• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN PRIMA TANI LAHAN SAWAH INTENSIF DI KABUPATEN GROBOGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN PRIMA TANI LAHAN SAWAH INTENSIF DI KABUPATEN GROBOGAN"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI

DALAM KEGIATAN PRIMA TANI LAHAN SAWAH INTENSIF

DI KABUPATEN GROBOGAN

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan / Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Oleh :

Arie Prasetyo Wibowo H 0405016

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI

DALAM KEGIATAN PRIMA TANI LAHAN SAWAH INTENSIF

DI KABUPATEN GROBOGAN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Arie Prasetyo Wibowo

H0405016

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal : 19 Januari 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD NIP. 19490320 197611 1 001

Anggota I

Emi Widiyanti, SP, MS NIP. 19780325 200112 2 001

Anggota II

Ir. Sugihardjo, MS NIP. 19590305 198503 1 004

Surakarta, Januari 2010

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas

rahmat, nikmat, hidayah dan pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul ”Analisis Tingkat Partisipasi

Petani dalam Kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Intensif Di Kabupaten

Grobogan”.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan dan

dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Dr. Ir. Kusnandar, MSi, selaku Ketua Jurusan/Program Studi

Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Ibu Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD selaku pembimbing utama skripsi yang

telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Emi Widiyanti, SP, MS selaku pembimbing pendamping skripsi yang

telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Ir. Sugihardjo, MS selaku dosen penguji tamu yang telah meluangkan

waktu untuk menguji hasil skripsi.

7. Kepala Dinas Pertanian beserta staf dan Semua Penyuluh Pertanian

Kecamatan Penawangan atas bantuan dan pemberian ijin penelitian.

8. Pihak Kecamatan Penawangan atas bantuan dan dukungannya.

9. Perangkat desa dan segenap masyarakat Desa Kluwan atas kesempatan yang

diberikan untuk melakukan penelitian.

10.Bapak Nur Kholis selaku ketua Gapoktan ”Amanah” Desa Kluwan atas

(4)

commit to user

iv

11.Anggota kelompok tani Margo Utomo, Nakulo, Ngudi Luhur, Setia Tani dan

Tani Makmur atas kesediannya untuk memberikan informasi dan bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini.

12.Ayah, ibu dan saudaraku tercinta yang telah memberikan banyak dukungan.

13.Kawan – kawan seperjuangan (Cuk, Darmawan, Danang, Fajar, Punto, Zuhud,

Arif, Risa, Ika, Rosita, Anjar dan Mas Irwan) dan kawan-kawan Jurusan PKP

2005 yang telah memberikan motivasi dan doanya.

14.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat dan menambah pengetahuan baru bagi yang memerlukan.

Surakarta, Januari 2011

(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN ... xi

SUMMARY ... xiii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

II. LANDASAN TEORI... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

B. Kerangka Berfikir ... 29

C. Hipotesis... 30

D. Pembatasan Masalah ... 31

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31

III.METODE PENELITIAN ... 40

A. Metode Dasar Penelitian ... 40

B. Teknik Penentuan Lokasi ... 40

C. Penentuan Populasi dan Sampel ... 41

D. Jenis dan Sumber Data ... 43

E. Metode Pengumpulan Data ... 45

F. Metode Analisis ... 45

IV.KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 47

(6)

commit to user

vi

B. Keadaan Penduduk ... 47

C. Keadaan Pertanian ... 52

D. Keadaan Perekonomian ... 53

E. Gambaran Umum Prima Tani Lahan Sawah Intensif ... 54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Identitas Responden ... 58

B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Partisipasi Petani dalam Kegiatan Prima Tani ... 59

C. Partisipasi Petani dalam Kegiatan Prima Tani ... 77

D. Analisis Hubungan antara Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Petani dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Kegiatan Prima Tani ... 87

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 130

A. Kesimpulan ... 130

B. Saran ... 134

DAFTAR PUSTAKA

(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Pengukuran Variabel Karakteristik Sosial Ekonomi Petani ... 36

2. Pengukuran Variabel Lingkungan Ekonomi ... 37

3. Pengukuran Variabel Lingkungan Sosial ... 37

4. Pengukuran Variabel Tingkat Partisipasi Petani ... 38

5. Lokasi Prima Tani di Jawa Tengah ... 40

6. Jumlah Produksi Padi Sawah ... 41

7. Jumlah Anggota Gapoktan ”Amanah” ... 42

8. Jumlah Petani yang Pernah Melaksanakan Prima Tani ... 42

9. Jumlah Sampel Petani ... 43

10.Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian ... 44

11.Banyaknya Penduduk Desa Kluwan Menurut Jenis Kelamin dan Rumah Tangga Tahun 2009 ... 48

12.Distribusi Penduduk Desa Kluwan menurut Umur Tahun 2009 ... 49

13.Distribusi Penduduk Desa Kluwan Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ... 50

14.Distribusi Penduduk Desa Kluwan Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009 ... 51

15.Luas Penggunaan Lahan Pertanian di Desa Kluwan Tahun 2009 ... 52

16.Keadaan Sarana Perekonomian di Desa Kluwan Tahun 2009 ... 53

17.Keadaan Lembaga Perekonomian di Desa Tahun 2009 ... 54

18.Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin Dan Jumlah Anggota Keluarga... 58

19.Faktor Internal Petani yang Mempengaruhi Partisipasi Petani dalam Kegiatan Prima Tani ... 60

20.Distribusi Frekuensi Responden dalam Mengikuti Penyuluhan dan Pelatihan ... 62

21.Distribusi Frekuensi Jumlah Pendapatan dan Kemampuan Responden Mencukupi Keluarga ... 64

22.Distribusi Frekuensi Indikator Pengalaman Petani ... 65

23.Distribusi Frekuensi Indikator Tingkat Keaktifan Keanggotaan Tani ... 67

24.Faktor Ekternal Petani yang Mempengaruhi Partisipasi Petani dalam Kegiatan Prima Tani ... 69

25.Distribusi Frekuensi Indikator Pihak yang mendukung ... 73

26.Distribusi Frekuensi Indikator Informasi ... 75

27.Distribusi Frekuensi Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap Partisipasi Kegiatan Prima Tani ... 78

28.Distribusi Frekuensi Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap Pelaksanaan Kegiatan Prima Tani ... 81

29.Distribusi Frekuensi Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Prima Tani... 84

(8)

commit to user

viii

31.Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Petani (X) dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap Perencanaan Kegiatan Prima Tani (Y1) ... 88 32.Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Petani (X) dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap

Pelaksanaan Kegiatan Prima Tani (Y2) ... 96 33.Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Petani (X) dengan Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap

Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Prima Tani (Y3) ... 103 34.Uji Hipotesis Hubungan Antara Lingkungan Sosial (X3) dengan

Tingkat Partisipasi Petani dalam Tahap Pemanfaatan Hasil Kegiatan

Prima Tani (Y4)... 111 35.Uji Hipotesis Hubungan Antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Partisipasi Petani (X) dengan Tingkat Partisipasi Petani Dalam

(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman 1. Rancang Bangun Laboratorium Agrobisnis Pedesaan (Desa Kluwan

Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan) ... 28 2. Kerangka Berpikir Hubungan Antara Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Partisipasi Petani dengan Tingkat Partisipasi Petani

(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Kuesioner Penelitian ... 138

LAMPIRAN 2. Identitas Responden ... 164

LAMPIRAN 3. Tabulasi Data ... 165

LAMPIRAN 4. Analisis Distribusi Frekuensi ... 169

LAMPIRAN 5. Analisis “Compare Mean” ... 176

LAMPIRAN 6. Analisis “Rank Spearman” ... 184

LAMPIRAN 7. Peta Kabupaten Grobogan... 188

LAMPIRAN 8. Foto-Foto Penelitian ... 190

(11)

commit to user

xi RINGKASAN

Arie Prasetyo Wibowo. H0405016. ”ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN PRIMA TANI LAHAN SAWAH INTENSIF DI KABUPATEN GROBOGAN”. Berdasarkan skripsi yang dibimbing oleh Pembimbing Utama Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD dan Pembimbing Pendamping Emi Widiyanti, SP, MS.

