• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012:118). Menurut Arikunto (2002: 109) sampel adalah “sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Jadi sampel merupakan wakil dari populasi yang memilki karakteristik yang sama dengan populasinya.

Sugiyono (2012: 62) mengungkapkan bahwa teknik sampling merupakan “teknik pengambilan sampel myang akan digunakan dalam penelitian”. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu ”proportional stratified random sampling”. Menurut Sugiyono (2012:58) teknik ini digunakan apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata proporsional. Dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel dengan tujuan siswa yang minat memanfaatkan layanan konseling perorangan rendah dan diproporsionalkan jumlah setiap sampel setiap strata kelas.

“Terdapat cara menentukan ukuran sampel sangat praktis yaitu dengan tabel dan nomogram (Sugiyono, 2005:62). Arikunto (2006:132) mengemukakan bahwa jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil diantara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih. Maka dari pendapat tersebut di tentukan jumlah sampel yamg akan diambil sekitar 25%. Sampel yang diperoleh sekitar 163 dengan masing-masing kelas diambil 8 atau 7 siswa. Daftar perolehan jumlah sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Daftar Sampel Siswa SMP Negeri 41 Semarang No Kelas Jumlah populasi Jumlah sampel

1 Kelas VII 224 2 Kelas VIII 224 3 Kelas IX 205 JUMLAH 163 siswa

3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data

“Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2006:149). Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Mengumpulkan data berarti mengamati variabel yang diteliti dengan metode pengumpulan data. Faktor-faktor yang melatarbelakangi rendahnya minat siswa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan, yang secara garis besar dibagi menjadi dua faktor

yaitu faktor internal menggunakan skala psikologis dan faktor ekternal menggunakan angket.

1. Angket atau kuesioner

Menurut Sugiyono (2008:142) “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi perangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. Menurut Sutoyo (2009:167) mengemukakan bahwa ”angket atau kuesioner didefinisikan sebagai sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden”. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, kuesioner merupakan alat pengumpul data yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi yang berupa fakta yang dibutuhkan dari responden. Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

2. Skala psikologis

“skala psikologis merupaka alat ukur aspek atau atribut afektif (Azwar, 2005: 3)”. Sutoyo (2009: 170) menjelaskan tentang kegunaan skala psikologis bahwa “skala psikologis digunakan untuk mengungkap kontrak atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu, seperti: tendensi agresifitas, sikap terhadap sesuatu, self esteem, kecemasan, persepsi, dan motivasi”. Skala psikologis memiliki karakteristik khusus sebagai alat ukur atau istrumen penelitian, yaitu:

(a) Cenderung digunakan untuk mengukur aspek afektif bukan kognitif, (b) stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan langsung mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan, (c) jawabannya lebih bersifat proyektif, (d) selalu berisi banyak item berkenaan dengan atribut yang diukur, (e) respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”, semua jawaban dianggap benar sepanjang sesuai keadaan yang sebenarnya, jawaban yang berbeda dengan diinterpretasikan berbeda pula. (Azwar, 2005: 3-4)

Skala dalam penelitian ini yaitu skala faktor yang melatarbelakangi rendahnya minat siswa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan. Resapondennya adalah siswa di SMP Negeri 41 Semarang. Alternatif jawaban dan bobot penilaian ynag digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.3 Penskoran Item

No. Kriteria Pernyataan negatif Pernyataan positif

1 Selalu 5 1

2 Sering 4 2

3 Kadang-kadang 3 3

4 Jarang 2 4

5 Tidak pernah 1 5

3.5 Prosedur Penyusunan Instrumen

Dalam penelitian ini menggunakan instrumen skala psikologi untuk faktor internal dan angket untuk faktor ekternal guna mengetahui faktor yang melatarbelakangi rendahnya minat siswa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan. Intrumen tersebut dikembangkan sendiri oleh peneliti yang selanjutnya dirinci indikator-indikator yang dikembangkan menjadi pernyataan-pernyataan.

Gambar 3.2

Prosedur Penyusunan Instrumen

Bagan diatas merupakan langkah-langkah menyusun instumen yaitu pertama menyusun kisi-kisi instrumen yang terdiri dari variabel, komponen, nomor soal, menyusun pertanyaana atau pernyataan, kemudian instumen jadi berupa skala psikologis dan kuesioner. Berikut dijelaskan pengembangan kisi-kisi instrumen tentang faktor-faktor yang melatarbelakngi rendahnya minat siswa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan:

Variabel Komponen Indikator Descriptor

Faktor-faktor yang melatarbelakangi rendahnya minat siswa dalam memanfaatkan layanan konseling perorangan.

Internal 1. Kebutuhan - Kebutuhan siswa terhadap konseling perorangan

2. Persepsi - Motif siswa untuk mengikuti layanan konseling perorangan - Keingintahuan terhadap koseling perorangan - Perhatian terhadap pelaksanaan konseling perorangan

3. Motivasi - Motivasi untuk

melaksanakan konseling perorangan

4. Sikap - Pengetahuan, pandangan Kisi-kisi

pengembanagan instrumen penelitian

Revisi Uji Coba

Instrumen

Instrumen jadi Teori

tentang konseling perorangan

- Perasaan terhadap suatu objek yaitu layanan konseling perorangan - Menunjukkan sikap yang

berkaitan dengan objek yiatu konseling

perorangan

Eksternal 5. Konselor - Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan

konsisten),

- Menampilkan emosi yang stabil

- Peka, bersikap empati, serta menghormati

karagaman dan perubahan - Menampilkan toleransi

tinggi terhadap konseli yang menghadapi stress dan frustasi

6. Guru - Membantu

menginformasikan kegiatan yang

berhubungan dengan BK - Bersifat preventif dan

bersifat kuratif - Berperan sebagai

penengah siswa dengan konselor - Membantu konselor dalam mendukung maksimalnya layanan konseling perorangan 7. Teman sebaya - Pandangan orang dilingkungan sekitar tentang konseling perorangan yang

mempengaruhi siswa - Motif untuk menjadi

sama, sesuai, atau seragam dengan nilai-nilai kebiasaan budaya teman sebaya khususnya dalam mengikuti

konseling perorangan 8. Sarana dan

prasarana

- Tersedianya fasilitas fisik yaitu ruang konselor, ruang konseling beserta lokasinya

- Tersedianya fasilitas teknis berupa alat pengumpul data