• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. FAKTOR YANG MENYEBABKAN DEBITUR

A. Kriteria Kredit Macet

Kredit berasal dari kata Yunani “Credere” yang berati kepercayaannya (truth atau faith).87 Karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Dengan demikian seseorang yang memperoleh kredit pada dasarnya adalah memperoleh kepercayaan, artinya pihak yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan.88 Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh R. Tjiptoadinugroho bahwa “inti sari dari kredit sebenamya adalah kepercayaan, suatu unsur yang harus dipegang sebagai benang merah melintasi falsafah perkreditan dalam arti sebenarnya, bagaimanapun bentuk, macam dan ragamnya dan dari manapun asalnya serta kepada siapapun diberikannya”.89 Baik menyangkut jangka waktunya, maupun prestasi dan kontra-prestasinya. Dengan demikian kredit berarti bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang dan jasa kepada pihak lain, sedangkan kontra prestasi akan diterima kemudian (dalam jangka waktu tertentu).

Menurut Undang-Undang Perbankan bahwa dalam memberikan kredit bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad

87Thomas Suyatno,dkk., Op.Cit, hal 12.

88 Ibid, hal. 13

89R. Tjiptoadinugroho,Perbankan Masalah Perkreditan Penghayatan,Analisis dan Penuntun, Pradnya Paramita, Jakarta, 1994, hal 14

baik dan kemampuan debitur serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan hutang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.90

Dalam praktek perbankan istilah kredit tidak asing lagi dunia bisnis, apabila bagi mereka yang selalu berhubungan baik dengan bank. Namun demikian definisi mengenai kredit sangat beragam meskipun bila disimak subtansi yang terkandung dalamnya adalah sama. Sebagai contoh berikut dikemukakan beberapa definisi tentang kredit.

Muchdarsyah Sinungan memberikan definisi bahwa : "Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga".91

Pengertian kredit yang rumuskan pada pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 menyatakan : penyediaan yang dan tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.92

Dalam pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa mengingat kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, maka pemberian kredit oleh bank dilandasi oleh keyakinan bank atas kemampuan, kesanggupan dan itikad baik debitur untuk dapat melunasi hutangnya sesuai dengan yang telah diperjanjikan.

90Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2003, hal 141

91Muchdarsyah Sinungan.,Op.Cit, hal 11.

Dalam rangka memperoleh keyakinan tersebut, bank sebelum memberikan kredit harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha nasabah debitur. Karena dengan proses analisis kredit yang baik diharapkan kredit yang diberikan bank kepada debitur akan berjalan lancar dan dapat dikembalikan tepat pada waktunya. Akan tetapi pada kenyataannya harapan tersebut tidak selamanya dapat terwujud mengingat setiap kredit yang telah diberikan bank kepada debitor tetap mangandung resiko kegagalan atau kemacetan dalam pengembaliannya. Oleh karena itu untuk memantau pelaksanaannya, setiap bank mempunyai alat ukur dari kelancaran dan kesehatan setiap kredit yang diberikan dengan mengacu pada Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/148/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, tentang Pembentukan Kualitas Aktiva Produktif93 sebagai berikut:

1. Lancar:

a. Prospek usaha

i. Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

ii. Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik. iii. Persaingan yang terbatas, termasuk posisi yang kuat dalam pasar. iv. Manajemen yang sangat baik.

v. Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan mendukung usaha.

vi. Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan.

b. Kondisi keuangan

i. Perolehan laba tinggi dan stabil. ii. Permodalan kuat.

iii. Likuiditas dan modal kerja kuat.

iv. Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga tanpa dukungan sumber dana tambahan. v. Jumlah portofolio yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing

dan suku bunga relatif sedikit atau telah dilakkan lindung nilai (hedging) secara baik.

c. Kemampuan membayar

i. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik, dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit.

ii. Hubungan debitur dengan bank baik dan teratur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat.

iii. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. 2. Dalam Perhatian khusus :

a. Prospek usaha

i. Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas. ii. Posisi di pasar baik, tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi

perekonomian.

iii. Pangsa pasar sebanding dengan pesaing. iv. Manajemen yang baik.

