• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Produksi Usahatani Padi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3. Masalah dan Kendala Dalam Pelaksanaan Program SL-PTT Padi Masalah yang timbul dalam pelaksanaan program SL-PTT padi

4.4.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Produksi Usahatani Padi

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi usahatani padi di Kabupaten Ngawi dengan menggunakan lima variable. Variabel-variabel tersebut diantaranya adalah :

1). Sebagai variabel bebas adalah faktor luas lahan (sewa lahan, Pajak, Iuran), jumlah biaya benih, jumlah biaya pupuk, jumlah biaya pestisida, jumlah biaya tenaga kerja, dan dummy (benih berlabel (unggul atau bermutu), pupuk berimbang (pupuk kimia dan pupuk

organik), penggunaan pestisida sesuai kebutuhan (teknologi PTT).

2). Sebagai variabel tidak bebas adalah produksi usahatani padi di Kabupaten Ngawi.

Untuk melihat sampai sejauh mana keenam variabel tersebut dapat mempengaruhi peningkatan produksi usahatani padi di Kabupaten Ngawi, dalam perhitungannya menggunakan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan fasilitas program yaitu SPSS/PC + yang terdapat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Perhitungan dan analisis fungsi produksi dengan dummy variable SL-PTT padi pada Lampiran 4, dapat dikemukakan pada Tabel 13 sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Linier Berganda Dengan Dummy Variabel SL-PTT Padi di Kabupaten Ngawi No URAIAN Koefisien Regresi t-hitung Taraf Sig. 1 Konstanta 3.101 3.116 0,002 2 Benih (X1) 0,073 10,487 0,000 3 Pupuk (X2) -0,003 2,846 0,005 4 Pestisida (X3) 0,001 0,540 0,590 5 Tenaga Kerja (X4) - (0,003) 2,049 0.042 6 Lain-lain (Sewa lahan,Biaya

Pengairan, Pajak dan Iuran) (X5 )

-(0,003) 2,685 0,008

7 SL-PTT (D) 2,002 3,380 0,001

8 F-hitung 53,365

9 R2 0,699

Sumber : Hasil Analisis Data Primer

Dari hasil analisis pada Tabel 13 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Nilai R2 sebesar 0,699

Memperhatikan nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa model sangat baik, dimana Nilai F hitung sebesar 53,365, yang menjelaskan secara bersama-sama semua variable independen berpengaruh terhadap variabel dependen (peningkatan produksi) sebesar 69,9 %, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam persamaan dalam penelitian ini.

2. Secara parsial (uji t”) penggunaan pupuk, tenaga kerja dan biaya lain-lain (sewa lahan, biaya pengairan, pajak dan iuran) tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi. Sedangkan benih, pestisida dan keikutsertaan petani dalam program SL-PTT berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi (Y). Untuk penggunaan pupuk, tenaga kerja dan biaya lain-lain (sewa lahan, biaya pengairan, pajak dan

69

iuran) penggunaannya (khususnya pengairan) sudah tidak efisien lagi sehingga berpengaruh negatif, hal ini dikarenakan program SL-PTT dilaksanakan pada musim kemarau (MK I). Untuk penggunaan benih, penggunaan pestisida berpengaruh positif karena adanya efisiensi dengan mengunakan teknologi PTT padi. Demikian pula keikutsertaan dalam program SL-PTT berpengaruh positif terhadap peningkatan produksi padi. Dalam bentuk matematis model (persamaan secara umum) dapat dihasilkan sebagai berikut :

Y = 3.101+ 0,073 X1 - 0,003X2 + 0,001 X3 - 0,003 X4 - 0,003 X5 +

2,002 D1 ………. (Persamaan 1)

Untuk melihat perbedaan antara usahatani pada petani sebelum dan sesudah SL-PTT padi, melalui perbedaan intersep sebagaimana tersebut pada persamaan berikut :

Untuk petani setelah ikut SL-PTT : (D = 0), dengan model persamaan Y = (3.101 + 0 ) + 0,073 X1 - 0,003X2 + 0,001 X3 - 0,003 X4 - 0,003 X5 ………. (Persamaan 2)

Untuk petani setelah ikut SL-PTT : (D = 1), dengan model persamaan Y = (3.101 + 2,002 ) + 0,073 X1 - 0,003X2 + 0,001 X3 - 0,003 X4 – 0,003 X5 ………. (Persamaan 3)

Usahatani sesudah SL-PTT padi produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani sebelum SL-PTT padi karena intersepnya lebih tinggi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

variabel dependen dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Faktor Biaya Benih (X1)

Nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0,073 artinya apabila faktor biaya benih (X1) bertambah sebesar satu satuan (1 rupiah), maka akan meningkatkan produksi usahatani padi sebesar 0,073 satuan (kg) dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Selain itu nilai b1 positif berarti terdapat pengaruh yang positif antara faktor biaya benih dengan tingkat produksi padi.

