• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PETANI PESERTA PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI DI KABUPATEN NGAWI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PETANI PESERTA PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI DI KABUPATEN NGAWI."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN

TERPADU (SL - PTT) PADI

DI KABUPATEN NGAWI

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROGRAM STUDI

MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS

Diajukan oleh :

M A R S U D I

NPM:0864020039

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL” VETERAN “

JAWA TIMUR

(2)

EVALUASI PETANI PESERTA PROGRAM

SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN

TERPADU (SL - PTT) PADI

DI KABUPATEN NGAWI

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

M A R S U D I

NPM. 0864020039

Telah dipertahankan di depan Penguji pada tanggal 9 Juni 2010 dan telah

memenuhi syarat untuk diterima

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama Anggota Dewan Penguji

Dr. Ir. H. Sumartono, MS Dr. Ir. H. Sudiyarto, MM

Pembimbing Pendamping Ir. Sri Tjondro Winarno, MM

Dr. Ir. H. Syarif Imam Hidayat, MM Ir. Setyo Parsudi, MP

Surabaya, Juni 2010 UPN “Veteran” Jawa Timur

Program Pascasarjana Direktur

Prof. Dr. H. Djohan Mashudi, MS

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(3)

Tesis ini diperuntukkan kepada :

(4)

i

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga tulisan Tesis dengan judul dengan judul : ”EVALUASI PETANI PESERTA PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI DI KABUPATEN NGAWI”, yang merupakan tugas akhir sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan derajat sarjana S-2 program Studi Magister Manajemen Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ”Veteran” Jawa Timur dapat di selesaikan.

Penyelesaian penyusunan tesis ini juga berkat adanya bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. H. Sumartono, MS selaku dosen Pembimbing Utama dan Dr. Ir. H. Syarif Imam Hidayat, MM selaku Pembimbing Pendamping dalam penyusunan atas bimbingan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

2. Prof. Dr. H. Djohan Mashudi, MS selaku Direktur Pascasarjana UPN Veteran Jawa Timur beserta seluruh staf pengajar dan administrasi yang telah banyak membantu penulis selama proses belajar ini.

3. Istriku Dra. Maryani serta anak-anak Dhaniswara Maharani dan Hirrya Pradiptarani yang selalu memberi dukungan dan dorongan selama penulis mengikuti perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(5)

mengikuti kuliah di Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ”Veteran” Jawa Timur

5. Segenap rekan-rekan peserta Program Studi Magister Manajemen Agribisnis Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ”Veteran” Jawa Timur yang telah bersama-sama saling membantu selama perkuliahan ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah ikut membantu kelancaran studi dan penyusunan tesis ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak, Ibu dan saudara sekalian.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan kami terima demi kesempurnaannya.

Semoga dapat bermanfaat guna menambah khasanah ilmu pengetahuan

Surabaya, Juni 2010

(6)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL...……….. v

DAFTAR GAMBAR………...………... vii

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian terdahulu ... 8

2.2. Faktor-faktor Produksi Yang Mempengaruhi Peningkatan Produksi Usahatani Padi ... 18

2.3. Prinsip Ekonomi Dalam Proses Produksi Usahatani Padi ... 22

2.4. Teori Produksi ... 23

2.5. Konsep Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) ... ... 34

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(7)

3.4.3. Analisis Upaya Pengembangan SL-PTT Padi... 48

3.5. Definisi Istilah dan Pengukuran Variabel... 49

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Lokasi dan Obyek Penelitian... 53

4.2. Sejarah dan Pelaksanaan SL-PTT Padi...……... 45

4.3. Masalah dan Kendala DalamPelaksanaan SL-PTT Padi... 59

4.4. Analisis Statistik...………... 62

4.4.1. Produksi dan Pendapatan Usahatani padi Sebelum Dan Sesudah Program SL-PTT Padi... 62

4.4.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Produksi Usahatani Padi di Kabupaten Ngawi... 67

4.4.3. Persepsi Petani Terhadap Pelaksanaan Program SL-PTT Padi di Kabupaten Ngawi... 76

4.4.4. Adopsi Petani Terhadap Pelaksanaan Program SL-PTT Padi di Kabupaten Ngawi... 78

4.5. Upaya Pengembangan Program SL-PTT Padi di Kabupaten Ngawi... 83

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 86

5.2 Saran... 88

DAFTAR PUSTAKA... 89

(8)

v 4. Jumlah Kelompok Tani Menurut Kelas Kelompok di

Kabupaten Ngawi……… 54 5. Realisasi Program SL-PTT Padi Tahun 2008, 2009 dan

Rencana 2010 Kabupaten Ngawi……… 55 6. Rincian Penggunaan Dana Penguatan Modal Usaha

Kelompok (PMUK) SL-PTT Padi Tahun 2008 Yang

Diterima oleh Kelompok Tani di Kabupaten Ngawi ………. 55 7. Rincian Penggunaan Dana Penguatan Modal Usaha

Kelompok (PMUK) SL-PTT Padi Tahun 2009 Yang

Diterima oleh Kelompok Tani di Kabupaten Ngawi.………. 56 8. Rincian Rencana Penggunaan Dana Penguatan Modal

Usaha Kelompok (PMUK) SL-PTT Padi Tahun 2010 Yang

Diterima oleh Kelompok Tani di Kabupaten Ngawi…..………….. 57 9. Perkembangan Luas Panen Produktivitas dan Produksi

Padi Tahun 2005 – 2009 di Kabupaten Ngawi... 57 10. Perbandingan Sasaran dan Realisasi Produksi

Padi Tahun 2008 di Kabupaten Ngawi…... 58 11. Perbandingan Sasaran dan Realisasi Produksi

Padi Tahun 2009 di Kabupaten Ngawi…... 59 12. Analisa Perbandingan Input – Output Antara Petani

Sebelum dan Sesudah Mengikuti SL-PTT Padi... 62

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(9)

Berbentuk Regresi Linier Berganda Dengan

Dummy variable SLPTT Padi………... 68 14. Persepsi Petani Sebelum dan Sesudah Mengikuti

Program SL-PTT Padi... 77 15 Tingkat Penerapan Komponen Teknologi PTT

Sebelum dan Sesudah SL-PTT... 79 16 Upaya-upaya Pengembangan Program SL- PTT

(10)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Constant Productivity... 25

2. Produktivitas Meningkat... 26

3. Produktivitas Yang Menurun... 26

4. Stage of Production ………... 27

5. Dampak Perubahan Teknologi (SL-PTT) Terhadap Perubahan Fungsi Produksi ....………….…... 31

6. Profit Maximum dari Penggunaan Input..…... 33

7. Alur Kerangka Pemikiran ...………….…... 41

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(11)

Nomor Halaman

1. Daftar Pertanyaan Untuk Responden... 93

2. Analisa Statistik Sebelum SL-PTT Padi... 104

3. Analisa Statistik Sesudah SL-PTT Padi... 106

4. Analisa Input – Output SL-PTT Padi... 108

5. Analisa Satistik Deskriptif ... 113

6. Peta Wilayah Kabupaten Ngawi... 115

7. Daftar Topik Khusus SL-PTT Padi... 116

9. Daftar Kelompok Tani Penerima Program SL-PTT Padi di Kabupaten Ngawi Tahun 2008... 118

10. Daftar Kelompok Tani Penerima Program SL-PTT Padi di Kabupaten Ngawi Tahun 2009... 122

(12)

ix

PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk mempertoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Tesis ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Magister) dibatalkan,serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 tahun 2003,pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Surabaya, Juni 2010

M A R S U D I

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(13)

MARSUDI. NPM. 0864020039. Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur 9 Juni 2009 ”EVALUASI PETANI PESERTA PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI DI KABUPATEN NGAWI”: Pembimbing Utama : Dr. Ir. H. Sumartono, MS, Pembimbing Pendamping : Dr. Ir. H. Syarif Imam Hidayat, MM.

