• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN AGRIBISNIS

6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian pembiayaan agribisnis pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Depok yang terdiri dari faktor usia, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, pemahaman akad, pendapatan usaha, lama usaha, jenis usaha, dan fasilitas pembiayaan. Faktor-faktor tersebut digolongkan kedalam tiga golongan, yaitu karaktersitik individu, karakteristik usaha dan karakteristik pembiayaan. Hasil pengolahan data penelitian yang dilakukan dengan mempergunakan alat bantu program komputer SPSS.16 untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Cabang Pembantu dengan regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan

Karakteristik B Sig. Exp (B)

Usia (X1) 0.018 0.757 1.018 Pendidikan Terakhir (X2) 0.202 0.677 1.223 Jumlah Tanggungan (X3) -0.640 0.006 0.527 Pemahaman Akad (X4) 0.107 0.942 1.113 Pendapatan Usaha (X5) 0.000 0.004 1.000 Lama Usaha (X6) 0.287 0.024 1.332 Jenis Usaha (X7) -0.171 0.005 0.843 Frekuensi Pembiayaan (X8) 0.117 0.866 1.125 Constant (B0) -1.553 0.563 0.212

Berdasarkan hasil pengolahan dengan regresi logistik, maka dapat diketahui pengaruh variabel-variabel penjelas terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis. Tabel 11 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayan dapat berpengaruh positif dan negatif. Secara matematis, hubungan antara variabel penjelas dengan variabel respon dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = 0.018X1 + 0.202X2 0.640X3 + 0.107X4 + 0.000X5 + 0.287X6 0,171X7 + 0,117X8 B0

Persamaan matematis tersebut menunjukkan bahwa variabel usia, pendidikan terakhir, pemahaman akad, omset, lama usaha dan frekuensi pembiayaan berpengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis, hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi usia (41 45), semakin tinggi pendidikan, semakin memahami akad pembiayaan, semakin tinggi omset, semakin lama usaha dan semakin banyak frekuensi pembiayaan atau kredit yang diberikan oleh bank akan menyebabkan peluang pengembalian pembiayaan yang semakin lancar. Sedangkan variabel-variabel yang berpengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan terdiri dari jumlah tanggungan keluarga dan jenis usaha. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan, dan semakin tinggi risiko jenis usaha, akan mengakibatkan nasabah memiliki peluang mengalami penunggakan angsuran dalam mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Kondisi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Utomo (2010) yang menyatakan bahwa usia, pemahaman akad, omset dan lama usaha berpengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan agribisnis, Sedangkan variabel-variabel yang

berpengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan terdiri dari pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, jenis usaha, margin dan frekuensi pembiayaan.

Mulyarto (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR melalui studi kasus nasabah BRI Unit Leuwiliang, menyimpulkan bahwa hasil analisisnya menunjukkan bahwa faktor pendapatan, frekuensi pengambilan kredit, lama usaha, dan modal usaha mempengaruhi realisasi kredit pada bank tersebut. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil yang simpulkan Safitri, Risdwianto dan Wangi.

Hasil penelitian dari pengolahan data diatas ternyata terdapat perbedaan antara hasil variabel penulis dengan hasil yang dikemukaan oleh Utomo (2010) yaitu pada banyaknya frekuensi pengambilan pembiayaan dimana pada penelitian yang dilakukan Utomo (2010) frekuensi pembiayaan tidak termasuk kedalam faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit, sedangkan hasil dari pengolahan data pada studi kasus di BMI yang penulis kemukakan diatas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Kasmir (2004), yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian fasilitas pembiayaan bank salah satunya adalah unsur kepercayaan dimana bank akan memberikan fasilitas pembiayaan ketika Bank yakin bahwa dana yang telah dikeluarkan benar-benar akan kembali dimasa yang akan datang. Hal ini berarti nasabah yang telah memiliki track record peminjaman yang baik (frekuensi pembiayaan yang baik) akan memudahkan Bank untuk memberikan persetujuan dalam memberikan pinjaman.