v. Perasahaan afiliasi atau grap stabil dan tidak memiliki dampak yang memberatkan terhadap debitur.

vi. Tenaga kerja pada umumnya memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan.

b. Kondisi keuangan

i. Peroleh laba cukup baik, namun memiliki potensi menurun.

ii. Permodalan cukup baik dan pemilik mempunyai kemampuan untuk memberikan modal tambahan apabila diperlukan.

iii. Likuiditas dan modal umumnya baik.

iv. Analisis arus kas menunjukkan bahwa meskipun debitur mampu memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga, namun terdapat indikasi masalah tertentu yang apabila tidak diatasi akan mempengaruhi pembayaran dimasa mendatang.

v. Beberapa portofolio yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga, tetapi masih terkendali.

c. Kemampuan membayar

i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai 90 hari. ii. Jarang mengalami cerukan.

iii. Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat.

iv. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. v. Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil.

3. Kurang Lancar : a. Prospek usaha

i. Industri atau kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan.

ii. Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

iii. Posisi di pasar cukup baik, tetapi banyak pesaing, namun dapat pulih kembali jika melaksanakan strategi bisnis yang baru.

iv. Manajemen cukup baik.

v. Hubungan dengan perusahaan afiliasi atau grup mulai memberatkan terhadap debitur.

vi. Tenaga kerja berlebihan, namun hubungan pimpinan dan karyawan pada umumnya baik.

b. Kondisi keuangan

i. Perolehan laba rendah.

ii. Rasio hutang terhadap modal cukup tinggi. iii. Likuiditas kurang dan modal kerja terbatas.

iv. Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur hanya mampu membayar bunga dan sebagian dari pokok.

v. Kegiatan usaha terpengaruh perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga.

vi. Perpanjangan kredit untuk menutupi kesulitan keuangan. c. Kemampuan membayar

i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari.

ii. Terdapat cerukan yang berulang-ulang khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.

iii. Hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya.

iv. Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. v. Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit.

vi. Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. 4. Diragukan:

a. Prospek usaha

i. Industri atau kegiatan usaha menurun.

ii. Pasar sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

iii. Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perusahaan mengalami permasalahan yang serius.

iv. Manajemen kurang berpengalaman.

v. Perusahaan filiasi atau grup telah memberikan dampak yang memberatkan debitur.

vi. Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang besar sehingga dapat menimbulkan keresahan.

b. Kondisi keuangan

i. Laba sangat kecil atau negatif.

iii. Rasio hutang terhadap modal tinggi. iv. Likuiditas sangat rendah.

v. Analisis arus kas menunjukkan ketidakmampuan membayar pokok dan bunga.

vi. Kegiatan usaha terancam karena perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga.

vii. Pinjaman baru digunakan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. c. Kemampuan membayar

i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari.

ii. Terjadi cerukan yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.

iii. Hubungan debitur dengan bank semakin memburuk dan informasi keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya.

iv. Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. v. Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian

kredit. 5. Macet:

a. Prospek usaha

i. Kelangsugan usaha sangat diragukan, industri atau kegiatan usaha mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali.

ii. Kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti.

iii. Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun iv. Manajemen sangat lemah.

v. Perusahaan afiliasi sangat merugikan debitur. vi. Terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit diatasi. b. Kondisi Keuangan

i. Mengalami kerugian yang besar.

ii. Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan.

iii. Rasio hutang terhadap modal sangat tinggi iv. Kesulitan likuiditas.

v. Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur tidak mampu menutup biaya produksi.

vi. Kegiatan usaha terancam karena fluktuasi nilai tukar valuta asing dan suku bunga.

vii. Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian operasional. c. Kemampuan membayar

i. Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari ii. Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada.94

Dengan mengacu pada ketentuan tersebut di atas maka yang dimaksud dengan kredit bermasalah ialah kredit-kredit yang tergolongan sebagai : kredit dalam perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet.