Pemberdayaan petani kecil tidak terlepas dari proses adopsi inovasi dan teknologi. Oleh karena itu Departemen Pertanian membuat Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) yang bertujuan mempertajam fungsi Badan Litbang Pertanian dalam peningkatan kesejahtraan masyarakat pedesaan berbasis inovasi teknologi dan kelembagaan. Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan Prima Tani adalah partisipasi petani. Perkembangan partisipasi petani dipengaruhi oleh faktor internal petani (status sosial ekonomi petani) dan faktor eksternal petani (lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial).

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani, tingkat partisipasi petani dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dengan tingkat partisipasi petani dalam kegiatan Prima Tani. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Grobogan dengan menggunakan metode deskriptif. Pemilihan daerah sampel dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Gabungan Kelompok Tani ”Amanah” Desa Kluwan merupakan daerah yang dinilai layak oleh BPTP Jawa Tengah sebagai daerah percontohan Prima Tani. Responden yang digunakan sebanyak 40 responden dengan menggunakan teknik acak proposional (proporsional random sampling). Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah Analisis Korelasi

Rank Spearman (rs).

(12)

commit to user

xii

memberikan bantuan (antara 1-2 bantuan) untuk kelancaran kegiatan Prima Tani, frekuensi petani memperoleh informasi mengenai Prima Tani cukup banyak (1-2 informasi/bulan) dengan menggunakan sumber informasi antara 3-4 sumber informasi dan mayoritas responden sering melakukan interaksi sosial dengan Petani lain, Dinas/PPL, Pamong desa, Pedagang dan Swasta.

(13)

commit to user

xiii

SUMMARY

Arie Prasetyo Wibowo. H0405016. “ANALYSIS OF FARMER

PARTICIPATION FOR PRIMA TANI FARM INTENSIFICATION AT GROBOGAN REGENCY”. Summary of minithesis advised by Ir. Marcelinus Molo, MS, PhD as main advisor and Emi Widiyanti, SP, MS, as co-advisor.

Farmer employing is concerned with process of inovation and technology adoption. For that purpose, Ministry of Agriculture organized Pioneer and Acceleration Program for Applying Farming Technology Inovation (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian / Prima Tani). It was aimed to optimize the functions of Department of Research and Development in increasing rural people’s welfare based on technology inovation and institutional role. One of important determinant factors for success of Prima Tani is farmer participation. This participation is affected by internal factor (farmer’s status of social and economic) and external factors (economic environment and social environment).

This research was aimed to investigate factors affecting farmer’s participation, farmer’s participation, and to investigate relationship between factors affecting farmer’s participation and farmer’s participation in Prima Tani. This research was performed at Grobogan Regency using descriptive method. Joint Farmer Group “Amanah” of Kluwan Village was purposively selected to be the sample region as the village was rated by BPTP Central Java as a proper region for applying Prima Tani. A sample of 40 respondents was taken using proportional random sampling. Data were analyzed using Spearman’s Rank Correlation.

(14)

commit to user

xiv

information and the majority of respondents frequent social interaction with other farmers, Office/PPL, village officials, traders and private.

(15)

commit to user I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi di Indonesia

sangat penting karena sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan

hidupnya pada sektor pertanian. Oleh karena itu, upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dapat ditempuh melalui pembangunan pertanian.

Beberapa alasan yang mendasari pentingnya pertanian di Indonesia: 1) potensi

sumberdayanya yang besar dan beragam, 2) pangsa terhadap pendapatan

nasional cukup besar, 3) besarnya penduduk yang menggantungkan

hidupnya pada sektor ini dan 4) menjadi basis pertumbuhan di pedesaan.

Pemanfaatan sumberdaya pertanian di Indonesia dipandang perlu adanya

setrategi pembangunan pertanian melalui pemberdayaan petani kecil

(Universitas Brawijaya Malang, 2008).

Pemberdayaan petani kecil bertujuan agar para petani dapat

meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya serta kapasitas petani

tersebut. Daya saing petani dan pelaku usaha pertanian lainnya perlu

lebih ditingkatkan dalam upaya mengembangkan kemampuan, pengetahuan,

keterampilan dan sikap petani beserta keluarganya dan pelaku usaha

pertanian lainnya melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut

dapat mendorong petani agar mau dan mampu menolong serta

mengorganisasikan dirinya, memiliki akses ke sumber informasi, teknologi

dan sumberdaya lainnya untuk bekerjasama yang saling menguntungkan

dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga petani dapat

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan

kesejahteraannya (Yayasan Pegembangan Sinar Tani, 2001).

Pemberdayaan petani kecil tidak terlepas dari proses adopsi inovasi dan

teknologi yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, diantaranya :

tingkat partisipasi petani, harga input dan nilai output, tingkat pendidikan,

ketersediaan modal dan tenaga kerja serta kelembagaan pendukung.

Pemberdayaan petani dalam jangka panjang diperlukan penataan dan

(16)

commit to user

perubahan sosial serta kelembagaan, seperti dalam pemilikan lahan, kelompok

tani, asosiasi petani dan koperasi serta penataan administrasi dan perencanaan

pembangunan. Perubahan-perubahan tersebut diarahkan supaya mayoritas

petani menjadi ”beneficiaries” yang meningkatkan pendapatan petani melalui

peningkatan produksi dan produktivitas yang dicapai petani. Peningkatan

kesejahteraan petani melalui produktivitas usahatani memerlukan perubahan

atau perbaikan inovasi teknologi yang tepat guna. Oleh karena itu, peranan

pemerintah sangat diperlukan dalam mengembangkan dan menyebarkan

inovasi teknologi khususnya kepada petani karena tidak semua petani

memperoleh inovasi teknologi pertanian yang diinginkan dan bermanfaat bagi

petani (Yayasan Pegembangan Sinar Tani, 2001).

Pemerintah perlu membuat program-program yang mendorong proses

adopsi inovasi teknologi pertanian. Salah satunya adalah aktivitas Departemen

Pertanian diinisiasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan

Litbang Pertanian) membuat Program Rintisan dan Akselerasi

Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Prima Tani

bertujuan untuk mempertajam fungsi Badan Litbang Pertanian dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan berbasis inovasi

teknologi dan kelembagaan. Inti kegiatan Prima Tani adalah membangun

laboratorium agribisnis, yaitu model percontohan Agribisnis Industrial

Pedesaan (AIP) berbasis inovasi yang memadukan sistem inovasi teknologi

dan kelembagaan. Prima Tani pada tahun 2007 telah dilaksanakan di 201

lokasi Prima Tani. Salah satunya Prima Tani yang dilaksanakan di Kabupaten

Grobogan. Prima Tani yang dilaksanakan di Kabupaten Grobogan

menempatkan padi sebagai komoditas unggulan dengan agrosistemnya

yaitu lahan sawah intensif. Desa yang menjadi percontohan Prima Tani di

Kabupaten Grobogan yaitu desa Kluwan Kecamatan Penawangan Kabupaten

Grobogan. Prima Tani Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Grobogan telah

dilaksanakan dari tahun 2007 hingga tahun 2009 (Deptan, 2006).

Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan Prima Tani

(17)

commit to user

tidak akan berhasil karena petani merupakan pelaku utama dalam program

pembangunan pertanian. Keikutsertaan petani lebih ditekankan agar petani

merasa memiliki tanggung jawab untuk selalu aktif dalam kegiatan Prima

Tani Lahan Sawah Intensif dalam tahap perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan dan evaluasi serta pemanfaatan hasil. Perkembangan partisipasi

petani dipengaruhi oleh faktor internal (status sosial ekonomi petani) dan

faktor eksternal petani (lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial).

Berdasarkan uraian diatas, penulis memilih judul “Analisis Tingkat Partisipasi

Petani Dalam Kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Intensif di Kabupaten

Grobogan ”.

