• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Partisipasi Petani dalam

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dalam kegiatan Prima Tani terdiri dari faktor internal petani dan faktor eksternal petani. Faktor internal petani merupakan status sosial ekonomi petani dan faktor ekternal petani terdiri dari lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial. Faktor internal petani (status sosial ekonomi petani) terdiridari: umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman, tingkat pendapatan, keaktifan keanggotaan tani dan luas penguasaan lahan. Untuk mengetahui kecenderungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dengan tingkat partisipasi petani dalam kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Intensif digunakan analisis Compare Mean melalui program SPSS 17,0 for windows. Tabel 19 menunjukkan kecenderungan rata-rata antara faktor internal petani yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi petani dalam kegiatan Prima Tani.

commit to user

Tabel 19. Faktor Internal Petani yang Mempengaruhi Partisipasi Petani dalam Kegiatan Prima Tani

No. Faktor internal petani yang mempengaruhi partisipasi

petani

Partisipasi Petani Terhadap Kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Intensif

Rata-Rata N % Y1 Y2 Y3 Y4 Y tot 1. Stts Sosek Petani (X1) Rendah (<13) 7.60 9.20 5.90 6.60 29.30 10 25.0 Sedang (13-16) 9.57 10.29 6.38 7.24 33.48 21 52.5 Tinggi (>16) 12.00 10.89 7.78 7.33 38.00 9 22.5 1.a X1.1 (Umur) Rendah (>50 tahun) 9.25 9.88 6.63 6.50 32.25 8 20.0 Sedang (25-35 tahun) 8.40 9.40 6.00 7.00 30.80 5 12.5 Tinggi (36-50 tahun) 9.96 10.37 6.67 7.30 34.30 27 67.5 1.b X1.2 (Pendidikan Formal) Rendah (Tdk sklh dan tdk tamat/tamat SD) 8.95 10.14 6.29 7.19 32.57 21 52.5

Sedang (Tidak tamat/tamat SMP dan tidak tamat/tamat SMA)

10.28 10.17 6.83 7.06 34.33 18 45.0

Tinggi (Tamat Diploma dan tamat Sarjana) 12.00 10.00 8.00 6.00 36.00 1 2.5 1.c. X1.3 (Pend. Non-Formal) Rendah (<4) 7.75 9.00 6.25 6.50 29.50 4 10.0 Sedang (4) 8.00 10.00 6.09 7.55 31.64 11 27.5 Tinggi (>4) 10.64 10.40 6.84 7.00 34.88 25 62.5 1.d X1.4 (Tingkat Pendapatan) Rendah (<4) 7.933 9.733 6.13 7.27 31.07 15 37.5 Sedang (4) 10.428 10.29 6.67 6.95 34.33 21 52.5 Tinggi (>4) 11.75 11.00 7.75 7.25 37.75 4 10.0 1.e X1.5 (Pengalaman Petani)

Rendah (<5) 9.00 10.00 6.86 7.43 33.29 7 17.5 Sedang (5-6) 9.04 9.92 6.32 6.92 32.20 25 62.5 Tinggi (>6) 12.00 11.00 7.13 7.38 37.50 8 20.0 1.f X1.6 (Tingkat Keaktifan Keanggotaan Tani) Rendah (<4) 7.50 8.67 8.00 6.50 28.67 6 15.0 Sedang (4) 8.23 9.62 5.92 6.92 30.69 13 32.5 Tinggi (>4) 11.00 10.90 7.14 7.38 36.52 21 52.5 1.g X1.7 (Luas Penguasaan Lahan) Rendah (<0,25 Ha) 9.64 10.36 6.27 7.27 33.55 11 27.5 Sedang (0,25-0,75 Ha) 8.86 9.86 6.36 7.05 32.14 22 55.0 Tinggi (>0,75 Ha) 12.00 10.71 7.71 7.00 37.43 7 17.5 Rata-Rata Total 9.93 10.78 6.70 7.30 34.71 40 100 Kategori Y Rendah <9 >9 <6 <6 <31 Sedang 9-12 9-11 6-7 6-7 31-37 Tinggi >12 >10 >7 >7 >37 Sumber : Analisis Data Primer 2010

Keterangan:

