• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motivasi, Preferensi, dan Kepuasan Menonton Film Indonesia Pada Siswa Bersekolah Keagamaan dan Non Keagamaan (Studi Pada Siswa MAN 2 dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Motivasi, Preferensi, dan Kepuasan Menonton Film Indonesia Pada Siswa Bersekolah Keagamaan dan Non Keagamaan (Studi Pada Siswa MAN 2 dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)"

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI, PREFERENSI DAN KEPUASAN MENONTON FILM INDONESIA PADA SISWA BERSEKOLAH KEAGAMAAN DAN NON KEAGAMAAN

(Studi Pada Siswa MAN 2 dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

FRITAMIA SARASWATI A14204051

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

FRITAMIA SARASWATI. MOTIVASI, PREFERENSI, DAN KEPUASAN MENONTON FILM INDONESIA PADA SISWA BERSEKOLAH KEAGAMAAN DAN NON KEAGAMAAN. Studi Pada Siswa MAN 2 dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan RATRI VIRIANITA).

Hidup manusia didasari oleh berbagai macam kebutuhan dan manusia

selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan itu dengan berbagai cara. Begitu pun

dengan siswa sekolah menengah yang masuk dalam kategori remaja. Remaja

selalu ingin memenuhi berbagai kebutuhannya, yang salah satunya adalah

kebutuhan menggunakan media massa. Oleh karena itu, siswa termotivasi untuk

menggunakan media massa, seperti menonton film, untuk memenuhi

kebutuhannya. Siswa mempunyai motivasi yang berbeda-beda dalam menonton

film. Apabila motivasi siswa menonton film tercapai, maka akan menimbulkan

kepuasan menonton film dalam diri siswa tersebut.

Film sebagai media massa elektronik dapat ditayangkan di gedung bioskop

atau di rumah melalui media film (VCD dan DVD), dan menunggu film tayang di

televisi. Jenis-jenis film juga sangat beragam. Dalam penelitian ini film yang

dimaksud adalah film Indonesia. Jenis film Indonesia sangat beragam, seperti

horror, percintaan, komedi, action(laga), religi, dan sebagainya. Siswa memiliki

preferensi yang berbeda-beda dalam pemilihan lokasi menonton dan jenis film

yang ditonton.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan gambaran motivasi,

(3)

motivasi siswa menonton film; dan menganalisis perbedaan preferensi menonton

film (pemilihan lokasi menonton film dan jenis film yang ditonton) antara siswa

sekolah keagamaan dan non keagamaan.

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah, yaitu SMAN 5 Bogor yang

mewakili sekolah keagamaan dan MAN 2 Bogor yang mewakili sekolah

kegamaan. Kegiatan pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2008.

Responden penelitian dipilih berdasarkan metode pengambilan sampel simple

cluster sampling, yang berjumlah 150 siswa dari dua sekolah. Data kuantitatif

dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data kuantitatif diolah, kemudian

dianalisis dengan tabulasi silang dan uji statistik Chi-Square untuk melihat

hubungan antara variabel, sedangkan untuk membandingkan perbedaan preferensi

menonton film, digunakan Uji t (perbedaan mean).

Mayoritas siswa yang menjadi responden adalah perempuan. Uang saku

siswa per bulan mayoritas berkisar antara Rp. 150.000 sampai Rp. 300.000.

Hampir semua siswa mempunyai waktu luang lebih dari tiga jam setiap harinya.

Sebagian besar motivasi siswa menonton film adalah untuk pendidikan dan

hiburan. Hipotesis penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara motivasi

menonton film dengan kepuasan menonton film. Pengujian hipotesis

menggunakan program SPSS for windows versi 13.0. Setelah dilakukan analisis

uji Chi Square didapatkan hasil bahwa motivasi menonton film berhubungan

nyata dengan kepuasan menonton film, karena nilai X2 hitung yang dihasilkan lebih besar dari X2tabel (29,464 > 3,841).

Perbedaan preferensi menonton film (pemilihan lokasi menonton) antara

(4)

persen. Setelah dilakukan pengujian, didapatkan nilai signifikansi (sig.) sebesar

0,001 yang lebih kecil dari 5 persen. Artinya, terdapat perbedaan pemilihan lokasi

menonton film antara siswa sekolah keagamaan dan non-keagamaan. Siswa

sekolah keagamaan lebih suka menonton film di rumah, sedangkan siswa sekolah

non keagamaan lebih suka menonton film di bioskop.

Perbedaan pemilihan jenis film yang ditonton antara siswa sekolah

keagamaan dan non-keagamaan juga menggunakan pengujian perbedaan mean

(Uji t). Nilai signifikansi (sig.) yang didapatkan adalah 0,887 dan lebih besar dari

alpha 5 persen. Artinya, tidak ada perbedaan pemilihan jenis film yang ditonton

antara siswa kedua sekolah.

Temuan lain dalam penelitian ini adalah apabila hubungan antara motivasi

menonton film dengan lokasi menonton film diuji dengan menggunakan Chi

Square, diketahui bahwa motivasi menonton film dengan lokasi menonton film

berhubungan nyata. Siswa yang mempunyai motivasi menarik diri, cenderung

memilih rumah sebagai lokasi menonton film. Selain itu, setelah dilakukan

pengujian dengan menggunakan Chi Square dengan alpha 5 persen, diketahui

bahwa antara motivasi hiburan dengan jenis film yang ditonton berhubungan

nyata. Siswa yang mempunyai motivasi hiburan, cenderung memilih jenis film

(5)

MOTIVASI, PREFERENSI, DAN KEPUASAN MENONTON FILM INDONESIA PADA SISWA BERSEKOLAH KEAGAMAAN DAN NON KEAGAMAAN

(Studi Pada Siswa MAN 2 dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Oleh: Fritamia Saraswati

A14204051

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(6)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama : Fritamia Saraswati

NRP : A14204051

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul : Motivasi, Preferensi, dan Kepuasan Menonton Film Indonesia Pada Siswa Bersekolah Keagamaan dan Non Keagamaan (Studi Pada Siswa MAN 2 dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ratri Virianita, S.Sos, MSi NIP. 132 310 797

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “MOTIVASI, PREFERENSI, DAN KEPUASAN MENONTON FILM INDONESIA PADA SISWA BERSEKOLAH KEAGAMAAN DAN NON KEAGAMAAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN, KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Agustus 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 November 1985, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan H. Supriyatna dan Hj. Enok Juaenah. Pendidikan formal penulis dimulai di TK. Tunas Sejatera Bogor pada tahun 1990, kemudian dilanjutkan di SDN Panaragan II Bogor pada tahun 1992. Lulus Sekolah Dasar pada tahun 1998, penulis melanjutkan ke SMP Negeri 1 Bogor dan pada tahun 2001 masuk ke SMA Negeri 5 Bogor.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya dalam mengerjakan Skripsi yang berjudul “Motivasi, Preferensi, dan Kepuasan Menonton Film Indonesia Pada Siswa Bersekolah Keagamaan dan Non Keagamaan”, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Melalui skripsi ini penulis mencoba untuk mengetahui motivasi siswa menonton film, preferensi siswa sekolah keagamaan dan non keagamaan menonton film, dari segi pemilihan lokasi menonton dan jenis film yang ditonton, serta kepuasan siswa menonton film.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan dapat dijadikan masukan bagi penelitian selanjutnya dengan minat yang sama.

Bogor, Agustus 2008

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat, karunia, dan hidayah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung, antara lain:

1. Ibu Ratri Virianita, S.Sos, MSi sebagai dosen pembimbing Studi Pustaka dan Skripsi yang dengan penuh kesabaran memberikan dorongan, bimbingan, arahan, dan masukan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi yang telah bersedia menjadi penguji utama dalam sidang skripsi.

3. Bapak Iman K. Nawireja, SP, MSi yang telah bersedia menjadi penguji skripsi perwakilan dari Komisi Pendidikan.

4. Papa, Mama atas segala kasih sayang, dorongan, pengorbanan, serta doa yang selalu dicurahkan kepada penulis, juga kepada adik-adikku Dinda dan Ikhsan atas doa dan kasih sayangnya. Kepada semua keluarga atas doa dan dukungan.

5. Muhammad Iqbal yang selalu memberikan semangat, inspirasi, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Seluruh Pihak SMAN 5 Bogor dan MAN 2 Bogor (Guru-guru dan teman-teman di SMAN 5 dan MAN 2 Bogor) atas informasi, waktu, dan partisipasinya.

