• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Faktor-Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha

Menurut Anoraga (2002 : 38), untuk menjamin keberhasilan dalam usaha harus dilaksanakan persiapan secara matang yaitu dengan menyiapkan rencana usaha. Rencana bisnis berguna sebagai peta jalan bagi wirausahawan dalam perjalanannya menuju pembangunan bisnis yang sukses. Suatu rencana usaha biasanya disusun berdasarkan fungsi-fungsi operasional usaha, yaitu fungsi pemasaran, produksi, keuangan dan fungsi sumber daya manusia.

Sebelum memikirkan berapa keuntungan nyata yang dapat diperoleh dan cara mendapatkannya melalui kegiatan usaha tersebut, perlu dipahami dan dikaji secara lengkap mengenai faktor – faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha. Hal ini penting untuk dihayati terlebih dahulu, sebab banyak orang yang beranggapan bahwa hanya karena kurang uang atau modal, maka harapan untuk memperoleh keuntungan menjadi terhambat. Sukses tidaknya suatu kegiatan usaha pada dasarnya tidak tergantung pada besar kecilnya ukuran usaha, tetapi lebih dipengaruhi oleh bagaimana mengelolanya.

Masa – masa kritis yang harus dilalui perusahaan dalam hidupnya adalah selama lima tahun sejak didirikan. Ternyata lebih dari 50% usaha kecil gagal melewati usia dua tahun pertamanya. Tidak sedikit pula usaha yang maju selagi kecil, namun kemudian jatuh setelah besar. Oleh karena itu, pengetahuan kewirausahaan menjadi faktor yang mempengaruhi kesuksesan wirausaha dalam mengelola usahanya. Pengetahuan ini dapat diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Banyak pula usaha kecil yang cukup sukses ketika masih dikelola pendirinya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi wirausaha untuk mampu menularkan pengetahuan kewirausahaan ke dalam manajemen operasional kegiatan usahanya. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman penyebab kegagalan juga menjadi penting. Dalam hal ini, pengetahuan penyebab kegagalan tersebut berguna sekali sebagai bahan pelajaran yang dapat membantu untuk menentukan pilihan dan cara – cara mengurusnya (Singgih, 1986 : 2).

Kelemahan yang sering kita jumpai pada usaha kecil yang gagal adalah keorganisasian, keuangan, administrasi, dan pemasaran. Kelemahan

keorganisasian pada umumnya berupa tidak jelasnya struktur organisasi, pebagian tugas dan wewenang yang tidak jelas, status karyawan, serta sistem penggajian yang tidak beres. Selain itu, kepemimpinan seseorang diri mempunyai kelemahan yang dapat menghancurkan usaha, terutama jika pimpinan sakit dalam jangka waktu yang cukup lama atau bahkan meninggal dunia secara mendadak, sementara persiapan kader belum dilakukan.

Kelemahan dibidang pemasaran pada umumnya berupa ketidakserasian antara program penawaran jasa dan pelayanan konsumen akan kebutuhannya terhadap jasa. Kelemahan ini juga disebabkan karena kurangnya pengamatan pasar, sehingga tidak tahu posisi pasarnya, cara menghadapi saingan, serta cara mempromosikan hasil usahanya. Kelemahan lain yang sering muncul adalah perluasan atau pengembangan usaha yang dilakukan secara emosional tanpa didukung oleh data dan fakta yang aktual.

Dalam bidang keuangan, biasanya pengusaha lemah dalam membuat anggaran, tidak adanya pencatatan dan pembukuan secara baik, serta tidak adanya batasan tegas antara harta milik pribadi (keluarga) dengan harta milik perusahaan.Dengan demikian, seringkali pimpinan tidak tahu tentang besarnya laba rugi kegiatan usahanya.

Berdasarkan uraian di atas , selanjutnya akan dapat diyakini bahwa untuk mencapai sasaran nyata kegiatan usaha yang berupa keuntungan, masih banyak hal atau faktor selain modal, yang hakiki untuk diperhatikan. Untuk itu, pada kesempatan ini, secara berturut – turut akan dibicarakan mengenai faktor – faktor tersebut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, antara lain :

1. Pengetahuan Kewirausahaan

Kewirausahaan (Entrepreneurship) merupakan hasil dari suatu proses yang terkontrol dan sistematis, dalam menerapkan kreatifitas yang diperlukan serta dapat memamfaatkan peluang dipasar. Hal ini melibatkan penerapan strategi yang difokuskan pada ide-ide baru dan pengetahuan baru yang lebih dalam untuk menciptakan suatu produk dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan atau mengatasi permasalahan pelanggan. Oleh sebab itu seorang wirausaha harus memiliki pengetahuan tentang kewirausahaan yang diperlukan dalam menggerakkan roda kegiatan bisnisnya.