Y1 : Partisipasi dalam Tahap Perencanaan

Y2 : Partisipasi dalam Tahap Pelaksanaan Kegiatan Y3 : Partisipasi dalam Tahap Evaluasi dan Monitoring Y4 : Partisipasi dalam Tahap Pemanfaatan Hasil Y Tot : Partisipasi dalam Kegitan Prima Tani

commit to user 1. Status Sosial Ekonomi Petani

Status sosial ekonomi petani adalah peringkat atau stratifikasi dalam masyarakat secara ekonomi dan sosial yang melekat pada diri petani bersangkutan. Data yang tersaji pada Tabel 19 menunjukkan sebagian besar responden (52.5%), status sosial ekonominya termasuk dalam kategori sedang (skor 13-16). Artinya petani didalam masyarakat secara sosial dan ekonomi memiliki peringkat yang cukup baik. Status sosial ekonomi dalam kategori sedang memiliki pontensi yang cukup baik dalam pengembangan usahatani melalui kegiatan Prima Tani.

a. Umur

Umur yaitu satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan hidup petani yang bersangkutan mulai dari lahir sampai pada saat dilakukan penelitian. Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa mayoritas responden (67,5%) berumur antara 36 – 50 tahun. Rata-rata umur responden 45 tahun. Umur petani antara 36-50 tahun, dimana petani sedang bersemangat untuk meningkatkan pendapatan rumah tangganya dan mereka telah memiliki modal untuk mengembangkan usahataninya. Sedangkan petani dengan umur 25 – 35 tahun umumnya adalah petani muda yang belum begitu matang dan biasanya terbentur dengan masalah modal dalam mengembangkan usahataninya. Sedangkan pada umur lebih dari 50 tahun merupakan petani berusia lanjut dan masih produktif dalam melaksanakan kegiatan usahatani namun jam kerjanya lebih pendek daripada umur 36-50 tahun. Hal ini dikarenakan kondisi dan kemampuan fisik petani yang berumur lebih dari 50 tahun sudah menurun.

b. Pendidikan Formal

Pendidikan formal responden yang diperoleh responden dari bangku sekolah dengan kurikulum yang terorganisir. Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 19 dapat diketahui bahwa mayoritas responden (52,5%) memiliki pendidikan formal kategori rendah yaitu tidak sekolah maupun tidak atau tamat SD. Tingkat pendidikan yang

commit to user

rendah dapat disebabkan oleh keadaan ekonomi responden yang kurang mampu dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya dan manfaat bersekolah. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan biasanya pola berpikir juga akan semakin maju sehingga mempengaruhi penerimaan terhadap hal-hal baru atau keterbukaan terhadap kegiatan Prima Tani.

c. Pendidikan Non-Formal

Pendidikan non formal merupakan jenjang pendidikan yang pernah ditempuh petani diluar pendidikan formal. Data yang tersaji pada Tabel 19 menunjukkan mayoritas responden (62.5%) termasuk dalam kategori tinggi (skor >4) dalam arti sebagian besar petani sering mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Hal ini akan berdampak baik bagi kelancaran penyebaran informasi-informasi penting yang berhubungan dengan kegiatan Prima Tani. Agar lebih jelasnya mengenai frekuensi responden mengikuti penyuluhan dan pelatihan dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Responden dalam Mengikuti Penyuluhan dan Pelatihan

No Pendidikan Non Formal N

(Jiwa)

Persentase (%) 1.

2.

Frekuensi responden mengikuti penyuluhan Rendah (tidak pernah)

Sedang (mengikuti 1-4 kali/tahun) Tinggi (mengikuti 5-9 kali/tahun) Frekuensi responden mengikuti pelatihan Rendah (tidak pernah)

Sedang (mengikuti 1 kali/tahun) Tinggi (mengikuti >1 kali/tahun)

- 4 36 15 21 4 10,0 90,0 37,5 52,5 10,0 jumlah 40 100,0

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengikuti kegiatan penyuluhan sebesar 36 orang atau 90% dalam kategori tinggi dan sisanya 4 orang atau 10% dalam kategori sedang. Frekuensi responden dalam mengikuti kegiatan dapat dikatakan tinggi

commit to user

yaitu petani rata-rata mengikuti kegiatan penyuluhan sebanyak 7-8 kali dalam satu tahun. Petani yang selalu aktif dalam kegiatan penyuluhan umumnya mendapatkan lebih banyak informasi penting dari Dinas/penyuluh dibandingkan petani yang kurang aktif dalam penyuluhan. Frekuensi petani yang tinggi dalam mengikuti kegiatan penyuluhan ini diharapkan petani dapat semakin aktif dalam setiap tahap kegiatan Prima Tani.

