• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. FAKTOR YANG MENYEBABKAN DEBITUR

B. Faktor Internal dan Eksternal Perbankan Penyebab

Pada dasarnya kredit bermasalah yang dihadapi bank-bank saat ini tidak terlepas dari "the three C's ofproblem loan", yaitu Carater,Capacity dan Condition. Ketiga faktor ini berlaku baik pada faktor intern maupun ekstern bank.

1. Caracter

a. Faktor intern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari apa adanya itikad buruk dari pejabat bank atau pemilik atau pengurus. Misal, pemberian kredit kepada suatu debitur fiktif atau terhadap suatu usaha yang sudah diketahui olehnya tidak memenuhi syarat-syarat bank teknis, tetapi tetap diberikan, tentu dengan suatu kolusi.

b. Faktor ekstern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari bad

caracter, dimana debitur yang bersangkutan pada waktu mengajukan

permohoan kreditnya ia pada dasarnya telah berniat untuk tidak melaksanakan kewajibannya untuk mengembalikan kredit yang diterimanya. Termasuk dalam kategori ini adalah debitur yangspekulatif.

2. Capacity

a. Faktor intern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari kurangnya kemampuan teknis dari pada pejabat bank terutama pejabat perkreditan, yaitu antara lain tentang prosedur perkreditan, sistem administrasi perkreditan, sistem pengawasan (control) termasukloan review, serta sistem informasi kredit.

b. Faktor ekstern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari kurangnya keamuan debitur untuk melaksanakan kewajibannya membayar kembali

kredit yang diterimanya. Kurangnya kemampuan debitur di sini termasuk kurang/ketidakmampuan debitur dalam hal mengelola bisnisnya, baik disebabkan kelemahan manajemen maupun kurang struktur permodalan.

3. Condition

a. Faktor intern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari suatu kondisi perekonomian yang mengakibatkan iklik persaingan perbankan yang kurang/tidak sehat. Kondisi ini dapat berakibat bank-bank saling memacu untuk melempar kredit tanpa pertimbangan yang matang dari segi bank teknis.

b. Faktor ekstern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari suatu kondisi yang tidak menguntungkan yang membuat hilangnya kemampuan debitur yang bersangkutan untuk membayar kewajibannya. Misalnya, terjadi perubahan kondisi perekonomian, seperti ''tight money policy'”atau kegagalan usaha debitur karena terjadinya bencana alam termasuk musibah atas meninggalnya debitur perorangan.105

Di dalam dunia perbankan, faktor utama dalam perkreditan adalah apa yang disebut dengan "five C”, dari masing-masing unsur tersebut sangat berkaitan erat satu sama lainnya bila salah satu unsur tersebut kurang maka akan mempengaruhi unsur yang lain.

Selanjutnya mengenai faktor penyebab terjadinya kredit macet tersebut dapat dikelompokkan pada faktor internal Perbankan ataupun faktor eksternal Perbankan, sebagaimana dijelaskan berikut ini:

1. Faktor Internal Perbankan a. Kelemahan dalam analisis kredit

1) Analisis kredit tidak berdasarkan data akurat atau kualitas data rendah.

Setiap analisis kredit harus berdasarkan data yang benar-benar akurat, agar hasil analisis menjadi tepat. Biasanya para analis sebelum melakukan analisis, minta kepada calon nasabah data perkembangan usaha, berupa laporan keuangan selama tiga tahun terakhir. Namun dalam kenyataan kebanyakan pengusaha, tidak

memelihara pembukuan dengan baik. Laporan keuangan itu hanya berdasarkan kira-kira saja. Jika data tidak akurat, bahkan mungkin ada yang direkayasa, maka hasil analisis juga bersifat rekayasa yang dapat membahayakan kelancaran pengembalian kredit.106

2) Informasi kredit tidak lengkap atau kuantitas data rendah.

Dalam melakukan analisis kredit, mungkin bank sudah memperoleh data yang lengkap secara kuantitatif, tetapi dalam hal tertentu yang bersifat kualitatif masih memerlukan informasi, misalnya mengenai karakter dan kehidupan pribadi nasabah. 3) Kredit terlalu sedikit atau terlalu banyak

Produksi pada operasi yang optimum diperoleh jika modal kerja yang digunakan sudah diperhitungkan dengan tepat. Namun tidak jarang bank kurang perhitungan, atau nasabahnya yang kurang terbuka. Karena mungkin saja nasabah terlibat hutang piutang dengan sesama relasi atau mitra usahanya, sehingga terpaksa menggunakan sebagian modal kerja yang tersedia. Hal selanjutnya ada kesan bahwa pemberian kredit terlalu sedikit.

