• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.2.2 Faktor internal

Faktor internal yang yang melarbelakangi rendahnya minat siswa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan dari yang tinggi yaitu kebutuhan, motivasi, sikap dan persepsi.

Faktor kebutuhan merupakan keadaaan seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu. Yusuf dan Nurihsan (2011:203) menyatakan kebutuhan adalah dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu yang melakukan tingkah laku tersebut karena adanya dorongan untuk memenuhi yaitu keadaan dalam diri pribadi seorang siswa yang mendorongnya untuk melakukan kebutuhannya. Kebutuhan timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak serasi atau ketegangan yang menuntut suatu kepuasan. Jika individu telah memenuhi kebutuhannya, maka ia akan merasa puas dan begitupun sebaliknya jika individu tersebut mengalami kegagalan dalam pemenuhan kebutuhannya maka akan menimbulkan masalah bagi dirinya sediri maupun bagi lingkungan sekitarnya.

Siswa merupakan individu yang masuk dalam masa remaja yang sedang mencari jadi diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Di dalam mewujudkan banyak membutuhkan kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan estetik maupun kognitif. Namun pada kenyataan siswa kurang bisa memenuhi kebutuhan akan dirinya sehingga terjadi ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan ini tergambar dari tingkah laku dan ekspresi yang diungkapkan oleh siswa sehingga menjadi permasalahan bagi siswa. Siswa membutuhkan bantuan orang lain khususnya konselor sekolah namun dia kurang bisa memanfaatkan layananan yang sudah

ada. Siswa merasa butuh namun enggan untuk menemui konselor untuk berkonseling.

Siswa yang mengalami masalah akan cenderung membutuhkan ataupun bantuan orang lain. Di sekolah siswa dapat menemui konselor untuk memanfaatkan layanan konseling perorangan. Siswa yang merasa membutuhkan bantuan ia akan termotivasi untuk datang kepada konselor untuk melakukan konseling perorangan. Namun disisi lain, siswa yang membutuhkan konseling ini mempunyai motivasi yang rendah untuk memanfaat layanan konseling sehingga siswa enggan untuk memanfaatkan layanan konseling dari guru bimbingan dan konseling. Siswa merasa mampu menyelesaikan permasalahan yang ia hadapi walaupun pada kenyataannya ia memang perlu orang lain untuk membantu. Dari hasil penelitian persentase kebutuhan 71% yang berkatagori tinggi. Faktor ini tinggi dalam melatarbelakangi rendahnya minat siswwa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan.

Faktor yang kedua yaitu motivasi. Menurut Mc. Donal dalam Sardiman, (2011: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka makan akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka. Motivasi bukanlah hal yang selalu terwujud dalam bentuk yang nyata yang dapt segera dilihat, namun dapat diidentifikasi dalam bentuk perilaku dalam suatu aktivitas. Seperti halnya dengan motivasi siswa dalam memanfaatkan

layanan konseling, apabila siswa berminat untuk memanfaatkan layanan konseling maka ia akan datang kepada konselor sekolah untuk melaksanakan layanan konseling perorangan. Sebaliknya jika ia kurang berminat dengan layanan konseling perorangan walaupun ia membutuhkan bantuan konselor ia enggan untuk bertemu konselor guna mengikuti layanan konseling perorangan.

Kepribadian guru bimbingan dan konseling yang ramah membuat siswa senang dengan layanan yang diberikan. Dari hasil skala psikologis yang sudah disebar, menunjukkan bahwa motivasi siswa untuk melaksanakan konseling perorangan masih rendah. Dari hasil penelitian yang telah dilakasanakan motivasi memperoleh persentase 53% dimana dalam kategori sedang. Motivasi siswa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan ini sebenarnya cukup membutuhkan namun tidak sedikit juga yang merasa kurang termotivasi sehingga minat siswa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan. Motivasi merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi rendahnya minat siswa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan yang diberikan oleh konselor.

Selain itu, yang ketiga faktor sikap. Menurut Kendler dalam Yusuf, LN dan Nurihsan (2011: 169-170), sikap adalah kondisi mental yang relatif menetap untuk merespon suatu obyek atau perangsang tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat positif, netral, atau negatif, menyangkut aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam konseling, sikap klien atau siswa berperan mengarahkan perilakunya dalam aktivitas konseling. Siswa yang memandang konseling bermanfaat bagi dirinya maka pada suatu saat akan meminta bantuan konselor. Sikap siswa yang kurang berkenan ia akan cenderung menghidar dari

suatu aktivitas. Sepeti halnya jika siswa kurang berkenan dengan layanan konseling perorangan makan ia akan cenderung menghidar.

Faktor sikap ini memperoleh persentase 52% termasuk dalam kategori sedang. Faktor sikap cukup berpengaruh terhadap minat siswa yang rendah dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan. Sikap siswa ini merupakan salah satu faktor yang melatarbelkangi rendahnya siswa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan.

Selanjutnya, faktor persepsi. Persepsi dapat diartikan sebagai “proses menyimpulkan informasi dan menafsirkan kesan yang diperoleh melalui alat inderawi kita” (Sugiyo 2005:34). Alat indera tersebut akan menerima stimulus, kemudian diteruskan ke pusat susunan syaraf (otak) dan terjadilah proses psikologis sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, diraba dan sebagainya. Persepsi siswa tentang layanan bimbingan dan konseling terutama layanan konseling peroranagan sangat menentukan ia dalam bertindak. Siswa yang mempunyai persepsi positif ia cenderung akan mengikuti layanan yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling dengan senang hati. Namun sebaliknya siswa yang mempunyai persepsi yang kurang baik ia akan enggan mengikuti layanan bahkan cenderung menghidari diri untuk mengikuti layanan konseling perorangan. Faktor persepsi ini diasumsikan dapat melatarbelakangi rendahnya minat siswa dalam memanfaatkan layanan konseling, namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa hasil penelitian mendapatkan persentase dalam kategori rendah. Dari hasil penelitian faktor persepsi memperoleh pesentase 51% termasuk kategori rendah. Persepsi siswa terhadap konseling perorangana tidak

terlalau signignfikan mempengaruhi rendahnya minat siswa. Faktor ini salah satu penyumbang rendahnya minat siswa dalam memanfaatkan layanan konseling peroranagan yang ada di sekolah.