Dari data pada Tabel 20 dapat diketahui bahwa mayoritas responden (52,5%) mengikuti pelatihan setiap tahun. Ketidakhadiran petani dalam mengikuti pelatihan dikarenakan terbentur dengan keperluan lain dan petani lebih mementingkan kegiatan atau pekerjaan di sawah. Petani yang aktif dalam pelatihan umumnya memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam budidaya padi yang baik sehingga dapat menunjang kegiatan Prima Tani.

Seharusnya pendidikan non-formal tidak sebatas pada pelatihan dan penyuluhan, tetapi lebih dari itu yaitu kursus-kursus atau ketrampilan-ketrampilan yang dirasa dapat mendukung pelaksanaan kegiatan Prima Tani.

d. Tingkat Pendapatan

Pendapatan adalah pendapatan rumah tangga petani dari kegiatan usahatani dan non usahatani dinyatakan secara ekonomis dan kemampuan kecukupan dalam memenuhi kebutuhan keluarga dalam satu musim tanam. Data yang tersaji pada Tabel 19 dapat diketahui bahwa mayoritas petani (52,5%) memiliki tingkat pendapatan petani dalam kategori sedang (skor 4) yaitu petani memiliki jumlah pendapatan antara Rp 5.000.000,00 – Rp 10.000,00 dalam satu musim tanam dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga petani. Agar lebih jelasnya mengenai distribusi frekuensi jumlah pendapatan dan kemampuan responden mencukupi kebutuhan keluarga dapat dilihat pada Tabel 21.

commit to user

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Jumlah Pendapatan dan Kemampuan Responden Mencukupi Kebutuhan Keluarga

No Tingkat Pendapatan N (Jiwa) Persentase (%) 1. 2.

Jumlah pendapatan petani dalam 1 MT Rendah (<Rp 5.000.000,00)

Sedang (Rp5.000.000,00–Rp10.000.000,00) Tinggi (> Rp 10.000.000,00)

Kemampuan petani mencukupi kebutuhan keluarga dalam 1MT

Rendah (cukup dan bisa menabung)

Sedang (cukup dan tidak bisa menabung) Tinggi (tidak cukup)

15 16 9 8 23 9 37,5 40,0 22,5 20,0 57,5 22,5 Jumlah 40 100,0

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui jumlah pendapatan responden kategori sedang (Rp 5.000.000,00 – Rp 10.000.000,00) yaitu sebanyak 40 persen atau 16 responden. Rata-rata jumlah pendapatan petani sebesar Rp 7.149.156,00. Jumlah pendapatan tersebut diperoleh dari pendapatan usahatani dan pendapatan non- usahatani atau luar usahatani. Rata-rata pendapatan petani dari usahatani padi sebesar Rp 5.980.656.00 dengan produktivias padi sebesar 8,47 Ton/Ha. Pendapatan usahatani diperoleh dari usahatani padi pada musim tanam 1 (oktober 2008 s/d februari 2009), dimana usahatani dalam keadaan normal atau tidak gagal panen. Pendapatan usahatani padi diperoleh dari penerimaan usahatani padi dikurangi total biaya produksi tanaman padi. Tingkat pendapatan yang tergolong dalam kriteria sedang disebabkan sebagian petani tidak hanya berpendapatan dari usahatani saja melainkan dari luar usahatani juga. Rata-rata pendapatan non-usahatani sebesar 1.168.500,00.