Program peningkatan produksi padi di Kabupaten Ngawi dititik beratkan pada upaya peningkatan mutu intensifikasi, salah satu upaya pencapaian target tersebut adalah dengan pendekatan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi sawah.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah (1). Untuk menganalisis tingkat perbedaan efisiensi usahatani sebelum dan sesudah pelaksanaan Program SL-PTT padi di Kabupaten Ngawi. (2). Untuk mengkaji perbedaan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi sebelum dan sesudah pelaksanaan program SL-PTT padi di Kabupaten Ngawi. (3). Untuk menyusun upaya pengembangan program SL-PTT padi di masa yang akan datang terkait dengan keberlanjutan program untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ngawi, pada bulan April s/d Mei 2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling terhadap kelompok tani peserta SL-PTT padi di 8 (delapan) desa sebanyak 160 responden. Teknis análisis yang dipakai adalah analisis deskriptif, analisis usahatani dan analisis regresi linier berganda dengan bentuk dummy variabel.

Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa Ada perbedaan tingkat efisiensi usahatani sebelum dan sesudah penerapan program SL-PTT padi terlihat dari perbandingan R/C sebelum SL-PTT adalah sebesar 1,56, sedangkan setelah SL-PTT adalah sebesar 1,88. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi berbeda antara sebelum dan sesudah penerapan program SL-PTT padi. Penggunaan benih unggul, pestisida dan keikutsertaan petani dalam program SL-PTT berpengaruh nyata terhadap peningkatan produksi padi.. Penggunaan pupuk, tenaga kerja (pengendalian gulma) dan biaya lain-lain (sewa lahan, biaya pengairan, pajak dan iuran) penggunaannya (khususnya pengairan) sudah tidak efisien lagi sehingga berpengaruh negatif.

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita. Namun di lain pihak upaya peningkatan produksi beras saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti konversi lahan sawah subur yang terus berjalan, penyimpangan iklim, gejala kelelahan tehnologi, penurunan kualitas sumber daya lahan yang berdampak terhadap penurunan dan atau pelandaian produksi. Sistem produksi padi saat ini juga sangat rentan terhadap penyimpangan iklim. Oleh karena itu guna memenuhi kebutuhan beras yang terus meningkat perlu diupayakan mencari terobosan teknologi budidaya yang mampu memberikan nilai tambah dan meningkatkan efisiensi usaha.

Optimasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional, hal ini sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar lokasi dan belum optimal. Belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh : 1) Rendahnya efisiensi pemupukan; 2) Belum efektifnya pengendalian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(15)

yang dipilih kurang adaptif; 4) Kahat hara K dan unsur mikro; 5) Sifat fisik tanah tidak optimal; 6) Pengendalian gulma kurang optimal (Makarim, AK., U.S. Nugraha dan U.G. Kartasasmita, 2000). Selanjutnya menurut Adnyana dan Kariyasa (2006), penggunaan teknologi baru yang efisien memberi peluang bagi petani produsen untuk memproduksi lebih banyak dengan korbanan lebih sedikit.

Strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan produksi padi nasional adalah : (1) Mendorong sinergi antar subsistem agribisnis; (2) Meningkatkan akses petani terhadap sumberdaya, modal, teknologi, pasar; (3) Mendorong peningkatan produktivitas melalui inovasi baru; (4) Memberikan insentif berusaha; (5) Mendorong diversifikasi produksi; (6) Mendorong partisipasi aktif seluruh stake holder; (7) Pemberdayaan petani dan masyarakat ; (8) Pengembangan kelembagaan (kelembagaan produksi dan penanganan pasca panen, irigasi, koperasi, lumbung pangan desa, keuangan dan penyuluhan).

(16)

3

berkelanjutan yang dapat mendukung ketahanan ekonomi dan pelestarian lingkungan; (4) Pemberdayaan petani dan masyarakat pedesaan; dan (5) Pengembangan kelembagaan dan kemitraan yang modern, tangguh, efisien dan produktif (Anonim, 2005).

Program peningkatan produksi padi di Kabupaten Ngawi dititik beratkan pada upaya peningkatan mutu intensifikasi, mengingat pelaksanaan program ekstensifikasi tidak memungkinkan untuk dilakukan. Salah satu upaya pencapaian target tersebut adalah dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah. Implementasi model ini dilaporkan dapat meningkatkan hasil padi sekitar 5,6 ton menjadi 7,3 – 9,6 ton/hektar dan pendapatan petani meningkat dari Rp. 1,6 juta menjadi Rp.4,1 juta.

Dengan pendekatan pengelolaan usahatani padi secara terpadu, mulai pengelolaan budidaya dan pengelolaan hama penyakit secara terpadu diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan efisienasi usaha tani yang selanjutnya memberI dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Walaupun SL-PTT padi sudah dilaksanakan di Kabupaten Ngawi dan terbukti sudah mampu meningkatkan produksi dan produktivitas diatas 5 % (lima persen) per tahun pada tahun 2008, namun dalam pelaksanaannya masih mengalami banyak kendala dan permasalahan. Hal ini disebabkan antara lain : 1) SLPTT merupakan program prioritas dari Departemen Pertanian Republik Indonesia

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(17)

produksi padi/beras nasional sebesar 5 %; 2) SLPTT menggabungkan semua komponen usaha tani terpilih yang serasi dan saling komplementer, untuk mendapatkan hasil panen yang optimal dan kelestarian lingkungan, implementasi di tingkat petani memerlukan adaptasi dalam pemahaman dan adopsi; 3) Dalam pelaksanaannya melibatkan keterpaduan dan dukungan semua pemangku kepentingan dan pelaksanaannya harus terkoordinasi secara sinergis di setiap tingkatan mulai dari pusat sampai desa masih memerlukan proses dan waktu, 4) Target sasaran produksi padi di areal SL-PTT ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 0,5 - 1 ton / ha dan di areal LL dalam SL-PTT ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 1 – 1,5 ton / ha; dan 5) Pola pemberian bantuan stimulan dari pemerintah kepada petani/kelompok masih selalu mengalami perubahan setiap tahunnya.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka sangat mendesak untuk dilakukan penelitian tentang evaluasi kinerja petani peserta Program SL-PTT padi di Kabupaten Ngawi.

(18)

5

1.2 Perumusan Masalah

Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu

(SL-PTT) merupakan Sekolah Lapangan bagi petani/kelompok tani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani. Di dalamnya mencakup penggunaan gabungan semua komponen usaha tani terpilih yang serasi dan saling komplementer yaitu input produksi yang efisien menurut spesifik lokasi sehingga petani mampu menghasilkan produktivitas tinggi dalam usaha taninya secara berkelanjutan. Perubahan dalam input usahatani padi membutuhkan beberapa pertimbangan antara lain produksi yang lebih tinggi yang dapat menghasilkan pendapatan yang tinggi pula. Pelaksanaan Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi di Kabupaten Ngawi belum sepenuhnya direspon secara baik oleh petani.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukanan di atas, maka dapat dirumuskan pokok masalah penelitian sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis tingkat perbedaan efisiensi usahatani sebelum dan sesudah pelaksanaan Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi di Kabupaten Ngawi ?

2. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan usahatani sebelum dan sesudah pelaksanaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(19)

PTT) padi di Kabupaten Ngawi ?

3. Bagaimana upaya pengembangan Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi di Kabupaten Ngawi pada masa yang akan datang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis tingkat perbedaan efisiensi usahatani sebelum dan sesudah pelaksanaan Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi di Kabupaten Ngawi.

2. Untuk mengkaji perbedaan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi sebelum dan sesudah pelaksanaan Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi di Kabupaten Ngawi.

3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi.

(20)

7

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah : Sebagai bahan informasi dalam menyusun kebijakan peningkatan produktivitas padi di Kabupaten Ngawi pada masa yang akan datang terkait dengan keberlanjutan program untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

2. Bagi petani dan pengusaha : Sebagai bahan pertimbangan pola pembinaan dan pengembangan agribisnis padi dalam upaya meningkatkan daya saing dan nilai tambah bagi peningkatan pendapatan.