B. Perumusan Masalah

Prima Tani merupakan program yang dilaksanakan secara partisipastif

oleh pemangku kepentingan (steak holder) pembangunan pertanian dalam

bentuk laboratorium agrobisnis untuk mempercepat proses adopsi inovasi atau

teknologi tepat guna. Prima Tani pada gilirannya akan dapat meningkatkan

partisipasi, mengembangkan kepemimpinan petani, mempercepat proses

adopsi inovasi sekaligus mempercepat proses pemberdayaan petani itu sendiri.

Penyusunan rencana dilaksanakan secara bertingkat, mulai dari petani,

kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). Penyusunan

rencana secara bertingkat ini dimaksudkan agar kepentingan petani dapat

disampaikan dalam perencanaan Prima Tani. Perhatian terhadap kepentingan

petani ini diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi aktif para petani sebagai

anggota kelompok maupun pelaksana untuk memecahkan masalah usaha

petani.

Partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau

sekelompok petani dalam kegiatan tertetu baik dalam tahap perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta pemanfaatan hasil kegiatan.

Prima Tani Lahan Sawah Intensif sebagai bagian dari pembangunan pertanian

akan berhasil bila ada partisipasi secara nyata oleh petani dalam setiap

kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Partisipasi petani

(18)

commit to user

faktor baik internal maupun eksternal petani. Faktor internal petani (status

sosial ekonomi petani) dan faktor eksternal petani (lingkungan sosial dan

lingkungan ekonomi) akan mempengaruhi partisipasi petani pada tahap

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi serta pemanfaatan hasil.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi partisipasi petani dalam

kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Grobogan?

2. Bagaimanakah tingkat partisipasi petani dalam kegiatan Prima Tani Lahan

Sawah Intensif di Kabupaten Grobogan?

3. Adakah hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi petani dengan tingkat partisipasi petani dalam

kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Grobogan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dalam

kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Intensif di Kabupaten Grobogan.

2. Mengkaji tingkat partisipasi petani dalam kegiatan Prima Tani Lahan

Sawah Intensif di Kabupaten Grobogan.

3. Mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

petani dengan tingkat partisipasi petani dalam kegiatan Prima Tani Lahan

Sawah Intensif di Kabupaten Grobogan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1

pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dan untuk

(19)

commit to user 2. Bagi pemerintah dan instansi terkait

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dan

pertimbangan dalam pengambilan kebijakan yang terkait dalam

pengembangan kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Intensif untuk

kedepannya.

3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan reverensi dalam

(20)

commit to user II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pusataka

1. Pembangunan Partanian

Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana

untuk melaksanakan perubahan-perubahan yang mengarah pada

pertumbuhan ekonomi dan perbaikan mutu hidup atau kesejahraan seluruh

warga masyarakat untuk jangka panjang yang dilaksanakan pemerintah

dan didukung oleh partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan

teknologi yang terpilih (Departemen Kehutanan, 1996).

Sumberdaya pertanian meliputi masukan (input) atau keluaran

(output) yang dibutuhkan dan dihasilkan dari proses usahatani. Input

dalam usahatani adalah segala sesuatu yang diikutsertakan di dalam proses

produksi, meliputi: lahan, tenaga kerja, sarana produksi pertanian (benih,

pupuk, pestisida/herbisida, alat-alat pertanian), irigasi dan sebagainya.

Out-put dalam usahatani terdiri dari: produk dan hasil tanaman atau ternak.

Usahatani (the farm) merupakan lahan dimana seorang petani, sebuah

keluarga tani atau badan usaha lain melakukan usaha bercocok tanam atau

memelihara ternak (Mosher, 1969).

Pembangunan pertanian adalah proses berkelanjutan dari upaya

pengembangan kemampuan atau keberdayaan petani di dalam mengelola

usahataninya agar selalu mempunyai posisi, produktifitas, efisiensi dan

daya saing yang menjamin pendapatan dan kesejatraan hidup keluarga

secara berkelanjutan dan berkeadilan. Pada level makro, pembangunan

pertanian akan dimanifestasikan dalam kemajuan ekonomi dan distribusi

yang merata dari kemajuan ekonomi dan distribusi yang merata dari

kemajuan ekonomi tersebut serta produktivitas pertanian dan konsisi sosial

yang lebih baik (Yayasan Pengembangan Sinar Tani, 2001)

Pembangunan pertanian merupakan bagian itegral dari pembangunan

ekonomi dan masyarakat keseluruhan. Pertanian memberikan sumbangan

(21)

commit to user

pada aspek ekonomi yang jumlahnya besar untuk tahun-tahun mendatang

ini diberbagai negara dan terus hidup dari berusahatani (Mosher, 1991)

Agriculture is the production of food and goods through farming. Agriculture was the key development that led to the rise of human civilization, with the husbandry of domesticated animals and plants (i.e. crops) creating food surpluses that enabled the development of more densely populated and stratified societies. The study of agriculture is known as agricultural science. Central to human society, agriculture is also observed in certain species of ant and termite (Wikipedia, 2010).”

Pertanian adalah produksi makanan dan barang melalui usahatani.

Pertanian merupakan kunci perkembangan yang muncul di dalam

peradaban manusia melalui pemeliharaan binatang (peternakan) dan

tumbuhan, menciptakan surplus makanan yang memungkinkan

pengembangan masyarakat yang lebih padat penduduknya dan bertingkat.

Studi tentang pertanian dikenal sebagai ilmu pertanian (Wikipedia, 2010).

Menurut Goutlet dalam Mardikanto (1993), adanya tiga inti

nilai-nilai yang terkandung dalam pengertian pembangunan, yaitu:

a. Tercapainya swasembada dalam arti kemampuan petani untuk

memenuhi dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar yang

mencakup: pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan dasar,

dan keamanan.

b. Peningkatan harga diri dalam arti berkembangnya rasa percaya diri

untuk dapat hidup mandiri terlepas dari penindasan dan tidak

dimanfaatkan oleh pehak lain untuk kepentingan mereka.

c. Diperolehnya kebebasan dalam arti kemampuan untuk memenuhi

alternatif yang dapat dilakukan untuk mewujudkan perbaikan

mutu-hidup atau kesejahteraan secara terus-menerus bagi setiap individu

maupun seluruh warga petani.

Menurut Mosher (1991) membagi unsur–unsur pembangunan

pertanian dalam dua bagian, yaitu:

a. Syarat-syarat pokok atau mutlak pembangunan pertanian, meliputi ;

(22)

commit to user

tersedianya sarana produksi secara lokal, perangsang produksi bagi

petani dan pengangkutan.

b. Faktor–faktor pelancar pembangunan pertanian, meliputi; pendidikan

pembangunan, kredit produksi, kerjasama kelompok tani, memperbaiki

dan memperluas tanah pertanian serta perencanaan nasional.

Unsur–unsur dalam bagian pertama disebut syarat–syarat pokok atau

mutlak karena dianggap mutlak agar pembangunan pertanian dapat

berlangsung. Unsur–unsur dalam bagian kedua disebut sebagai faktor–

faktor pelancar karena sifatnya tidak mutlak dan merupakan penujang

bagian unsur–unsur dalam bagian pertama.

Menurut Khairuddin (1992) menerangkan bahwa terdapat faktor

penghambat dan pendorong dalam pembanguan. Faktor pendorong adalah

kondisi-kondisi fisik maupun non-fisik yang dapat membantu dan

mendorong terciptanya pembangunan yang lebih baik serta merupakan

tujuan dari masyarakat. Faktor pendorong dalam pembangunan, meliputi:

1) Kondisi Fisik berupa letak geografis, klimatologi dan sumber-sumber

alam wilayah tersebut.

2) Kondisi Non-fisik terdiri atas aspek-aspek sosial, budaya, politi dan

religi.

Sedangkan faktor penghambat merupakan masalah yang menggangu

jalannya pembangunan dan bertentangan dengan keinginan pembangunan.

Faktor penghambat dalam pembangunan, meliputi:

1) Hambatan sosial budaya, dimana kebiasaan-kebiasaan dan tatanan

hubungan masyarakat tidak sesuai dengan pembangunan.