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (57,5%) dapat mencukupi kebutuhan keluarga namun tidak bisa menabung. Kebutuhan petani dapat tercukupi karena jumlah pendapatan responden tergolong sedang. Walaupun jumlah pendapatan tergolong sedang, sebagian besar petani tidak bisa menabung dikarenakan kebutuhan sehari-hari keluarga yang semakin mahal dan

commit to user

jumlah anggota keluarga yang banyak. Selain itu, pendapatan petani yang diperoleh sebagian dipergunakan untuk membayar kredit atau hutang akibat kerugian gagal panen.

e. Pengalaman Petani

Pengalaman petani adalah pengalaman terhadap sesuatu yang ditangkap oleh pancaindra berdasarkan peristiwa yang pernah dialami pada masa lalu yang sama atau mirip konsepnya dengan kegiatan Prima Tani dan pengalaman petani dalam budidaya padi. Berdasarkan Tabel 19 mayoritas responden (62,5%) memiliki pengalaman dalam kategori sedang (skor 5-6). Pengalaman petani dalam kategori sedang dikarenakan mayoritas petani belum merasakan sepenuhnya tentang manfaat dan tujuan program-program yang telah ada serta petani hanya berorentasi pada manfaat yang diperoleh dari program tersebut. Hal ini akan menimbulkan dampak buruk karena petani kurang terbuka dalam ikutserta kegiatan sehingga dapat menghambat kelancaran Prima Tani tersebut. Agar lebih jelasnya mengenai indikator pengalaman petani dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Indikator Pengalaman Petani

No Pengalaman Petani N (Jiwa) Persentase (%) 1. 2. 3.

Penilaian petani terhadap program-program yang pernah ada selain Prima Tani

Rendah (tidak meningkatkan pendapatan)

Sedang (meningkatkan pendpt. hanya sedikit)

Tinggi (meningkatkan pendapatan secara drastis) Peran keterlibatan petani dalam program tersebut

Rendah (anggota pasif/pendengar saja)

Sedang (pengurus dan anggota aktif) Tinggi (pemimpin)

Lamanya petani dalam budidaya tanaman padi Rendah (<10 tahun) Sedang (10-20 tahun) Tinggi (>20) 10 23 7 26 9 5 9 14 17 25,0 52,5 17,5 65,0 22,5 12,5 22,5 35,0 42,5 Jumlah 40 100,0

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui sebagian besar responden (60%) menyatakan penilaian terhadap program yang pernah ada selain Prima Tani dalam kategori sedang (skor 5-6) dimana petani

commit to user

menilai program yang pernah ada hanya sedikit saja dapat meningkatkan pendapatan petani. Program yang pernah ada antara lain: SL (Sekolah Lapang), SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu) dan Penangkaran benih.

Berdasarkan Tabel 22 yang tersaji dapat diketahui bahwa sebagian besar responden (65%), peran keterlibatan terhadap program yang pernah ada selain Prima Tani kategori sedang (skor <5) dalam arti petani terlibat sebagai anggota aktif atau pengurus. Keterlibatan petani dalam suatu program akan menambah pengalaman petani dan motivasi dalam mengikuti kegiatan yang sejenis atau lainnya sehingga diharapkan dapat aktif juga di dalam kegiatan Prima Tani.

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa lama petani dalam budidaya padi kategori tinggi sebanyak 17 responden (42,5%) yaitu lama responden dalam melakukan budidaya padi lebih dari 15 tahun. Hal itu dikarenakan sebagian besar responden menggantungkan hidupnya pada bidang pertanian sebegai petani.

f. Tingkat Keaktifan Keanggotaan Tani

Tingkat keaktifan keanggotaan tani adalah frekuensi keikutsertaan petani dalam mengikuti kegiatan kelompok tani dan frekuensi keterlibatan petani dalam memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan kelompok tani dalam satu kali musim tanam. Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan mayoritas responden (52.5%) memiliki tingkat keaktifan keanggotaan tani kategori tinggi (skor >4) dalam arti petani sering mengikuti kegiatan kelompok dan memberikan sumbangan materiil (uang, makanan, fasilitas tempat) untuk kegiatan kelompok. Anggota yang aktif dalam kelompok cenderung memiliki motivasi untuk mencapai tujuan kelompok maupun pribadi sehingga dapat memperlancar kegiatan Prima Tani. Hal itu dikarenakan petani yang aktif akan memperoleh informasi penting berhubungan dengan Prima Tani melalui kegiatan kelompok tani. Indikator tingkat keaktifan keanggotaan tani terdiri dari frekuensi keikutsertaan petani dalam

commit to user

mengikuti kegiatan kelompok tani dalam 1 kali musim tanam dan frekuensi kesediaan petani memberi sumbangan materiil (uang, makanan, tenaga, fasilitas tempat) untuk kegiatan kegiatan kelompok tani dalam 1 kali musim tanam. Agar lebih jelasnya mengenai indikator tingkat keaktifan keanggotaan tani dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Distribusi Frekuensi Indikator Tingkat Keaktifan Keanggotaan Tani

No Keaktifan Keanggotaan Tani N (Jiwa)

Persentase (%) 1.