7. Renny Yusniati, sebagai teman seperjuangan sejak Studi Pustaka, Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

(11)

MOTIVASI, PREFERENSI DAN KEPUASAN MENONTON FILM INDONESIA PADA SISWA BERSEKOLAH KEAGAMAAN DAN NON KEAGAMAAN

(Studi Pada Siswa MAN 2 dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Oleh:

FRITAMIA SARASWATI A14204051

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

FRITAMIA SARASWATI. MOTIVASI, PREFERENSI, DAN KEPUASAN MENONTON FILM INDONESIA PADA SISWA BERSEKOLAH KEAGAMAAN DAN NON KEAGAMAAN. Studi Pada Siswa MAN 2 dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan RATRI VIRIANITA).

Hidup manusia didasari oleh berbagai macam kebutuhan dan manusia

selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan itu dengan berbagai cara. Begitu pun

dengan siswa sekolah menengah yang masuk dalam kategori remaja. Remaja

selalu ingin memenuhi berbagai kebutuhannya, yang salah satunya adalah

kebutuhan menggunakan media massa. Oleh karena itu, siswa termotivasi untuk

menggunakan media massa, seperti menonton film, untuk memenuhi

kebutuhannya. Siswa mempunyai motivasi yang berbeda-beda dalam menonton

film. Apabila motivasi siswa menonton film tercapai, maka akan menimbulkan

kepuasan menonton film dalam diri siswa tersebut.

Film sebagai media massa elektronik dapat ditayangkan di gedung bioskop

atau di rumah melalui media film (VCD dan DVD), dan menunggu film tayang di

televisi. Jenis-jenis film juga sangat beragam. Dalam penelitian ini film yang

dimaksud adalah film Indonesia. Jenis film Indonesia sangat beragam, seperti

horror, percintaan, komedi, action(laga), religi, dan sebagainya. Siswa memiliki

preferensi yang berbeda-beda dalam pemilihan lokasi menonton dan jenis film

yang ditonton.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan gambaran motivasi,

(13)

motivasi siswa menonton film; dan menganalisis perbedaan preferensi menonton

film (pemilihan lokasi menonton film dan jenis film yang ditonton) antara siswa

sekolah keagamaan dan non keagamaan.

Penelitian ini dilakukan di dua sekolah, yaitu SMAN 5 Bogor yang

mewakili sekolah keagamaan dan MAN 2 Bogor yang mewakili sekolah

kegamaan. Kegiatan pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2008.

Responden penelitian dipilih berdasarkan metode pengambilan sampel simple

cluster sampling, yang berjumlah 150 siswa dari dua sekolah. Data kuantitatif

dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data kuantitatif diolah, kemudian

dianalisis dengan tabulasi silang dan uji statistik Chi-Square untuk melihat

hubungan antara variabel, sedangkan untuk membandingkan perbedaan preferensi

menonton film, digunakan Uji t (perbedaan mean).

Mayoritas siswa yang menjadi responden adalah perempuan. Uang saku

siswa per bulan mayoritas berkisar antara Rp. 150.000 sampai Rp. 300.000.

Hampir semua siswa mempunyai waktu luang lebih dari tiga jam setiap harinya.

Sebagian besar motivasi siswa menonton film adalah untuk pendidikan dan

hiburan. Hipotesis penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara motivasi

menonton film dengan kepuasan menonton film. Pengujian hipotesis

menggunakan program SPSS for windows versi 13.0. Setelah dilakukan analisis

uji Chi Square didapatkan hasil bahwa motivasi menonton film berhubungan

nyata dengan kepuasan menonton film, karena nilai X2 hitung yang dihasilkan lebih besar dari X2tabel (29,464 > 3,841).

Perbedaan preferensi menonton film (pemilihan lokasi menonton) antara

(14)

persen. Setelah dilakukan pengujian, didapatkan nilai signifikansi (sig.) sebesar

0,001 yang lebih kecil dari 5 persen. Artinya, terdapat perbedaan pemilihan lokasi

menonton film antara siswa sekolah keagamaan dan non-keagamaan. Siswa

sekolah keagamaan lebih suka menonton film di rumah, sedangkan siswa sekolah

non keagamaan lebih suka menonton film di bioskop.

Perbedaan pemilihan jenis film yang ditonton antara siswa sekolah

keagamaan dan non-keagamaan juga menggunakan pengujian perbedaan mean

(Uji t). Nilai signifikansi (sig.) yang didapatkan adalah 0,887 dan lebih besar dari

alpha 5 persen. Artinya, tidak ada perbedaan pemilihan jenis film yang ditonton

antara siswa kedua sekolah.

Temuan lain dalam penelitian ini adalah apabila hubungan antara motivasi

menonton film dengan lokasi menonton film diuji dengan menggunakan Chi

Square, diketahui bahwa motivasi menonton film dengan lokasi menonton film

berhubungan nyata. Siswa yang mempunyai motivasi menarik diri, cenderung

memilih rumah sebagai lokasi menonton film. Selain itu, setelah dilakukan

pengujian dengan menggunakan Chi Square dengan alpha 5 persen, diketahui

bahwa antara motivasi hiburan dengan jenis film yang ditonton berhubungan

nyata. Siswa yang mempunyai motivasi hiburan, cenderung memilih jenis film

(15)

MOTIVASI, PREFERENSI, DAN KEPUASAN MENONTON FILM INDONESIA PADA SISWA BERSEKOLAH KEAGAMAAN DAN NON KEAGAMAAN

(Studi Pada Siswa MAN 2 dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Oleh: Fritamia Saraswati

A14204051

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

(16)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama : Fritamia Saraswati

NRP : A14204051

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul : Motivasi, Preferensi, dan Kepuasan Menonton Film Indonesia Pada Siswa Bersekolah Keagamaan dan Non Keagamaan (Studi Pada Siswa MAN 2 dan SMAN 5, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ratri Virianita, S.Sos, MSi NIP. 132 310 797

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019

(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “MOTIVASI, PREFERENSI, DAN KEPUASAN MENONTON FILM INDONESIA PADA SISWA BERSEKOLAH KEAGAMAAN DAN NON KEAGAMAAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN, KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Agustus 2008

(18)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 November 1985, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan H. Supriyatna dan Hj. Enok Juaenah. Pendidikan formal penulis dimulai di TK. Tunas Sejatera Bogor pada tahun 1990, kemudian dilanjutkan di SDN Panaragan II Bogor pada tahun 1992. Lulus Sekolah Dasar pada tahun 1998, penulis melanjutkan ke SMP Negeri 1 Bogor dan pada tahun 2001 masuk ke SMA Negeri 5 Bogor.

(19)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya dalam mengerjakan Skripsi yang berjudul “Motivasi, Preferensi, dan Kepuasan Menonton Film Indonesia Pada Siswa Bersekolah Keagamaan dan Non Keagamaan”, sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Melalui skripsi ini penulis mencoba untuk mengetahui motivasi siswa menonton film, preferensi siswa sekolah keagamaan dan non keagamaan menonton film, dari segi pemilihan lokasi menonton dan jenis film yang ditonton, serta kepuasan siswa menonton film.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan dapat dijadikan masukan bagi penelitian selanjutnya dengan minat yang sama.

Bogor, Agustus 2008

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat, karunia, dan hidayah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung, antara lain:

1. Ibu Ratri Virianita, S.Sos, MSi sebagai dosen pembimbing Studi Pustaka dan Skripsi yang dengan penuh kesabaran memberikan dorongan, bimbingan, arahan, dan masukan sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi yang telah bersedia menjadi penguji utama dalam sidang skripsi.

3. Bapak Iman K. Nawireja, SP, MSi yang telah bersedia menjadi penguji skripsi perwakilan dari Komisi Pendidikan.

4. Papa, Mama atas segala kasih sayang, dorongan, pengorbanan, serta doa yang selalu dicurahkan kepada penulis, juga kepada adik-adikku Dinda dan Ikhsan atas doa dan kasih sayangnya. Kepada semua keluarga atas doa dan dukungan.

5. Muhammad Iqbal yang selalu memberikan semangat, inspirasi, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Seluruh Pihak SMAN 5 Bogor dan MAN 2 Bogor (Guru-guru dan teman-teman di SMAN 5 dan MAN 2 Bogor) atas informasi, waktu, dan partisipasinya.

7. Renny Yusniati, sebagai teman seperjuangan sejak Studi Pustaka, Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

(21)

9. Semua teman-teman KPM 41 atas semangat dan dukungannya, terutama Fitri Gayatri, Adisty Dwi Anggraini, Yuddi Yustian,Vanessa Meirdiana, Rubyani Indrawan, Dwi Retno Hapsari, Restu Diresika.