Kasmir (2004) pun menjelaskan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengembalian pinjaman adalah akad (kesepakan dalam bentuk perjanjian kredit), jangka waktu pengembalian, risiko yang ditimbulkan karena adanya tenggang waktu pengembalian pembiayaan yang telah diberikan, serta adanya balas jasa yang ditentukan dengan bagi hasil dan keuntungan penjualan. Adapun faktor lain seperti usia dan tingkat pendidikan terdapat beberapa perbedaan seperti pendapat Safitri (2007) menyatakan bahwa usia tidak mempengaruhi pengembalian pembiayaan nasabah sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengembalian pembiayaan.

Hasil pengolahan pada Tabel 11 dapat juga digunakan untuk menganalisis dampak dari masing-masing variabel penjelas yang diduga mempengaruhi pengembalian angsuran pembiayaan, hal tersebut dapat dilihat dari nilaiExp(B) atau sering juga disebut dengan odds ratio. Berdasarkan Tabel 11 usia mempunyai pengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya, semakin tinggi usia (41-45), maka pengembalian pembiayaannya akan memiliki peluang lancar. Nasabah dengan usia rata-rata 41-45 tahun memiliki peluang dapat mengembalikan pembiayaannya 1.018 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang berusia satu tingkat lebih muda. Pendidikan terakhir mempunyai

dampak positif terhadap pengembalian pembiayaan, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan terakhir dari nasabah (D3-S1), maka pengembalian pembiayaannya akan semakin lancar. Nasabah yang tingkat pendidikan terakhirnya tinggi mempunyai peluang dapat mengembalikan pembiayaan 1.223 kali lipat jika dibandingkan dengan nasabah yang mempunyai tingkat pendidikan satu tingkat lebih rendah.

Nasabah yang telah mendapatkan fasilitas pembiayaan agribisnis dari Bank Muamalat mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang beragam. Jumlah tanggungan keluarga mempunyai dampak negatif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya semakin banyak jumlah tanggungan keluarga nasabah, maka nasabah tersebut akan memiliki peluang tidak lancar dalam mengembalikan pembiayaanya. Nasabah yang mempunyai jumlah tanggungan yang semakin banyak memiliki peluang untuk tidak dapat mengangsur pembiayaannya secara lancar 0.527 kali lipat jika dibandingkan dengan nasabah yang mempunyai jumlah tanggungan satu tingkat lebih sedikit.

Akad pembiayaan merupakan salah satu tahapan penting dalam proses penyaluran pembiayaan. Namun tidak semua nasabah mampu memahami akad pembiayaan tersebut dengan baik. Pemahaman akad pembiayaan mempunyai pengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya, semakin memahami akad pembiayaan, maka pengembalian pembiayaannya akan semakin lancar. Nasabah yang dapat memahami akad pembiayaan memiliki peluang dapat mengangsur pembiayaan dengan lancar sebesar 1.113 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang tidak memahami akad pembiayaan.

Pendapatan dan lama usaha mempunyai pengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan, artinya semakin tinggi omset usaha dan semakin lama usaha dijalankan, maka pengembalian pembiayaan akan semakin lancar. Berdasarkan nilai Exp (B) pendapatan dan lama usaha, maka dapat dijelaskan bahwa nasabah yang mempunyai pendapatan usaha tinggi memiliki peluang dapat mengangsur pembiayaannya 1.000 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang mempunyai pendapatan usaha satu tingkat lebih rendah. Sedangkan nasabah yang sudah lama menjalankan usahanya mempunyai peluang dapat mengangsur secara lancar 1.332 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang menjalankan satu tingkat lebih singkat.