2.

Frekuensi keaktifan petani dalam mengikuti pertemuan kelompok tani dalam 1 kali MT

Rendah (tidak pernah) Sedang (1-2 kali)

Tinggi (3-5 kali)

Kesediaan petani memberi sumbangan materiil (uang, makan, sarana trasportasi, fasilitas tempat) untuk kegiatan kelompok tani dalam 1 tahun

Rendah (skor <6)

Sedang (skor 6-7)

Tinggi (skor >7)

a.Kesedian petani memberikan sumbangan uang tidak pernah (skor 1)

<3 kali setahun (skor 2) >3 setahun (skor 3)

b.Kesediaan petani memberikan sumbangan makanan tidak pernah (skor 1)

1 kali setahun (skor 2) <1 kali setahun (skor 3)

c.Kesediaan petani memberikan sumbangan fasilitas tempat

tidak pernah (skor 1) 1 kali setahun (skor 2) > 1 kali setahun (skor 3)

- 8 32 17 18 5 - - 40 30 6 4 18 16 4 - 20,0 80,0 42,5 45,0 12,5 - - 100,0 75,0 15,0 10,0 45,0 40,0 15,0 Jumlah 40 100,0

Sumber : Analisis Data Primer 2010

Berdasarkan Tabel 23 yang tersaji dapat diketahui bahwa mayoritas responden (80%), tingkat keaktifan keanggotaan dalam pertemuan rutin kategori sedang (skor 2) dalam arti petani mengikuti pertemuan rutin sebanyak 3-5 kali/MT. Materi yang dibahas pada setiap pertemuan kelompok tani berbeda-beda tergantung pada kebutuhan petani pada saat itu. Suasana pertemuan rutin kelompok tani dibuat santai agar petani lebih bebas mengemukakan gagasan mereka. Jika petani mempunyai masalah dapat dikemukakan dalam pertemuan itu dan secara bersama-sama akan dicarikan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah tersebut. Pertemuan itu juga dijadikan sebagai

commit to user

ajang bertukar informasi antara seorang petani dengan petani lainnya. Kesadaran keterlibatan petani dalam pertemuan rutin akan menambah informasi yang berguna bagi usahataninya dan menjadikan motivasi dalam mengikuti kegiatan-kegiatan Prima Tani.

Berdasarkan Tabel 23 yang tersaji dapat diketahui bahwa kesediaan petani memberikan sumbangan materiil (uang, makan, sarana trasportasi, fasilitas tempat) untuk kegiatan kelompok tani kategori sedang (skor 6-7) sebesar 18 responden atau 45%, artinya anggota aktif dan pengurus sama-sama aktif dalam memberikan sumbangan materiil. Hal ini dapat berdampak baik bagi kelancaran di dalam kegiatan Prima Tani dikarenakan petani mempunyai kesadaran akan pentingnya suatu kegiatan sehingga secara tidak langsung dapat mendukung dalam kegiatan Prima Tani.

g. Luas Penguasaan Lahan

Luas penguasaan lahan adalah luas lahan yang diusahakan petani untuk kegiatan usahatani padi baik milik sendiri, sewa maupun menyakap dinyatakan dalam satuan hektar (Ha). Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa mayoritas responden (55%) memiliki luas penguasaan lahan kategori sedang (skor 2) yaitu luas penguasaan lahan antara 0,25–0,75 Ha. Rata-rata luas penguasaan lahan sebesar 0,54 Ha. Hal ini mengakibatkan 16 responden (40%) termasuk dalam petani yang berpenghasilan sedang sehingga petani memberikan sumbangan secara maksimal dalam melaksanakan usahatani padi yang merupakan tanaman unggulan Prima Tani. Adanya Prima Tani diharapkan baik petani yang memiliki luas lahan garapan sempit maupun tinggi tetap dapat meningkatkan produktifitas dan pendapatan petani.