10. Teman-teman KPM 42 yang selalu memberikan semangat online, Idham, Ficha, Wainaa, Tebe, Yudha, Cayoo, Janoe, Lidhi, dan Acit.

11. Adik-adik kelasku yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan juga celaanonline, Lina, Nina, Docik, Nei, Pie, Prama, Ndut, Ekha.

12. Staf Sekretariat KPM, terima kasih atas informasi akademik selama perkuliahan, seminar, dan sidang.

(22)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xv DAFTAR GAMBAR ... xviii DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 7 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka ... 10 2.1.1 Remaja ... 10 2.1.1.1 Pengertian Remaja ... 10 2.1.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja ... 11 2.1.1.3 Minat Masa Remaja ... 12 2.1.2 Film Sebagai Media Komunikasi Massa ... 15 2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Massa ... 15 2.1.2.2 Media Komunikasi Massa ... 16 2.1.2.3 Pengertian Film ... 18 2.1.2.4 Perkembangan Film di Indonesia ... 19 2.1.2.5 Jenis Film ... 20 2.1.2.6 Karakteristik Film ... 21 2.1.3 Motivasi ... 23 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Siswa

(23)

2.3 Hipotesis Penelitian ... 37 2.4 Definisi Operasional ... 39

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 50 3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 51 3.3 Metode Pengumpulan Data ... 51 3.4 Analisis Data ... 52

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

4.1 Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Bogor ... 55 4.2 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bogor ... 58

BAB V GAMBARAN RESPONDEN PENELITIAN

5.1 Karakteristik Siswa... 61 5.2 Karakteristik Orangtua Siswa ... 64 5.3 Karakteristik Film ... 65 5.3.1 Kepopuleran Aktris dan Aktor Film ... 65 5.3.2 Lingkungan Fisik ... 67 5.4 Lingkungan Sosial ... 68 5.4.1 Sumber Pengaruh Menonton Film ... 69

BAB VI MOTIVASI SISWA MENONTON FILM

6.1 Gambaran Motivasi Siswa Menonton Film ... 73 6.1.1 Motivasi Pendidikan ... 74 6.1.2 Motivasi Pribadi ... 75 6.1.3 Motivasi Sosial ... 77 6.1.4 Motivasi Hiburan ... 78 6.1.5 Motivasi Menarik Diri ... 79 6.2 Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Karakteristik

Siswa ... 81 6.2.1 Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Jenis

(24)

6.2.2 Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Asal

Sekolah ... 82 6.2.3 Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Uang Saku .... 84 6.2.4 Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Waktu

Luang ... 85 6.3 Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Karakteristik Film . 87

6.3.1 Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Kepopuleran Aktris dan Aktor Film ... 87 6.3.2 Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Lingkungan

Fisik ... 89 6.4 Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Lingkungan Sosial . 90

BAB VII PREFERENSI SISWA MENONTON FILM

7.1 Gambaran Preferensi Siswa Menonton Film ... 93 7.2 Preferensi Menonton Film Berdasarkan Karakteristik Siswa ... 95

7.2.1 Preferensi Siswa Menonton Film Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 95 7.2.2 Preferensi Siswa Menonton Film Berdasarkan Asal

Sekolah ... 97 7.2.3 Preferensi Siswa Menonton Film Berdasarkan Uang Saku .. 100 7.2.4 Preferensi Siswa Menonton Film Berdasarkan Waktu

Luang ... 102 7.3 Preferensi Menonton Film Berdasarkan Karakteristik Film ... 103

7.3.1 Preferensi Menonton Film Berdasarkan Kepopuleran

Aktris dan Aktor Film ... 103 7.3.2 Preferensi Menonton Film Berdasarkan Lingkungan

Fisik ... 106 7.4 Preferensi Menonton Film Berdasarkan Lingkungan Sosial ... 107 7.5 Preferensi Menonton Film Berdasarkan Motivasi Menonton

Film... 109

BAB VIII KEPUASAN SISWA MENONTON FILM

(25)

8.1.4 Kepuasan Hiburan ... 120 8.1.5 Kepuasan Menarik Diri ... 122 8.2 Kepuasan Menonton Film Berdasarkan Karakteristik Siswa ... 123 8.2.1 Kepuasan Menonton Film Berdasarkan Jenis Kelamin ... 123 8.2.2 Kepuasan Menonton Film Berdasarkan Asal Sekolah ... 124 8.2.3 Kepuasan Menonton Film Berdasarkan Uang Saku ... 126 8.2.4 Kepuasan Menonton Film Berdasarkan Waktu Luang ... 127 8.3 Kepuasan Menonton Film Berdasarkan Karakteristik Film ... 128

8.3.1 Kepuasan Menonton Film Berdasarkan Kepopuleran

Aktris dan Aktor Film ... 128 8.3.2 Kepuasan Menonton Film Berdasarkan Lingkungan

Fisik ... 129 8.4 Kepuasan Menonton Film Berdasarkan Lingkungan Sosial... 131 8.5 Kepuasan Menonton Film Berdasarkan Motivasi Menonton

Film... 132 8.6 Kepuasan Menonton Film Berdasarkan Preferensi Menonton

Film... 136

BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan ... 140 9.2 Saran ... 141

(26)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Teks

1. Matriks Metode Pengumpulan Data ... 53 2. Matriks Pengujian Hipotesis dan Alat Analisis ... 54 3. Karakteristik Siswa SMAN 5 dan MAN 2 Bogor, 2008 ... 61 4. Karakteristik Orangtua Siswa SMAN 5 dan MAN 2 Bogor, 2008 64 5. Pandangan Siswa Terhadap Kepopuleran Aktris dan Aktor Film, 2008 ... 66 6. Pandangan Siswa Terhadap Lingkungan Fisik, 2008 ... 67 7. Sumber Pengaruh Menonton Film, 2008 ... 69 8. Batasan Waktu Menonton Film, 2008 ... 71 9. Sumber Informasi Film, 2008 ... 72 10. Motivasi Siswa Menonton Film, 2008 ... 73 11. Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Jenis Kelamin,

2008 ... 82 12. Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Asal Sekolah,

2008 ... 83 13. Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Uang Saku, 2008 ... 84 14. Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Waktu Luang,

2008 ... 86 15. Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Kepopuleran

Aktris dan Aktor Menonton Film ... 88 16. Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Lingkungan Fisik,

2008 ... 89 17. Motivasi Siswa Menonton Film Berdasarkan Sumber Pengaruh

Menonton Film, 2008 ... 90 18. Gambaran Preferensi Siswa Menonton Film, 2008 ... 93 19. Pemilihan Lokasi Menonton Film Berdasarkan Jenis Kelamin,

2008 ... 95 20. Pemilihan Jenis Film yang Ditonton Berdasarkan Jenis Kelamin,

(27)

22. Pemilihan Lokasi Menonton Berdasarkan Besarnya Uang Saku,

2008 ... 101 23. Pemilihan Lokasi Menonton Film Berdasarkan Waktu Luang,

2008 ... 102 24. Pemilihan Lokasi Menonton Film Berdasarkan Kepopuleran

Aktris dan Aktor Film, 2008 ... 104 25. Pemilihan Jenis Film Berdasarkan Kepopuleran Aktris dan

Aktor Film, 2008 ... 105 26. Pemilihan Lokasi Menonton Film Berdasarkan Lingkungan Fisik, 2008 ... 106 27. Pemilihan Lokasi Menonton Film Berdasarkan Sumber Pengaruh

Menonton Film, 2008 ... 107 28. Pemilihan Jenis Film Berdasarkan Sumber Pengaruh Menonton

Film, 2008 ... 109 29. Pemilihan Lokasi Menonton Film Berdasarkan Motivasi

Menonton Film, 2008 ... 110 30. Pemilihan Jenis Film Berdasarkan Motivasi Menonton Film,

2008 ... 112 31. Kepuasan Siswa Menonton Film, 2008 ... 114 32. Kepuasan Siswa Menonton Film Berdasarkan Jenis Kelamin,

2008 ... 124 33. Kepuasan Siswa Menonton Film Berdasarkan Asal Sekolah,

2008 ... 125 34. Kepuasan Siswa Menonton Film Berdasarkan Besarnya Uang

Saku, 2008 ... 126 35. Kepuasan Siswa Menonton Film Berdasarkan Waktu Luang

2008 ... 127 36. Kepuasan Siswa Menonton Film Berdasarkan Kepopuleran

Aktris dan Aktor Film, 2008 ... 129 37. Kepuasan Siswa Menonton Film Berdasarkan Lingkungan