3. Bagi Peneliti : Sebagai bahan referensi untuk memperdalam atau mengkaji masalah Program SL-PTT padi dalam pola pengembangan agribisnis padi spesifik lokasi dan berkelanjutan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu

Peranan usaha tani padi sawah sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan upaya pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Dalam uraian ini dipaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat memberikan landasan ilmiah untuk mempertajam dan menjawab masalah dalam penelitian ”EVALUASI PETANI PESERTA PROGRAM SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI DI KABUPATEN NGAWI”

(22)

9

Peneliti lainnya (Wasito, Tuah Sembiring, Nova Primawati, Darwin Harahap, Rinaldi dan Hasil Sembiring, 2006) tentang, Diseminasi dan Adopsi Model Pengelolaan Tanaman Terpadu di Serdang Bedagai, Sumatera Utara, menunjukkan bahwa kepemilikan lahan sawah petani PTT rata-rata kecil (berkisar antara 0,2 – 0,5 ha). Akibatnya walaupun dilengkapi dengan kelembagaan pendukung cukup baik, secara umum belum semua komponen teknologi PTT dapat diterapkan dan diadopsi petani. Penerapan 5 kegiatan teknologi PTT secara sinergis dapat meningkatkan produksi padi 1,75 – 2,25 ton /ha (30 – 37,5 %).

Demikian halnya tentang Penerapan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi di Kulonprogo, Yogyakarta, yang diteliti Widodo, S., Roh Mudjisihono, Mulyadi dan Th. K. Nugroho, 2006. Hasilnya menunjukkan bahwa (1) Model PTT dengan varietas Ciherang memberikan hasil 7,10 ton /ha GKP; (2) Cara tanam legowo dengan varietas Ciherang memberikan hasil 8,0 ton/ha, lebih tinggi daripada sistem tapis; (3) Secara finansial model PTT layak dan menguntungkan dengan R/C rasio 1,95 dan B/C rasio 1,20”. Penelitian serupa dilakukan I Made Mastra Sunantara dan IGK Dana Arsana, 2006, tentang Penerapan Intensifikasi Pengelolaan Tanaman Terpadu di Bali. ”Hasilnya menunjukkan bahwa petani kooperator pelaksana PTT dapat meningkatkan hasilnya sebesar 1,17 ton/ha (20,38 %) dan 1,9 ton/ha (33,45 %) dibandingkan dengan petani non-kooperator di luar PTT. Sedangkan IGK Dana Arsana dan Sunantara, I.M.M., 2006 tentang Pengenalan Model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Karangasem Bali. Menunjukkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(23)

sedangkan cara petani konvensioanal hanya 6,1 ton/ha GKP.

Selanjutnya hasil penelitian Hartono, R., Hamdan dan Johny HR, (2006), juga menyebutkan bahwa implementasi PTT, produksi padi rata-rata mencapai 6,43 ton/ha gabah kering panen (GKP) atau meningkat 1,19 ton/ha dari hasil rata-rata petani non peserta yaitu sebesar 5,24 ton/ha.

Upaya peningkatan produktivitas padi sawah melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu, juga telah diteliti di Jawa Tengah oleh Pramono, J., Seno Basuki dan Widarto (2005), yang mengemukakan bahwa : 1) Pendekatan model PTT pada padi sawah menerapkan komponen-komponen teknologi budidaya sinergis mampu meningkatkan produktivitas usahatani berupa peningkatan hasil panen Gabah Kering Giling (GKG) yang rata-rata lebih tinggi dibandingkan pola petani.peningkatan hasil mencapai 10 % atau sekitar 0,68 ton/ha GKG pada Musim Kemarau I (MK I) dan 0,59 ton/ha pada MK II di Kabupaten Sragen, sedangkan untuk Kabupaten Grobogan terjadi peningkatan rata-rata sebesar 5,3 % atau 0,33 ton/ha GKG pada MK I; 2) Pendekatan model PTT disamping meningkatkan hasil gabah,juga mampu meningkatkan tingkat keuntungan usahatani berkisar antara 25 – 58 %.

(24)

11

dan keuntungan lebih tinggi dibanding teknologi petani, baik menurut musim maupun propinsi kajian. Indikator benefit cost ratio (BCR), cost price ratio (CPR) dan Marginal Benefit Cost Ratio (MBCR) juga menunjukkan usahatani padi yang dikelola dengan PTT lebih efisien dibanding teknologi petani; 2) Biaya adopsi PTT masih dibawah harga gabah yang berlaku, sehingga petani tertarik menerapkannya; 3) Petani umumnya mengatakan bahwa sebagian besar komponen PTT merupakan hal baru dan mudah diterapkan, karena sebagian besar sesuai kebutuhan; 4) Tingkat adopsi PTT cukup baik walaupun belum sepenuhnya dilakukan akibat adanya beberapa permasalahan teknis dan kondisi sosial ekonomi petani. Penerapan PTT telah mendorong penghematan penggunaan benih, peningkatan penggunaan benih berlabel, penanaman benih muda,penggunaan jumlah benih per lubang, penghematan penggunaan pupuk urea, adanya penggunaan pupuk kandang dan makin banyaknya petani yang menerapkan pengendalian hama terpadu (PHT) dan sistem pengairan berselang.

Thamrin, T., Yanter Hutapea dan Rudi Soehendi (2009), Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada petani kooperator jumlah anakan padi produktif 16,6 batang dengan tinggi tanaman 100,5 cm, sedangkan pada petani non kooperator jumlah anakan produktif 14,5 batang dan tinggi tanaman 87,5 cm. Produksi gabah kering giling pada petani kooperator sebesar 6200kg/ha, R/C 2,27 dengan pendapatan Rp. 10.413.616,-/ha, sedangkan pada petani non kooperator produksi padinya 4.920 kg/ha, R/C 2,06 dengan pendapatan Rp. 7.734.000,-/ha.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(25)
(26)

13

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(27)
(28)

15

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(29)
(30)

17

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(31)

Usahatani Padi

Menurut Bustanul Arifin (2004), dalam ekonomi produksi pertanian, teknologi adalah suatu cara, mekanisme dan proses produksi untuk melakukan kombinasi faktor-faktor produksi (input) dalam menghasilkan suatu produk (output). Perubahan teknologi dengan sendirinya dapat diartikan sebagai perubahan cara mengkombinasikan faktor-faktor tadi. Sementara itu produktivitas dimaksudkan sebagai suatu ukuran efisiensi yang berupa rasio produk dengan faktor produksi tertentu. Inovasi baru atau perubahan teknologi umumnya mampu menaikkan tingkat produksi sekaligus produktivitasnya.

Terjadinya kesenjangan produktivitas tanaman pangan antara penelitian dengan petani dapat disebabkan sulitnya petani mengadopsi teknologi baru. Penguasaan teknologi yang terbatas ini sebagian besar disebabkan karena lemahnya permodalan dan terbatasnya ketrampilan berusahatani. Selanjutnya, terbatasnya proses adopsi inovasi, hal ini memang sering terjadi pada masyarakat agraris yang pada umumnya memerlukan waktu yang relatif lama untuk adopsi inovasi tersebut. Apalagi kalau aspek penunjangnya, yaitu terbatasnya penyuluhan pertanian maka proses adopsi inovasi menjadi lamban (Soekartawi, 1993). Adopsi, dalam proses penyuluhan pertanian menurut Mardikanto, T., (2009), pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa :pengetahuan (cognitive), sikap

(32)

19

menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya. Penyuluhan memegang paran strategis dalam pembangunan pertanian yang mayoritas pelakunya adalah petani kecil, seperti di Indonesia. (Nuhung, I.A., 2006).

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi usahatani secara umum adalah luas lahan garapan, benih, jumlah tenaga kerja efektif, dosis (jumlah) pupuk , dosis (jumlah) obat-obatan.

Faktor produksi tanah (lahan) mempunyai kedudukan yang paling penting dalam pertanian terutama di negara Indonesia. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya, selain itu tanah (lahan) merupakan pabriknya hasil pertanian (Mubyarto, 1989).