Faktor ekternal petani meliputi lingkungan ekonomi (sarana prasaranan produksi usahatani padi, permodalan, inovasi teknologi dan pemasaran hasil) dan lingkungan sosial (pihak yang mendukung, informasi dan interaksi sosial). Tabel 24 menunjukkan kecenderungan rata-rata antara faktor ekternal petani yang diduga mempengaruhi partisipasi petani dalam kegiatan Prima Tani.

commit to user

Tabel 24. Faktor Ekternal Petani yang Mempengaruhi Partisipasi Petani dalam Kegiatan Prima Tani

No. Faktor internal petani yang mempengaruhi partisipasi

petani

Partisipasi Petani Terhadap Kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Intensif

Rata-Rata N % Y1 Y2 Y3 Y4 Y tot 2. Lingkungan Ekonomi (X2) Rendah (<8) 8.14 9.71 6.86 6.57 31.29 7 17.5 Sedang (8-9) 9.11 10.00 6.30 7.15 32.56 27 67.5 Tinggi (>9) 13.67 11.33 7.50 7.50 40.00 6 15.0 2.a X2.1 (Sarana Prasarana

Produksi Usaha Tani Padi)

Rendah (1) - - - - Sedang (2) 9.35 10.12 6.50 6.84 32.81 26 65.0 Tinggi (3) 10.14 10.21 6.71 7.57 34.64 14 35.0 2.b X2.2 (Lembaga Permodalan) Rendah (1) - - - - Sedang (2) 8.89 10.06 6.42 7.15 32.52 33 82.5 Tinggi (3) 13.14 10.57 7.28 6.86 37.86 7 17.5 2.c X2.3 (Inovasi Teknologi) Rendah (1) - - - - Sedang (2) 8.44 9.67 6.67 6.67 31.64 9 22.5 Tinggi (3) 9.97 10.29 6.55 7.23 34.03 31 77.5 2.d X2.4 (Saluran Pemasaran Hasil) Rendah (1) 9.29 10.00 6.56 7.09 32.94 34 85.0 Sedang (2) 11.50 11.00 6.67 7.17 36.33 6 15.0 Tinggi (3) - - - - 3. Lingkungan Sosial (X3) Rendah (<7) 7.67 9.22 258 6.78 29.44 9 22.5 Sedang (7) 9.00 9.70 6.60 6.70 32.00 10 25.0 Tinggi (>7) 10.76 10.76 6.90 7.43 3266 21 52.5

3.a X3.1 (Pihak Yang Mendukung)

Rendah (<4) - - - - Sedang (4) 7.26 9.14 266 6.85 29.14 7 17.5 Tinggi (>4) 10.12 10.36 6.72 7.15 34.36 33 82.5 3.b X3.2 (Informasi) Rendah (<8) 7.43 9.53 6.43 7.29 30.71 7 17.5 Sedang (8-9) 9.81 9.90 6.19 6.76 32.67 21 52.5 Tinggi (>9) 10.58 10.91 7.33 7.58 36.42 12 30.0 3.c X3.3 (Interaksi Sosial) Rendah (<10) 13.00 10.00 6.00 6.00 35.00 1 2.5 Sedang (10) 8.64 9.73 6.55 6.73 31.64 11 27.5 Tinggi (>10) 9.89 10.32 6.61 7.29 34.11 28 70.0 Rata-Rata Total 9.93 10.78 6.70 7.30 34.71 40 100 Kategori Y Rendah <9 >9 <6 <6 <31 Sedang 9-12 9-10 6-7 6-7 31-37 Tinggi >12 >10 >7 >7 >37 Sumber : Analisis Data Primer 2010

Keterangan:

Y1 : Partisipasi dalam Tahap Perencanaan

Y2 : Partisipasi dalam Tahap Pelaksanaan Kegiatan Y3 : Partisipasi dalam Tahap Evaluasi dan Monitoring Y4 : Partisipasi dalam Tahap Pemanfaatan Hasil Y Tot : Partisipasi dalam Kegitan Prima Tani

commit to user 2. Lingkungan Ekonomi

Lingkungan ekonomi merupakan kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar sistem petani dapat bersifat ekonomis yang dapat mendukung dan menghambat petani dalam kegiatan Prima Tani. Data yang tersaji pada Tabel 24 menunjukkan lingkungan ekonomi termasuk dalam kategori sedang (skor 8-9) yaitu 27 responden atau 67,5 persen. Lingkungan ekonomi memberikan akses pelayanan yang dibutuhkan oleh petani sehingga dapat mempengaruhi kelancaran kegiatan Prima Tani. Akses pelayanan yang dibutuhkan petani antara lain; akses sarana prasarana produksi usahatani padi, akses permodalan, akses informasi teknologi pertanian dan akses saluran pemasaran.