Pengetahuan Kewirausahaan adalah segala sesuatu yang perlu diketahui mengenai kewirausahaan yang diperoleh dari sumber-sumber informasi, baik yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung. Pengetahuan Langsung diperoleh melalui suatu proses untuk mendapatkan pemahaman, pengetahuan serta pengalaman dalam menjalankan kegiatan bisnis nya.

Entrepreneurial proses yang harus dilalui seorang wirausaha atau (entrepreneur) dengan memadukan atau mengombinasikan peluang, sumber daya serta organisasi tempat entrepreneur melakukan kegiatan bisnis nya atau organisasi bisnis yang dimiliki nya. (Arafah, 2010 : 20).

Pengetahuan langsung yang diperoleh dari entrepreneur proses tersebut menuntut seorang wirausaha memiliki pengalaman yang cukup luas mengenai seluk beluk usaha yang berdasarkan pengalaman sendiri

menjadi pengetahuan sendiri baik berdasarkan usia, atau lamanya seseorang tersebut menjalankan usaha tersebut.

Seorang entrepreneur harus bisa memperoleh pengetahuan lain yang diperoleh secara tidak langsung. Pengetahuan tidak langsung bisa diperoleh dari sumber-sumber reverensi seperti buku, majalah, internet, dan media-media lainnya yang berisi informasi-informasi yang penting yang berkenaan dengan usaha yang dijalankan. Pengalaman orang lain yang juga berkecimpung didunia usaha bisa menjadi sumber pengetahuan tidak langsung bagi seorang entrepreneur.

Seorang entrepreneur bisa belajar dari kesuksesan maupun kegagalan orang lain dalam menjalankan usaha. Dari pengalaman orang lain tersebut kita bisa belajar mengenai prilaku wirausaha yang sebenarnya, baik prilaku wirausaha secara individu dalam pekerjaan, dan dalam menghadapi resiko. Perilaku wirausaha secara individu, antara lain : 1. Teguh pendiriannya

2. Selalu yakin dengan apa yang dia kerjakan dan lakukan

3. Berprilaku professional dalam arti punya tanggung jawab, komitmen tinggi,disiplin, berusaha tetap konsisten pada pendiriannya, serta jujur dan terbuka

4. Optimis dalam segala prilaku yang dia lakukan

5. Berprilaku positif dalam mendengar serta mengnanggapi suatu saran atau cercaan

6. Tidak gegabah dan penuh dengan rencana dalam setiap tindakan (fisioner)

7. Selalu berorientasi ‘pasti ada jalan keluarnya’ sehingga dia berpikir kreatif dan inovatif untuk menemukan solusinya ( Hendro, 2011 : 166 ) 2. Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran (Suryana, 2006 : 137) adalah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi pemasaran. Untuk menarik konsumen, wirausaha bisa merekayasa indikator-indikator yang terdapat dalam bauran pemasaran (marketing mix), yaitu:

1. Produk Jasa (The Service Product)

Produk jasa menurut Kotler (2000 : 428) merupakan “segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.” Produk yang ditawarkan meliputi jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi, dan ide. Jadi produk jasa dapat berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan pelanggan. Produk jasa merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan cepat hilang, lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. Sesungguhnya pelanggan tidak membeli barang atau jasa, tetapi membeli manfaat dan nilai dari sesuatu yang ditawarkan (Hurriyati, 2005 : 50).

2. Tarif Jasa (Price)

Penentuan harga merupakan titik kritis dalam bauran pemasaran jasa karena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha/bisnis. Keputusan penentuan harga juga sangat signifikan di dalam penentuan nilai/mamfaat yang dapat diberikan kepada pelanggan dan memainkan peranan penting dalam gambaran kualitas jasa (Hurriyati, 2005 : 52). Strategi penentuan tarif dalam perusahaan jasa dapat menggunakan penentuan tarif premium pada saat permintaan tinggi dan tarif diskon pada saat permintaan menurun. Keputusan penentuan tarif dari sebuah produk jasa harus memperhatikan beberapa hal. Hal yang paling utama adalah bahwa keputusan penentuan tarif harus sesuai dengan strategi pemasaran secara keseluruhan. Perubahan berbagai tarif di berbagai pasar juga harus dipertimbangkan. Lebih jauh lagi, tarif spesifik yang akan ditetapkan akan bergantung pada tipe pelanggan yang menjadi tujuan pasar tersebut. Prinsip-prinsip penetapan harga, antara lain:

1. Perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor dalam menetapkan harga, mencakup : pemilihan tujuan penetapan harga, menentukan tingkat permintaan, prakiraan biaya, menganalisis harga yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan pesaing, pemilihan metode penetapan harga, serta mementukan harga akhir.