Menurut Gomes (1977), (dalam Soekartawi, 1986), seringkali ditemui adanya kendala hasil yang mempengaruhi proses produksi pertanian disebabkan karena : 1) Ada perbedaan teknologi yang tidak dapat dipindahkan dan karena perbedaan lingkungan, maka akan selalu ada perbedaan dalam hasil per satuan luas antara hasil tinggi yang dicapaioleh lembaga eksperimen dan hasil potensial terbaik yang dicapai usahatani, perbedaan ini disebut Perbedaan I. 2) Bahwa perbedaan antara hasil potensial dan yang sesungguhnya dicapai usahatani disebut Perbedaan II. Hal ini disebabkan oleh kendala biologi dan sosial ekonomi. Kendala biologi disebabkan oleh peningkatan input yang rendah atau sama sekali tidak digunakan meliputi : a) Varietas, tanaman pengganggu, hama dan penyakit,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(33)

oleh keadaan yang menghalangi petani untuk menggunakan tekbologi yang direkomendasikan meliputi : Biaya dan penerimaan, kredit, kebiasaan dan sikap, pengetahuan, kelembagaan, ketidakpastian dan resiko. Sedangkan menurut Iskandar Andi Nuhung (2006), paling tidak ada tiga penyebab aplikasi teknologi tersebut terhambat yaitu : 1) Petani tidak siap, tidak mau dan tidak mampu memanfaatkan teknologi, termasuk di dalamnya system budidaya bertani yang diwariskan turun-temurun; 2) Teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian tidak didesiminasi ke petani karena berbagai kendala; 3) Proses dan mekanisme transformasi teknologi tidak efektif, seperti penyuluhan yang lemah.

(34)

21

tepat dijadikan sebagai satu program pemerintah termasuk kepada para penangkar benih sehingga ada insentif dalam memanfaatkan benih unggul bagi petani dan penangkar benih memiliki mootivasi di dalam mengembangkan usaha penangkarannya (Nuhung, I.A., 2006).

Tanaman di dalam pertumbuhannya membutuhkan unsur-unsur mineral. Unsur-unsur tersebut berada dalam tanah dalam keadaan kurang, maka harus ditambah dengan unsur-unsur mineral tambahan dengan cara dipupuk. Agar pemakaian pupuk dapat berhasil dengan baik dalam artian bisa meningkatkan produktivitas tanaman maka harus memperhatikan ketepatannya dalam hal dosis pemberian, cara pemberian dan jenis pupuk yang akan diberikan (Anonim, 1983).

Tanaman juga mengalami gangguan oleh hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan tanaman turun produktivitasnya atau bahkan dapat mengakibatkan kematian. Untuk mengendalikan hama dan penyakit salah satunya adalah dengan menggunakan pestisida. Pengunaan pestisida harus memperhatikan dosis pestisida, cara penggunaannya. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka penggunaan pestisida akan dapat mengamankan produktivitas tanaman pertanian.

Faktor produksi tenaga kerja dapat diartikan sebagai daya manusia untuk melakukan usaha, sedangkan usaha sendiri diartikan sebagai ikhtiar yang dijalankan untuk memproduksi barang atau jasa. Dalam usahatani padi sawah curahan jam kerja efektif disesuaikan dengan kegiatan produksi yang meliputi : pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(35)

dampak posisif terhadap produksi usahatani padi sawah.

2.3. Prinsip Ekonomi Dalam Proses Produksi Usaha Tani

Bagi sebagian petani, usahatani padi sudah berubah dari upaya penyediaan pangan keluarga menjadi usaha ekonomi komersial untuk mendapatkan keuntungan yang layak. Soeharjo (1991) dalam Mardikanto (2009), mengemukakan bahwa kegiatan usahatani merupakan salah satu subsistem agribisnis, yang terdiri dari : subsistem pengadaan dan penyaluran input, subsistem produksi, subsistem pasca panen dan pemasaran, dan subsistem pendukung yang terdiri dari beragam unsur pelayanan (permodalan, perijinan dll). Untuk melakukan analisa efisiensi usahatani, maka langkah pertama yang harus ditempuh adalah menentukan bentuk dan fungsi produksi pada usahatani tersebut. Selanjutnya menurut Soekartawi (1990), menambahkan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan yang bersifat fisik maupun yang bersifat teknis antara faktor produksi dengan produksi, didalamnya menyangkut juga pengertian teknologi. teknologi baru yang efisien memberi peluang bagi petani produsen untuk memproduksi lebih banyak dengan korbanan lebih sedikit.

(36)

23

Untuk mengukur imbangan biaya penerimaan dinyatakan dengan menggunakan rumus R/C Ratio (Return and Cost Ratio). Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Apabila hasil analisa memberikan R/C ratio > 1, maka usahatani atau usaha yang dilakukan tersebut dinyatakan dengan efisien dan menguntungkan.

2. Apabila hasil analisa memberikan R/C ratio = 1, maka usahatani yang dilakukan tersebut dinyatakan dengan BEP yaitu tidak menguntungkan dan juga tidak mengalami kerugian.

3. Apabila hasil analisa memberikan R/C ratio < 1, maka usahatani atau usaha yang dilakukan tersebut dinyatakan dengan tidak efisien dan tidak menguntungkan dan juga usaha tersebut mengalami kerugian.

Selanjutnya seperti apa yang dikemukakan Banoewidjaya (1979), bahwa peranan penyuluhan mengenai teknologi baru adalah sangat penting karena produksi pertanian akan meningkat apabila teknik bercocok tanam yang harus dilakukan oleh petani berkembang dengan baik yaitu dengan menggunakan teknologi baru yang dimaksud, meliputi penggunaan bibit unggul, pupuk dan obat-obatan pemberantasan hama dan penyakit.

2.4. Teori Produksi

Di dalam proses produksi hampir selalu ada hubungan antara input yang digunakan dengan output yang diperoleh. Secara umum output maximum dapat dicapai bilamana ada penambahan unit input. Dari hasil

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(37)

maksimum yang dapat dicapai. Penggunaan konsep marginal productvalue marginal product dapat dipakai untuk mengidentifikasi produksi dan profit maksimal atau average product serta untuk mengidentifikasi output optimum. Prinsip ini dapat dipakai sebagai salah satu metode untuk membuat keputusan dalam agribisnis.

1. Hubungan Produksi

Pada dasarnya dalam prinsip ekonomi produksi, ada 3 hubungan yaitu a. Produksi dipengaruhi oleh satu variabel input.

b. Produksi dipengaruhi oleh lebih dari 1 variabel input

c. Kombinasi Produksi dipengaruhi oleh kombinasi variabel input

2. Faktor –faktor Hubungan

Di dalam proses produksi beberapa input atau faktor produksi yang digunakan akan berpengaruh terhadap output atau produk. Secara matematis hubungan sedemikian dapat dibuat dalam model :

Y = f (X1,X2,X3...Xn)

(38)

25

Petani dihadapkan pada dua pilihan :

a. Apakah ingin meningkatkan penggunaan modal misalnya pupuk untuk meningkatkan produksi tertinggi atau

b. Ingin meningkatkan produksi dengan menambah beberapa input.

Pada pilihan pertama, model hubungan input-output dapat dibuat dalam bentuk :

Y = f (X1 │ X2,X3...Xn)

Implikasi dari tanda bar (│) berarti variabel Y hanya dipengaruhi oleh variabel X1 sedangkan variabel X2 dan X3 dianggap konstan. Hubungan antara single input dengan output ini akan diperoleh tiga kemungkinan yaitu : a. Produktivitas yang konstan (constant marginal product); Kondisi ini terjadi

jika setiap unit penambahan input sama dengan unit penambahan output dapat dilihat pada Gambar 1 :

b. Produktivitas yang meningkat (increasing marginal product); kondisi ini terjadi jika setiap penambahan unit input akan diperoleh penambahan unit output yang lebih besar ( Gambar 2)

Gambar 1. Produktivitas yang konstan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(39)

c. Produktivitas yang menurun ( decreasing marginal product); kondisi ini terjadi jika setiap penambahan unit input menghasilkan pengurangan unit output ( Gambar 3)

Gambar 2. Produktivitas Yang Semakin Meningkat

(40)

27

3. Fungsi Produksi

Pada umumnya dalam fungsi produksi klasik, ada kombinasi antara

increasing marginal productivity dengan decreasing marginal productivity. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 4 tentang pengaruh penggunaan pupuk terhadap produk jagung.

