individu berdasarkan kondisi biologis. Jenis kelamin menentukan motivasi siswa dalam menonton film. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dennis McQuail dan Michael Gurevitc seperti yang dikutip Damayanti (2004), menunjukkan bahwa motivasi khalayak laki-laki menggunakan media massa terutama untuk keingintahuan, atau dengan kata lain untuk pendidikan, sedangkan perempuan untuk hiburan.

• Asal sekolah

Asal sekolah adalah tempat dimana siswa bersekolah. Asal sekolah dibedakan menjadi sekolah keagamaan dan non-keagamaan karena penelitian ini untuk membandingkan perbedaan preferensi menonton film pada remaja yang bersekolah keagaman dan non-keagamaan. Siswa sekolah keagamaan dianggap mempunyai pengetahuan agama yang lebih banyak daripada siswa sekolah non-keagamaan, sehingga mempunyai anggapan menonton film di bioskop merupakan hal yang dilarang agama.

• Uang saku

Uang saku adalah jumlah uang yang diberikan oleh orangtua kepada siswa setiap bulan untuk jajan, transportasi, dan kebutuhan sehari-hari. Remaja yang memiliki uang saku berlebih umumnya memiliki frekuensi yang lebih sering dalam menggunakan media massa daripada remaja dengan uang saku yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja (Andina, 2006). Uang saku yang diberikan oleh orangtua diduga berhubungan dengan pola menonton film. Misalnya jika uang saku besar,

maka terdapat kemungkinan akses untuk bepergian atau menonton film di bioskop akan lebih sering.

• Waktu luang

Waktu luang adalah waktu kosong dimana pada waktu tersebut, siswa tidak melakukan kegiatan produktif (sekolah, les, belajar, mengikuti ekstrakulikuler, dan sebagainya). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daisiwan (2007), remaja yang memiliki waktu luang dalam kesehariannya dapat menggunakan waktu luang untuk menggunakan media massa, seperti menonton, membaca majalah, jalan-jalan, dan sebagainya. Remaja yang banyak mempunyai kegiatan ekstrakulikuler memiliki waktu luang yang lebih sedikit dibanding remaja yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler apapun.

2. Faktor eksternal. Dalam penelitian ini, faktor eksternal dibagi menjadi dua jenis, yaitu karakteristik film, dan lingkungan sosial.

a) Karakteristik film

• Lingkungan fisik:

- Kejelasan gambar dan suara

Menurut Ardianto dan Erdinaya (2004), kejelasan gambar dan suara merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan khalayak untuk menonton film.

- Posisi duduk dan ruangan menonton film

Posisi duduk di bioskop bertingkat-tingkat. Oleh karena itu khalayak dapat memandang gambar film dari jarak jauh dan secara

menyeluruh, sedangkan di rumah pengambilan gambar pada TV lebih sering dari jarak dekat karena posisi duduk tidak bertingkat- tingkat. Ruangan juga berpengaruh terhadap tingkat konsentrasi khalayak saat menonton film.

• Kepopuleran aktris dan aktor pemain film

Sebagian besar remaja dalam masa perkembangannya mempunyai tokoh idola yang berasal dari kalangan aktris dan aktor pemain film. Seringkali secara tidak sadar remaja menyamakan diri pribadi dengan salah seorang pemeran dalam film tersebut apalagi jika aktris dan aktor yang memainkan peran adalah aktris dan aktor yang populer (Ardianto dan Erdinaya, 2004).

b) Lingkungan sosial

Dalam menonton film, remaja mendapatkan pengaruh dari orang-orang yang berada di sekitarnya, seperti keluarga, teman, dan pacar. Orang-orang tersebut dapat mengajak, atau mempengaruhi remaja untuk menonton film. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Hurlock (1980), bahwa pada masa remaja terjadi ketidakmapanan tingkah laku, sehingga remaja menjadi mudah terpengaruh oleh lingkungan dalam melakukan suatu hal, dalam hal ini seperti menonton film.

2.1.5 Preferensi

Persepsi merupakan suatu proses individu dalam memilih, merumuskan, dan menafsirkan informasi dengan caranya sendiri untuk menciptakan gambaran tersendiri dalam benak pikirannya (Engel,1994). Persepsi yang sudah melekat

dalam diri seseorang akan menjadi suatu preferensi bagi dirinya. Menurut Kotler (2000), preferensi konsumen merupakan suatu pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada. Teori preferensi konsumen digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen.

Engel, et al (1994) menyatakan bahwa preferensi konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor kebudayaan mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu berkomunikasi, melakukan penafsiran dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat, dalam hal ini meliputi budaya dan kelas sosial. Faktor sosial meliputi kelompok referensi, teman, keluarga, peranan dan status, dimana faktor sosial merupakan faktor yang memberikan motivasi bagi konsumen untuk mengkonsumsi suatu produk. Keluarga dan teman juga merupakan unit pengambilan keputusan utama dalam membentuk perilaku individu. Faktor pribadi atau karakteristik individu juga berpengaruh terhadap preferensi konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. Faktor psikologis yang mempengaruhi preferensi konsumen meliputi motivasi, persepsi, proses pembelajaran, dan sikap.

Remaja memiliki preferensi yang berbeda-beda dalam menonton film. Motivasi yang berbeda-beda dari remaja juga mempengaruhi preferensi remaja menonton film. Seperti yang dikatakan oleh Engel, et al (1994), motivasi merupakan salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi preferensi seseorang, dalam hal ini siswa sekolah menengah atas.

Dalam menonton film, remaja memiliki preferensi yang berbeda-beda mengenai pilihan lokasi menonton film dan jenis film yang dipilih untuk ditonton. Terdapat dua alternatif dalam memilih lokasi menonton film, yaitu di bioskop dan di rumah dengan menggunakan media film atau menunggu sampai film tayang di televisi. Selain itu, jenis film yang beragam juga membuat remaja memiliki preferensi yang berbeda dalam memilih jenis film yang akan mereka tonton. Remaja bebas memilih jenis film yang disukainya, baik itu horror, percintaan, komedi, religi, action (laga), dan sebagainya. Pada akhirnya, preferensi berhubungan dengan pemenuhan berbagai kebutuhan dari remaja yang dapat menimbulkan suatu kepuasan.

2.1.6 Kepuasan

Menurut Kotler (1997), kepuasan pelanggan adalah “…a person s feeling of pleasure or dissapointment resulting from comparing a product s received performance (or outcome) in relations to person s expectation.” Dapat diartikan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) sesuatu produk dengan harapannya. Umar (2003) mengemukakan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang diterima dan harapannya. Dalam hal menonton film, apabila khalayak merasa puas setelah menonton film, maka sangat besar kemungkinan kegiatan tersebut diulangi oleh khalayak.

Kotler (1997) menjelaskan bahwa kepuasan adalah semacam langkah perbandingan antara pengalaman dengan hasil evaluasi, dapat menghasilkan

sesuatu yang nyaman secara rohani, bukan hanya nyaman karena dibayangkan atau diharapkan. Puas atau tidak puas bukan merupakan emosi melainkan sesuatu hasil evaluasi dari emosi. Kepuasan remaja dalam menonton film adalah perasaan senang atau kecewa dari remaja yang berasal dari perbandingan atau kesannya terhadap suatu film berdasarkan harapan atau motivasi.