Melalui uji t terhadap pengaruh faktor biaya benih terhadap usahatani padi di Kabupaten Ngawi ternyat t hitung = 10,487 dengan taraf signifikan 0,000 < α = 0,05 berati terdapat pengaruh nyata

antara faktor biaya benih dengan produksi usahatani padi. Dengan penambahan atau pengurangan terhadap faktor biaya benih akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap usahatani padi.

Pengaruh variabel benih berlabel (unggul dan bermutu) yang tersedia dalam prinsip 6 tepat (varietas, kualitas, jumlah, waktu, tempat dan harga) terhadap produksi padi dalam hal ini lebih berperan bahwa usahatani padi akan dapat mencapai produksi yang optimal apabila jenis benih yang digunakan merupakan benih berlabel yang unggul dan bermutu, sehingga akan lebih mampu untuk memanfaatkan faktor produksi yang lain secara lebih optimal.

71

2. Faktor Biaya Pupuk (X2)

Nilai koefisien regresi (b2) sebesar - 0,003 artinya apabila faktor biaya pupuk (X2) bertambah sebesar satu satuan (1 rupiah), maka akan menurunkan produksi usahatani padi sebesar - 0,003 kg dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Selain itu nilai b2 negatif berarti terdapat pengaruh yang negatif antara faktor biaya pupuk dengan tingkat produksi usahatani padi.

Melalui uji-t terdapat pengaruh faktor biaya pupuk terhadap produksi usahatani padi di Kabupaten Ngawi ternyata t-hitung = 2,846 taraf signifikan 0,005 < α = 0,05 berarti terdapat pengaruh nyata

antara faktor biaya pupuk dengan produksi usahatani padi setelah SL-PTT Padi di Kabupaten Ngawi. Dengan penambahan atau pengurangan terhadap faktor biaya pupuk akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap usahatani padi.

Pengaruh variabel biaya pupuk khususnya pupuk kimia terhadap produksi usahatani padi dalam hal ini sudah tidak efisien lagi. Berkaitan dengan penggunaan pupuk disarankan untuk meningkatkan penggunaan pupuk berimbang yaitu kombinasi secara tepat antara penggunaan pupuk kimia secara berimbang ditambah pupuk organik sesuai dengan kebutuhan tanaman.

3. Biaya Pestisida (X3)

Nilai koefisien regresi (b3) sebesar 0,001 artinya apabila faktor biaya pestisida (X3) bertambah sebesar satu satuan (rupiah), maka akan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Selain itu nilai b3 positif berarti terdapat pengaruh yang positif antara faktor biaya pestisida dengan tingkat produksi usahatani padi.

Melalui uji t terdapat pengaruh faktor biaya pestisida terhadap produksi usahatani padi tenyata t-hitung = 0,540 dengan taraf signifikan 0,590 > α =0,05 berarti tidak terdapat pengaruh nyata antara

faktor biaya pestisida dengan produksi usahatani padi setelah SL-PTT padi di Kabupaten Ngawi. Dengan penambahan atau pengurangan terhadap variabel biaya pestisida tidak akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap usahatani padi sesudah SL-PTT.

Hal ini dikarenakan pengunaan pestisida tidak didasarkan pada tingkat serangan hama penyakit yang diketahui melalui pengamatan secara rutin pada lahan usahataninya. Penggunaan pestisida tidak mempengaruhi tingkat produksi padi yang dihasilkan akan tetapi lebih pada pengamanan hasil.

4. Biaya Tenaga Kerja (X4)

Nilai koefisien regresi (b4) sebesar - (0,003) artinya apabila faktor biaya tenaga kerja (X4) bertambah sebesar satu satuan (1 rupiah), maka akan menurunkan produksi usahatani padi sebesar - (0,003) kg dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Selain itu nilai b4 negatif berarti tidak terdapat pengaruh yang nyata

73

antara faktor biaya tenaga kerja dengan tingkat produksi usahatani padi.