Pada Gambar 3 di atas menunjukkan bahwa saat total product (TP)

meningkat, marginal product (MP) terus meningkat sampai dengan penggunaan input mencapai 4 unit. Akan tetapi saat unit input antara 5 – 8 unit marginal product (MP) menurun. Akan tetapi total product (TP) terus meningkat sampai mencapai maksimum. Pada saat unit input 9 – 10 total product (TP) mulai menurun dan marginal product (MP) negative seperti terlihat pada Gambar 4 sebagai berikut :

Gambar 4. Tingkatan dari Produktivitas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(41)

Product

a. Marginal Product dan Total Product

Marginal Product ( ∆ Y/ ∆ X ) atau MP adalah ratio antara pertambahan output dengan pertambahan input sedangkan Total product (TP) adalah total output yang dihasilkan :

Dengan memperhatikan Gambar 4 akan nampak bahwa : 1). Jika total product meningkat maka marginal product positif. 2). Jika total product maximum maka marginal product = null.

3). Jika total product menurun maka marginal product negatif

4). Jika total product meningkat pada tingkatan yang meningkat maka marginal product akan meningkat pada tingkatan yang menurun

b. Average Product dan Marginal Product

Average product ( Y/X) adalah ratio antara output dengan input. Hubungan yang terjadi antara keduanya adalah :

1). Jika marginal product lebih besar dari average product maka average product akan meningkat.

2). Jika marginal product lebih kecil dari average product maka average product akan menurun.

(42)

29

5. Elastisitas Produksi

Elastisitas produksi di definisikan sebagai persentase perubahan produksi sebagai respon atas persentase perubahan input. Bentuk persamaannya sebagai berikut

Ep = ( ∆ Y / Y ) atau ∆ Y . X ( ∆ X / X) ∆ X Y

Karena ∆ Y / ∆ X merupakan marginal product maka besarnya E tergantung ∆ Y / ∆ X.

Pada siatuasi ∆ Y / ∆ X > 1 maka terjadi tambahan produk yang semakin menaik

Pada siatuasi ∆ Y / ∆ X =1 maka terjadi tambahan produk yang konstan. Pada siatuasi ∆ Y / ∆ X = 1 sampai dengan 0 maka terjadi tambahan produk yang semakin menurun.

Pada siatuasi ∆ Y / ∆ X < 0 maka terjadi penurunan produk

Demikian halnya pada kondisi Ep > 1 maka termasuk region I, 1 > Ep > 0 region II dan Ep < 0 region III.

6. Bagan Wilayah dari Hubungan Faktor Produksi

Pada umumnya dalam hubungan faktor produksi dapat dibagi dalam 3 region. Pembagian region ini cukup penting dalam penentuan keputusan karena dapat membagi atau menentukan dimana penggunaan input dikatakan efisien atau rasional dan pada region mana penggunaan input tidak rasional.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(43)

dan region III dikatakan region yang irrasional . Pada region 1 dikatakan irrational karena penggunaan input masih rendah dan juga outputnya masih rendah . Sebagai akibatnya kegiatan usaha tersebut tidak ekonomis. Pada kondisi ini sebetulnya penggunaan input masih bisa ditingkatkan sampai dengan average product mencapai titik maksimum yaitu pada perbatasan antara region I dan region II.

Pada region III juga dikatakan irrasional karena dengan penggunaan ataupun penambahan input, total output (TP) yang diperoleh justru semakin menurun bahkan marginal product ( MP ) negatif atau lebih kecil dari null.

Dengan kondisi ini maka perlu adanya pengaturan kembali, pada penggunaan input berapa bisa dicapai penambahan output (MP) yang tetap positip atau Total product yang terus meningkat. Kondisi bisa dicapai pada region II dimana region lebih dikenal dengan region rasional. Artinya pada region ini dapat dikatakan region yang ekonomis, karena dengan pengaturan tertentu bisa dicapai product ataupun profit maximum.

7. Dampak Perubahan Teknologi Terhadap Fungsi Produksi

Perubahan teknologi mempunyai peranan penting dalam proses produksi pertanian. Diantaranya :

(44)

31

c. Teknologi baru yang punya peran ganda disamping mengurangi biaya juga sekaligus meningkatkan produktivitas.

Sebagai contoh dapat dibuat ilustrasi sebagai berikut: (lihat Gambar 5). Varietas B ( baru) dianggap lebih baik / lebih efisien daripada varietas A ( lama ) Pada varietas A penggunaan ouput optimum dicapai pada saat input mencapai 70 Kg sedangkan pada pada varietas B output optimum dicapai pada saat input mencapai 90 Kg. Jika pengusaha disuruh memilih diantara 2 varietas tersebut maka keputusannya akan memilih varietas B. Alasannya varietas B lebih produknya lebih tinggi disamping itu juga secara teknis lebih efisien dan profitable.

8. Efisiensi Penggunaan Input

Pengertian efisensi bersifat relatif. Pada dasarnya menyangkut rasio antara penggunaan input dengan output yang dihasilkan. Dalam pengertian

SL-PTT

SEBELUM

SL-PTT

Gambar 5. Dampak Perubahan Teknologi (SL-PTT) Terhadap Perubahan Fungsi Produksi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(45)

dimana posisi input yang ideal untuk memperoleh tingkat efisiensi tertingi pada dapat dilakukan dengan dua pendekatan yakni:

a. Hubungan input-out (fisik) melalui fungsi produksi – Efisiensi teknis b. Rasio harga input-output (Efisiensi harga/ekonomis)

Dengan efisensi ekonomis ini maka usaha dikatakan efisien atau input mencapai optimum apabila tambahan biaya sama dengan tambahan penerimaan. Jadi prinsip maksimasi profit adalah jika :

∆ Y. Py = ∆ X. Px atau ∆ Y = Px / Py ∆ X

Dimana Px dan Py = harga input dan output sedangkan ∆ Y = marginal product

∆ X

Dengan mengetahui Px / Py yang biasanya dinyatakan sebagai garis

harga maka suatu usaha dikatakan menguntungkan jika tambahan nilai

output selalu lebih besar dari setiap tambahan nilai input atau dengan rumus jika :

∆ Y. Py > ∆ X. Px ,

Keuntungan ini akan berhenti pada posisi ∆ Y. Py = ∆ X. Px

(46)

33

Jika harga pupuk nitrogen Rp 5.000 / Kg dan harga jagung Rp 100.000,-/Kw dan garis harga (Price ratio) = 0.05 maka profit maksimum dicapai pada saat penggunaan input optimum 150 Kg /hektar atau antara 140 -160 Kg. Kondisi ini terjadi pada region II dimana marginal product dan

average product positif namun decreasing. Juga marginal product sama dengan Py/Px.

Namun demikian dalam realitanya banyak diantara petani yang tetap menggunakan penggunaan input yang minimum daripada penggunaan input yang optimum. Ada beberapa alasan diantaranya:

a. Kekurang tahuan mengenai prinsip hubungan input-output. Bahkan kadang kala input yang digunakan berlebihan sehingga keuntungan yang dicapai justru menurun

b. Adanya ketidakpastian seperti resiko karena perubahan harga (saat panen harga rendah) maupun produk yang diperoleh menurun karena (serangan hama/penyakit / curah hujan) yang berakibat keuntungan maksimum tidak tercapai.

GAMBAR 6 Profit Maximum dari Penggunaan Input

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(47)

teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas yang akhirnya keuntungan yang diperoleh juga berkurang.

2.5. Konsep Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)

Pengelolaan Tanaman Terpadu (Integrated Crop Management) atau lebih dikenal (PTT) pada padi sawah adalah merupakan salah satu model atau pendekatan pengelolaan usahatani padi, dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi budidaya yang memberikan efek sinergis. PTT menggabungkan semua komponen usaha tani terpilih yang serasi dan saling komplementer, untuk mendapatkan hasil panen yang optimal dan kelestarian lingkungan.

Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) merupakan sekolah lapangan bagi petani dalam menerapkan berbagai teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang lebih efisien dan spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan. Jadi kata kunci dari program SL-PTT ini adalah petani bersama penyuluh secara sinergis ikut terlibat dalam keputusan proses produksi.

(48)

35

1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.

2. Sinergis antar komponen : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen teknologi.

3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat. 4. Partisipatif : berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan

menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium lapangan. Tujuan SL-PTT adalah meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta kesejahteraan petani padi.

Sedangkan sasaran SL-PTT adalah teradopsinya berbagai alternatif pilihan komponen teknologi PTT padi oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung peningkatan produksi nasional.