Fisik, 2008 ... 130 38. Kepuasan Siswa Menonton Film Berdasarkan Sumber Pengaruh

Menonton Film, 2008 ... 131 39. Kepuasan Siswa Menonton Film Berdasarkan Motivasi

Menonton Film, 2008 ... 132 40. Hasil Analisis UjiChi SquareAntara Motivasi Menonton Film

(28)

41. Hasil Analisis UjiChi SquareAntara Jenis Motivasi Menonton

Film Dengan Jenis Kepuasan Menonton Film, 2008 ... 134 42. Kepuasan Siswa Menonton Film Berdasarkan Pemilihan

Lokasi Menonton Film, 2008 ... 136 43. Kepuasan Siswa Menonton Film Berdasarkan Jenis Film yang

(29)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Motivasi, Prerensi, dan Kepuasan Menonton Film Indonesia Pada Siswa Bersekolah

(30)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Kuesioner Penelitian ... 146 2. Hasil UjiChi SquareAntara Motivasi Menonton dengan

Kepuasan Menonton Film ... 152 3. Hasil Uji t Antara Siswa SMAN 5 dan MAN 2 Bogor

Mengenai Pemilihan Lokasi Menonton Film dan Jenis Film

(31)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Film merupakan media komunikasi massa populer pada masyarakat yang

bertujuan menghibur penonton. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang

merupakan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas

sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video atau piringan video,

melalui proses kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan atau tanpa

suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi

mekanik, elektronik dan/atau lainnya (UU RI No.8 Tahun 1992 Pasal 1, Tentang

Perfilman). Film memiliki ciri-ciri komunikasi massa, yaitu komunikator film

melembaga, komunikan bersifat heterogen, pesan dalam film bersifat umum,

searah dan menimbulkan keserempakan (Effendy, 1984).

Produksi film di Indonesia mengalami periode naik turun. Sejak tahun

1991 sampai sekitar tahun 1997, produksi film Indonesia mengalami penurunan.

Hanya beberapa judul film saja yang diproduksi. Film-film yang diproduksi pun

kurang berkualitas, karena tema yang disajikan dari film Indonesia kala itu

hanyalah film-film Indonesia yang berbau seks (Prisgunanto, 2007). Akan tetapi,

sejak awal tahun 1998, film Indonesia mulai mengalami kebangkitan. Film

Kuldesak yang disutradarai oleh Riri Riza, Mira Lesmana dan Rizal Mantovani

pada tahun 1998 memperoleh sambutan yang hangat dari generasi muda yang

haus akan tontonan lokal di berbagai jaringan bioskop tanah air. Di awal tahun

(32)

jumlah penonton yang merangkak naik tajam untuk film-film, seperti:

Petualangan Sherina, Jelangkung, dan Ada Apa Dengan Cinta. Lalu, mulailah

produksi film-film Indonesia, bergulir dari karya insan-insan sineas muda

Indonesia (Nugrahanto, 2007).

Pangsa pasar di Indonesia sebagian besar adalah remaja. Oleh karena itu,

dalam perkembangannya, film di Indonesia dimonopoli oleh film yang

mengangkat tema seputar remaja yang bergenre horror, percintaan, komedi,

action, dan religi. Film Indonesia bergenrehorror yang telah dan sedang beredar

diantaranya Pulau Hantu, Tiren, Hantu Aborsi, dan sebagainya. Film bergenre

percintaan yang telah dan sedang beredar saat ini seperti, Love, Lost In Love, Oh

Baby, dan masih banyak lagi. Adapun film-film komedi yang telah dan sedang

beredar, adalah Tarix Jabrix, Namaku Dick, Tri Mas Getir, Basah, dan

sebagainya. Film bergenre action yang telah beredar seperti, Bad Wolves,

Ekspedisi Madewa, Liar, dan sebagainya. Film religi yang telah dan sedang

beredar seperti, Ayat-ayat Cinta, Kunfayakun, Mengaku Rasul, dan lain-lain.

Industri perfilman di Indonesia lebih memilih memproduksi film-film populer

yang bersifat komersial, sehingga banyak film yang tidak memperhatikan pesan

moral yang hendak disampaikan.

Kehadiran film Indonesia dapat berperan dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan remaja pada masa perkembangannya. Oleh karena itu, remaja

mempunyai berbagai macam motivasi untuk menonton film. Apabila motivasi

remaja dalam menonton film terpenuhi, maka akan timbul rasa puas pada diri

(33)

Remaja juga mempunyai preferensi dalam menonton film. Preferensi

adalah pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap sesuatu pilihan.

Preferensi menonton film dilihat berdasarkan pemilihan lokasi menonton film dan

pemilihan jenis film Indonesia yang ditonton. Kegiatan menonton film bisa

dilakukan di rumah dengan menggunakan media film (VCD dan DVD) serta

menunggu sampai film tayang di televisi, atau dapat dilakukan di gedung bioskop.

Selain itu juga terdapat berbagai jenis film, seperti horror, action, percintaan,

komedi, dan religi. Remaja bebas memilih jenis film yang disukainya untuk

ditonton.

Ketertarikan remaja menonton film di bioskop mengharuskan mereka

mengeluarkan sejumlah biaya untuk membeli tiket. Dengan menonton film di

bioskop, rasa penasaran remaja terhadap cerita film terbaru yang sedang beredar

dan ramai dibicarakan di media massa akan terpenuhi. Apabila remaja memilih

menonton film di rumah dengan melalui VCD atau DVD, remaja tidak perlu

mengeluarkan sejumlah biaya seperti membeli tiket di bioskop. Akan tetapi,

kejelasan gambar dan kejernihan suara seringkali lebih mengecewakan karena

VCD dan DVD film terbaru yang beredar biasanya adalah VCD dan DVD

bajakan yang harganya relatif murah.

Apabila remaja memilih menunggu sampai film tersebut tayang di televisi,

maka remaja tidak perlu mengeluarkan sejumlah biaya untuk menontonnya, akan

tetapi mereka memerlukan waktu beberapa bulan ke depan untuk dapat menonton

film tersebut, sehingga mereka cenderung ketinggalan informasi mengenai film

terbaru tersebut. Motivasi menonton film yang beragam akan menghasilkan

(34)

Remaja adalah aset masa depan bangsa yang sangat potensial. Oleh karena

itu, dalam proses penyelenggaraan pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah,

diperlukan pembinaan dan pengarahan yang sangat hati-hati untuk membentuk

karakteristik remaja yang dapat menjadi generasi penerus bangsa. Remaja harus

dibekali pengetahuan tentang agama yang kuat agar tidak terjerumus dalam dunia

hitam, seperti narkoba, seks bebas, minum-minuman keras, dan sebagainya

(Nandiatni, 2006). Remaja yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah

yang berusia 16-18 tahun dan sedang mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah

Atas atau dengan kata lain disebut siswa Sekolah Menengah Atas.

Dalam penelitian ini akan dibandingkan perbedaan motivasi, preferensi,

dan kepuasan menonton film pada siswa yang bersekolah di sekolah negeri

keagamaan dan non-keagamaan. Hal ini didasari anggapan dari masyarakat bahwa

remaja yang bersekolah di sekolah keagamaan dinilai mempunyai nilai-nilai

agama yang lebih kuat dibandingkan remaja yang bersekolah di sekolah

non-keagamaan karena remaja yang bersekolah di Madrasah mendapatkan porsi

pelajaran agama Islam yang lebih banyak dibandingkan remaja yang bersekolah di

sekolah non keagamaan sehingga dapat menghindari perbuatan-perbuatan yang

dilarang agama. Oleh karena itu dipilih dua sekolah yang mewakili populasi

tersebut yaitu SMA Negeri dan MA Negeri.