2) Hambatan yang bersifat politis diakibatkan oleh struktur politik yang

berubah-ubah dan mempengaruhi kesetabilan politik.

Pembangunan pertanian adalah upaya sadar dan terencana yang

dilakukan oleh manusia untuk memperbesar atau menggiatkan turutnya

campur tangan manusia di dalam proses pertumbuhan tanaman dan atau

hewan dengan tujuan untuk selalu dapat memperbaiki kesejahteraan atau

(23)

commit to user

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembangunan pertanian

adalah upaya sadar dan terencana dalam meningkatkan dan

mengembangkan bidang pertanian dalam arti luas (pertanian, peternakan,

perikanan, perkebunan dan kehutanan) dalam upaya memperbaiki dan

meningkatkan kesejateraan kualitas hidup petani.

2. Partisipasi Pembangunan

a. Pengertian Partisipasi

Istilah partisipasi sering diartikan dalam kaitannya dengan

pembangunan sebagai pembangunan masyarakat yang mandiri,

perwakilan, mobilitas sosial, pembagian sosial yang merata terhadap

hasil-hasil pembangunan, penetapan kelembagaan khusus, demokrasi

politik dan sosial, reformasi sosial atau bahkan yang disebut revolusi

rakyat (Slamet, 1994).

”Participation is the generally accepted term referring to supported participation in processes involved in government and governance. Processes may concern administration, service delivery, decision making and policy making. Participation is hence closely related to government and governance participation. The need for the term has emerged as citizen benefits and values have often received less attention in government development than those of the service providers, and the need to distinguish the roles of citizen and customer has become clearer (Wales, 2010.)”

Partisipasi adalah istilah yang berlaku umum, merujuk pada

partisipasi yang didukung proses keterlibatan seseorang yang

bersangkutan dalam pemerintahan. Proses menyangkut kepentingan

administrasi, jasa pengiriman, pengambilan keputusan dan pembuatan

kebijakan. Partisipasi berkaitan erat dengan pemerintah dan partisipasi

pemerintahan. Maksud dari istilah ini telah muncul untuk memberikan

manfaat dan kekurangan warga negara dalam mendapatkan perhatian

di dalam pengembangan pemerintah daripada mendapatkan pelayanan

dan kebutuhan, untuk membedakan peran warga negara sebagai

(24)

commit to user

Partisipasi adalah pengorganisasian kegiatan-kegiatan

penyuluhan oleh kelompok-kelompok petani dengan melibatkan peran

aktif petani dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi program serta pemanfaatan hasil. Partisipasi melalui

pengikutsertaan petani dapat menjadi cara yang lebih efisien untuk

mencapai tujuan program penyuluhan yang telah dirumuskan

(Hawkins dan Van Den Ban, 1999).

Menurut Daniel et al. (2006), partisipatif adalah pengambilan

bagian atau keikutsertaan petani yang terlibat langsung dalam setiap

tahapan proses pembangunan, mulai dari perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) sampai kepada

monitoring dan evaluasi (controlling)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah

keterlibatan seseorang baik fisik, emosi dan materi yang secara aktif

dalam suatu kegiatan tertentu yang meliputi perencanaan, pelaksanaan

dan pemanfaatan hasil.

b. Partisipasi dalam Pembangunan

Menurut Tjokroamidjojo (1984) menjelaskan bahwa

pembangunan merupakan suatu proses pembaharuan yang kontinue

dan terus menerus dari suatu keadaan tertentu kepada suatu keadaan

yang dianggap lebih baik. Pembangunan yang meliputi segala segi

kehidupan politis, ekonomi dan sosial buadaya itu akan berasil, apabila

merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi dari seluruh rakyat

didalam suatu negara. Terdapat empat aspek penting dalam rangka

partisipasi dalam pembangunan, yaitu: 1) terlibatnya dan keikut sertaan

rakyat sesuai dengan mekanisme proses politik dalam suatu negara

turut menentukan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang

dilaksanakan pemerintah, 2) meningkatkan artikulasi (kemampuan)

untuk merumuskan tujuan-tujuan, terutama cara-cara dalam

merencanakan tujuan itu dengan baik, 3) partisipasi masyarakat dalam

(25)

commit to user

rencana yang telah ditentukan dalam proses politik dan 4) adanya

perumusan dan pelaksanaan program-program partisipasi dalam

pembangunan yang berencana.

Strategi pembangunan di negara-negara berkembang

memerlukan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan

pengelolaannya karena berbagai pertimbangan, yaitu: a) meningkatkan

integritas, b) meningkatkan hasil dan merangsang penerimaan yang

lebih besar, c) membantu menghadapi permasalahan nyata dari

kesenjangan tanggapan dari perasaan, kebutuhan, masalah dan

pandangan komunitas local, d) membawa kualitas hasil (output) lebih

tinggi dan berkualitas, e) meningkatkan jumlah dan ketepatan

informasi dan f) memberikan operasi yang lebih ekonomis dengan

penggunaan lebih banyak sumberdaya manusia lokal dan membatasi

transportasi dan manajemen yang mahal (Claude dan Zamor, 1985).

Aspek-aspek penting partisipasi masyarakat dalam proses

pembangunan menurut Cary (1970), meliputi: a) prasyarat partisipasi

b) tipe-tipe partisipasi c) tipe-tipe partisipan d) hubungan partisipan

dengan lokalitas e) tahapan pengorganisasian yang berhubungan

dengan partisipasi.

Menurut Tjokromidjodjo (1984) mengemukakan ada tiga hal

yang perlu diperhatikan dalam rangka partisipasi masyarakat yaitu : 1)

masalah kepemimpinan, 2) komunikasi, dan 3) pendidikan. Peranan

kepemimpinan sangat berpengaruh dalam keberhasilan suatu

pembangunan karena pemimpin dapat menggerakkan partisipasi

masyarakat. Komunikasi merupakan sarana yang memungkinkan

gagasan, kebijakan dan rencana kepada masyarakat luas. Komunikasi

dimaksudkan untuk menumbuhkan berbagai perubahan nilai dan sikap

didalam proses pembaharuan. Selain itu, kesadaran dan pendidikan

memberikan kemampuan dalam mengembangkan nilai-nilai dan sikap

(26)

commit to user

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

pembangunan merupakan suatu proses terencana dan terus menerus

yang melibatkan partisipasi masyarakat secara penuh atau sebagian

dalam pembangunan. Partisipasi dalam pembangunan dipengaruhi oleh

kesadaran masyarakat, peranserta masyarakat dan kemampuan

masyarakat dalam melaksanakan program pembangunan.

c. Bentuk atau Tahapan Partisipasi

Howard, Baker dan Forest (1994) membedakan keterlibatan

dalam tiga tipe, yaitu: 1) Keterlibatan fisik (physical involvement) jika

sekelompok kecil orang berkumpul di suatu ruangan, 2) Keterlibatan

social (social involvement) jika mereka berdiskusi, bertukar pikiran

mengungkapkan perasaan, kebutuhan dan harapan, 3) Keterlibatan

psikologis (psychological involvement) jika mereka terlibat diskusi

aktif, mendalami pilihan-pilihan program, hingga menjadi disepakati

sebagai rumusan dan pemecahan masalah.

Menurut Daniel, et al. (2006) membedakan bentuk-bentuk

partisipasi dalam pembangunan kedalam lima bentuk, yaitu:

1) Inisiatif atau spontan yaitu petani secara sepontan malakukan aksi

bersama. Bentuk pasrtisipasi spontan ini sering terjadi karena

termotivasi oleh suatu keadaan yang tiba-tiba.

2) Fasilitasi yaitu suatu partisipasi petani disengaja yang dirancang

dan didorong sebagai proses belajar dan berbuat petani untuk

membantu menyelesaikan masalah bersama.

3) Induksi yaitu petani dibujuk berpartisipasi propaganda atau

mempengarui melalui emosi dan partiotisme.

4) Koptasi yaitu petani dimotivasi untuk berpartisipasi untuk

keuntungan-keuntungan materi dan pribadi yang telah disediakan

untuk mereka.