Keberhasilan upaya peningkatan produktivitas, produksi dan pendapatan petani sangat bergantung pada kemampuan penyediaan dan penerapan teknologi produksi yang meliputi varietas,benih berkualitas dan teknologi budidaya lainnya (Efizal Jamal, 2009).

Urutan anjuran teknologi produksi padi pada PTT adalah sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(49)

dan atau bernilai ekonomi tinggi yang sesuai dengan lingkungan setempat.

2. Penggunakan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel) 3. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. 4. Pemberian pupuk organik pada tanaman

5. Pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat melalui :

- Pengaturan tanam dengan sistem legowo, tegel, maupun sistem tebar benih langsung dengan tetap mempertahankan populasi tanaman. - Penggunaan bibit dengan daya tumbuh tinggi, cepat dan serempak

yang diperoleh melalui pemisahan benih padi bernas (berisi penuh). - Penanaman bibit muda (<21 hari), serta penanaman bibit 1-3 batang

per lubang.

- Pengendalian gulma secara tepat.

6. Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu. 7. Penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik

(50)

37

komponen teknologi yang penting sesuai dengan keadaan setempat maupun kemampuan petani.(3) Efisiensi biaya produksi diutamakan dan (4) Suatu teknologi saling menunjang dengan teknologi lain (Anonim,2008).

Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan penerapan Teknologi PTT yaitu :

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani.

2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk masing-masing lokasi.

3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.

Beberapa pengertian yang ada dalam SLPTT adalah sebagai berikut :

1. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan / area yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompok tani / petani.

2. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT.

3. Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) adalah tahapan pendekatan PTT yang diawali dengan kelompok tani melakukan identifikasi masalah peningkatan hasil padi di

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(51)

masalah tersebut.

4. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat melaksanakan koordinasi dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan SL-PTT, POSKO yang dimaksud adalah POSKO yang telah ada misalnya POSKO P2BN (Program Peningkatan Produksi Beras Nasional).

5. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja usahatani dari kelompok tani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani sehamparan wilayah kelompok tani yang memuat uraian kebutuhan, jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi.

6. Pupuk organikadalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat yang telah mengalami dekomposisi.

(52)

39

lainnya dengan dukungan dana APBN maupun APBD serta dana masyarakat dan stakeholder.

Syarat-syarat untuk menentuan Pelaksana SL-PTT adalah sebagai berikut :

1. Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan, mempunyai potensi peningkatan produktivitas dan anggota kelompok taninya responsif terhadap penerapan teknologi.

2. Luas satu unit SL-PTT padi non hibrida adalah ± 25 ha yang didalamnya terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha.

3. Peserta tiap unit SL-PTT idealnya terdiri dari 15 - 25 petani yang berasal dari satu kelompok tani yang sama, namun jumlah peserta dapat disesuaikan dengan luas pemilikan lahan serta situasi dan kondisi setempat.

4. Memiliki Pemandu Lapangan.

2.6. Kerangka Pemikiran

Usahatani dapat dikatakan sebagai pelaksana atau suatu kegiatan yang mengorganisir faktor alam, tenaga kerja dan modal dengan tujuan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan di sekitar pertanian. Untuk memperoleh pendapatan yang maksimum petani harus dapat meningkatkan produksi dan menekan biaya produksi, oleh karena itu petani harus mampu melakukan pemilihan dan menentukan jumlah serta jenis-jenis input yang digunakan dalam kegiatan usahataninya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(53)

(persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemupukan, pengaturan air, pengendalian gulma dan pengelolaan hama penyakit secara terpadu) diharapkan mampu meningkatkan produksi dan efisiensi usahatani padi yang selanjutnya memberi dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

(54)

41

Gambar 7. Alur Kerangka Pemikiran Kinerja

Program SL-PTT

- Keberlanjutan Program

- Kesejahteraan Petani Mekanisme

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(55)

bagi usahatani dengan menerapkan Program SL-PTT padi.

2.7. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga ada perbedaan tingkat efisiensi usahatani sebelum dan sesudah penerapan program SL-PTT padi.

(56)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi secara sengaja dengan tujuan tertentu

(purposive) di 8 (delapan) kelompok tani di 8 (delapan) desa di 8 (delapan) kecamatan terhadap petani sebelum mengikuti SL-PTT padi dan sesudah menjadi peserta SL-PTT padi di Kabupaten Ngawi. Kriteria desa dan kecamatan penentuan lokasi mengacu pada pembagian wilayah menurut cluster dari Pemerintah Kabupaten Ngawi. Lokasi terpilih terdiri dari (1) Cluster Selatan meliputi Desa Kendal Kecamatan Kendal dan Desa Sidomulyo Kecamatan Ngrambe; (2) Cluster Tengah meliputi Desa Dempel Kecamatan Geneng, Desa Jatigembol Kecamatan Kedunggalar, Desa Paron Kecamatan Paron dan (3) Cluster Utara meliputi Desa Sidokerto Kecamatan Karangjati, Desa Lego Wetan Kecamatan Bringin dan Desa Sambiroto Kecamatan Padas.

Penelitian tentang Evaluasi Petani Peserta Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi di Kabupaten Ngawi, dilakukan pada bulan April s/d Mei 2010.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(57)

Dalam pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, M. dan Effendi, S., 1989). Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposivesampling (sengaja) dengan pertimbangan bahwa petani dalam kelompok tani sebagai sampel dalam penelitian yang dilakukan mempunyai perilaku yang kecenderungan homogen.

Adapun responden di tiap-tiap desa ditentukan sebesar 10 orang petani sebelum mengikuti SL-PTT padi dan sesudah menjadi peserta SL-PTT padi. Secara keseluruhan terdapat 8 (delapan) desa berjumlah 80 responden sebelum mengikuti dan sesudah menjadi peserta SL-PTT padi. Sehingga total responden yang diteliti sebanyak 160 responden.

3.3. Pengumpulan Data

Data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari :

(58)

45

2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan cara studi pustaka dan dari beberapa instansi pemerintah terkait yaitu dari Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ngawi dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Ngawi.

3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh dari responden melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan, kemudian ditabulasikan untuk memudahkan dalam melakukan analisa. Berdasarkan tujuan pertama, digunakan analisis deskriptif dan analisis usahatani yaitu perbandingan input produksi dengan pendapatan. Sedangkan untuk menjawab tujuan kedua untuk mengkaji perbedaan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi pada petani sebelum dan sesudah pelaksanaan Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi di Kabupaten Ngawi digunakan analisis regresi linier berganda dengan bentuk dummy variable.

3.4.1. Analisis Efisiensi Usahatani

Dalam analisis ini dilihat perbedaan tingkat efisiensi usahatani pada petani sebelum dan sesudah pelaksanaan Program Sekolah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(59)

Kabupaten Ngawi. Perbedaan efisiensi dapat dilihat dengan mengukur imbangan biaya penerimaan dinyatakan dengan menggunakan rumus R/C Ratio (Return and Cost Ratio), hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Apabila hasil analisa memberikan R/C ratio > 1, maka usahatani atau usaha yang dilakukan tersebut dinyatakan dengan efisien dan menguntungkan.

2. Apabila hasil analisa memberikan R/C ratio = 1, maka usahatani yang dilakukan tersebut dinyatakan dengan BEP yaitu tidak menguntungkan dan juga tidak mengalami kerugian.

3. Apabila hasil analisa memberikan R/C ratio < 1, maka usahatani atau usaha yang dilakukan tersebut dinyatakan dengan tidak efisien dan tidak menguntungkan dan juga usaha tersebut mengalami kerugian.