Sampai saat ini, masih banyak orang yang beranggapan menonton film di

bioskop mempunyai konotasi yang negatif. Stereotipe buruk mengenai bioskop

terbentuk karena bioskop merupakan salah satu tempat yang sering dipilih remaja

untuk berpacaran. Keadaan di dalam gedung bioskop yang gelap juga merupakan

(35)

bioskop yang gelap disalahgunakan oleh remaja sehingga tercipta anggapan

masyarakat yang buruk terhadap menonton film di bioskop. Berikut adalah

kutipan hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat mengenai konotasi

buruk menonton film di bioskop:

...Bioskop cuma jadi tempat buat remaja yang pacaran ajah. Yang dateng ke bioskop buat nonton film kebanyakan orang-orang yang pacaran, apalagi anak-anak muda (remaja). Abisnya ruangannya gelap, jadi sering dipake buat pacaran, padahal kan berdua-duaan

di ruangan yang gelap sama lawan jenis (pacar) dilarang agama. 1

...Kalo pacaran tuh enaknya di bioskop lagih, selain bisa nonton film terbaru, ruangannya nyaman, gelap lagi, jadi enak lah bisa dua-duaan sama pacar, hehe. Lagian kan emang udah wajar kali

anak-anak muda pada pacaran di bioskop. 2

Akan tetapi, ada pula sebagian orang yang tetap memilih menonton film di

bioskop daripada menonton film dengan VCD, DVD atau menunggu film tayang

di televisi dengan berbagai alasan. Salah satunya adalah karena keterbaruan film

dan kenyamanan bioskop, khususnya bagi para pecinta film. Berikut adalah hasil

wawancara dengan beberapa orang mengenai pilihan mereka untuk menonton film

di bioskop:

...Saya sih lebih memilih menonton film di bioskop. Saya kan memang sudah hobi menonton film dari dulu, jadi buat saya ga masalah lah kalau mesti ngeluarin uang buat beli tiket, yang penting saya ga penasaran sama film terbaru dan saya juga puas. Selain itu, gambarnya juga jelas, stereo sound, tempat duduknya juga nyaman,

ga kepotong sama iklan juga.”3

1

Hasil wawancara dengan EJ (46 th), Ibu rumah tangga, tanggal 29 maret 2008 2

Hasil wawancara dengan DA (19 th), Mahasiswi, tanggal 29 maret 2008 3

(36)

...Daripada nonton film lewat DVD bajakan, mendingan nonton di bioskop. Kalo nonton di bioskop sama temen-temen seru deh pokonya, bisa ketawa-tawa bareng, seru-seruan bareng lah. Bukan cuma orang pacaran aja kok yang dateng ke bioskop. Lagian saya sih ga masalah, selama orang pacarannya juga masih dalam batas

wajar. 4

...Kalo ditanya lebih suka nonton film dimana, ya pasti saya lebih suka nonton film di bioskop lah. Alesannya ya soalnya film-film yang ditayangin di biskop kan film baru, udah gitu layarnya lebar, gambar sama suaranya jelas, tempat duduknya empuk, ber-AC lagi, lebih nyaman banget lah. Kalo katanya bioskop sering dijadiin tempat pacaran, emang iya sih, cuma kan niat saya emang pengen nonton film, jadi saya ga terlalu mikirin itu. 5

Remaja, baik yang bersekolah di SMAN atau MAN mempunyai motivasi

dan preferensi menonton film yang berbeda. Diduga remaja yang bersekolah di

MAN lebih memilih menonton film di rumah dengan menggunakan VCD dan

DVD atau menunggu film tersebut tayang di televisi daripada menonton film di

bioskop karena dipandang nilai-nilai agama mereka lebih kuat dan adanya

keyakinan bahwa menonton film dengan lawan jenis di bioskop adalah perbuatan

yang dilarang agama.

Adapun remaja yang bersekolah di MAN, cenderung memilih film yang

bertema komedi atau horror daripada menonton film yang bertema percintaan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rasyid, et.al (2004), mengenai

keterdedahan tayangan mistik komersial di televisi dengan perilaku remaja

terhadap aqidah Islam menyatakan bahwa umumnya remaja yang bersekolah di

sekolah keagamaan memilih menonton film yang bertema komedi danhorror.

4

Hasil wawancara dengan TN (21 th), mahasiswi, tanggal 29 maret 2008 5

(37)

Penelitian tentang motivasi khalayak menonton film telah dilakukan.

Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Febiyuswita (2001) mengenai motivasi

khalayak menonton film membuktikan bahwa motivasi khalayak dalam menonton

film berbeda-beda sesuai dengan karakteristik khalayak yang juga berbeda-beda.

Akan tetapi, penelitian tersebut tidak memperlihatkan secara lebih rinci mengenai

preferensi khalayak dalam menonton film, seperti lokasi menonton film, media

dalam menonton film, dan jenis film yang akan ditonton. Selain itu, dalam

penelitian tersebut tidak dijelaskan mengenai kepuasan yang didapatkan khalayak

setelah mereka menonton film di bioskop, karena apabila kebutuhan seseorang

dalam menggunakan media massa telah terpenuhi maka akan timbul kepuasan

dari dalam diri orang tersebut (McQuail, 1996).

1.2 Perumusan Masalah

Pada dasarnya hidup manusia didasari oleh berbagai macam kebutuhan

dan manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan itu dengan berbagai

cara. Begitu pun dengan remaja yang dalam penelitian ini disebut sebagai siswa.

Siswa selalu ingin memenuhi berbagai kebutuhannya. Oleh karena itu, siswa

menggunakan media massa, seperti membaca majalah, mendengarkan radio,

menonton televisi, atau menonton film.

Preferensi siswa menonton film juga berbeda-beda. Siswa dapat memilih

lokasi menonton film dan jenis film sesuai dengan keinginannya. Baik siswa

sekolah keagamaan maupun non-keagamaan memiliki preferensi masing-masing

(38)

kebutuhan dalam menggunakan media massa, seperti motivasi menonton film

terpenuhi, maka dapat menimbulkan perasaan puas dalam diri siswa.

Beberapa perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini,

adalah:

1. Bagaimana gambaran motivasi, preferensi, dan kepuasan siswa menonton

film?

2. Apakah motivasi siswa menonton film berhubungan dengan kepuasan

siswa menonton film?

3. Apakah terdapat perbedaan preferensi menonton film (pemilihan lokasi

menonton dan jenis film yang ditonton) antara siswa bersekolah

keagamaan dan non keagamaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan gambaran motivasi, preferensi, dan kepuasan siswa

menonton film.

2. Menganalisis hubungan antara motivasi siswa menonton film dengan

kepuasan menonton film.

3. Menganalisis perbedaan preferensi menonton film (pemilihan lokasi

menonton dan jenis film yang ditonton) antara siswa bersekolah

(39)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Para pembuat film dan pihak-pihak yang terkait agar mengetahui motivasi,

preferensi, dan kepuasan remaja menonton film sehingga para pembuat

film dapat lebih kreatif untuk membuat film yang sesuai dengan kebutuhan

remaja.

2. Penulis dan Siswa, untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

motivasi, preferensi, dan kepuasan menonton film Indonesia, baik pada

siswa yang bersekolah keagamaan maupun non keagamaan.

3. Mahasiswa dan masyarakat yang ingin mengetahui hasil penelitian ini,

dapat menjadikannya sebagai bahan informasi bagi yang ingin mengkaji

kembali atau mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan topik

(40)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Remaja

2.1.1.1 Pengertian Remaja

Istilah Adolescene atau Remaja berasal dari kata Latin yang berarti

“tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1980). Lazimnya masa

remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan

berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Ali dan Ansori (2005)

mengemukakan bahwa remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi

terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa

bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan merasa

sama atau sejajar. Pada masa tersebut, remaja berada pada fase “mencari jati diri”.

Menurut Hurlock (1980), masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu

awal dan akhir masa remaja. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13

tahun-16/17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari usia 16/17 tahun-18 tahun,

yaitu usia matang secara hukum, sedangkan menurut Ali dan Ansori (2005), masa

remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi perempuan, sedangkan bagi

laki-laki masa remaja berlangsung antara umur 13-22 tahun. Selain itu, rentang

usia remaja dapat dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu:

(a) Remaja awal, yaitu 12/13 tahun-17/18 tahun

(41)

2.1.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja

Kekhasan dalam perkembangan fase remaja dibandingkan dengan fase

perkembangan lainnya membawa konsekuensi pada kebutuhan yang khas pula

pada mereka. Menurut Garrison (dalam Mappiare, 1982), setidaknya ada tujuh

kebutuhan khas remaja, yaitu: (1) Kebutuhan akan kasih sayang, (2) Kebutuhan

akan keikutsertaan dan diterima kelompok, (3) Kebutuhan untuk berdiri sendiri,

(4) Kebutuhan untuk berprestasi, (5) Kebutuhan akan pengakuan dari orang lain,

(6) Kebutuhan untuk dihargai, dan (7) Kebutuhan memperoleh falsafah hidup

yang utuh. Tidak terpenuhinya kebutuhan bagi remaja dapat menimbulkan

kekecewaan atau bahkan frustasi, yang pada akhirnya dapat mengganggu proses

pertumbuhan dan perkembangan remaja itu sendiri (Ali dan Ansori, 2005).