5) Dipaksa yaitu petani berpartisipasi di bawah tekanan atau

(27)

commit to user

Menurut Yadav dalam Mardikanto (2003) mengemukakan

tentang adanya empat macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi

petani dalam kegiatan pembangunan, yaitu:

1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan

Partisipasi petani dalam pembangunan perlu ditumbuhkan

melalui dibukanya forum yang memungkinkan petani banyak

berpartisipasi langsung didalam proses pengambilan keputusan

tentang program-program pembangunan di wilayah setempat atau

di tingkat lokal.

2) Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan

Partisipasi dalam pelakasanaan pembangunan harus diartikan

sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga

kerja, uang tunai dan beragam bentuk korbanan lainnya yang

sepadan dengan manfaat yang diterima.

3) Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan

Partisipasi petani untuk mengumpulkan informasi yang

terkait dengan perkembangan kegiatan serta prilaku aparat

pembangunan sangat diperlukan.

4) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan

Pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan

dan kesukarelaan petani untuk selalu berpartisipasi dalam setiap

program pembangunan yang akan datang.

Sedangkan menurut Slamet (1994) menyatakan bahwa terdapat

tiga tahapan kegiatan partisipasi dalam pembangunan, yaitu:

1) Partisipasi pada tahap perencanaan

Keterlibatan seseorang dalam perencanaan pembangunan

sekaligus membawa dalam proses pembentukan keputusan,

mencakup empat tingkatan yang pertama ialah mendefinisikan

situasi yang menghendaki adanya keputusan. Pembuatan keputusan

(28)

commit to user

hal partisipatif perencanaan pembangunan mencakup merumuskan

tujuan, maksud dan target.

2) Partisipasi pada tahap pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, pengukuran bertitik tolak pada

sejauh mana masyarakat secara nyata terlibat dalam

aktivitas-aktivitas riil yang merupakan perwujudan program-program yang

telah digariskan di dalam kegiatan-kegiatan fisik. Dalam hal ini,

ada faktor yang menyebabkan anggota masyarakat kurang

berpartisipasi dikarenakan mereka tidak mempunyai kepentingan

khusus yang mempengaruhinya secara langsung.

3) Partisipasi pada tahap pemanfaatan

Partisipasi masyarakat didalam fase penggunaan atau

pemanfaatan hasil ialah sejauh mana anggota masyarakat memetik

hasil dari kegiatan program pembangunan yang telah dilakukan.

Berkaitan dengan berbagai tahap partisipasi, lebih lanjut Slamet

(1994) menyatakan berbagai klasifikasi partisipasi dalam

pembangunan, sebagai berikut:

1) Partisipasi berdasarkan derajat kesukarelaan terbagi menjadi dua

jenis yaitu: partisipasi bebas dan partisipasi terpaksa.

2) Partisipasi berdasarkan pada cara keterlibatan terbagi menjadi dua

jenis yaitu: partisipasi langsung dan partisipasi tidak langsung.

3) Partisipasi berdasarkan pada tingkat organisasi terbagi menjadi dua

jenis yaitu partisipasi lengkap dan partisipasi sebagian.

4) Partisipasi berdasarkan pada tingkat intensitas dan frekuensi

kegiatan terbagi menjadi dua jenis yaitu partisipasi efektif dan

partisipasi intensif.

5) Partisipasi berdasarkan pada lingkup kegiatan terbagi menjadi dua

jenis yaitu partisipasi tak terbatas dan partisipasi terbatas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

merupakan kegiatan yang terdiri dari beberapa tahap yang saling

(29)

commit to user

2) partisipasi dalam tahap pelaksanaan, 3) partisipasi dalam tahap

pemantauan dan evaluasi serta 4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil.

d. Faktor Pembentuk Partisipasi

Menurut Slamet (1994) menyatakan bahwa tumbuh dan

berkembangnya pertisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat

ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu: adanya kesempatan yang

diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi, adanya kemauan

masyarakat untuk berpartisipasi dan adanya kemampuan masyarakat

untuk berpartisipasi.

1) Kesempatan

Kesempatan yang diberikan kepada petani harus dapat

dimanfaatkan dengan baik. Kesempatan-kesempatan yang ada

merupakan suatu peluang petani untuk mengembangkan dirinya

sendiri. Diperlukan usaha–usaha khusus untuk membuat petani

mau memanfaatkan kesempatan yang timbul.

2) Kemauan

Prilaku manusia tidak hanya terdiri dari tindakan-tindakan

yang terbuka saja, melainkan berfikir, emosi, presepsi dan

kebutuhan. Kemauan adalah awal terciptanya suatu partisipasi

yang bersumber pada faktor psikologis individu yang menyangkut

emosi dan perasaan yang kompleks, sulit diamati, tidak mudah

dikomunikasikan dan diketahui dengan pasti. Partisipasi dalam

suatu kegiatan tertentu dapat mucul apabila pelaku didalamnya

mempunyai motivasi yang kuat untuk ikutserta.

3) Kemampuan

Kemapuanan seseorang menunjukkan kualitas dalam dirinya

untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan yang dihadapi.

Partisipasi masyarakat dengan kemampuan mayarakat yang

bersangkutan untuk berkembang secara mandiri terdapat kaitan

(30)

commit to user

merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat itu untuk

berkembang secara mandiri.

Menurut Hawkins dan Van den Ban (1999) menyatakan bahwa

ada beberapa alasan petani dianjurkan berpartisipasi dalam

keputusan-keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan, sebagai

berikut:

1) Mereka memiliki informasi yang sangat penting untuk

merencanakan program yang berhasil, termasuk tujuan situasi,

pengetahuan serta pengalaman mereka dengan teknologi dan

penyuluhan serta setruktur sosial petani.

2) Mereka akan lebih termotivasi untuk bekerjasama dengan program

penyuluhan jika ikut bertanggungjawab di dalamnya.

3) Petani yang demokratis secara umum menerima bahwa rakyat yang

terlibat berhak berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan

yang ingin dicapai.

4) Banyak permasalahan pembangunan pertanian yang perlu

diselesaikan dengan partisipadi kelompok sasaran dalam

pengambilan keputusan bersama

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor pembentuk

partisipasi meliputi kemampuan, kemauan dan kesempatan masyarakat

untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Selain itu, juga ditunjang

dengan adanya komunikasi yang memadai mengenai suatu program

pembangunan yang ada.

3. Petani

“A farmer is a person, engaged in agriculture, who raises

living organisms for food or raw materials, generally including

livestock husbandry and growing crops such as produce and grain. A

farmer might own the farmed land or might work as a labourer on

land owned by others; but in advanced economies, a farmer is

usually a farm owner, while employees of the farm are farm workers,

(31)

commit to user

Seorang petani adalah orang yang bergerak dibidang pertanian

dengan memelihara organisme hidup untuk bahan makanan atau

mentah, umumnya termasuk hewan ternak dan tanaman seperti

memproduksi biji-bijian. Seorang petani mungkin memiliki tanah untuk

usahatani atau mungkin bekerja sebagai buruh di atas tanah milik orang

lain tetapi di negara maju, petani biasanya seorang pemilik penggarap

sementara karyawan dari pertanian adalah buruh tani, mandor dan lain-lain

(Wales, 2010).

Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi

sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian dalam

arti luas yang meliputi: pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan

hasil laut. Petani mempunyai banyak peran dimana peran tersebut

dipengaruhi oleh faktor di dalam dan faktor di luar petani (Hernanto,

1988)

Menurut Soetriono et al. (2006) mengemukakan mengenai peran

petani dalam kegiatan usahatani, peran petani antara lain:

a. Petani sebagai penggarap

Peranan pertama petani adalah memelihara tanaman dan hewan

agar memperoleh hasil yang diperlukan untuk mencukupi

kehidupannya.

b. Petani sebagai manajer

Ketrampilan sebagai penggarap adalah keterampilan tangan,

otot dan mata. Ketrampilan sebagai manajer dalam menjalankan

usahanya yang menyangkut kegiatan otak yang didorong keinginan

dan pengambilan keputusan atau pemilihan alternatif tanaman atau

ternak.

c. Petani sebagai manusia

Seorang petani bukan hanya sebagai penggarap dan manajer

tetapi sebagai manusia. Petani merupakan anggota kelompok manusia

lainnya, dimana petani sebagai anggota keluarga dan masyarakat atau

(32)

commit to user

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa petani adalah penduduk

yang sementara atau tetap menguasai sebidang tanah yang digunakan

untuk usahatani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

a. Faktor Internal Petani

Petani sebagai orang yang menjalankan usahatani mempunyai

peran yang jamak (multiple role) yaitu sebagai manager, sebagai juru

tani dan juga sebagai kepala keluarga. Sebagai kepala keluarga dituntut

untuk dapat memberikan kehidupan yang layak dan mencukupi kepada

semua anggota rumah tangganya. Sebagai manager dan juru tani yang

berkaitan dengan kemampuan mengelola usahatani akan sangat

dipengaruhi oleh faktor di dalam dan di luar pribadi petani itu sendiri

(Slamet, 1994).

Menurut Hernanto (1984) karakteristik sosial ekonomi petani,

meliputi:

1) Umur

Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan

respon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan

usahataninya. Pembagian umur menurut Mantra (1995) dapat

dibuat detail, yaitu:

a) Golongan muda (umur 0 – 14 tahun)

b) Golongan dewasa (umur 15 – 64 tahun)

c) Golongan jompo (umur 64 tahun keatas) yaitu merupakan

golongan yang tidak mampu lagi untuk bekerja dalam lapangan

Tingkat umur mempunyai pengaruh terhadap

kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya

maupun usaha-usaha pekerjaan tambahan lainnya. Semakin

tinggi umur petani maka kemampuan kerjanya relatif menurun

(Prayitno dan Lincolin, 1986).

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk

ingin tahu apa yang belum mereka ketahui sehingga dengan

(33)

commit to user

inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman

dalam soal adopsi inovasi tersebut (Soekartawi, 1988).

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan petani baik formal maupun non formal

akan mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan pada

usahataninya yaitu dalam rasionalitas usaha dan kemampuan

memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi yang ada. Petani yang

berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan

adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya petani yang berpendidikan

rendah, mereka agak sulit untuk melaksanakan adopsi inovasi

dengan cepat (Soekartawi, 1988).

3) Pendapatan keluarga

Secara umum pendapatan petani memang rendah, pada

usahatani tanaman pangan dan tanaman tahunan, untuk petani di

Jawa maupun diluar Jawa dan transmigran pendapatan relatif

rendah. Sumber pendapatan keluarga petani miskin berasal dari

beberapa jenis kegiatan, baik sektor pertanian, maupun dari luar

pertanian (Prayitno dan Lincolin, 1986).

Sedangkan status sosial ekonomi lainnya, para peneliti terdahulu

menambahkan:

1) Pengalaman Petani

Pengalaman menunjukkan bahwa petani telah banyak

memiliki pengetahuan yang berasal dari proses belajar. Petani juga

telah mengembangkan cara-cara untuk mengklasifikasikan dan

memandang beberapa hal yang lebih “unggul” dibanding dengan

cara-cara yang digunakan sebelumnya bagi kepentingan petani

sendiri sendiri (Mardikanto, 1989).

2) Tingkat keaktifan keanggotaan tani

Status keanggotaan petani dalam kelompok tani akan

menentukan tingkat keaktifan keanggotaan tani dalam

(34)

commit to user

biasanya memiliki pendidikan serta pengalaman yang lebih

daripada anggota pasif (Rumlah, 2001).

3) Luas penguasaan lahan

Faktor pemilikan tanah merupakan faktor yang berpengaruh

terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani. Pada umumnya dapat

dikatakan bahwa petani bukan pemilik biasanya produksi lebih

tinggi dibanding petani pemilik. Hal ini disebabkan oleh adanya

perangsang berproduksi pada petani non-pemilik untuk

menghasilkan pendapatan yang memadai. Apalagi dengan adanya

kelangkaan tanah di pedesaan. Para petani pemilik biasanya

mencari penyakap atau penyewa tanah yang mampu mengolah

tanah, sehingga daripadanya didapat hasil sebaik mungkin

(Cahyono, 1983).

Dalam penelitian ini yang dimaksud faktor internal petani

yang mempengaruhi partisipasi petani dalam kegiatan Prima Tani

Lahan Sawah Intensif yaitu: karakteristik sosial ekonomi petani

dalam kegiatan Prima Tani Lahan Sawah Intensif, meliputi: umur,

pendidikan formal, pendidikan non-formal, pendapatan,

pengalaman, tingkat keaktifan keanggotaan tani dan luas

penguasaan lahan.

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan Ekonomi

Menurut Hernanto (1988) menyatakan bahwa faktor-faktor

luar (eksternal) petani yang mempengaruhi keberhasilan usahatani,

meliputi:

a. Sarana transportasi dan komunikasi

Pengangkutan merupakan bagian dari proses produksi

pertanian sehingga perlu sarana transpotasi yang memadai.

Pengangkutan dapat menjadi perangsang petani dalam

melaksanakan usahatani, apabila pengangkutan dapat

(35)

commit to user

diperlukan informasi yang menyangkut jaringan perdagangan

hasil pertanian (Mosher, 1991).

Menurut Reijntjes, et al. (1999) mengemukakan bahwa

keterbatasan sarana komunikasi dengan kondisi yang berubah

secara cepat dapat menghalangi petani memperoleh informasi

yang diharapkan mampu memecahkan masalah pertanian

dengan pengetahuan dan pengujicobaan serta jaringan

komunikasi petani sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya kerja

sama antara petani, penasehat pertanian dan peneliti dalam

mengembangkan teknik-teknik yang khas bagi pertanian

setempat. Tujuannya adalah memanfaatkan secara lebih

pengetahuan petani tentang lingkungan dan masalah-masalah

serta memperkuat kemampuan uji coba dan kreatif untuk

mencari solusi masalah yang dihadapai.

b. Aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil

Pasaran hasil usahatani yang dimaksudkan yaitu pasar

dalam negeri (domestik) dan pasar luar negeri (ekspor). Pada

dasarnya, tidak banyak petani yang dapat menjual sendiri hasil

usahataninya ke pasar dikarenakan lokasi umumnya terlalu

jauh. Petani sulit untuk menghubungi pembeli di pasar

disebabkan tidak memiliki alat transportasi yang memadai dan

kurangnya pengetahuan atau fasilitas pemasaran yang

diperlukan seperti pengepakan, penyimpanan, dan pengolahan.

Oleh karena itu, suatu sistem tata niaga hasil pertanian yang

baik dan efisien sangat diperlukan dalam mendukung

keberhasilan pasaran dari produk pertanian (Mosher, 1991).

c. Fasilitas kredit

Badan-badan efisien yang memberikan kredit produksi

kepada petani dapat merupakan faktor pelancar bagi

pembangunan pertanian. Dalam meningkatkan produksi

(36)

commit to user

produksi pertanian. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani

dapat berasal dari tabungan maupun pinjaman (Mosher, 1991).

d. Sarana penyuluhan bagi petani.

Pembangunan pertanian terselenggara sebagai salah satu

usaha untuk mendukung pembangunan pertanian di Indonesia.

Mosher (1991) menempatkan penyuluh pertanian sebagai

faktor pelancar pembangunan (the accelerator of agricultural

development). Penyuluh pertanian dianggap penting karena

kemampuan petani dan keputusan-keputusan yang diambil

mengenai pelaksanaan usaha tani akan sangat menentukan bagi

tingkat pembangunan.

2) Lingkungan Sosial

Petani sebagai pelaksana usahatani (baik sebagai juru tani

maupun sebagai pengelola) adalah manusia yang setiap

pengambilan keputusan untuk usahatani tidak selalu bebas

dilakukannya sendiri tetapi sangat ditentukan oleh

kekuatan-kekuatan disekelilingnya. Dengan demikian, jika petani ingin

melakukan perubahan-perubahan untuk usahataninya, petani juga

harus memperhatikan pertimbangan-pertimbangan yang diberikan

oleh lingkungan sosialnya (Departemen Kehutanan, 1996).

