• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Teori Penilaian Sumber daya Alam

Setiap investasi yang dilakukan seorang pemain pasti memiliki latar belakang ekonomi. Hal ini disebabkan karena setiap individu harus memenuhi kebutuhan hidupnya. Seorang pemain akan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin untuk memilih jenis investasi yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut pandangan ekonomi, aktivitas mempertimbangkan pilihan barang atau jasa untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal berdasarkan informasi dari lingkungannya disebut rasionalitas ekonomi. Namun pada kenyataannya, penilaian sumber daya alam tidak bisa hanya dilihat dari untung ruginya seseorang dalam memilih suatu investasi, melainkan terdapat faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan, seperti faktor sosial dan ekologi. Oleh karena itu, dalam perkembangannya yang selalu dinamis, pandangan mengenai penilaian sumber daya alam telah melahirkan beberapa teori baru, yakni teori Naturalis, Libertarian, Rawlsian, dan Utilitarian. Masing-masing teori ini memiliki pandangan yang berbeda mengenai bagaimana memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan manusia.

1. Teori Naturalis

Menurut teori Naturalis, di dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam, manusia tidak boleh sampai menimbulkan kerusakan yang signifikan terhadap lingkungan. Teori ini didukung oleh paham enviromentalis, yang mengatakan bahwa manusia harus mencoba untuk mulai memandang lingkungan alam dan semua yang terkandung di dalamnya sebagai sumber daya yang nilainya tidak hanya tergantung dari sudut pandang manusia. Pada umumnya, manfaat dari sumber daya alam dalam teori ini bersifat intangible. Intangible adalah manfaat dari sumber daya alam yang berkaitan dengan hasil dalam bentuk yang tidak nyata, seperti hidrologi, kenyamanan hidup, dan jasa lingkungan (Arief 2001).

Teori Naturalis dalam permainan ini, diikuti oleh beberapa pemain, antara lain pemain D pada pengulangan pertama, pemain A pada pengulangan kedua dan pemain B pada pengulangan ketiga bersama mahasiswa. Selanjutnya pada permainan bersama staf dari Perhutani Kendal, pemain yang mengikuti teori ini adalah pemain D. Ketika permainan dimainkan di CIFOR, teori ini diikuti oleh pemerintah. Pada permainan terakhir, paham ini diikuti oleh pemain C dan A yang berlatar belakang akademisi dan LMDH.

Pengertian “mengikuti” adalah bahwa pemain tersebut menilai sumber daya alam dari banyak sisi, tidak hanya dari sisi ekonominya saja. Sejatinya prinsip ini tetap mengakomodir keinginan manusia untuk bisa memanfaatkan sumber daya alam, namun dengan jumlah yang lebih proporsional. Selain itu, prinsip ini akan membuat manusia menjadi lebih inovatif karena harus menciptakan inovasi yang baru serta ramah lingkungan namun tetap mampu memenuhi kebutuhan manusia. Secara kasat mata teori ini tidak sesuai jika diterapkan pada suatu kondisi ketika setiap individu berpikir bahwa pemanfaatan sumber daya alam adalah sebuah kompetisi yang harus dimenangkan.

2. Teori Libertarian

Menurut teori Libertarian, pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan dengan baik dan lestari jika dikelola oleh individu dengan kepemilikan yang jelas. Teori ini juga menjelaskan bahwa kesejahteraan akan dapat dicapai dengan adanya sistem pajak. Sistem tersebut memiliki arti bahwa pemilik modal akan

membagi sumber dayanya kepada bukan pemilik modal melalui mekanisme pembayaran pajak.

Setiap teori yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan pasti memiliki kelemahan akibat dari perbedaan persepsi manusia dan sifat lingkungan yang dinamis. Kelemahan dari teori ini adalah tidak diperhatikannya faktor ekologi dan kelestarian sumber daya alam yang akan dimanfaatkan, sehingga lingkungan dapat bertambah rusak. Selain itu, kesejahteraan yang merata tidak akan tercapai jika sistem pajak gagal, karena kekayaan hanya akan dinikmati beberapa orang.