Masa remaja merupakan masa yang penting. Masa ini disebut juga sebagai

suatu tahap peralihan, perubahan, usia bermasalah, mencari identitas, usia yang

menakutkan, tidak realistik, dan diambang dewasa (Hurlock, 1980). Masa

peralihan disebut juga sebagai masa transisi. Pada masa ini remaja mengalami

ketidakmapanan tingkah laku. Pada masa remaja, perubahan yang terjadi sangat

besar, baik dari segi fisik maupun perubahan perilakunya.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, membuat remaja

mempunyai masalah yang sulit diatasi oleh diri mereka sendiri. Remaja berusaha

melepaskan diri dari orang tua untuk menemukan identitas diri. Masa remaja juga

dikatakan sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Hal ini karena adanya

anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapih, tidak dapat dipercaya,

dan cenderung merusak. Masa remaja sebagai ambang dewasa adalah masa

(42)

ingin merubah dirinya seperti orang dewasa. Mereka sudah mulai berperilaku

seperti orang dewasa, dengan mencoba untuk merokok, minum-minuman keras,

obat-obatan, dan seks bebas (Hurlock, 1980).

Remaja pada masa perkembangannya selalu mencari jati diri. Salah

satunya adalah dengan tokoh yang dijadikan idola (Mappiare, 1982). Sebagian

besar remaja memiliki tokoh idola yang berasal dari kalangan selebritis, seperti

penyanyi atau aktris dan aktor pemain sinetron atau film. Mengingat tokoh

idolanya sering muncul di media massa elektronik, seperti film, maka remaja

menjadi termotivasi untuk menonton film.

2.1.1.3 Minat Masa Remaja

Hurlock (1980), menyatakan bahwa dalam masa remaja, minat yang

dibawa dari masa kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang

lebih matang. Meskipun terdapat banyak ragam minat, namun ada beberapa minat

yang hampir universal terjadi pada masa remaja, yaitu: minat rekreasi (bermain,

olahraga, bersantai, bepergian, menyalurkan hobi, membaca, menonton

film/televisi, dan mendengarkan radio); minat sosial (mengobrol, memberi kritik

dan pembaharuan, menolong orang lain, mencari tahu peristiwa dunia, dan

menghadiri pesta); minat pribadi (minat pada penampilan diri seperti pakaian,

prestasi, kemandirian, uang; minat pada pendidikan; minat pada pekerjaan; minat

pada agama; dan minat pada simbol status).

Beberapa minat dan sikap yang ditunjukkan oleh remaja sebenarnya

(43)

sekitar mereka. Ali dan Ansori (2005), menyatakan karakteristik penyesuaian diri

yang dilakukan oleh remaja, yaitu:

1. Penyesuaian diri terhadap peran dan aktivitasnya. Dalam konteks ini,

penyesuaian diri remaja secara khas berupaya untuk dapat berperan sebagai

subyek yang kepribadiannya memang berbeda dengan anak-anak ataupun

orang dewasa.

2. Penyesuaian diri remaja terhadap pendidikan. Penyesuaian diri remaja secara

khas bertujuan ingin meraih sukses dalam studi, tetapi dengan cara-cara yang

menimbulkan perasaan bebas dan senang.

3. Penyesuaian diri remaja terhadap kehidupan seks. Remaja ingin memahami

kondisi seksual dirinya dan lawan jenisnya, serta mampu bertindak untuk

menyalurkan dorongan seksualnya yang dapat dimengerti dan dapat

dibenarkan oleh norma sosial dan agama.

4. Penyesuaian diri terhadap norma sosial. Hal ini dilakukan agar dapat terwujud

internalisasi norma, baik pada kelompok remaja, lingkungan keluarga, sekolah

maupun masyarakat luar.

5. Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan waktu luang. Remaja

melakukan penyesuaian antara dorongan kebebasannya, inisiatif dan

kreativitasnya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Dengan demikian,

penggunaan waktu luang akan menunjang pengembangan diri dan manfaat

sosial.

6. Penyesuaian diri remaja terhadap penggunaan uang. Remaja berusaha untuk

mampu bertindak profesional, melakukan penyesuaian antara kelayakan

(44)

upaya penyesuaian, diharapkan penggunaan uang akan menjadi efektif dan

efisien, serta tidak menimbulkan keguncangan pada diri remaja itu sendiri.

7. Penyesuaian diri remaja terhadap kecemasan, konflik dan frustasi. Strateginya

melalui mekanisme pertahanan diri, seperti kompensasi, rasionalisasi,

proyeksi, sublimasi, identifikasi, regresi, dan fiksasi.

Terdapat sejumlah faktor psikologis dasar yang memiliki pengaruh kuat

terhadap dinamika penyesuaian diri remaja (Ali dan Ansori, 2005), diantaranya

adalah kebutuhan (need), persepsi (perception), kemampuan (capacity),

kepribadian (personality), dan motivasi (motivation). Salah satu teori motivasi

yang dibahas oleh Ali dan Ansori (2005) adalah Teori Hedonistik. Teori ini masih

berhubungan dengan teori Sigmund Freud tentang prinsip-prinsip pemuasan

kesenangan. Menurut teori ini, suasana hedonisme berarti perilaku yang diarahkan

untuk memenuhi kesenangan individu. Hal ini dianggap penting karena pada

dasarnya kebutuhan merupakan tuntutan internal yang harus dipuaskan agar dapat

mencapai penyesuaian diri yang baik dan tidak terjadi kegagalan dalam

melaksanakan masa peralihan.

Faktor yang juga berkontribusi terhadap pembentukan perilaku remaja

adalah lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini remaja mengalami

proses sosialisasi kedua setelah keluarga (Nandiatni, 2006). Remaja yang berusia

16-18 tahun digolongkan sebagai siswa Sekolah Menengah Atas. Siswa sendiri

adalah pelajar atau orang yang melakukan aktifitas belajar (Moeliono, 1993).

Menurut Wikipedia Indonesia, siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang

(45)

sebagai responden dalam penelitian ini adalah siswa pada jenjang pendidikan

menengah atas.

Sekolah sebagai sistem pendidikan formal mengajarkan remaja

mempelajari hal-hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga sehingga

nilai-nilai sosial yang ditanamkan pun akan berbeda. Di Indonesia, Sekolah Menengah

Atas dibagi menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan Swasta, serta

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan Swasta. Perbedaan antara SMA Negeri atau

Swasta dengan MAN terletak pada porsi pendidikan agama Islam yang lebih

banyak dan detail dibandingkan dengan pendidikan agama Islam yang diterima

oleh pelajar SMA Negeri dan Swasta.

2.1.2 Film Sebagai Media Komunikasi Massa 2.1.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Effendy (1984) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah komunikasi

melalui media massa, misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi, film, ataupun

internet. Komunikasi massa juga sering disebut sebagai komunikasi yang

menggunakan media massa. Menurut Elizabeth-Noelle Neuman yang dikutip oleh

Rakhmat (2000), ada empat tanda pokok dari komunikasi massa, yaitu: (1)

bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis; (2) bersifat satu arah,

artinya tidak ada interaksi diantara komunikan dan komunikator; (3) bersifat

terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim; (4)

mempunyai publik yang secara geografis tersebar.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

massa adalah suatu komunikasi yang ditujukan pada khalayak yang besar,

(46)

seperti media cetak (koran, majalah, dan tabloid) atau media elektronik (televisi,

radio, internet, dan film). Tujuan penggunaan media ini agar penyampaian

informasi kepada khalayak bisa serentak pada saat yang sama. Pesan yang

disampaikan pada komunikasi massa bersifat kontinyu, maksudnya dampak

komunikasi bisa berlangsung terus, karena khalayak yang besar sehingga

menimbulkan efek tertentu di kemudian hari.

2.1.2.2 Media Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media. Media

massa merupakan organisasi-organisasi yang menyalurkan produk-produk atau

pesan-pesan budaya yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya

masyarakatnya.