Saluran komunikasi dalam keputusan inovasi adalah alat

yang dipergunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi yang

mungkin berpengaruh terhadap kecepatan pengambilan

keputusanan inovasi. Saluran inovasi terdiri dari saluran

interpersonal dan media massa serta saluran lokal dan saluran

kosmopolit. (Rogers,1983).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor eksternal

petani merupakan faktor yang berasal dari luar sistem petani yang

mempengaruhi prilaku terhadap suatu kegiatan tertentu. Faktor

eksternal petani yang mempengaruhi partisipasi petani dalam kegiatan

(37)

commit to user

lingkungan sosial. Lingkungan ekonomi, terdiridari: sarana prasarana

produksi usahatani padi, lembaga permodalan, inovasi teknologi dan

saluran pemasaran. Sedangkan lingkungan sosial yang terdiridari:

pihak yang mendukung Prima Tani, informasi dan interaksi sosial.

4. Prima Tani

Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi

Pertanian (Prima Tani) adalah suatu kegiatan rintisan yang berguna

mempercepat proses adopsi inovasi teknologi dan membangun

kelembagaan agrobisnis pedesaan. Prima Tani dilaksanakan dengan empat

strategi, yaitu:

a. Menerapkan teknologi inovatif tepatguna secara partisipatif

berdasarkan paradigma peneliti untuk pembangunan.

b. Membangun model percontohan sistem dan usaha agrobisnis berbasis

teknologi inovatif yang mengintegritas sistem inovasi dan

kelembagaan dengan sistem agrobisnis.

c. Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi

inovatif melalui expose dan demontrasi lapang, deseminasi informasi,

advokasi serta memfasilitasi inovasi teknologi pertanian.

d. Mengembangkan agroindustri pedesaan berdasarkan karakteristik

wilayah agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.

(Departemen Pertanian, 2006).

Tujuan utama Prima Tani adalah mempercepat desiminasi dan

adopsi teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang

Pertanian, serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik

teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi. Umpan balik ini

merupakan informasi ensensial dalam rangka mewujudkan dan

memperbaiki penelitian serta pengembangan berorientasi kebutuhan

pengguna. Prima Tani sebagai intrumen program pembangunan pertanian

akan memberikan manfaat sebagai berikut:

(38)

commit to user

b. Meningkatkan efisiensi sistem produksi, perdagangan dan konsumsi

komoditas pertanian Indonesia.

c. Meningkatkan akuntabilitas Departemen Pertanian dalam

pembangunan pertanian melalui percepatan permasyarakatan inovasi

serta kelembagaan pertanian.

(Departemen Pertanian, 2006).

Keluaran akhir Prima Tani adalah terbentuknya unit Agribisnis

Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan

Diversifikasi (SUID) yang merupakan representasi industri pertanian dan

berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan.

Penggunaan Prima Tani diimplementasikan secara partisipatif dalam suatu

desa atau laboratorium agribisnis dengan menggunakan lima pendekatan,

yaitu: a) agroekosistem, b) agribisnis, c) wilayah kelembagaan dan d)

pemberdayaan petani. Penggunaan pendekatan agroekosistem berarti

Prima Tani diimplementasikan dengan memperhatikan kesesuaian dengan

kondisi bio-fisik lokasi yang meliputi: aspek sumberdaya lahan, air,

wilayah komoditas dan komoditas dominan. Pendekatan agrobisnis berarti

dalam implementasi Prima Tani diperhatikan struktur dan keterkaitan

subsistem penyedia input, usahatani, pasca panen, pemasaran dan

penunjang dalam satu sistem. Pendekatan wilayah berarti optimasi

penggunaan lahan untuk pertanian dalam satu kawasan (Desa atau

Kecamatan). Salah satu komoditas pertanian dapat menjadi perhatian

utama sedangkan beberapa komoditas lainya sebagai pendukung.

Pendekatan kelembagaan berarti pelaksanaan Prima Tani tidak hanya

memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu organisasi ekonomi dan

individu yang berkaitan dengan input dan output, tetapi juga menyangkut

modal sosial, norma, dan aturan yang berlaku dilokasi Prima Tani.

Pendekatan pemberdayaan masyarakat menekankan perlunya peumbuhan

kemandirian petani dalam pemanfaatan potensi sumberdaya pedesaan

(39)

commit to user

Kegiatan Prima Tani terdiri atas beberapa tahapan, yaitu:

a. Tahap perencanaan yang meliputi: penganggaran, penentuan lokasi,

dan pelatihan bagi pelaksana.

b. Tahap sosialisasi yang dilaksanakan ditingkat pusat, provinsi dan

kabupaten.

c. Tahap pelaksanaan yang meliputi: 1) survei dan pemetaan sumber daya

lahan, 2) pelaksanaan Participatory Rural Apprasial (PRA), 3) survei

pendasaran,4) penyusunan Rancangan Bangun Laboratorium

Agrobisnis dan 5) implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan

Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dengan prinsip partisipasif,

pemberdayaan, dan sinergi antar pemangku kepentingan.

d. Tahap monitoring dan evaluasi.

e. Tahap koordinasi dan pembinaan.

(Departemen Pertanian, 2006).

Prima Tani merupakan kegiatan khusus Departemen Pertanian mulai

dari pusat sampai daerah. Oleh karena itu, organisasi pelaksanaan juga

bersifat lintas institusi lingkup Departemen Pertanian yang bermitra

dengan institusi terkait diluar Departemen Pertanian. Organisasi Prima

Tani, terdiri dari :

a. Organisasi Pusat, Provensi, dan Kabupaten atau Kota

Organisasi di tingkat pusat ditetapkan dengan Keputusan Mentri

Pertanian, organisasi tingkat provensi dan kabupaten atau kota

ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati masing-masing dengan Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai focal point. Pada

intinya anggota organisasi ini adalah terdiri atas unsur Pemda,

lembaga-lembaga tani, penyuluh, peneliti atau pengkaji, dan

pengusaha agribisnis.

b. Organisasi Laboratorium Agribisnis

Kegiatan Prima Tani berjalan sepanjang waktu di Laboratorium

(40)

commit to user

okomodatif serta personilnya senantiasa di lingkungan masyarakat

tani, yang terdiri dari:

1) Manajer Laboratorium Agribisnis yang berasal dari BPTP.

2) Koordinator Tim Teknis, seorang peneliti senior atau menengah

dari Balai Penelitian atau Balai Besar Penelitian.

3) Koordinator deseminasi, seorang penyuluh dari BPTP atau Dinas.

4) Ketua Klinik Agobisnis, seorang peneliti/penyuluha/petani maju.

5) Koordinator kelembagaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

Indikator keberhasilan kinerja yang harus dipenuhi oleh masyarakat

agribisnis industrial pedesaan (desa agroindustri) adalah:

a. Mampu menyesuaikan dan menjamin kualitas (mutu) produk pertanian

yang dipasarkan seperti yang diinginkan konsumen akhir (quality

assurance).

b. Mampu mengadopsi teknologi paling mutakhir pada seluruh fungsi

atau proses tranformasi produk pada alur vertikal mulai dari usahatani

hingga industri pengolahan (modernisasi).

c. Mampu tumbuh-kembang secara berkelanjutan atas kemampuan

sendiri (kemandirian progresif).

d. Mampu mengantisipasi, mengadopsi, dan menyesuaikan diri terhadap

guncangan ekonomi (tangguh).

e. Mampu menghadapi persaingan yang ketat dipasar domestik ataupun

internasional (memiliki keunggulan konpetitif).

(Departemen Pertanian, 2006).

Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan

Prima Tani adalah suatu kegiatan rintisan yang berguna mempercepat

proses adopsi inovasi teknologi dan membangun kelembagaan agrobisnis

pedesaan. Tujuan Prima Tani adalah meningkatkan proses adopsi inovasi

dan mengembangkan kelembagaan kelompok petani sehingga dapat

mengelola usahataninya dengan baik dalam rangka meningkatkan

(41)

commit to user 5. Prima Tani Lahan Sawah Intensif

Prima Tani di Kabupaten Grobogan berdasarkan agrosistemnya

termasuk lahan sawah intensif dikarenakan telah memenuhi kreteria

sebagai lahan sawah yang sudah mengikuti program intensifikasi

sehingga produktivitasnya lebih dari 4,5 ton GKG (gabah kering

giling)/Ha dan beririgasi serta dapat ditanami lebih dari satu kali

setahun (Departemen Pertanian, 2006).

Prima Tani yang dilaksanakan di Desa Kluwan, Kecamatan

Penawangan kabupaten Grobogan yang menempatkan tanaman padi

sebagai komoditas unggulan utamanya sesuai dengan agroekosistem

Lahan Sawah Intensif. Intensifikasi tanaman padi dimaksudkan untuk

meningkatkan efisiensi, produktivitas dan keuntungan usahatani. Secara

rinci inovasi teknologi dan kelembagaan yang diintroduksi untuk

mengembangkan usaha-usaha agribisnis di lokasi Prima Tani sebagai

berikut:

a. Intensifikasi usahatani padi dimaksudkan untuk meningkatkan

efesiensi, produktivitas dan keuntungan usahatani. Komponen inovasi

yang diintroduksi meliputi: 1) penggunaan benih berkualitas secara

berkelanjutaan, 2) pemupukan N, P, dan K, sesuai dengan kebutuhan

tanaman dan status hara spesifik lokasi, 3) Sistem tanam jajar legowo

dua baris, dan 4) Percepatan dekomposisi bahan organik sebelum

tanam MT-2.

b. Untuk mngembangkan usahatani ternak domba ekor gemuk

diintroduksikan inovasi-inovasi yang meliputi: 1) skla usaha 9 ekor

per-unit usaha dengan rasio 1 jantan : 8 betina, 2) pengelolaan pakan

berbasis bahan atau sumberdaya spesifik lokasi, 3) kandang panggung,

dan 4) perbaikan pengelolaan reproduksi.

c. Untuk pemanfaatan hasil ikutan usahatani padi yang berupa jerami dan

hasil ikutan kacang hijau yang berupa brangkasan, diintroduksi

inovasi-inovasi yang meliputi: 1) fermentasi dan pengemasan yang

(42)

commit to user

meningkatkan daya simpan bahan pakan serta dapat dipasarkan

sebagai sumber penghasilan, 2) pembuatan formula pakan lengkap

berbasis bahan lokal baik untuk pemenuhan kebutuhan sendiri maupun

dipasarkan.

d. Penumbuhan kelembagaan Gapoktan dan revitasisasi kelembagaan

kelompok tani untuk mengembangkanb pelayanan iptek, saprotan,

alsintan (alat dan mesin pertanian), pengendalian OPT (organisme

penggangu tanaman), pemasaran dan permodalan.

(Departemen Pertanian, 2008)

Prima Tani Lahan Sawah Intensif dilaksanakan secara partisipatif

dalam suatu laboratorium agribisnis.

Gambar 1. Rancang Bangun Laboratorium Agrobisnis Pedesaan (Desa Kluwan Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan)

Peningkatan kesejahteraan atau pendapatan petani diupayakan dapat

tercapai secara bertahap, yang digambarkan dalam suatu ”road-map”

masing-masing laboratorium agrobisinis. Masyarakat Prima Tani yang

dituju memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) produk pertanian mempunyai

kebutuhan mutu dalam jumlah yang cukup secara konsisten, b) sebagaian

besar petani mengadopsi inovasi teknologi, c) munculnya petani progresif Bahan Pakan

beras kemasan, sale pisang, manisan melon, kompos, pupuk

cair, briket, dan bio arang

Usahatani Tanaman : § Sawah: padi, kacang hijau,

melon & semangka

§ Pekarangan & Tegal : sayuran, pisang, mangga, dan jamur merang

Usaha Ternak : Pembibitan

domba ekor gemuk

PASAR

Produk Olahan

(43)

commit to user

sebagai agen pembeharu pertanian, d) petani menikmati nilai tambah dan

mampu memupuk modal untuk pembiayaan operasional, tabungan, dan

investasi, e) petani mampu mengatasi masalah fluktuasi hasil komoditas

padi (Deprov Jateng, 2008).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Prima Tani di Kabupaten

Grobogan didasarkan pada agrosistem termasuk Lahan Sawah Intensif. Prima

Tani Lahan menitikberatkan pada budidaya padi secara khusus. Petani dapat

ikutserta dalam berbagai tahap kegiatan Prima Tani meliputi partisipasi dalam

tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap pelaksanaan, partisipasi dalam

tahap pemantauan dan evaluasi serta partisipasi dalam tahap pemanfaatan

hasil. Partisipasi petani dalam setiap tahap kegiatan merupakan salah satu

indikator keberasilan dari program Prima Tani.

B. Kerangka Berpikir

Banyak kegiatan atau program-program pemerintah yang tidak berhasil

mencapai tujuan karena tidak ada atau kurangnya partisipasi dari anggota

kelompok baik partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan,

pemantauan dan evaluasi serta pemanfaatan hasil kegiatan. Partisipasi

menempati posisi penting dalam keberasilan program pembangunan.

Partisipasi secara sederhana, dapat diartikan sebagai peranserta seseorang atau

kelompok dalam suatu kegiatan tertentu. Keterlibatan aktif petani dapat lebih

terlaksana apabila rencana pembangunan berorientasi pada kepentingan petani

sendiri. Program-program pemerintah yang baik biasanya dapat

dikembangkan dengan mengikutsertakan petani didalamnya.

Pencapaian tujuan kegiatan Prima Tani diperlukan partisipasi petani

secara aktif baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap

pemantauan dan evaluasi serta tahap pemanfatan hasilnya. Tingkat partisipasi

petani dalam kegiatan Prima Tani dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal petani tersebut. Faktor internal dan ekternal petani akan

mempengaruhi besarnya partisipasi petani di dalam suatu kegiatan atau

program tertentu. Faktor internal petani, meliputi: status sosial ekonomi petani

Gambar

Gambar 1.  Rancang Bangun Laboratorium Agrobisnis Pedesaan (Desa
Gambar 2. Kerangka Berpikir Hubungan Antara   Faktor-Faktor yang
Tabel 4. Pengukuran Variabel Tingkat Partisipasi Petani
Tabel 8. Jumlah Petani yang Pernah Melaksanakan Prima Tani
+7

Referensi

Dokumen terkait

London : Oxford university

Untuk unit amatan dari penelitian ini sendiri adalah Radio Komunitas Angkringan, dengan unit analisis yaitu strategi yang dipakai oleh Radio Komunitas Angkringan untuk

Dari penjelasan diatas dapat ditarik pengertian bahwa Museum Wali Songo merupakan lembaga tetap yang senantiasa melayani masyarakat secara terbuka untuk kepentingan

Hal ini berarti dijumpai hubungan yang bermakna antara status sosial ekonomi dengan infeksi STH pada siswa SDN 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.. Hasil ini sesuai

Pada hasil akhir akan dapat diketahui pengguna termasuk jenis penyakit apa dan dari hasil uji coba dapat diketahui bahwa dengan nilai Alpha 0.5 dan iterasi 250000, maka pada

yang bagus. Kalau sebuah program televisi mendapat rating yang tinggi, maka dapat diasumsikan akan ada banyak pendapatan dari iklan yang akan masuk ke televisi

Peneliti berharap Aplikasi POS dapat mendukung pembelajaran bahasa Inggris dan menjadi salah satu media pembelajaran yang membantu guru untuk mengajarkan materi part of

Sedangkan saran yang dikemukakan pada penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: (1) Sebaiknya pihak bank BRI dapat meningkatkan persepsi karyawannya terhadap kepuasan