Teori Libertarian murni pada permainan ini tidak dijumpai, namun yang dijumpai adalah pengembangan dari teori ini. Pengembangan dari teori ini adalah individu dapat memanfaatkan sumber daya alam sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mendapatkan keuntungan, namun dengan catatan peran pemerintah sebagai regulator harus dimaksimalkan untuk mengatur aktivitas pemanfaatan tersebut. Para pemain dalam permainan ini harus menaati aturan yang ditetapkan oleh pemerintah meskipun terkadang terjadi perbedaan pendapat dalam penetapannya. Jika dilihat dari sisi individu, individu yang mendukung gagasan ini adalah individu yang menilai sebagian besar benda dalam kesatuan ekosistem alam sebagai kapital yang bernilai ekonomi.

3. Teori Rawlsian

Teori Rawlsian adalah teori yang menjelaskan bahwa kesejahteraan sosial hanya akan dicapai jika pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan prinsip kepemilikan bersama, sehingga keadilan sosial akan diperoleh melalui distribusi kekayaan yang merata. Gagasan seperti ini dapat ditemui pada pengulangan pertama ketika pemerintah melarang privatisasi air.

Jika teori kedua dan ketiga yang disampaikan oleh Nozick dan Rawls diaplikasikan dalam permainan Landscape Game, maka akan didapatkan dua hasil yang berbeda. Gagasan yang disampaikan Nozick akan menghasilkan seorang pemenang, namun tanpa memperhatikan kondisi lingkungan, dan belum tentu kesejahteraan yang merata dapat dicapai karena akan ditentukan oleh berjalannya sistem pajak atau tidak. Berbeda dengan gagasan yang disampaikan Rawl, tidak akan ada pemenang, melainkan hanya terciptanya keadilan sosial pada

masyarakatnya. Kedua gagasan ini mengutamakan kesejahteraan komunitas (sosial) dan keuntungan dari pasar (ekonomi), namun tidak mempertimbangkan faktor lingkungan dan generasi di masa depan yang merupakan prinsip utama dari kelestarian.

4. Teori Utilitarian

Teori keempat menjelaskan bahwa dalam pengelolaan sumber daya alam, pengelola harus mempertimbangkan kesejahteraan secara sosial yang merupakan agregasi dari utilitas individu dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan, atau disebut teori Utilitarian. Meskipun secara tersirat, pengertian ini telah mempertimbangkan bagaimana generasi yang akan datang dapat mengakses sumber daya alam, meskipun akan terdapat perbedaan dalam hal jenis sumber dayanya dengan yang ada saat ini.

Para pemain dalam permainan ini selalu berusaha untuk berinvestasi dengan investasi yang menurut mereka paling menguntungkan. Meskipun demikian, mereka tetap memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan dan generasi yang akan datang dengan memilih jenis investasi yang mendatangkan keuntungan tidak banyak namun memiliki manfaat intangible yang besar.

Sebagian besar pemain dalam penelitian ini memiliki pemahaman teori Utilitarian. Teori ini dapat dilihat pada tiga pengulangan permainan bersama mahasiswa, yakni ketika para pemain bersaing untuk memenangkan permainan namun tetap mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Ketika permainan dimainkan bersama Perum Perhutani KPH Kendal, teori yang dianut lebih bervariasi, yakni terdapat dua pemain yang lebih cenderung menganut teori Libertarian dan Rawlsian, yang menjelaskan bahwa sumber daya alam harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat dan komunitas. Selain kedua pemain tersebut, dua pemain yang tersisa menganut teori naturalis dan utilitarian.

Pada permainan bersama peserta pelatihan dari Wageningen University di CIFOR, para pemain lebih cenderung menganut paham teori Utilitarian dan Naturalis. Kedua teori ini dapat ditunjukan ketika pemerintah mengeluarkan aturan yang mengenai pelarangan kegiatan penebangan hutan, selain itu sebagian besar pemain juga berinvestasi karbon, ekowisata, dan membangun hutan

tanaman. Permainan terakhir bersama Perum Perhutani KPH Bogor, para pemain selain pemain dari akademisi dan LMDH juga cenderung menganut paham utilitarian ini.

Dokumen terkait