Dalam Pasal 1243 KUH Perdata dinyatakan : Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak terpenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika suatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampauinya.95

Di dalam suatu perikatan apabila debitur karena kesalahannya tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, maka debitur dapat dikatakan "wanprestasi" atau "cidera janji'. Wujud dari tidak memenuhi perikatan "wanprestasi" adalah sebagai berikut:96

1. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan. 2. Debitur terlambat memenuhi perikatan.

3. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan.

Upaya yang ditempuh oleh bank apabila kredit bermasalah, sebagaimana yang dikemukakan Kasmir:

Sebagai upaya yang ditempuh oleh bank apabila kredit yang diberikan tersebut mengalami masalah atau tergolong dalam kredit bermasalah, maka dalam hal ini bank perlu melakukan penyelamatan (rescue) sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan

95Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

96Mariam Darus Badrulzaman.,KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Alumni, Bandung, 1993, hal 23.

berupa jangka waktu atau angsuran temtama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar.97

Agar tidak membahayakan kesehatan bank dan tidak mengorbankan para deposan penabung, maka Bank Indonesia dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/22/KEP/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP masing-masing tanggal 29 Mei 1993 telah menetapkan agar bank-bank menempatkan "Cadangan Penghapusan Aktiva Produktif”.98

Selanjutnya upaya penyelamatan terhadap kredit bermasalah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :99

1. Rescheduling(penjadwalan kembali)

Memperpanjang jangka waktu kredit sehingga debitur mempunyai waktu lebih longgar untuk mencari penyelesaian yang lebih menguntungkan, atau dengan cara memperpanjang jangka waktu angsuran sehingga angsuran pertermin menjadi lebih ringan sesuai dengan kemampuannya.

2. Reconditioning(mengubah persyaratan)

a. Kapitalisasi bunga yakni dengan cara bunga dijadikan hutang pokok.

b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu maksudnya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjaman tetap harus membayar.

c. Penurunan suku bunga agar meringankan beban debitur.

Misalnya : bunga pertahun 18% diturunkan menjadi 16% pertahun dan tergantung pertimbangan bank bersangkutan. Akibatnya berpengaruh kepada jumlah angsuran semakin mengecil sehingga meringankan debitur.

d. Pembebasan bunga diberikan kepada debitur yang tidak mampu lagi membayar kredit, akan tetapi wajib bagi debitur membayar pokok pinjaman sampai lunas.

3. Restructuring(penataan kembali)

Tindakan menambah fasilitas kreedit bagi debitur atau dengan cara menambah

equity (modal sendiri) yaitu dengan menyetor fresh money, akan tetapi ini

biasanya gagal karena banyak pemilik perusahaan yang tidak mampu. Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan khusus, yakni Surat Keputusan Direksi

97Kasmir,Op.Cit, hal 129.

98Gunarto Suhardi,Op.Cit, hal 105

Bank Indonesia No. 31/150/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 yakni upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya ini dilakukan melalui tindakan sebagai berikut:

a. Penurunan suku bunga kredit.

b. Pengurangan tunggakan bunga kredit. c. Pengurangan tunggakan pokok kredit. d. Perpanjangan jangka waktu kredit e. Penambahan fasilitas kredit.

f. Pengambilalihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

g. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur.

Setelah dilakukan upaya penyelamatan kredit dengan cara yang telah disebutkan diatas, ternyata tidak diperoleh hasil yang diharapkan, maka bank akan melakukan tindakan penagihan kepada debitur yang bersangkutan, baik secara tertulis maupun dengan kontak langsung dengan debitur. Akan tetapi bila cara tersebut ternyata kurang berhasil, maka bank melakukan upaya penyelesaian kredit bermasalah dengan cara penghapus bukuan dan penyitaan jaminan untuk dijual sebagai pelunasan kredit.

Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan Pasal 20 ayat (2) UUHT ditentukan adanya kemungkinan penjualan agunan pinjaman secara di bawah tangan, atas kesepakatan pemberi dan pemegang hak tanggungan, penjualan objek hak tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan jika dengan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak.100 Maksud dari penjualan di bawah tangan adalah pada saat kredit diberikan, telah dipersyaratkan dalam perjanjian kredit bahwa bank diberi kewenangan untuk menjual tanah objek Hak Tanggungan, atas kesepakatan antara pemberi dan penerima Hak Tanggungan.