Melalui uji t terhadap pengaruh faktor biaya tenaga kerja terhadap produksi usahatani padi di Kabupaten Ngawi ternyata t-hitung = 2,049 dengan taraf signifikan 0.042 > α = 0,05 berarti tidak

terdapat pengaruh nyata antara faktor biaya tenaga kerja dengan produksi usahatani padi. Dengan penambahan atau pengurangan terhadap faktor biaya tenaga kerja tidak akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap usahatani padi sesudah SL-PTT. Berarti penggunaan variabel biaya tenaga kerja yang digunakan terlihat adanya pengelolaan yang kurang intensif (kurang efisien) dalam usahatani yang dilakukan. Dengan melihat hal tersebut maka upaya yang harus dilakukan adalah melalui peningkatan kemampuan petani dalam penerapan teknologi intensifikasi dengan pendampingan yang intensif oleh petugas pertanian melalui SL-PTT padi.

5. Biaya Lain-lain (Sewa Lahan, Biaya Pengairan, Pajak dan Iuran) (X5 ) Nilai koefisien regresi (b5) sebesar -(0,003) artinya apabila faktor biaya lain-lain (sewa Lahan, biaya pengairan, pajak dan iuran) (X5) bertambah sebesar satu satuan (1 rupiah), maka akan menurunkan produksi usahatani padi sebesar -(0,003) kg dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Selain itu nilai b5 negatif berarti terdapat pengaruh yang negatif antara variabel biaya lain-lain (sewa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

usahatani padi.

Melalui uji t terhadap pengaruh variabel biaya lain-lain (sewa lahan, biaya pengairan, pajak dan iuran) (X6) terhadap produksi usahatani padi ternyata t-hitung = 0,685 dengan taraf signifikan 0,008 < α = 0,05 berarti terdapat pengaruh nyata antara variabel biaya lain-lain (sewa lahan, biaya pengairan, pajak dan iuran) dengan produksi usahatani padi. Dengan penambahan atau pengurangan terhadap variabel biaya lain-lain (sewa lahan, biaya pengairan, pajak dan iuran) akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap usahatani padi. 6. Dummy (D) (Keikutsertaan SL-PTT)

Nilai koefisien regresi (D3) sebesar 2,002 artinya apabila sesudah mengikuti program SL-PTT padi (variabel dummy), maka akan meningkatkan produksi usahatani padi sebesar 2,002 kg dengan asumsi bahwa variabel lain dianggap konstan. Selain itu nilai D positif berarti terdapat pengaruh yang positif antara mengikuti SL-PTT dengan tingkat produksi usahatani padi.

Melalui uji t terhadap pengaruh variabel dummy sesudah mengikuti program SL-PTT padi terhadap produksi usahatani padi ternyata t-hitung = 3,380 dengan taraf signifikan 0,036 < α = 0,05 berarti terdapat pengaruh yang nyata sesudah mengikuti program SL-PTT dengan produksi usahatani padi di Kabupaten Ngawi. Dengan

75

keikutsertaan SL-PTT akan memberikan pengaruh yang nyata terhadap usahatani padi sesudah SL-PTT.

7. Nilai Konstanta

Nilai konstanta dari persamaan di atas sebesar 3,101 artinya bahwa tingkat produksi usahatani padi tanpa dipengaruhi oleh selain variabel jumlah penggunaan benih, penggunaan pupuk, pestisida, tenaga kerja, biaya lain-lain (Sewa Lahan, biaya pengairan, pajak dan iuran) dan dummy (pupuk berimbang (pupuk kimia dan pupuk organik) sebesar 3.101.

Dari hasil analisis diatas menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai dampak positif terhadap peningkatan produksi usahatani padi, harus dilakukan upaya-upaya peningkatan penggunaan faktor-faktor produksi yang lebih tinggi lagi agar tercapai tingkat produksi yang optimum. Penambahan dari faktor-faktor produksi dalam kegiatan usahatani harus tetap terkontrol dengan baik karena kegiatan usaha dalam pertanian mempunyai sifat kenaikan yang menurun dimana apabila penambahan yang dilakukan melebihi kebutuhan optimum maka penambahan dari faktor produksi akan berdampak padap penurunan efisiensi usaha.

Pelaksanaan program SL-PTT di Kabupaten Ngawi dalam upaya peningkatan produksi padi masih harus dilanjutkan danmasih diperlukan perbaikan dan penyesuaian komponen-komponen teknologi spesifik lokasi agar sesuai dengan kebutuhan dan mudah diterapkan oleh petani. Hal ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

linier berganda dengan dummy variabel SL-PTT padi bahwa usahatani sesudah SL-PTT padi lebih tinggi produksinya dibandingkan dengan usahatani sebelum SL-PTT padi di Kabupaten Ngawi.

Jadi dalam hal ini hipotesis kedua yaitu : diduga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi berbeda antara sebelum dan sesudah penerapan program SL-PTT padi terjawab.

4.4.3. Persepsi Petani Terhadap Pelaksanaan Program SL-PTT Di