• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Investas

Menurut Umar (2009), persepsi manusia terhadap lingkungan (environmental perception) merupakan persepsi spasial yakni sebagai interpretasi tentang suatu setting (ruang) oleh individu yang didasarkan atas latar belakang, budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut. Setiap individu dapat mempunyai persepsi lingkungan yang berbeda terhadap objek yang sama karena tergantung dari latar belakang yang dimiliki. Persepsi lingkungan yang menyangkut persepsi spasial sangat berperan dalam pengambilan keputusan.

Pemilihan jenis investasi dalam permainan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pemilihan jenis investasi adalah setting lahan yang disediakan dalam papan permainan serta harga dan keuntungan pada tabel pay-off (Lampiran 1). Faktor eksternal yang mempengaruhi jenis investasi adalah faktor pendidikan dan faktor pekerjaan. Faktor pertama yang dianggap berpengaruh adalah faktor jenis lahan atau setting lahan pada papan permainan yang diinterpretasikan dalam warna yang berbeda, yakni kuning (lahan mozaik), hijau muda (hutan tepi) dan hijau tua (hutan inti). Hal ini didasarkan pada pernyataan Chomitz (2007) yang membagi lahan pada suatu wilayah itu menjadi tiga jenis, yaitu mozaik, inti dan tepi.

Pembagian jenis lahan ini membatasi pemain untuk bisa berinvestasi dengan bebas sehingga tidak semua keinginan pemain untuk berinvestasi jenis investasi yang sesuai dengan keinginannya dapat terwujud. Faktor ini juga mempengaruhi jenis investasi yang sering dipilih oleh pemain dan jenis investasi yang jarang dipilih oleh pemain. Pemilihan terhadap jenis investasi yang jarang dipilih ini terjadi di luar manfaat yang dapat diberikan oleh jenis investasi tersebut. Beberapa contoh dari jenis investasi tersebut adalah jenis investasi air, pertambangan, biofuel dan karbon untuk re-forestasi. Jenis investasi air dan pertambangan jarang dipilih oleh para pemain karena jumlah lahan yang sudah disediakan untuk investasi tersebut hanya sedikit, yakni satu sel untuk investasi air dan dua buah untuk investasi pertambangan. Jenis karbon dan biofuel pada lahan mozaik tidak sering dijadikan pilihan utama oleh para pemain karena mereka berasumsi harus membangun sebuah wilayah hutan baru namun mereka tidak boleh memanen kayunya.

Selain jenis lahan, faktor internal yang dianggap berpengaruh adalah tabel mengenai pay-off atau hasil. Tabel ini berisi informasi mengenai jenis investasi apa saja yang diperbolehkan untuk setiap bentang lahan (mozaik, hutan tepi dan hutan inti), berapa harga yang harus dibayarkan untuk setiap investasi, keuntungan dan aset yang akan didapatkan untuk setiap investasi, hipotek yang akan didapatkan jika investasi digadaikan kepada bank, periode untuk bisa mendapatkan hasil investasi dan kondisi-kondisi khusus untuk beberapa investasi.

Permainan ini menuntut setiap pemain untuk bisa menjadi pemenang, oleh karena itu seorang pemain pasti akan berusaha untuk memenangkan permainan sehingga terjadi persaingan dengan pemain lainnya. Sebagai strategi untuk bisa memenangkan permainan, dalam permainan ini seorang pemain akan mempertimbangkan jumlah keuntungan, manfaat dan harga dari pilihan investasi yang tersedia. Pilihan keuntungan, harga dan manfaat yang akan diperoleh pemain sangat berpengaruh terhadap pilihan jenis investasi karena adanya sensitivitas harga yang dirasakan oleh pemain.

Menurut Shanker et al. (1999), sensitivitas harga adalah penilaian yang dilakukan konsumen akan manfaat ekonomi dari suatu harga yang bersangkutan, dan konsumen akan mencari alternatif harga terbaik bagi mereka, dengan mempertimbangkan nilai manfaat yang diberikan. Dengan adanya sensitivitas harga ini, maka pemain akan memilih jenis investasi dengan membandingkan antara nilai dan manfaat yang akan diterima serta mencari alternatif harga terbaik dari pilihan investasi untuk memaksimalkan nilai yang akan diterimanya.

Faktor selanjutnya adalah pendidikan, dalam penelitian ini terdapat empat tingkatan pendidikan yang merupakan pendidikan terakhir yang dimiliki para pemain. Keempat tingkatan tersebut adalah Sekolah Menengah Atas (SMA), sarjana, master, dan doktor. Pada permainan bersama mahasiswa kesemuanya memiliki pendidikan terakhir sarjana dan hanya terdapat satu yang memiliki pendidikan doktor, yakni dosen yang berperan sebagai pemerintah pada pengulangan pertama. Pada permainan yang dimainkan bersama staf perum Perhutani KPH Kendal, tingkat pendidikan para pemainnya adalah sarjana. Kemudian tingkat pendidikan para pemain yang bermain dalam pengulangan kelima di CIFOR memiliki variasi tingkat pendidikan antara master dan doktor. Pada permainan keenam yang dimainkan di perum Perhutani KPH Bogor, tingkat pendidikannya bervariasi antara SMA sampai dengan sarjana.

Pengaruh dari faktor ini memberikan pengetahuan terhadap pemain, mengenai jenis-jenis investasi serta cara pandang pemain terhadap kelestarian alam. Ketika permainan dimainkan bersama mahasiswa, sebagian besar pemain memilih untuk berinvestasi jenis investasi yang tidak mengurangi luas hutan, dengan memilih investasi yang bersifat menjaga luas hutan. Selain itu investasi

para pemain mahasiswa kurang memiliki variasi jenis investasi dibandingkan dengan permainan bersama perusahaan hutan dan praktisi kehutanan. Jenis investasi tersebut didukung oleh pemerintah yang mengeluarkan beberapa aturan untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan. Pada permainan terakhir, faktor pendidikan lebih nampak pengaruhnya padaaturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Faktor berikutnya adalah faktor pekerjaan. Faktor ini digolongkan menjadi lima golongan, yakni pekerjaan sebagai mahasiswa, NGO (Non Government Organization), instansi, peneliti, dan dosen. Pengaruh pekerjaan ini dapat dilihat pada permainan yang dimainkan bersama mahasiswa, ketika para pemain lebih memilih untuk berinvestasi karbon dan ekowisata serta penanaman di lahan mozaik daripada pembalakan hutan. Hal tersebut juga terjadi dalam permainan yang dimainkan di CIFOR. Latar belakang pekerjaan sebagai peneliti dan anggota NGO berpengaruh terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, yakni dengan melarang investasi pembalakan hutan.

Kedua kasus tersebut berbanding terbalik dengan apa yang terjadi dalam permainan bersama staf Perum Perhutani KPH Kendal. Pada permainan ini terdapat dua pemain yang lebih memilih berinvestasi pembalakan hutan daripada karbon dan ekowisata. Kedua pemain tersebut memiliki latar belakang pekerjaan sebagai ketua LMDH. Hal ini disebabkan karena faktor pengalamannya di lapangan untuk memanfaatkan sumber daya hutan secara langsung dalam bentuk barang. Meskipun memiliki pekerjaan yang sama, yakni LMDH, namun karena latar belakang dan pengalaman usaha yang berbeda maka orinentasi dalam bermain pun berbeda. Pemain dari LMDH KPH Bogor lebih memilih untuk berinvestasi ekowisata karena di daerahnya hutan lebih banyak dimanfaatkan untuk ekowisata dan agroforestri.

Dokumen terkait