3.4.2. Analisis Regresi Linier Berganda

(60)

47

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + D + e

Dimana :

Y = Produksi padi dinyatakan dengan satuan (kg) b0 = Konstanta

X1 = Jumlah penggunaan benih (Rp/ha) X2 = Penggunaan Pupuk (Rp/ha)

X3 = Pestisida (Rp/ha) X4 = Tenaga Kerja (Rp/ha)

X5 = Lain-lain (Sewa lahan, biaya pengairan, pajak dan Iuran-iuran) (Rp/ha)

D = 1 = Petani sesudah mengikuti SL-PTT padi D = 0 = Petani sebelum mengikuti SL-PTT padi b1 - b5 = Koefisien regresi variabel X1 - X5 e = Error

Agar pelaksanaan regresi ini dapat dipergunakan, maka perlu pengujian signifikansinya yaitu uji F (uji serempak/overal test) yaitu untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas secara serentak mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel tergantungnya dan Uji Parsial (t ”test) yang digunakan untuk mengetahui pengaruh yang bermakna secara parsial atau individu antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel tergantungnya dengan taraf signifikansinya sebesar 0,05.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(61)

usahatani padi pada petani sebelum dan sesudah pelaksanaan Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi di Kabupaten Ngawi.

Perbedaan produktivitas pendapatan usahatani digunakan Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple Regression Analysis)

dengan menggunakan komputer Program SPSS versi 16,0 sehingga dapat dilihat pada perbedaan intersep gambaran analisis sebagai berikut :

Model Umum :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + D + e

Model baru untuk petani sesudah mengikuti SL-PTT padi (D = 1). Y = ( α + α1 ) + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

Model baru untuk petani sebelum mengikuti SL-PTT padi (D = 0). Y = ( α + α1 ) + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

Dimana antara α dan δ terjadi perbedaan produktivitas pendapatan usahatani padi pada petani sebelum dan sesudah pelaksanaan Program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi di Kabupaten Ngawi.

3.4.3. Analisis Upaya Pengembangan SL-PTT Padi

(62)

49

atau pengurangan faktor-faktor produksi, seperti dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Upaya Pengembangan SL-PTT Padi di Kabupaten Ngawi

Faktor Produksi Koefisien Regresi

6. Keikutsertaan SL-PTT

... ... ...

Jika hasil koefisien regresi untuk tiap-tiap faktor produksi bertambah positif (+), maka strateginya perlu ditingkatkan penggunaannya. Jika bernilai negatif maka strateginya harus mengurangi faktor tersebut.

3.5. Definisi Istilah dan Pengukuran Variabel

Batasan pengertian variabel dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman atau perbedaan pandangan dalam mendefinisikan variabel-variabel yang dianalisis. Batasan pengertian dan pengukuran variabel adalah sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(63)

nilainya tergantung nilai variabel lain. Variabel ini diberi simbol Y, dalam penelitian ini adalah ”Produksi dan pendapatan petani setelah menerapkan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu” di Kabupaten Ngawi.

2. Variabel bebas atau independent variable, yaitu variabel yang nilainya mempengaruhi nilai variabel lain. Variabel ini simbol X, dalam penelitian ini adalah berupa faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi petani sebelum dan sesudah menerapkan program SL-PTT padi.

3. Variabel Dummy, yaitu variabel kualitatif nilainya mempengaruhi nilai variabel lain. Variabel ini simbol D, dalam penelitian ini adalah berupa keikutsertaan petani petani sebelum dan sesudah menerapkan program SL-PTT padi.

(64)

51

5. Produksi

Produksi adalah hasil gabah kering panen (GKP) yang dihasilkan petani dari lahan pertaniannya per hektar dengan penerapan PTT satu kali musim tanam dalam kg.

6. Benih

Jumlah benih padi yang digunkan dalam usahatani dalam satu musim tanam dalam dalam rupiah.

7. Pupuk

Pemupukan yang digunakan dalam usahatani padi yang terdiri dari pupuk organik dan pupuk an organik. Biaya pemupukan adalah nilai pengorbanan/penggunaan pupuk dalam satu kali musim tanam dalam rupiah.

8. Pestisida

Pestisida yang digunakan dalam usahatani padi terdiri dari pestisida cair dan padat. Biaya pestisida adalah nilai pengorbanan/penggunaan pestisida per Ha dalam satu kali musim tanam dalam rupiah.

9. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah tenaga yang terlibat didalam pelaksanaan kegiatan tanaman padi baik tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga dalam satu musim tanam, mulai dari pengolahan tanah, tanam, aplikasi pemupukan, penyiangan sampai dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(65)

Pria (HKSP) dalam rupiah.

(66)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Lokasi dan Obyek Penelitian

Lokasi penelitian ádalah Kabupaten Ngawi yang merupakan salah satu sentra produksi beras di Propinsi Jawa Timur, sedangkan obyek penelitiannya adalah petani peserta SL-PTT padi sebanyak 160 responden. Wilayah Kabupaten Ngawi secara administrasi terbagi dalam 19 kecamatan dan 217 desa/kelurahan dengan penggunaan lahan sebagaimana Tabel 3 berikut :

Tabel 3. Luas Wilayah dan Penggunaan lahan di Kabupaten Ngawi

No Uraian Luas (Ha) Persen (%)

1 Lahan sawah 50.658 39,09

- Sawah Irigasi Teknis 37.438 28,88

- Irigasi ½ Teknis 5.531 4,27

Sumber : Ngawi Dalam Angka, 2009

Dari Tabel 3 dapat terlihat bahwa lahan sawah di Kabupaten Ngawi seluas 50.658 ha atau 39 % dari keseluruhan luas wilayah yang merupakan potensi sangat besar bagi pengembangan tanaman pangan khususnya padi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(67)

pertanian dan menyerap sekitar 76 % dari total tenaga yang ada. Dan dari 5 sub sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), sub sektor tanaman pangan merupakan penyumbang terbesar terhadap total nilai PDRB yaitu sebesar 43,18 %. Dari data yang ada rata-rata kepemilikan lahan per KK sekitar 0,58 Ha (sawah dan lahan lain), khusus untuk lahan sawah baik yang telah menggunakan irigasi teknis maupun tadah hujan, kepemilikan per KK petani rata-rata hanya 0,28 Ha.

Di Kabupaten Ngawi terdapat kelompok tani tanaman pangan dengan perincian menurut kelas kelompok sebagaimama Tabel 4 berikut : Tabel 4. Jumlah Kelompok Tani menurut Kelas Kelompok di

Kabupaten Ngawi

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ngawi, 2010

(68)

55

4.2. Sejarah dan Pelaksanaan SL-PTT Padi

Program SL-PTT Padi di Kabupaten Ngawi, mulai dilaksanakan pada Tahun 2008 dengan realisasi sebagaimana Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Realisasi Program SL-PTT Padi Tahun 2008, 2009 dan Rencana 2010 Kabupaten Ngawi

No Tahun Realisasi Kelompok Tani SL-PTT

Luas (Ha) PMUK (Rp.)

1 2008 90 2.250 411.300.000

2 2009 212 5.300 1.488.240.000

3 2010 360 9.000 2.527.200.000

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ngawi, 2010.

Dari Tabel 5 dapat dikemukakan bahwa dukungan program dan dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PUMK) yang dikucurkan oleh Pemerintah melalui Program SL-PTT padi di Kabupaten Ngawi dari tahun 2008 sampai tahun 2010 semakin meningkat. Hal ini belum termasuk bantuan dana pelaksanaan program SL-PTT padi hibrida.

Rincian penggunaan bantuan dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) untuk setiap kelompok tani peserta SL-PTT padi Tahun 2008 sebagaimana Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Rincian Penggunaan Dana Penguatan Modal Usaha

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ngawi, 2010

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(69)

Sekolah Lapangan seluas 2.500 Ha dapat terealisasi 90 Sl seluas 2.250 Ha yang terdapat di 90 Kelompok Tani tersebar di 78 desa di 19 Kecamatan, tidak terealisasi 10 unit SL terdapat di 10 Kelompok Tani seluas 250 Ha.

Sedangkan rincian penggunaan bantuan dana Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) untuk setiap kelompok tani peserta SL-PTT padi Tahun 2009 sebagaimana Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Rincian Penggunaan Dana Penguatan Modal Usaha

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ngawi, 2010.

Dari Tabel 7 dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan Program SL-PTT Padi, dari target 212 unit SL seluas 5.300 Ha yang terdapat di 210 Kelompok Tani tersebar di 131 desa di 19 Kecamatan, dapat terealisasi semua,

(70)

57

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ngawi, 2010

Dari Tabel 8 dapat dikemukakan bahwa pada tahun 2010 Program SL-PTT Padi, ditargetkan 360 unit SL seluas 9.000 ha yang terdapat di 359 Kelompok Tani tersebar di 164 desa di 19 Kecamatan.