Akibat dari kekurangan kredit atau kredit yang tidak mencukupi dapat menjerat nasabah dalam hutang yang berkepanjangan sementara perusahaannya sulit dijalankan.

Sebaliknya pemberian kredit yang berlebihan (overlending) akan menggoda nasabah untuk menggunakan kelebihan uang tersebut membeli barang-barang yang tidak produktif bagi perusahaannya. Berbagai alternatif akan dilakukan nasabah yang

106H. As. Mahmoeddin, Melacak Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2004, hal. 52

kelebihan kredit tersebut, seperti menabung di bank lain, dengan harapan memperoleh bunga, atau membeli barang konsumtif yang tidak memberikan hasil bagi perusahaannya, atau menanamkan kelebihan uang tersebut untuk membeli barang tetap yang tingkat likuiditasnya rendah, sehingga tidak mungkin mampu menutup kewajiban jangka pendeknya kepada bank.

4) Analisis tidak cermat

Petugas kredit yang mungkin terdiri dari credit analyst, financial analyst atau account officer atau ketiga-tiganya kurang jeli dalam mengamati angka-angka, data, atau informasi mengenai usaha nasabah. Mungkin mereka terlalu percaya dengan apa yang disajikan oleh nasabah.

5) Jangka waktu kredit

Pemberian kredit dengan jangka waktu yang agak lama seyogyanya akan memberikan keringanan bagi nasabah dalam memenuhi kewajibannya kepada bank guna membayar bunga dan angsuran. Namun tidak jarang justru membuat nasabah lalai dan suka melupakan kewajibannya. Sedangkan pemberian kredit dengan jangka waktu yang terlalu pendek dapat membuat nasabah merasa diburu-diburu, bahkan bisa merusak arus kas (cash-flow) yang selanjutnya merusak jadwal pembayaran bunga dan angsuran pokoknya.107

6) Kurangnya akuntabilitas putusan kredit

Kurangnya pertanggungjawaban dari petugas dan pejabat kredit, sehingga ada kesan tidak bersungguh-sungguh dalam menerima tugas dan wewenang.

b. Kelemahan dalam dokumen kredit

1) Data mengenai kredit nasabah tidak didokumentasi dengan baik

Salah satu kekuatan bank dalam menghadapi kenakalan nasabahnya, adalah kekuatan dan kelengkapan dokumen yang bisa digunakan sebagai senjata bank. Biasanya bank meminta kepada nasabah agar secara rutin memberikan laporan keuangannya, agar bank dapat memantau perkembangan usaha. Dari neraca saja bank dapat membaca perkembangan usaha nasabah. Jika perkembangan usaha baik, maka bank bisa optimis akan pengembalian kredit. Jika perkembangan usaha buruk, maka bank harus segera mengambil tindakan tertentu, tengantung situasi dan bentuk kesulitannya. Hal ini dilakukan kasus per kasus. Tentu saja, laporan keuangan ini merupakan data penting, yang harus didokumentasi oleh bank secara baik. Jika tidak, maka laporan tersebut menjadi tidak berguna, dengan kata lain bank akan mengalami kesulitan memantau perkembangan usaha nasabah.

2) Pengawasan atas fisik dokumen tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Dalam pemberian kredit terdapat sebagian kelengkapan dokumen yang dilakukan sesudah realisasi kredit. Seperti pengikatan agunan, laporan persediaan barang dagangan, laporan perkembangan keuangan. Semua laporan tersebut sebenarnya diawasi secara baik, namun tidak jarang petugas bank lalai. Kelalaian ini memberikan peluang bagi nasabah untuk berbuat sesuatu yang akan merugikan bank. c. Kecerobohan Petugas Bank

Kredit adalah salah satu dari aktiva yang paling produktif. Karena itu bank selalu perusahaan yang ingin memperoleh laba sebesar mungkin, mentapkan target sebesar mungkin dalam pengembangan kredit Apalagi target merupakan penetapan kantor pusat menyebabkan kantor cabangnya terdorong melakukan ekspansi yang sering tanpa kendali, sehingga sering analisisnya tidak tajam, kurang hati-hati, bahkan bisa "kebobolan".108

2) Bank terlalu kompromi

Dalam pemberian kredit memang bank seharusnya bersikap luwes, namun tidak semua masalah bisa dikompromikan. Tidak jarang petugas atau pejabat bank terlalu banyak memberikan kemudahan, sehingga memberikan kelonggaran yang sangat prinsip, seperti persyaratan terlalu ringan. Sikap para petugas bank ini biasanya karena kekhawatiran nasabah lari ke bank lain. Sehingga terkesan lebih mengikuti kemauan nasabah.