Jenis usaha mempunyai pengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya semakin jenis usaha yang dijalankannya memiliki risiko tinggi seperti budidaya atau usahatani (on farm), maka memiliki peluang pengembalian pembiayaanya akan semakin tidak lancar. Nasabah yang menjalankan usahanya semakin mengarah ke

budidaya atau usahatani (on farm), memiliki peluang tidak lancar 0.843 kali lipat dibanding nasabah yang menjalankan jenis usaha satu tingkat ke sektoroff farm.

Karakteristik pembiayaan yaitu frekuensi pengambilan pembiayaan, memiliki pengaruh positif terhadap pengembalian pembiayaan. Artinya, semakin banyak frekuensi pembiayaan yang diberikan atau yang pernah diambil, maka pengembaliannya akan semakin lancar. Nasabah yang telah memiliki frekuensi pembiayaan lebih banyak memiliki peluang dapat mengangsur dengan lancar pembiayaannya 1.125 kali lipat dibandingkan dengan nasabah yang memiliki frekuensi pembiayaan satu kali lebih sedikit.

Berdasarkan Tabel 11 maka dapat dilihat bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan yang berpengaruh nyata dan juga terdapat faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata. Pengaruh nyata ataupun tidak nyata tersebut dapat dilihat dari nilai signifikasinya (Sig.). Faktor yang menjadi variabel penjelas dapat dinyatakan berpengaruh nyata jika variabel penjelas tersebut mempunyai nilai signifikasi kurang dari taraf alpha 5 persen (0,05), jika nilai signifikasi variabel penjelas lebih tinggi dari taraf alpha maka variabel tersebut dinyatakan tidak berpengaruh nyata. Hasil pengolahan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa dari delapan faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian pembiayaan UMKM agribisnis Bank Muamalat, yaitu usia, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan keluarga, pemahaman akad, pendapatan usaha, lama usaha, jenis usaha dan frekuensi fasilitas pembiayaan, ternyata hanya terdapat empat faktor yang berpengaruh nyata karena mempunyai nilai signifikasi kurang dari 5 persen (Sig< 0,05), yaitu jumlah tanggungan keluarga (Sig = 0.006), omset usaha (Sig= 0,004), lama usaha (Sig = 0,024) dan jenis usaha (Sig = 0,005). Hasil olahan regresi logistik secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.

Berdasarkan Tabel 11, hipotesis awal variabel pengaruh pendidikan terakhir terhadap pengembalian pembiayaan adalah positif, artinya semakin tinggi pendidikan maka nasabah tersebut akan semakin lancar dalam mengembalikan angsuran pembiayaan. Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis tersebut diterima. Berdasarkan hasil pengamatan, nasabah yang mempunyai pendidikan terakhir lebih tinggi, dalam menjalankan usahanya mempertimbangkan kondisi nyata di lapangan.

Pada hipotesis penelitian disebutkan bahwa nasabah yang menjalankan usaha dibidang usahatani atau budidaya (on farm) mempunyai peluang penunggakan angsuran lebih tinggi, dan pada kenyataanya memang demikian. Berdasarkan hasil pengamatan, penyebabnya adalah bidang usaha yang berkaitan dengan budidaya atau usahatani memiliki risiko tinggi dalam proses produksi usahanya jika tidak dikelola dengan baik

dan selain itu faktor cuaca sekarang yang tidak menentu serta dengan penguasaan teknologi yang kurang bisa di implementasikan dengan baik akan berakibat pada usaha yang dikelola dikategorikan memiliki kecenderungan pendapatan yang berfluktuatif karena risiko kegagalan panen dan risiko pasar pun tinggi. Variabel terakhir yang tidak mempunyai perbedaan antara hipotesis dan hasil pengolahan data adalah frekuensi pembiayaan yang diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan, nasabah yang mempunyai pengalaman yang banyak dalam menerima fasilitas pembiayaan dari Bank Muamalat memiliki kecenderungan lebih lancar dalam mengembalikan angsuran sehingga semakin tinggi frekuensi pembiayaan yang pernah di ambil nasabah dalam menerima pembiayaan maka pembayarannya akan lebih lancar.

Dokumen terkait