Ada beberapa bentuk dari media massa, diantaranya adalah media cetak

dan media elektronik. Salah satu media yang digunakan dalam komunikasi massa

adalah media film dengan ciri-ciri sebagai berikut (Effendy, 1984):

a. Pesan dalam film berlangsung satu arah

Tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan kata

lain sutradara film sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan

khalayak terhadap pesan dalam film. Hal ini juga berarti komunikator tidak

mengetahui proses komunikasi yang berlangsung. Sutradara tidak

mengetahui apakah khalayak merasa bosan, suka, atau bahkan tertidur saat

menonton film. Jika terdapat umpan balik, maka umpan balik baru terjadi

(47)

tidak langsung sampai ke sutradara, tetapi melalui perantara melalui ulasan

atau resensi film di surat kabar, majalah, radio, internet, dan televisi.

b. Komunikator film melembaga

Wright (dalam Ardianto dan Erdinaya, 2004), mengemukakan bahwa

komunikator bergerak dalam organisasi yang kompleks, menyangkut

berbagai pihak yang terlibat dalam proses komunikasi massa, mulai dari

menyusun pesan sampai diterima oleh komunikan. Hal ini berarti dari proses

pembuatan film hingga dapat ditonton oleh khalayak melibatkan sejumlah

orang atau kelompok yang saling berkoordinasi, dan tiap orang memiliki

peran yang berbeda-beda. Proses pembuatan film melibatkan produser,

sutradara, aktris dan aktor film, editor, penata musik, kru film, sampai

lembaga sensor film yang kemudian film didistribusikan ke bioskop,

direkam dalam bentuk DVD, atau disiarkan di televisi.

c. Pesan bersifat umum

Pesan yang disebarkan melalui film bersifat umum karena ditujukan kepada

khalayak umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi, tidak ditujukan

kepada perseorangan atau sekelompok orang tertentu.

d. Menimbulkan keserempakan

Keserempakan dalam film tampak ketika film dibuat dalam ratusancopy dan

kemudian diputar di gedung-gedung bioskop yang tersebar di seluruh

Indonesia dimana secara serempak film tersebut ditonton oleh ribuan

(48)

e. Komunikan film bersifat heterogen

Komunikan atau khalayak film merupakan kumpulan anggota masyarakat

yang keberadaannya terpencar-pencar, dimana satu sama lain tidak saling

mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi. Masing-masing khalayak

berbeda dalam hal jenis kelamin, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, suku

bangsa, dan sebagainya.

2.1.2.3 Pengertian Film

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.8 tahun 1992 tentang

perfilman, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media

komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan

direkam pada pita seluloid, pita video atau piringan video, melalui proses

kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang

dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,

elektronik dan/atau lainnya. Siregar yang dikutip oleh Nugroho (2005),

mengatakan bahwa film adalah tontonan layar lebar, dan merupakan karya teks

kultural atau budaya yang padat, intens, dan sepenuhnya berorientasi kepada

makna. Selain itu, film bukanlah jenis ”film” yang dibentuk oleh industri televisi

yang biasanya berseri (bersambung) dan bertujuan mengundang iklan untuk

memperoleh keuntungan.

Berdasarkan uraian di atas, film adalah karya cipta seni dan budaya.

Gagasan atau pesan yang terkandung dalam film mencerminkan nilai budaya yang

dianut atau ingin disampaikan oleh pembuat film. Oleh karena itu, film dapat

(49)

sehingga mempengaruhi nilai-nilai yang ada dan bahkan membentuk nilai-nilai

baru.

Perkembangan teknologi yang ada saat ini menyebabkan film tidak hanya

dapat disaksikan di bioskop saja. Saat ini film layar lebar dapat disimpan dalam

bentuk VCD (Video Compact Disc), dan yang terbaru saat ini film dapat disimpan

dalam bentuk DVD (Digital Video Disc). Selain itu, stasiun televisi juga dapat

membeli hak siaran film layar lebar yang pernah ditayangkan di bioskop sehingga

khalayak dapat menonton film melalui televisi.

2.1.2.4 Perkembangan Film di Indonesia

Sejarah film atau “gambar idoep” di Indonesia mulai dikenal semenjak

ditampilkannya iklan dariDe Nederlandsche Bioscope Maatschappijdalam surat

kabar Bintang Betawi yang menyatakan pada tanggal 5 Desember 1990 akan

diadakan pertunjukkan “gambar idoep” yang pertama dalam satu rumah di Tanah

Abang. Di tahun 1926, film pertama yang diproduksi adalahLoetoeng Kasaroeng.

Selanjutnya, pada tahun 1938 pasangan bintang film berdarah Indonesia pertama,

Roekiah-Raden Mochtar berperan di film karya Albert Balink yang berjudul

Terang Boelan (Gunawan, 1990).

Setelah periode kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 31 Maret 1950,

Usmar Ismail mendirikan PERFINI (Perusahaan Film Nasional Indonesia). Film

Darah dan Doa diproduksi, pengambilan gambar pertama dilakukan pada tanggal

30 Maret, yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Film Nasional dan baru diakui

(50)

Ajang Festival Film Indonesia (FFI) pertama kali diselenggarakan pada

tahun 1955. Film Lewat Djam Malam menjadi film terbaik FFI saat itu. Festival

Film Indonesia (FFI) sempat mengalami pasang surut selama beberapa kali,

hingga tahun 1973 FFI kembali digelar, lalu bertahan cukup lama, dan kembali

terhenti pasca tahun 1992. Hal disebabkan, karena terlalu banyak peraturan dan

kebijakan pemerintah terhadap kontrol sosial dan budaya khususnya, industri

perfilman yang diterapkan. Hingga akhirnya, membelenggu perkembangan

industri perfilman tanah air di masa itu, dan adanya ketidakjelasan skema

investasi film di Indonesia (Nugrahanto, 2007).

Pada tahun 2004, FFI kembali diselenggarakan karena sejak awal tahun

2000, industri perfilman di Indonesia mulai mengalami kemajuan setelah terpuruk

beberapa tahun. Film-film karya senias muda Indonesia semakin banyak

diproduksi dengan tema cerita yang berbeda-beda. Penonton film di bioskop pun

semakin meningkat dan antusias menyambut film-film terbaru karya anak bangsa.

Sejak saat itu sampai saat ini, film Indonesia semakin disukai oleh masyarakat dan

mampu mensejajarkan diri dengan film-film produksi Hollywood (Nugrahanto,

2007).

2.1.2.5 Jenis Film

Menurut Soehoet (2003), film dapat dibedakan menurut sifat isi

pernyataan dan tujuan pembuatannya. Menurut sifat isi pernyataannya, film dibagi

menjadi film berita, film iklan, dan film cerita, sedangkan menurut tujuannya,

(51)

Film-film cerita komersil inilah yang beredar di bioskop, dan digemari banyak

orang terutama oleh kalangan remaja.

Film cerita komersial dapat digolongkan berdasarkan sifatnya menjadi

drama, drama tragedi, drama komedi, drama misteri, dan drama laga atauaction

(Lutters, 2004). Film cerita drama yaitu jenis cerita fiksi yang bercerita tentang

kehidupan dan perilaku manusia sehari-hari. Drama tragedi merupakan cerita

yang berakhir dengan duka lara atau kematian, drama komdi berisi cerita-cerita

lucu, drama misteri merupakan film yang dapat memancing ketegangan penonotn,

dan drama laga lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran.

Berdasarkan durasi atau lama waktu penayangan film, maka film

dibedakan menjadi film cerita pendek dan film cerita panjang (Effendy, 2002).

Film cerita pendek berdurasi di bawah 60 menit, sedangkan film cerita panjang

berdurasi 90-120 menit. Dalam penelitian ini, film dibatasi hanya film Indonesia,

bukan film Hollywood, Bollywood atau Mandarin. Film Indonesia dipilih karena

saat ini banyak sekali film-film Indonesia dengan beragam tema yang ditayangkan

di bioskop-bioskop seluruh Indonesia. Jenis film Indonesia dalam penelitian ini

digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu horror, action (laga), percintaan,

komedi, dan religi.

2.1.2.6 Karakteristik Film

Menurut Ardianto dan Erdinaya (2004), karakteristik film adalah hal-hal

yang membedakan film dengan media komunikasi lainnya. Faktor-faktor yang

(52)

1. Layar yang luas atau lebar

Film dan TV sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film

adalah layarnya yang berukuran luas. Layar film yang luas telah memberikan

keleluasaan penontonnya untuk melihat adegan-adegan yang disajikan dalam

film. Layar yang luas dan lebar menunjukkan kejelasan gambar film.

2. Pengambilan Gambar

Pengambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak

jauh dan pengambilan pemandangan menyeluruh karena posisi duduk

penonton bertingkat-tingkat. Shot tersebut dipakai untuk memberi kesan

artistik dan suasana yang sesungguhnya, sehingga film menjadi lebih menarik.

Sebaliknya, pengambilan gambar pada TV lebih sering dari jarak dekat karena

posisi duduk tidak bertingkat-tingkat.