3) Petugas atau pejabat bank terlalu menggampangkan masalah

Setiap pencarian kredit harus melalui prosedur yang sudah baku dan pasti. Hal ini berlaku terhadap siapa pun juga, walaupun terhadap nasabah inti yang sudah lama dan sangat dipercaya. Namun kadang-kadang tidak jarang petugas bank terlalu percaya, dan mengampangkan masalah, sementara masalah itu sendiri dapat saja muncul setiap saat, dan terhadap siapa pun juga.

4) Keliru dalam persaingan antar bank

Kesuksesan bank lain memang perlu diamati, jika perlu dijadikan contoh. Namun sayangnya keberhasilan ini hanya melihat hasilnya saja, dan tidak melihat kemampuan sumber daya manusia yang menanganinya. Setiap bank tentu mempunyai ciri tersendiri serta pengalaman tersendiri pula. Namun tidak jarang banyak bank melakukan upaya merebut pasar pesaing, tanpa melihat kemampuan dasar yang harus disiapkannya terlebih dahulu.

2. Faktor Eksternal Perbankan a. Situasi ekonomi

1) Globalisasi ekonomi yang berakibat negatif

Adanya globalisasi ekonomi, menyebabkan antar negara dari perdagangan tidak lagi mengenal tapal batas. Berarti barang produksi luar negeri bebas masuk dan bersaing dengan produksi dalam negeri. Jika pengusaha luar negeri bekerja dengan tingkat efisiensi yang tinggi, maka produk dalam negeri pasti kalah bersaing.109 2) Perubahan kurs mata uang

Terjadinya perubahan kurs mata uang asing sangat berpengaruh kepada kelancaran usaha nasabah. Dalam hal rupiah jatuh dibandingkan dengan valuta asing, jika usaha tersebut menggunakan bahan mentah atau bahan setengah jadi yang diimpor dari luar negeri, maka hal ini dapat memujul usaha nasabah. Tetapi bisa menguntungkan bagi pengusaha barang-barang eskpor. Sebaliknya dalam hal nilai rupiah menguat dibandingkan valuta asing, jika usaha nasabah adala di bidang

ekspor, maka kenaikan nilai rupiah dapat menurunkan daya jualnya ke luar negeri. Hal ini sulit dideteksi dan diantisipasi, karena pertumbuhan ekonomi terutama perkembangan kurs tidak dapat diramalkan secara tepat.

b. Situasi politik dalam negeri

Pada masa konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia, terjadi ketidaklancaran hubungan ekonomi antara kedua negara. Jika hal seperti ini terjadi lagi dengan negara tetangga, maka dapat dipastikan akan sangat mengganggu kemajuan perdagangan.

Perkembangan politik ada yang dapat diprediksi, namun ada yang tidak dapat diprediksi. Kadang peristiwa diplomatik dapat terjadi mendadak, namun hubungan antar negara yang memburuk biasanya dapat diperkirakan, karena itu para bankir perlu mengikuti peta politik dan hubungan negara dengan negara lain, sehubungan pemberian kredit kepada nasabah yang melakukan hubungan bisnis dengan pengusaha negara asing.

c. Peraturan Pemerintah

Hampir setiap negara selalu mempunyai kebijakan tersendiri demi memajukan perekonomian negaranya. Apalagi negara yang sedang berkembang, senantiasa susul menyusul muncul deregulasi, demi memajukan perekonomian bangsa. Di Indonesia sering muncul berbagai deregulasi, dan umumnya deregulasi adalah untuk melindungi kepentingan masyarakat. Dengan kata lain tentu saja ada pihak-pihak yang terkena deregulasi tersebut. Misalnya pemerintah bermaksud membantu para

pedagang kecil dengan melarang atau membatasi jumlah supermarket atau mall di daerah tertentu. Jika perlu menutup supermarket yang dianggap sudah mengancam kehidupan pedagang kecil. Jika supermarket tersebut adalah nasabah bank, maka berarti kredit yang diperolehnya menjadi bermasalah.

Dengan demikian uraian di atas memberikan pengertian bahwa dalam analisis permohonan kredit, petugas kredit melakukan identifikasi risiko yang mungkin timbul. Analisis kredit didasarkan pada kecermatan atas kemampuan meminimalkan resiko, walaupun disadari bahwa risiko dapat muncul di luar kemampuan pihak bank. Artinya hambatan berupa terjadinya kredit macet pada lembaga perbankan dapat terjadi disebabkan oleh faktor internal ataupun faktor eksternal bank.

C. Faktor Yang Menyebabkan Debitur Wanprestasi di PT. Bank Negara

Dokumen terkait