• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hasil-Hasil Peneliti Terdahulu 1. Jin dan Machfoedz (2000)

2.2.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba

2.2.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba

Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba. Secara rasional manajer melakukan perataan laba dengan alasan memperkecil tuntutan perusahaan. Beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba adalah ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi sebagai berikut:

1. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Ukuran perusahaan hanya terbagai dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, menengah dan kecil. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan pada total assets perusahaan (Machfoedz, 1994) dalam (Suwito dan Herawaty, 2005).

Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat penjualan, jumlah tenaga kerja atau jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan. Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuannya dalam menanggung resiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapin perusahaan yang berkaita dengan operasinya. Ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam memperoleh dana yang dibutuhkan. Ukuran besarnya suatu

perusahaan menggambarkan kondisi tingkat kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Kemampuan perusahaan untuk melakukan kegiatan operasional, baik yang rutin maupun yang tidak rutin, sangat dipengaruhi oleh jumlah kekayaan yang dimilikinya. Pada penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan jumlah nilai kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan (total aktiva) menurut (Yusuf dan soraya, 2004:105).

2. Profitabilitas Perusahaan

Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan. Profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber–sumber yang dimilikinya. Sehingga profitabilitas diduga dapat mempengaruhi laba, karena secara logis merupakan instrumen yang terkait langsung dengan objek perataan laba. Hasil empiris penelitian sebelumnya Ashari (1994) dan White (1970), dalam Jin dan Machfoedz (2000) menghasilkan bukti bahwa perusahaan yang profitabilitas yang rendah atau sedang menurun lebih cenderung untuk melakukan perataan laba. 3. Leverage Operasi perusahaan

Leverage dapat didefinisikan sebagai pengguna aktiva atau dana di mana untuk penggunaan perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap (Riyanto, 1995:375). Resiko

30 

leverage digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mempunyai risiko rugi lebih besar, tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi, sedangkan perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki resiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi yang sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomia membaik.

2.2.5.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Untuk mengetahui ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai aktiva perusahaan, nilai aktiva dipakai sebagai ukuran perusahaan karena salama ini masik terdapat compounding effect yang timbul karena perusahaan yang besar selalu diidentikan dengan nilai aktiva yang besar pula. Keadaan ini membuat manajer termotivasi untuk melakukan perataan laba, karena manajer percaya bahwa para pemakai laporan keuangan masik mendasarkan salah satu penilaiannya mengenai perusahaan pada angka nilai aktiva.

Teori signaling theory (teori sinyal), teori ini berkaitan dengan asimetri teori yang dapat terjadi bila salah satu pihak yang mempunyai sinyal informasi yang lebih lengkap dari pada pihak lain (Brigham, 2006:38).

Ukuran perusahaan diduga mempengaruhi perataan laba karena sesuai dengan teori sinyal diatas, pihak manajemen tidak menyampaikan semua informasi yang dimilikinya secara penuh sehingga terjadi asimetri informasi dipasar modal. Disamping itu adanya anggapan manajer selama ini masih percaya bahwa para pemakai laporan keuangan masih mendasarkan penilainnya mengenai perusahaan pada total nilai aktiva. Konsisten dengan hal tersebut maka para manajer yang mengelola suatu perusahaan capital intensive (padat modal) yang nyatanya memang mempunyai struktur aktiva yang lebih besar nilainya bila dibandingkan dengan perusahaan labour intensive (padat karya) akan termotivasi untuk melakukan tindakan tersebut dengan tujuan untuk menimbulkan yang lebih baik mengenai perusahaannya kepada para pemakai laporannya.

2.2.5.2. Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Profitabilitas merupakan indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan salain itu digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber – sumber yang dimilikinya sehingga profitabilitas diduga dapat mempengaruhi laba, karena secara logis merupakan instrument yang terkait langsung dalam obyek perataan laba karena informasi laba pada umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggung jawaban manajemen dan

32 

informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran atas earning power perusahaan di masa yang akan datang.

Teori pengharapan, Teori ini menyatakan bahwa individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang diharapkan mengarah pada pencapaian balas jasa yang diinginkan.(Supriyono, 1999:140).

Profitabilitas diduga mempengaruhi perataan laba (income smoothing), karena sesui dengan teori penghargaan dalam pihak manajemen berusaha menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi dan kinerja manajemen terlihat baik.

2.2.5.3. Pengaruh Leverage Operasi Perusahaan Terhadap Perataan Laba

Leverage operasi juga mempengaruhi praktik perataan laba. Perusahaan dengan levegare operasi rendah memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba. Levegare operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan biaya tetap (Atmini,2000). Manajer ingin perusahaannya memiliki leverage operasi rendah karena resikonya rendah. Di samping itu perusahaan yang leverage operasinya rendah berarti memiliki proporsi biaya tetap yang rendah dan proposi biaya variabel yang tinggi, Kondisi ini member peluang bagi manajer untuk melakukan perataan laba.

Sehingga mendorong pemilik perusahaan untuk meminta manajer melaporkan bahwa perusahaan mempunyai leverage operasi yang menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada, dan tuntunan pemilik ini seringkali memaksa manajer untuk melakukan tindakan perataan laba, minimal untuk mengurangi tuntunan tersebut. Teori pertukaran leverange. Menurut teori pertukaran leverage yaitu, dimana perusahaan menukarkan keuntungan–keutungan pendanaan melalui utang (perilakuan pajak perusahaan yang menguntungkan) dengan tingkat suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi (Brigham, 2006:36). Rasio Leverage yaitu rasio - rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Riyanto, 1995:331).

2.2.5.7. Pengaruh Variabel Ukuran Perusahaan (X1), Profitabilitas

Perusahaan (X2), Leverage Operasi Perusahaan (X3), terhadap

Perataan Laba (Y).

Hubungan antara ukuran perusahaan dengan perataan laba menurut Ashari (1994) dalam Juniarti dan Corolina (2005) menyebutkan bahwa perusahaan yang berukuran kecil akan lebih cenderung untuk melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan besar, karena perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analis dan investor dibandingkan perusahaan kecil. Sebaliknya perusahaan yang memiliki aktiva besar

34 

yang kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapatlebih banyak perhatiaan dari sebagai pihak seperti, para analis, investor, maupun pemerintah.

Hubungan antara profitabilitas dengan perataan laba Zuhroh (1998) dalam Jin dan Machfoedz,(1998) menyatakan bahwa tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang tingkat profitabilitasnya rendah, hal ini dapat terjadi dikarenakan perataan laba merupakan suatu fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba perusahaan. Selain itu menurut Gordon (1964) dalam Jin dan Machfoedz (1998), menjelaskan bahwa kepuasan dalam pemengang saham meningkat dengan adanya penghasilan perusahaan yang stabil dari tahun ke tahun.

Rasio Leverage yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Riyanto,1995:331). Perusahaan dengan leverage operasi yang tinggi mempunyai resiko menderita kerugian yang lebih besar, akan tetapi jika mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh laba, meskipun terdapat kemungkinan memperoleh laba yang lebih besar, tetapi pada umumnya investor juga enggan menghadapi resiko.

Dokumen terkait