3. Konsentrasi Penuh

Berdasarkan pengalaman khalayak yang pernah menonton film di bioskop, di

saat menonton film, semua penonton terbebas dari gangguan hiruk pikuknya

suara diluar karena ruangan kedap suara. Semua mata hanya tertuju pada

layar, sementara pikiran dan perasaan penonton tertuju pada alur cerita. Dalam

keadaan demikian, emosi penonton dapat terbawa suasana yang ditimbulkan

oleh film. Dengan kata lain, ruangan sangat berpengaruh dalam kegiatan

menonton film.

4. Identifikasi Psikologis

Penonton dapat merasakan bahwa suasana di gedung bioskop telah membuat

perasaan dan pikiran larut dalam cerita yang disajikan. Karena penghayatan

(53)

(mengidentifikasikan) pribadi dengan salah seorang pemeran dalam film

tersebut apalagi jika aktris dan aktor yang memainkan peran adalah aktris dan

aktor yang populer. Gejala ini menurut ilmu jiwa sosial disebut sebagai

identifikasi psikologis.

2.1.3 Motivasi

Di dalam psikologi, sering dibedakan antara motivasi dan motif. Menurut

Sabri (1993), motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang yang

mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk mencapai

tujuan, sedangkan motivasi adalah sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku

yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Menurut

Handoko (1992), motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam

diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah

laku.

McQuail (1991), menyatakan bahwa kebutuhan, motif, penggunaan media,

dan fungsi media saling berhubungan sedemikian rupa sehingga kebutuhan

manusia tersebut menciptakan upaya pemenuhan kebutuhan. Sejumlah harapan

dianggap akan dapat dipenuhi dengan cara mengkonsumsi media massa atau

dengan sejumlah alternatif fungsional lainnya. Karena khalayak dengan sengaja

menggunakan media, maka hal ini disebut self-exposure. Motivasi penggunaan

media atau fungsi media bagi individu adalah sebagai berikut:

1. Informasi, merupakan motivasi yang berkaitan dengan usaha untuk:

§ Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan

(54)

§ Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan

hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.

§ Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.

§ Belajar, pendidikan diri sendiri.

§ Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.

2. Identitas Pribadi, merupakan motivasi yang berkaitan dengan usaha untuk:

§ Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.

§ Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media).

§ Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

3. Integrasi dan Interaksi Sosial, merupakan motivasi yang berkaitan dengan

usaha untuk:

§ Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati sosial.

§ Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa memiliki.

§ Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.

§ Memperoleh teman selain manusia.

§ Membantu menjalankan peran sosial.

§ Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak keluarga,

teman, dan masyarakat.

4. Hiburan, merupakan motivasi yang berkaitan dengan usaha untuk:

§ Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan.

§ Bersantai.

(55)

§ Mengisi waktu.

§ Penyaluran emosi.

§ Membangkitkan gairah seks.

Merton (dalam McQuail, 1991), menyatakan bahwa seseorang

menggunakan media massa apabila hal tersebut dianggap memberikan kepuasan

pada kebutuhannya. Motivasi yang mendorong khalayak untuk menggunakan

media massa, seperti menonton film, merupakan suatu pemuasan akan

kebutuhannya.

Motif individu menggunakan suatu media massa tidak sama. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Dennis McQuail dan Michael Gurevitc seperti

yang dikutip oleh Blumler (dalam Damayanti, 2004), menunjukkan bahwa:

1. Motif khalayak laki-laki menggunakan media massa terutama untuk

pengawasan lingkungan dan keingintahuan, sedangkan motif wanita untuk

hiburan.

2. Motif khalayak berusia lebih tua menggunakan media massa terutama

untuk pengawasan lingkungan dan identitas pribadi, sedangkan khalayak

yang berusia muda untuk hiburan.

3. Motif khalayak berpendidikan tinggi menggunakan media massa terutama

untuk pengawasan lingkungan dan keingintahuan, sedangkan motif

khalayak yang berpendidikan rendah adalah untuk hiburan dan identitas

pribadi.

4. Motif khalayak berstatus sosial menengah menggunakan media massa

(56)

5. Motif khalayak yang pekerjaannya beresiko tinggi menggunakan media

massa terutama untuk keingintahuan dan identitas pribadi.

Ada berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media massa.

Terdapat berbagai macam kebutuhan terhadap media massa yang telah disusun

oleh para peneliti sebelumnya, salah satunya dikemukakan oleh Dominick (1983)

yang mengklasifikasikan kebutuhan-kebutuhan terhadap penggunaan media massa

sebagai berikut:

1. Cognition, yaitu dorongan untuk memperoleh informasi.

2. Diversion, yaitu dorongan yang meliputi bentuk-bentuk yang berupa

stimulasi, relaksasi, dan pelepasan emosi.

3. Social utility, yaitu dorongan yang meliputi kontak sosial terhadap

keluarga, sahabat, dan yang lainnya dalam lingkungan sosial.

4. Withdrawal, yaitu kebutuhan untuk melepaskan diri dari aktivitas-aktivitas

tertentu dan bukan hanya sekedar untuk relaksasi saja.

Apabila suatu media massa dapat menjalankan fungsi seperti yang

diinginkan oleh seseorang, maka media massa tersebut dapat menimbulkan suatu

pemuasan kebutuhan bagi khalayaknya. Semakin erat kesesuaian antara keinginan

dengan pemenuhan kebutuhan yang didapatkan dari suatu media massa, maka

semakin tinggi kepuasan yang didapatkan khalayak.

Jenis motivasi khalayak dalam menggunakan madia massa yang

dikemukakan oleh McQuail (1991) mempunyai beberapa kekurangan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Farida (2005), banyak orang yang

memilih untuk menonton televisi sendiri. Dengan kata lain, terdapat motivasi dari

(57)

diri dari masalah yang sedang dihadapi seorang diri. Dalam jenis-jenis motivasi

menggunakan media massa yang dikemukakan oleh McQuail, memang terdapat

jenis motivasi hiburan, akan tetapi jenis motivasi tersebut kurang mewakili aspek

motivasi seseorang untuk menyendiri.

Dominick (1983), mengklasifikasikan kebutuhan-kebutuhan terhadap

penggunaan media massa. Dalam jenis motivasi yang dikemukakan Dominick,

terdapat jenis motivasiwithdrawal, yaitu kebutuhan-kebutuhan untuk melepaskan

diri dari aktivitas-aktivitas tertentu, bukan hanya sekedar relaksasi. Artinya,

seseorang dapat memilih untuk menyendiri dengan tujuan melepaskan diri dari

masalah atau untuk memperoleh ketenangan dengan cara menggunakan media

massa seorang diri.

Dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan kedua teori motivasi

menggunakan media massa yang dikemukakan oleh McQuail (1991) dan

Dominick (1983). Tujuan digabungkannya kedua teori ini adalah untuk saling

melengkapi kekurangan yang ada dalam teori motivasi menggunakan media

massa yang dikemukakan oleh McQuail dan Dominick. Selain itu, agar semua

aspek motivasi khalayak menggunakan media massa dapat terwakili.

Peneliti mengklasifikasikan jenis-jenis motivasi khalayak menonton film

menjadi:

• Motivasi pendidikan, yaitu hal-hal yang mendorong khalayak menonton

film untuk memperoleh informasi, menambah pengetahuan, dan mencari

tahu tentang hal-hal tertentu.

• Motivasi sosial, yaitu hal-hal yang mendorong khalayak menonton film

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman
Tabel 9. Sumber Informasi Film, 2008
Gambar 2. Motivasi Pendidikan Siswa Menonton Film, 2008
Gambar 3. Motivasi Pribadi Siswa Menonton Film, 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

TAPM yang berjudul "Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Kemampuan Membaca Pemahaman Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri di Gugus X

Kepala sekolah seharusnya lebih memberikan motivasi kepada para guru untuk selalu mencoba memahami perkembangan pola pikir siswa, mulai dari yang hal-hal

EKSPLORASI LANGKAH SAINTIFIK BERBANTUAN MEDIA FILM DENGAN PENGUATAN LKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SUHU, KALOR, DAN PERPINDAHAN KALOR PADA SISWA KELAS XI IPA-1 DI SMAN 1

267 | P a g e PENGAMATAN KOMPREHENSIF DENGAN DISKUSI DAN MEDIA FILM DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKS INTERAKSI DAN KHUSUS PADA SISWA KELAS XI MIA-3

Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Efikasi Diri Terhadap Kejenuhan Belajar dan Dampaknya Terhadap Motivasi Belajar pada Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI SMK Negeri di Kabupaten