2. Berbagai jenis biaya harus dipertimbangkan dalam menetapkan harga, termasuk yang didalamnya adalah biaya langsung dan tidak langsung, biaya tetap dan biaya variabel, serta biaya-biaya lainnya.

3. Setelah menetapkan struktur harga, perusahaan menyesuaikan harganya dengan menggunakan harga psikologis, harga promosi, diskon harga, serta harga bauran produk.

3. Tempat/Lokasi Pelayanan (Place/Service Location)

Untuk produk industry manufaktur place diartikan sebagai saluran distribusi (zero channel, two level channels, dan multi level channels), sedangkan untuk produk industry jasa, place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa. Lokasi pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok jasa kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan kunci. Keputusan mengenai lokasi pelayanan yang akan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan bagaimana jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan mamfaat dari jasa. Terdapat tiga mancam tipe interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan yang berhubungan dengan pemilihan lokasi (Hurriyati. 2005 : 55), yaitu sebagai berikut :

1. Pelanggan mendatangi penyedia jasa, 2. Penyedia jasa mendatangi pelanggan, atau

3. Penyedia jasa dan pelanggan melakukan interaksi melalui perantara.

4. Promosi (Promotion)

Promosi merupakan salah satu factor penentu keberhasilan. Betapapun kualitasnya suatu jasa bila pelanggan belum pernah mendengarnya dan

tidak yakin bahwa jasa tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah membelinya. Pada hakikatnya menurut Buchari Alma (2004 : 179), promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang merupakan aktifitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya (Hurriyati, 2005 : 58).

5. Orang/Partisipan (People)

Menurut Zeithaml and Bitner (2000 : 19), orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen-elemen dari ‘people’ adalah pegawai perusahaan, konsumen, dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Semua sikap dan tindakan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa (sevice encounter). Elemen people ini memiliki dua aspek (Hurriyati, 2005 : 63) yaitu :

1. Service people

Untuk organisasi jasa, service people biasanya memegang jabatan ganda, yaitu mengadakan jasa dan menjual jasa tersebut. Melalui pelayanan yang baik, cepat, ramah, teliti, dan akurat dpata

menciptakan kepuasan dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan yang akhirnya meningkatkan nama baik perusahaan. 2. Customer

Faktor lain yang mempengaruhi adalah hubungan yang ada diantara para pelanggan. Pelanggan dapat memberikan persepsi kepada nasabah lain, tentang kualitas jasa yang pernah didapatnya dari perusahaan. Keberhasilan dari perusahaan jasa berkaitan erat dengan seleksi, pelatihan, motivasi, dan manajemen sumber daya manusia.

6. Sarana Fisik (Physical Advidence)

Sarana fisik menurut Zeithaml dan Bitner (2000 : 20), merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa. Unsur-unsur yang termasuk di dalam sarana fisik antara lain lingkungan fisik, dalam hal ini bangunan fisik, peralatan, perlengkapan, logo, warna dan barang-barang lainnya yang disatukan dengan service yang diberikan seperti tiket, sampul, label, dan lain sebagainya.

7. Proses (Process)

Proses menurut Zeithaml dan Bitner (2000 : 20), adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa. Elemen proses ini mempunyai arti suatu upaya perusahaan dalam menjalankan dan melaksanakan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya. Untuk perusahaan

jasa, kerja sama antara pemasaran, dan operasional sangat penting dalam elemen proses ini, terutama dalam melayani semua kebutuhan dan keinginan konsumen. Jika dilihat dari sudut pandang konsumen, maka kualitas jasa diantaranya diliaht dari bagaimana jasa menghasilkan fungsinya (Hurriyati, 2005 : 65).

3. Manajemen Permodalan dan Keuangan

Manajemen permodalan dan keuangan yaitu pengelolaan dana yang digunakan dalam Usaha untuk menghasilkan keuntungan yang sesuai dengan tujuan usaha yaitu berisi tentang perkiraan dan taksiran atas kebutuhan modal untuk investasi, modal kerja dan arus kas; yang mencakup penerimaan dari usaha sampingan, rincian pengeluaran atas biaya langsung (biaya produksi) dan biaya tak langsung (biaya-biaya pemasaran, umum dan penyusutan), laba sebelum pajak, taksiran pajak, laba sesudah pajak dan arus kas sesudah pajak.

Dokumen terkait