100 Pasal 20 ayat 2, Undang-Undang Hak Tanggungan No. 4 tahun 1996, tentang Hak Tanggungan.

Ini dilakukan karena debitur dalam keadaan kredit macet sulit dihubungi dan tidak kooperatif lagi.

Akan tetapi apabila objek Hak Tanggungan dibebani dengan lebih dari satu Hak Tanggungan yang dapat dilihat pada sertifikat tanahnya yang telah didaftar dan dicatat pada Kantor Pertanahan. Maka ketentuan untuk penjualan agunan pinjaman secara di bawah tangan menurut Pasal 20 ayat (3) UUHT mengharuskan dipenuhinya beberapa syarat untuk melindungi pihak-pihak yang berkepentingan yakni:

1. Pelaksanaan penjualan hanya dapat dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan/atau pemegang Hak Tanggungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Diumumkan sedikit-sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan dan/atau media massa setempat, serta tidak ada pihak yang menyatakan keberaian.101

Dalam prakteknya penyelesaiannya harus lewat Pengadilan Negeri. Proses penagihan kredit ternyata sulit, tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak bank dan memakan biaya yang tinggi dan memakan waktu yang lama, sehingga bank mengalami kerugian yang berlarut-larut, sehingga mengurangi laju pertumbuhan ekonomi, karena bank tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dengan demikian unsur agunan merupakan faktor yang paling utama diperhatikan oleh bank dan itu tergantung pada cara bagaimana jaminan kredit tersebut diikat, efektivitas dari peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dan kapasitas dari para pelaksanaan yang terlibat dalam proses pemberian kredit dan pencairan jaminan kredit tersebut.

101 Pasal 20 ayat 3, Undang-Undang Hak Tanggungan No. 4 tahun 1996, tentang Hak Tanggungan.

Pengertian kredit macet ialah kredit yang telah jatuh tempo, namun belum dilunasi, dan tunggakan angsuran lebih dari 270 hari atau 9 bulan. Kemudian dapat dikatakan kredit macet ialah debitur tidak mampu lagi untuk mengangsur hutang pokok dan bunganya dari hasil usaha yang dimodali dari fasilitas kredit.102

Kriteria untuk menentukan suatu kredit itu macet, sebenarnya telah diatur di dalam peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia tentang kolektibilitas kredit, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Hal ini baru terjadi apabila debitur tidak melakukan pembayaran angsuran atau kewajiban lainnya selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan. Namun dapat juga dilihat dari segi cara pembayaran hutangnya, demi kelancaran usaha yang dibiayai dengan kredit itu, dan demi niat/kejujuran dari pihak debitur.

Namun demikian, apabila debitur tidak memenuhi ketentuan yang telah dibuat dalam perjanjian kredit atau debitur telah melalaikan janji (cedera janji), atau dengan kata lain debitur tidak melakukan pembayaran angsuran atas hutang pokok dan bunga dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/147/KEP/DIR 1998, kriteria untuk menentukan kredit itu macet adalah:

1. Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari (9 bulan).

2. Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada.103

Ukuran untuk menentukan kredit macet adalah berdasarkan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak antara debitur dan kreditur. Karena kesepakatan

102S.Mantayborbir, Imam Jauhari, Agus Hari Widodo., Pengurusan Piutang Negara Macet Pada PUPN/BUPLN (Suatu Kajian Teori dan Praktik), Pustaka Bangsa, Medan, 2001, hal 88.

kedua belah pihak merupakan undang-undang bagi mereka yang membuat perjanjian yang dimaksud dalam KUH Perdata.

Adapun upaya penyelamatan/kebijakan dari bank apabila debitur masih potensial, maka pihak bank melakukan kompensasi dengan cara membuka akad kredit yang bara, atau dengan 3 R yaitu: Reschceduling (Penjadwalan Kembali), Reconditioning(Persyaratan Kembali),Restructuring(Penataan Kembali).104

B. Faktor Internal dan Eksternal Perbankan Penyebab Terjadinya Kredit

Dokumen terkait