Sedangkan perkembangan keragaan produksi padi di Kabupaten Ngawi selama 9 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 9 berikut :

Tabel 9. Perkembangan Luas Panen Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2005 – 2009 di Kabupaten Ngawi

Tahun

Luas Panen Produktivitas Produksi

Ha % Ku/Ha % Ton % Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Ngawi, 2010

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(71)

padi di Kabupaten Ngawi 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 6,50%/ tahun dari 559.404 Ton GKG pada Tahun 2005 menjadi 719.394 ton GKP pada tahun 2009. Hal ini terutama pada tahun 2008 dengan program SL-PTT Kabupaten Ngawi termasuk salah satu kabupaten yang mendapat Penghargaan Peningkatan Produksi Padi di atas 5 % oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono.

Perbandingan antara sasaran dan realisasi produksi padi Tahun 2008 di Kabupaten Ngawi dapat dilihat pada Tabel 10 berikut :

Tabel 10. Perbandingan Sasaran dan Realisasi Produksi Padi Tahun

2008 di Kabupaten Ngawi

No Uraian Sasaran Realisasi

1 Luas Panen (ha) 93.120,00 105.232,00 2 Produktivitas GKG (ku/ha) 56,88 64,04 3 Produksi GKP (ton) 529.667,00 673.869,00 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Ngawi, 2010.

Dari Tabel 10 dapat dikemukakan bahwa perbandingan antara sasaran dan realisasi produksi padi di Kabupaten Ngawi baik itu luas panen, produktivitas dan produksi telah melampaui target sasaran yang telah ditetapkan. Salah satu penyebabnya adalah adanya program SL-PTT padi.

(72)

59

Tabel 11. Perbandingan Sasaran dan Realisasi Produksi Padi Tahun

2009 di Kabupaten Ngawi

No Uraian Sasaran Realisasi

1 Panen (ha) 93.120,00 109.649,00

2 Produktivitas GKG (ku/ha) 61,19 65,61 3 Produksi GKP (ton) 569.801,00 719.394,00 Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Ngawi, 2010.

Dari Tabel 11 dapat dikemukakan bahwa perbandingan antara sasaran dan realisasi produksi padi di Kabupaten Ngawi baik itu luas panen, produktivitas dan produksi telah melampaui target sasaran yang telah ditetapkan. Salah satu penyebabnya adalah adanya program SL-PTT padi.

4.3. Masalah dan Kendala Dalam Pelaksanaan Program SL-PTT Padi

Masalah yang timbul dalam pelaksanaan program SL-PTT padi adalah sebagai berikut :

1. Musim tanam di Kabupaten Ngawi yang lebih dulu 1 – 2 bulan dibandingkan wilayah kabupaten lain, mengakibatkan pelaksanaan SL-PTT tidak dapat dilaksanakan pada Musim Hujan II (MPII) yaitu mulai bulan Pebruari – Maret, dikarenakan pada bulan tersebut penyelesaian administrasi dan keuangan belum dapat dilakukan karena hambatan administrasi. Hal ini mengakibatkan mundurnya jadwal pelaksanaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(73)

berakibat adanya kekurangan air pada pertanaman padi.

2. Sangat perlu ditingkatkannya koordinasi antara Dinas Teknis (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura kabupaten Ngawi) dengan lembaga yang ,menangani penyuluhan (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan Kabupaten Ngawi), mengingat program SL-PTT merupakan program dinas teknis dan semua pembiayaannya ada pada dinas, sementara itu untuk pendampingan, diharapkan dilakukan oleh Penyuluh pertanian lapangan (PPL) yang ada di badan Penyuluhan.

3. Kurang tersedianya Tenaga Pemandu lapangan untuk melakukan pendampingan di kelompok tani sehingga pelaksanaan sekolah lapangan tidak dapat terlaksana sesuai ketentuan (12 kali pertemuan). 4. Dukungan dana PUMK disediakan untuk bantuan benih,sedangkan

bantuan saprodi dan biaya pertemuan hanya untuk laboratoriun lapangan (LL) seluas 1 hektar dirasa oleh petani sangat kurang dan tidak mencukupi untuk melaksanakan kegiatan seperti yang direncanakan.

5. Pemerintah Pusat (Kementerian Pertanian RI), masih mencari bentuk mekanisme pelaksanaan program SL-PTT yang paling sesuai untuk diterapkan, sehingga sampai saat ini masih terjadi perubahan.

(74)

61

kabupaten/kota, kecamatan sampai ke tingkat desa masih harus ditingkatkan.

Sedangkan kendala yang timbul dalam pelaksanaan program SL-PTT padi adalah sebagai berikut :

1. Masih lemahnya kelembagaan kelompoktani, hal ini terlihat dari kurangtersedianya rekening kelompoktani untuk menerima transfer dana PUMK, perencanaan dalam penyusunan Rencana Usaha kelompok (RUK) dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok(RDKK) masih sangat tergantung kepada PPL dan pelaksanaan sekolah lapangan terbatas pada adanya bantuan dana PUMK.

2. Adopsi komponen teknologi PTT padi oleh petani masih sangat perlu ditingkatkan, terlihat dari belum dilakukannya pemupukan berimbang dan pupuk organik, pengelolaan bibit dan tanaman padi sehat, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (PHT) dan penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik.

3. Adanya pertanaman padi hibrida dan non hibrida dalam satu hamparan yang dapat mengakibatka cepat berkembangnya hama penyakit tanaman padi secara cepat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(75)

Analisis Statistik Perbandingan Input –Output dapat dilihat dalam lampiran 2, dapat diuraikan sebagai berikut :

4.4.1. Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Sesudah Program SL-PTT

Produksi usahatani padi petani sebelum dan sesudah Program SL-PTT dapat dikemukakan dalam Tabel 12 sebagai berikut :

Tabel 12. Analisa Perbandingan Input - Output Antara Petani Sebelum Dan Sesudah Mengikuti Program SLPTT Padi

No Uraian

a. (Benih/ha) 171.853,00 164.325,00 7.528,00 b. (Pupuk/ha)

1.547.445,00 1.617.184,00 (69.739,00) c. (Pestisida/ha)

363.951,00 326.508,00 37.443,00 d. (Tenaga Kerja/ha)

4.278.424,00 4.279.499,00 (1.075)

e. (Lain-lain/ha) 4.158.979,00 4.175.193,00 (16.214,00) Total biaya 10.520.652,00

10.562.708,00 (27.056,00)

2 Penerimaan 16.435.032,00 19.889.199,00 3.454.176,00 3 Keuntungan 5.914.371,00 9.326.491,00 3.412.120,00 Sumber : Diolah Dari Data Primer, 2010

Gambar

Gambar 1. Produktivitas yang konstan
Gambar 2. Produktivitas Yang Semakin Meningkat
Gambar 4.  Tingkatan dari Produktivitas
Gambar 5. Dampak Perubahan Teknologi  (SL-PTT)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian dari list data tersebut user dapat melihat detail dari setiap data tersebut dengan cara klik salah satu data yang ingin dilihat detailnya, maka sistem akan

Bahwa pemahaman belajar siswa pada siklus I mencapai skor rata-rata daya serap klasikal 65,71% pemahaman tersebut berada pada kategori cukup (C). Data yang menunjukkan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta memberikan petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Sedangkan untuk manfaat quasi menggunakan teknik-teknik: (1) Value Linking: digunakan untuk mengevaluasi manfaat yang merepresentasikan ripple effect dari peningkatan

Mengenai pola saluran pemasaran, dapat diketahui bahwa penjualan hasil produksi kepiting bakau di Kecamatan Seruway Kabupaten Aceh Tamiag dijual oleh petani

Dari wawancara yang dilakukan dengan pengurus pondok pesantren Santriwati tersebut dituturkan beberapa hal yang dikeluhkan, secara umum para santri pondok pesantren yang baru

Metode yang dilakukan ialah mengambil data pada beberapa kategori dan kondisi serta menghitung perbandingan selisih nilai antara Radial, Cortoid, termometer dan

Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala ini, penelitian