a. Sarana Prasarana Produksi Usaha Tani Padi

Ketersediaan sarana prasarana produksi usahatani padi adalah ketersediaan segala kebutuhan yang diperlukan petani (benih, pupuk, alsintan, pestisida, sarana transpotasi, sarana pengairan) untuk menjalankan produksi usahatani padi yang berhubungan dengan kegiatan Prima Tani. Berdasarkan Tabel 24 menunjukkan bahwa sarana prasarana produksi usahatani padi tergolong sedang (skor 2) sebanyak 26 responden atau 65 persen dalam arti sarana prasarana produksi usahatani padi tersedia antara 2-4 jenis. Hal itu dikarenakan sebagian sarana prasarana produksi usahatani padi sudah disediakan oleh Dinas-dinas pemerintah misalnya program pupuk bersubsidi, varietas benih unggul (VUB) oleh Dinas Pertanian, alsintan (traktor, alat pemotong rumput, power tresher roda tiga, treser modifikasi), jalan usahatani dan saluran irigasi. Selain itu juga terdapat pedagang dan formulator yang menawarkan alat mesin pertanian (alsintan), obat- obat kimia dan pupuk alternatif yang bermanfaat untuk meningkatkan hasil pertanian. Hal ini akan menimbulkan dampak baik bagi kelancaran kegiatan Prima Tani dikarenakan sarana prasarana produksi usahatani padi mudah didapatkan petani yang berguna dalam usahatani padi yang merupakan komoditas utama Prima Tani. Setiap kegiatan

commit to user

usahatani padi membutuhkan adanya sarana prasarana produksi usahatani padi yang membantu dalam kelancaran kegiatan Prima Tani dimana tanaman padi sebagai komoditas unggulan. Tanpa adanya sarana prasarana produksi usahatani padi yang memadai maka kegiatan Prima Tani tidak dapat berjalan sesuai dengan rencana dan harapan.

b. Lembaga Permodalan

Lembaga permodalan adalah ketersediaan lembaga yang membantu petani dalam memberikan modal usahatani (kelompok tani, koperasi, bank) bersifat ekonomis yang berhubungan dengan kegiatan Prima Tani. Berdasarkan Tabel 24 menunjukkan lembaga permodalan yang digunakan responden dalam kategori sedang (skor 2) sebanyak 33 responden atau 82,5 persen, dalam arti sebagian besar petani hanya menggunakan satu lembaga permodalan. Sebagian besar petani mendapatkan modal dari kelompok tani dimana kelompok memberi pinjaman modal untuk usahatani kepada anggota dengan suku bunga rendah. Selain kelompok tani, sebagian kecil petani mendapatkan pinjaman modal dari koperasi dan bank. Adanya ketersediaan lembaga permodalan diharapkan dapat memperlancar kegiatan Prima Tani karena petani memperoleh modal yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi.

c. Inovasi Teknologi

Inovasi Teknologi adalah inovasi teknologi yang ditawarkan oleh Dinas/PPL dalam setiap pertemuan Prima Tani dalam 1 kali musim tanam. Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui mayoritas responden (77,5%) menyatakan inovasi teknologi yang ditawarkan Dinas/penyuluh dalam kategori tinggi (skor 3). Artinya Dinas selalu menawarkan inovasi teknologi yang berhubungan dengan pertanian. Hal ini berdampak baik bagi kelancaran kegiatan Prima Tani dikarenakan inovasi yang ditawarkan oleh Dinas merupakan kebutuhan petani yang menunjang pelaksanaan kegiatan usahatani mereka.

commit to user

Inovasi teknologi pertanian yang ditawarkan oleh Dinas kepada petani misalnya inovasi teknologi dalam pengolahan lahan (alat untuk memotong rumput saat proses pengolahan lahan), inovasi teknologi panen menggunakan mesin perontok padi (power threser modifikasi dan power threser roda tiga), inovasi teknologi pembuatan pupuk organik (alat granul), inovasi teknologi perhubungan (pembuatan jalan usahatani yang mempermudah petani melakukan pekerjaan di lahan atau sawah), inovasi pasca panen (pembuatan lantai jemur sebagai tempat mengeringkan hasil pertanian dan mesin jahit karung yang digunakan dalam pengemasan beras) dan inovasi pemberian pupuk (alat bagan warna daun yang digunakan untuk menentukan dosis pupuk N).

d. Saluran Pemasaran Hasil

Saluran pemasaran hasil adalah jumlah saluran pemasaran (tengkulak, pasar, kelompok tani) yang tersedia untuk memasarkan hasil pertanian. Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa saluran pemasaran hasil pertanian dalam kategori rendah (skor 1) sebanyak 34 responden atau 85 persen. Artinya bahwa mayoritas petani hanya mengunakan satu saluran pemasaran saja. Petani cenderung menjual hasil pertanian khususnya tanaman padi kepada tengkulak disebabkan petani mendapatkan keuntungan yaitu tidak mengeluarkan biayal dalam proses pemanenan hasil pertanian dan cepat memperoleh pendapatan hasil penjualan. Kerugiannya menjual hasil pertanian kepada tengkulak yaitu harga penjualan dibawah standar pemerintah atau lebih rendah dari harga pesar sehingga petani mendapatkan untung lebih sedikit dibandingkan saluran pemasaran hasil yang lain (pasar atau kelompok tani). Hal itu dapat menjadi hambatan dalam kelancara Prima Tani sehingga perlu adanya lembaga pemasaran hasil yang benar-benar mampu menyalurkan hasil pertanian kepada konsumen dengan harga yang layak atau sesui.

commit to user 3. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan lingkungan di sekitar responden yang keberadaannya dapat mendukung atau menghambat petani dalam kegiatan Prima Tani. Data yang tersaji pada Tabel 24 menunjukkan sebagian besar responden (52.5%), lingkungan sosialnya termasuk dalam kategori sedang (skor 13-16). Artinya terdapat banyak pihak yang mendukung (>3pihak) Prima Tani, informasi mengenai program tersebut cukup tersedia (frekuensi 1-3 informasi/bulan dan sumber informasi 3-4 sumber) dan interaksi sosial petani dalam kategori tinggi. Lingkungan sosial yang baik dapat memberikan dampak positif bagi kelancaran informasi yang dibutuhkan oleh petani mengenai kegiatan Prima Tani.

a. Pihak Yang Mendukung

Pihak yang mendukung adalah jumlah pihak yang mendukung (Pemerintah, Kelompok tani, Pamong desa, Swasta dan Pedagang) kegiatan Prima Tani dan jumlah bantuan yang diberikan (informasi, alsintan, saprodi, modal, saluran pemasaran) oleh pihak-pihak yang mendukung kegiatan Prima Tani. Berdasarkan Tabel 24 menunjukkan bahwa pihak yang mendukung Prima Tani dalam kategori tinggi (skor >4) sebanyak 33 responden atau 82,5 persen. Artinya banyak pihak yang mendukung (>3 pihak) dan memberikan bantuan (antara 1- 2 bantuan) untuk kelancaran kegiatan Prima Tani. Mengenai indikator pihak yang mendukung Prima Tani dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Distribusi Frekuensi Indikator Pihak yang mendukung

No Pihak yang mendukung N

(Jiwa)

Persentase (%) 1.

2.

Jumlah pihak yang mendukung Prima Tani Rendah (1 pihak yang mendukung)

Sedang (2-3 pihak yang mendukung) Tinggi (> 3 pihak yang mendukung)

Jumlah bantuan dari pihak yang mendukung Rendah (tidak ada bantuan)

Sedang (1-2 bantuan) Tinggi (>2 bantuan) 15 16 9 8 23 9 37,5 40,0 22,5 20,0 57,5 22,5 Jumlah 40 100,0

commit to user

Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa pihak yang mendukung Prima Tani kategori sedang sebanyak 16 responden atau 40 persen. Artinya bahwa pihak yang mendukung Prima Tani antara 2-

Dokumen terkait